Anda di halaman 1dari 4

TUGAS RESUME MATERI

MATA KULIAH PRAGMATIK


Nama : ASHARIE Jurusan/Kelas : Bahasa dan Sastra Arab / 7-A
NIM : 1185020022 Dosen Pengampu : Drs. H. Dayudin, M.Ag

TUGAS RANGKUMAN MATERI

1. Secara umum Pragmatik adalah cabang Ilmu baru yang merupakan


turunan dari ilmu linguistik, hanya saja pragmatik mempunyai fokus
tersendiri yaitu terfokus pada tututan, lebih tepatnya pada analisis
maksud penutur dengan menggunakan bantuan konteks yang
mrndalami makna tersirat dari sebuah tuturan .
2. Pragmatik menggunakan satuan tuturan bukan kalimat sehingga
terdapat dua hal yang sangat berbeda
a. Utterance = merupakan tuturan atau sesuatu yang di ucapkan
(Spoken) yaitu apa saja yang keluar dimulai dari membuka
mulut sampai dengan menutup mulut Kembali.
Contoh = “Sudah Tidur ?“
b. Sentence = merupakan sebuah tulisan yang terikat dengan
aturan penulisan.
Contoh = “Saya sudah tidur”
3. Konteks adalah segala sesuatu yang meliputi aspek fisik dan aspek
non fisik yang menyertai sebuah tuturan
4. Makna dalam sebuah tuturan tidak selalu ada pada kalimat tutuan
yang diucapkan, bisa jadi makna pada tuturan tersebut tersirat dan
tersembunyi.
5. Menurut Austin “Kata – kata tidak hanya di ucapkan namun kata
kata juga bisa bermakna dan merupakan sebuah Tindakan.
6. Tiga Aspek / Kekuatan dalam berbicara
a. The Locutionary Force = Tuturan/ucapan
b. The Illocutionary Force = Maksud/niat
c. The Perlocutionary Force = Akibat dari sesuatu hal yang terjadi
dari tuturannya
7. Speech Act Menurut Searle (1969)
a. Representatives = Tuturan yang mengandung Informasi
b. Directives = Tuturan yang mengandung Keinginan Penutur untuk
melakukan sesuatu
c. Commisives = Tuturan yang mengandung keingininan penutur
d. Expressives == Tuturan yang mengandung ungkapan kondisi
Psikologi penutur
e. Declaration = = Tuturan yang mengandung sikap bahwa penutur
mempunyai kekuasaan

Sedangkan berdasarkan bentuknya, Wijana (1996 : 29-36) membagi


bentuk tindak tutur menjadi

1. Tindak tutur langsung, yaitu apabila ada hubungan langsung antara


struktur dengan fungsi, misalnya : bentuk deklaratif digunakan untuk
membuat pernyataan,
2. Tindak tutur tidak langsung, yaitu apabila tidak ada hubungan
langsung antara struktur dengan fungsi, misalnya : bentuk deklaratif
digunakan untuk membuat permohonan. Berdasarkan maknanya
bentuk tindak tutur dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
a. tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang
maksudnya sama dengan makna kata-kata yang yang
menyusunnya, dan
b. tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur
yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan
makna kata-kata yang menyusunnya (Yule, 1996 : 95- 96).
PRINSIP Kerjasama

Dalam komunikasi, umumnya seorang penutur mengartikulasikan


ujaran dengan maksud untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada
lawan tuturnya, dan berharap lawan tuturnya dapat memahami apa
yang hendak dikomunikasikan. Demi mencapai tujuan tersebut
penutur berusaha agar tuturannya selalu relevan dengan konteks,
jelas, mudah dipahami, padat dan ringkas (concise), serta konsisten
pada persoalan (straight forward), sehingga tidak menghabiskan
waktu lawan bicaranya (Wijana, 1996). Sejalan dengan pendapat
Wijana tersebut Grice dan Austin (dalam Leech, 1993) menjabarkan
prinsip kerja sama dalam empat Prinsip Kesantunan dan Prinsip
Kerjasama dalam Komunikasidi Ulasan Produkpada Marketplace
(Didik Suharijadi) 116 maksim (conversational maxim), yakni
maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas
(maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance),
dan maksim pelaksanaan (maxim of manner).
Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan
memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang
dibutuhkan oleh lawan bicaranya.
Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan
mengatakan hal yang sebenarnya.Kontribusi peserta percakapan
hendaknya didasarkan pada buktibukti yang memadai.Apabila patuh
pada prinsip ini, jangan pernah mengatakan sesuatu yang diyakini
bahwa itu kurang benar atau tidak benar.
Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan
memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan.
Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan
berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, tidak berlebihan,
dan runtut

PRINSIP Kesantunan
Kesantunan berbahasa dalam setiap budaya penerapannya
berbeda-beda, namun ada kriteria-kriteria universal yang yang harus
dipatuhi oleh para pelibat agar tercipta komunikasi yang efektif,
terhindar dari kesalahpahaman, dan tidak menyinggung perasaan
orang lain. Leech (1993) merumuskan kriteria-kriteria kesantunan
yang terdiri atas enam maksim, yaitu maksim kearifan, maksim
kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim
kesepakatan, dan maksim simpati
1. Maksim kebijaksanaan (Tact maxim) Gagasan dasar maksim
kebijaksanaan dalam prinsip kesantunan adalah bahwa para
peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk
selalu mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan
memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur.
2. Maksim kedermawan (Generosity maxim) Pada maksim
kedermawanan, para peserta pertuturan diharapkan dapat
menghormati orang lain. Penghormatan terhadap orang lain akan
terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya
sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi orang lain.
3. Maksim penghargaan (Approbation maxim) Didalam maksim
penghargaan dijelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun
apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan
kepada orang lain. Dengan maksim ini, para peserta pertuturan
diharapkan tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling
merendahkan pihak lain.
4. Maksim kesederhanaan (Modesty maxim) Pada maksim
kesederhanaan atau kerendahan hati para peserta pertuturan
diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi
pujian terhadap dirinya sendiri. Orang akan diakatakan sombong
dan congkak hati apabila didalam kegiatan bertutur selalu memuji
dan mengunggulkan dirinya sendiri.
5. Maksim permufakatan (Agreement maxim) Pada maksim ini, para
peserta pertuturan dapat saling membina kecocokan atau
kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Apabila terdapat
kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur
dalam kegiatan bertutur, masing masing dari mereka akan dapat
dikatakan bersikap santun. F
6. Maksim kesimpatian (Sympath maxim)
Pada maksim ini, para peserta pertuturan diharapkan dapat
memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan
pihak yang lainnya. Sikap antipati terhadap salah seorang peserta
tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak santun.

Anda mungkin juga menyukai