Tanggal Penyerahan:
NIM : 19174040
Kelas : Pagi
PENGERTIAN PRAGMATIK
1. Pragmatik adalah kajian bahasa dari prespektif fungsi dalam arti bahwa
kajian ini mencoba menjelaskan aspek aspek struktur linguistik dengan
mengacu ke pengaruh-pengaruh dan sebab-sebab nonlinguisitik.
2. Pragmatik adalah kajian tentang hubungan-hubungan di antara bahasa dan
konteks yang merupakan dasar dari penjelasan tentang pemahaman bahasa.
3. Pragmatik (umum) adalah kajian komunikasi linguistik menurut prinsip-
prinsip percakapan (Leech, 1983:11).
4. Pragmatik adalah kajian tentang penggunaan bahasa di dalam komunikasi,
terutama hubungan di antara kalimat dan konteks dan situasi
penggunaannya (Richards dll, 1985).
1. Tindak Tutur
a. Performatif
Tindak tutur atau tindak ujaran (speech act) menurut Jhon
L.Austin dalam bukunya How to Do Things with Words tahun 1962.
Ia mengatakan bahwa mengujarkan sebuah kalimat tertentu dapat
dilihat sebagai melakukan tibdakan (act). Ia membedakan ujaran
yang kalimatnya bermodus deklaratif menjadi dua, yaitu konstatif
dan performative.
Kalimat konstatif adalah ujaran yang menyatakan sesuatu yang
kebenarannya dapat diuji yaitu benar atau salah dengan
menggunakan pengetahuan kita tentang dunia. Kalimat performatív
adalah ujaran yang merupakan tindakan melakukan sesuatu dengan
membuat ujaran itu.
Contoh:
“Saya berjanji saya akan datang"
“Saya minta maaf atas kealpaan saya"
Kita tidak dapat mengatakan bahwa ukaran tersebut benar atau
dapat, namun kita dapat mengatakan ujaran itu sahih, atau tidak.
1) Representatif (asertif)
Tindak tutur yang mengikat penuturnya dengan kebenaran
(Menyatakan, melaporkan, menunjukan, menyebutkan)
2) Direktif (impositif)
Tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar si
pendengar melakukan tindakan ujaran tersebut (Memohon,
menuntut, menyarankan, menantang)
3) Ekspresif
Tindak tutur yang dimaksudkan sebagai evaluasi, tentang hal
yang disebutkan (memuji, mengucapkan terima kasih,
mengkritik, mengeluh)
4) Komisif
Tindak tutur yang mengikat pendengarnya untuk
melaksananan apa yang disebutkannya (berjanji, bersumpah,
mengancam)
5) Deklarasi
Tindak tutur yang dilakukan dengan maksud untuk
menciptakan hal baru (memutuskan, membatalkan,
mengizinkan, memberi maaf)
1) Langsung harfiah
2) Langsung, tidak harfiah.
3) Tidak langsung, harfiah.
4) Tidak langsung, tidak harfiah.
Dapat tidaknya seseorang menangkap maksud dari tuturan yang
disampaikan tergantung pada tingkat kompetensi komunikatif di
dalam bahasa yang bersangkutan.
2. Implikatur
Dalam artikelnya yang berjudul “ Logic and Conversion" Grice (1975)
menunjukan bahwa sebuah ujaran dapat mempunyai implikasi yang berupa
proposisi yang sebenarnya bukan bagian dari ujaran tersebut dan bukan pula
merupakan konsekuensi yang harus ada dari ujarsn itu. Maksud dari
pernyataan Grice dapat kita pahami melalui contoh berikut. Seseorang
bertanya kepada temannya yang mengikuti kongres bahasa Indonesia VI:
“Bagaimana makalah Dr. X?” Si teman menjawab “Bahasa Indonesianya
baik.” Orang yang mendengar pernyataan itu dapat menarik inferensi bahwa
bahasa Indonesia Dr.X baik, namun dari segi isi makalah tidak baik.
Ada tiga hal yang perlu kita perhatikan pada contoh implikatur itu.
Pertama, implikatur bahwa makalah Dr. X tidak baik bukanlah bagian dari
ujaran si teman, hal itu tidak diucapkanya. Kedua implikatur itu bukanlah
akibat logis dari ucapan si teman. Ketiga mungkin saja satu ujaran memiliki
lebih dari satu implikatur.
Yang ingin dikemukakan oleh Grice bahwa setiap ujaran selalu ada
tambahan makna. Tambahan keterangan yang tidak diujarkan oleh
penuturnya, yang walaupun tidak diujarkan, tertangkap juga oleh
pendengar. Makna ekstra itu muncul karena adanya kaidah dan prinsip kerja
sama. Grice menjabarkan prinsip kerja sama menjadi empat maksim:
a. Maksim Kuantitas
Buatlah sumbangan atau kontribusi anda seinformatif mungkin
sesuai yang dibutuhkan.
b. Maksim kualitas
Cobalah memberi sumbangan informasi yang benar dan cukup
bukti.
c. Maksim relevansi
Berikan jawaban kontribusi yang sejalan.
d. Maksim cara
Hindari ketidakjelasan ujaran, hindari ketaksaan ujaran, hindari
ketaksaan dan singkatan, tertib teratur.
Menurut Grice ada lima cara yang dapat diambil oleh peserta percakapan.
Pertama mematuhi maksim-maksim tersebut. Kedua jika melanggar
Maksim sama saja berbohong dengan sengaja. Ketiga ia mematuhi Maksim
sejak tetapi meneruskannya. Keempat, ia menempatkan dirinya pada situasi
dimana dua Maksim berlanggar. Kelima, peserta percakapan melecehkan
salah satu maksim.
Isu yang paling menonjol pada kajian pragmatik adalah, batas kajian
yang membedakan secara jelas antara pragmatik dan semantik. Isu lainnya
yaitu berkaitan dengan prinsip kerja sama Grice apakah dapat di gunakan
pada masyarakat selain masyarakat barat? Isu penelitian kajian pragmatik
pun dianggap masih perlu digali lebih banyak, contohnya pelanggaran
maksim kuajtitas pada pertnyaan “mau kemana?”.
Pertanyaan tersebut dapat diartikan lain, pertanyaan tersebut dapat
diartikan sebagai teguran sapa. Isu dalam pragmatik yang selanjutnya
mengenai penelitian implikatur. Penelitian mengenai bagaimana anggota-
anggota suatu masyarakat untuk menarik implikatur dari percakapan,
tentang penerapan kerja sama Grice. Hubungan fungsi dan bentuk tindak
tutur di dalam suatu masyarakat tutur, dan presepsi masyarakat tentang
kepatuhan bentuk-bentuk tindak tutur.