Searle (1974: 16) mengatakan studi tindak tutur (speech acts) merupakan
komunikasi lingual yang keseluruhannya terdapat tindak lingual. Unit komunikasi
lingual tidak membahas simbol, kata, atau kalimat; lebih dari itu, simbol, kata, atau
kalimat yaitu suatu hasil nyata dari sebuah tindak tutur. Jadi, kondidsi hasil tuturan itu
tertentu adalah tindak tutur, dan tindak tutur merupakan dasar atau unit minimal dari
komunikasi lingual.
Tindak tutur merupakan suatu teori pelaksanaa bahasa yang diperkenalkan oleh
John Langshaw Austin (1962) dalam bukunya yang berjudul How to do things with
words. Austin merupakan seorang filsuf terkemuka dari sebuah kelompok, yang disebut
Oxford School of Ordinary Language Philosophy. Teori ini dikembangkan oleh
muridnya secara mendalam, Searle (1974) dan sejak saat itu pemikiran keduanya
mendominasi kajian penggunaan bahasa, yaitu ilmu pragmatic. Sebelum munculnya
konsep tindak tutur, para ahli suatu bahasa memperlakukan bahasa sebagai deskripsi
tentang suatu keadaan atau fakta. Konsep seperti inialah yang disebut setiap pernyataan
dalam bahasa terikat pada apa yang disebut sebagai syarat atau kondisi kebenaran (truth
conditions). Kondisi kebenaran dijadikan satu-satunya alat ukur yang ditetapkan sebgai
kriteria kebenaran kalimat. Benar tidaknya makna kalimat bergantung kepada benar
tidaknya proposisi atai isi kalimat. Dengan kata lain, sebuah kalimat harus dinilai
berdasarkan pada fakta empiris.
Tindak lokusi adalah tindak tutur yang menyampaikan sesuatu. Tindak tutur
ini disebut sebagai The Act of Saying Something (Wijana, 1996:17). Tindak tutur
lokusi ialah suatu tindak tutur yang menyampaikan sesuatu dalam arti "berkata" atau
tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami (Chaer dan
Agustina, 2004:53). Sebagai contoh adalah kalimat berikut:
llokusi meruapakan suatu tindakan yang dicapai oleh. penutur pada waktu
menuturkan sesuatu dan dapat menyampiakan suatu tindakan menyatakan berjanji,
minta maaf, mengancam, meramalkan, memerintah, meminta dan lain sebagainya
(Nadar 2009:14). Hal serupa juga dikemukakan oleh Wijana (1996:18) yang
menyatakan bahwa tindak ilokusi ialah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan
atau menginformasikan sesuatu, dan juga digunakan melakukan sesuatu disebut
sebagai The Act of Doing Something.
Glorian Kalimat (1) bila diucapkan oleh seorang guru kepada siswanya, tidak
hanya berfungsi untuk membawa informasi, tetapi untuk memberi perintah agar
lawan tuturnya (siswa) mempersiapkan diri.
Berdasarkan pengertian tindak tutur dari beberapa ahli bahasa mengenai tiga
jenis tindak tutur, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi di atas, ada beberapa jenis lagi
tindak tutur menurut Sarle dalam Leech (1963: 163) mengklasifikasikan tindak
ilokusi berdasarkan pada beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Asertif
b. Direktif
c. Komisif
Komisif adalah suatu tindak tutur yang melibatkan pembicara pada beberapa
tindakan yang I akan datang, misalnya: menjanjikan, bersumpah, menawarkan,
memanjatkan (doa).
d. Ekspresif
e. Deklaratif
Abdul Chaer dan Leonie Agustina. (2004). Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Austin, J. L. (1962). How do to Things with Words. Oxford: The Clarendon Press.
Nadar, F. X. (2009). Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Saifudin, A. (2019). Teori tindak tutur dalam studi linguistik pragmatik. Lite: Jurnal
Bahasa, Sastra, dan Budaya, 15(1), 1-16.
Searle, J. R. (1971). The Philosophy of Language (Oxford Readings in Philosophy).
London: Oxford University Press.
Searle, John R. (1974). Speech Acts, an Essay in the Philosophy of Language.
Cambridge: Cambridge University Press.
Wijana, I Dewa Putu. (1996). Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
Yuliantoro, Agus. (2020). Analisis Pragmatik. Surakarta: UNWIDHA Press