Anda di halaman 1dari 8

A.

Latar Belakang Masalah


Bahasa adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh semua orang
dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa menggunakan bahasa seseorang tidak akan
dapat bersosial, bahkan mungkin juga tidak akan dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dalam sebuah komunikasi telah terjadi peristiwa tutur menyangkut
pihak-pihak yang bertutur dalam satu situasi dan tempat tertentu, dan peristiwa
tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur
(Inggris:speech act) yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau
peristiwa tutur merupakan gejala sosial seperti disebut di atas maka tindak tutur
merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya
ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.
Kalau dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwanya, tetapi dalam
tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindak
tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada satu proses,
yakni proses komunikasi.1
Istilah dan teori mengenai tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J.L.
Austin, seorang guru besar di Universitas Harvard, pada tahun 1956. Teori yang
berasal dari materi kuliah itu kemudian dibukukan oleh J.O. Urmson (1965)
dengan judul How to do Thing with Word? Tetapi teori tersebut baru menjadi
terkenal dalam studi linguistik setelah Searle (1969) menerbitkan buku berjudul
Speech Act Essay in The Philosophy of Language.2
Pada pembahasan kali ini penulis mengangkat topik sosiolinguistik yang
membahas fenomena tindak tutur direktif yang sering diutarakan Ustad Yusuf
Mansyur dalam acara disalah satu station televisi. Melihat fenomena yang terjadi
membuat penulis tertarik untuk mencoba menganalisa tindak tutur yang sering
diutarakan Ustad Yusuf Mansyur tersebut. Tindak tutur Ustad Yusuf Mansyur

1
2

Abdul Chaer, Sosiolinguistik:Perkenalan Awal,(Jakarta:PT. Rineka Cipta,2010),hal. 50


Ibid. Hal. 50

merupakan gejala individual yang begitu direktif ketika melakukan peristiwa tutur
yang merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur (speech act).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fenomena tindak tutur direktif?
2. Bagaimana fenomena tindak tutur direktif Ust.Yusuf Mansyur?
3. Bagaimana reaksi pendengar dengan tindak tutur direktif Ust.Yusuf
Mansyur?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui fenomena tindak tutur ekspresif?
2. Mengetahui fenomena tindak tutur ekspresif Mister Tukul?
3. Mengetahui reaksi pendengar dengan tindak tutur ekspresif Mister
Tukul?
D. Pembahasan
Pengertian Tindak Tutur
Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan entitas yang bersifat
sentral dalam pragmatik sehingga bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur
merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik lain seperti praanggapan,
prinsip kerja sama, dan prinsip kesantunan. Tindak tutur memiliki bentuk yang
bervariasi untuk menyatakan suatu tujuan. Misalnya menurut ketentuan hukum
yang berlaku di negara ini, Saya memerintahkan anda untuk meninggalkan
gedung ini segera. Tuturan tersebut juga dapat dinyatakan dengan tuturan
Mohon anda meninggalkan tempat ini sekarang juga atau cukup dengan tuturan
Keluar. Ketiga contoh tuturan di atas dapat ditafsirkan sebagai perintah apabila
konteksnya sesuai.3

Novianti, E. (2008). Tindak tutur direktif dalam bahasa Melayu dialek Sambas. Tesis.
Universitas Diponegoro. Diakses melalui http://eprints.undip.ac.id/34123/

Austin (1962) menyebutkan bahwa pada dasarnya pada saat seseorang


mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pernyataan tersebut kemudian
mendasari lahirnya teori tindak tutur. Yule (1996) mendefinisikan tindak tutur
sebagai tindakan yang dilakukan melalui ujaran. Sedangkan Cohen (dalam
Hornberger dan McKay (1996) mendefinisikan tindak tutur sebagai sebuah
kesatuan fungsional dalam komunikasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa tindak tutur
merupakan suatu ujaran yang mengandung tindakan sebagai suatu kesatuan
fungsional dalam komunikasi yang mempertimbangkan aspek situasi tutur.4
Tindak tutur dan peristiwa tutur sangat erat terkait. Keduanya merupakan
dua gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi. Peristiwa
tutur merupakan peristiwa sosial karena menyangkut pihak-pihak yang bertutur
dalam satu situasi dan tempat tertentu. Peristiwa tutur ini pada dasarnya
merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur (inggris: speech act) yang
terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, tindak tutur
selalu berada dalam peristiwa tutur. Kalau peristiwa tutur merupakan gejala sosial
seperti disebut di atas, maka tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat
psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si
penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Kalau dalam peristiwa tutur lebih
dilihat pada tujuan peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada
makna atau arti tindakan dalam tuturannya.5
Berkenaan dengan tindak tutur, terdapat tindak tutur yang beragam sebagai
berikut ini: Austin (dalam Rani, 2010:160-163) membagi tindak tutur, yaitu tindak
lokusi (lotionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak perlokusi
(perlocutionary act).6 Bertolak dari pendapat di atas, diuraikan sebagai berikut:

Op.cit. Hal. 3
Op.cit. Hal. 4
6
Pratiwi, D.N. (2012). Penerapan Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, Dan Perlokusi Ustad
Nur Maulana Pada Tayangan Islam Itu Indah Di Trans TV, Skriptorium, Vol. 1, No. 1, diakses
melalui http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=4345&med=45&bid=45
5

a.

Tindak Lokusi
Tindak lokusi merupakan tindak yang menyatakan sesuatu tetapi tindak

tersebut tindak menuntut pertanggung jawaban dari lawan tutur. Sebagai tindak
tutur dalam kalimat berikut: Ia mengatakan kepada saya, Jangan lagi ganggu
dia. Pada kalimat tersebut merupakan tuturan lokusi, penutur menggunakan
kalimat deklaratif, penutur menyatakan sesuatu dengan lengkap pada saat ia ingin
menyampaikan informasi kepada lawan tutur.7
b. Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi memiliki maksud sebaliknya dari tindak lokusi. Tindak ilokusi
merupakan tindak yang mengatakan sesuatu dengan maksud isi tuturan untuk
meminta pertanggungjawaban dari penutur. Sebagai tindak tutur dalam kalimat
berikut: Besok saya tunggu di kampus A gedung A1. Pada kalimat tersebut yaitu
Besok saya tunggu merupakan tuturan ilokusi, penutur menggunakan peryataan
berjanji

kepada

lawan

tutur.

Peryataan

berjanji

tersebut

meminta

pertanggungjawab penutur akan tindakan yang akan datang kepada lawan tutur.8
c.

Tindak Perlokusi
Tindak perlokusi adalah tindak yang mempengaruhi kondisi psikologis

lawan tutur agar menuruti keinginan penutur. Sebagai tindak tutur dalam kalimat
berikut: Maaf, saya sangat sibuk. Kalimat tersebut merupakan tuturan perlokusi,
penutur mempengaruhi kondisi lawan tutur dengan menggunakan peryataan
memberi maaf yaitu pada kata maaf. Kata maaf dituturkan penutur agar lawan
tutur mengerti akan kondisi penutur bahwa ia sangat sibuk, sehingga tidak bisa
diganggu.9
Berbeda dengan Austin, Searle (dalam Leech, 2011:163-166) berpendapat
membagi tindak tutur ilokusi berdasarkan berbagai kriteria, yaitu asertif, direktif,
komisif, ekspresif, dan deklaratif. Bertolak dari pendapat tersebut jenis ilokusi
dapat diuraikan sebagai berikut:
7

Ibid. Hal. 3
Ibid. Hal. 3
9
Ibid. Hal. 4
8

a.

Asertif
Tindak tutur yang terikat akan kebenaran proposisi yang dituturkan, seperti,

menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat,


melaporkan.
b. Direktif
Tindak tutur yang menghasilkan suatu efek yang dituturkan oleh penutur,
seperti memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat.
c.

Komisif
Tindak tutur yang terikat pada tindakan di masa yang akan datang, seperti

menjanjikan, menawarkan, berkaul.


d. Ekspresif
Tindak tutur tersebut terikat akan suatu tuturan yang mengutarakan sikap
psikologis secara tersirat, seperti, mengucapkan terima kasih, mengucapkan
selamat, memberi maaf, mengecam, memuji, mengucapkan belangsungkawa, dan
sebagainya.
e.

Deklaratif
Tindak tutur tersebut merupakan tindak yang terikat aka nisi proposisi dengan

keadaan aslinya, benar atau salah, seperti mengundurkan diri, membabtis,


memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan/membuang,
mengangkat (pegawai), dan sebagainya.
E.

Tindak Tutur Direktif Ustad Yusuf Mansyur

1) Menyuruh
Tindak tutur direktif menyuruh merupakan tindak tutur yang dituturkan
dengan maksud menyuruh petutur untuk melakukan yang diucapkan oleh
penutur. Tuturan Ustaz Yusuf Mansur yang termasuk tindak tutur direktif
menyuruh dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
(1) Mbok ya solat dulu, doa dulu, sing sabar.

Tuturan (1) merupakan tuturan yaang termasuk dalam tindak tutur


direktif menyuruh ditandai dengan kalimat mbok ya solat dulu, doa dulu.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur menyuruh kepada petuturnya untuk
salat dan berdoa dan sabar ketika menginginkan sesuatu.
2) Memohon
Tindak tutur direktif memohon merupakan tindak tutur yang
ditandai
dengan ungkapan penanda kesantunan memohon. Tuturan Ustaz Yusuf
Mansur yang termasuk ke dalam tindak tutur direktif memohon dapat
dilihat pada kutipan berikut ini
(2) Mohon maaf kalau saya Yusuf Mansur tidak memuaskan dalam
menjawab tentang riadlah 40 hari.
Tuturan (2) merupakan tuturan yang termasuk dalam tindak tutur
direktif memohon ditandai dengan kalimat mohon maaf kalau saya Yusuf
Mansur tidak memuaskan dalam menjawab. Maksud dari tuturan tersebut
adalah penutur meminta maaf kepada pendengar jika dalam menjawab
tentang tema yang disampaikan belum semuanya terjawab atau pendengar
belum merasa cukup dengan ulasan yang disampaikan.
3) Menyarankan
Tindak tutur direktif menyarankan merupakan tindak tutur yang
dituturkan oleh penutur untuk menganjurkan atau memberi saran kepada
petutur untuk dipertimbangkan dan bersifat tidak memaksa. Tuturan Ustaz
Yusuf Mansur yang termasuk tindak tutur direktif menyarankan adalah
sebagai berikut:
(3) Jadi saran saya sih ya, enggak

bisa ngejalanin riadlah yang mulai

dari a sampai z pilihlah bagian c dan d nya.10


Tuturan (3) juga merupakan tuturan yang termasuk dalam tindak
tutur direktif menyarankan ditandai dengan kalimat jadi saran saya sih
ya. Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur menyarankan kepada petutur
10

http://id.wikipedia.org/wiki/Yusuf_Mansur, diakses pada 21 Desember


2014.

jika tidak bisa menjalankan sepenuhnya riadlah lakukanlah bagian yang


tertentu saja. Kedua kutipan tuturan di atas sama-sama memiliki maksud
memberi saran kepada petutur yang sifatnya tidak memaksa petutur untuk
melakukan tuturan yang dituturkan oleh penutur.
Dari fakta di atas dapat kita ketahui bahwasannya dalam menyampaikan
tindak tutur direktif (menyuruh, memohon dan menyarankan ) Ustad Yusuf
Mansyur lebih santun dan sifatnya tidak memaksa kepada pendengar atau para
mustamiin. Ustad Yusuf Mansyur sangat memperhatikan tindak tutur yang
digunakan agar mendapat reaksi yang baik dan positif. Ustad Yusuf Mansyur juga
sangat memperhatikan diksi dalam menyampaaikan ceramahnya agar dapat
dipahami oleh pendengar baik maksud dan maknanya.
F. Penutup
Demikian hasil study kepustakaan fenomena tindak tutur direktif dalam
penyampaian ceramah Ustad Yusuf Mansyur. Penulis banyak menemukan kesulitan, akan
tetapi dengan rasa semangat dalam menyelesaikannya, Alhamdulillah makalah studi
kepustakaan fenomena tindak tutur ini selesai. Kita semua mengetahui, dalam era modern
seperti ini ketrampilan menyampaikan pesan-pesan agama kurang begitu digeluti, yang
pada akhirnya penyampaian diksi ceramah kurang begitu maksimal yang berimbas pada
tidak tersampainya pesan agama yang seharusnya bisa dipahami dan dipraktekkan oleh
para jamaah dan pendengar pengajian. Dan pada hal ini Ustad Yusuf Mansyur memang
sosok yang sangat memperhatikan ketrampilan dalam ceramah sehingga pesan dapat
tersampaikan dengan baik, maksud dan maknanya.
Dalam penyampaian ceramah tidak terlepas dari teori komunikasi dan bagaimana
dalam bertindak tutur. Dalam agama Islam pun mengajarkan kepada umatnya agar
mengucapkan perkataan yang menimbulkan Allah ridho dengan ucapan kita. Dalam hal
ini Ustad Yusuf Mansyur sangat memperhatikan hal ini bahkan beliau mempunyai
strategi dalam bertindak tutur dengan santun dan baik. Sehingga diksi atau pesan serta
nilai agama tersampaikan.

G.

Simpulan Dan Saran


Ustad Yusuf Mansyur sangat memperhatikan tindak tutur yang digunakan

agar mendapat reaksi yang baik dan positif. Ustad Yusuf Mansyur juga sangat
memperhatikan diksi dalam menyampaaikan ceramahnya agar dapat dipahami
oleh pendengar baik maksud dan maknanya.
Ustad Yusuf Mansyur mencontohkan kepada para penutur dan para dai
pada umumnya untuk senantiasa memperhatikan diksi dalam berceramah. Dengan
senantiasa bertindak tutur dengan baik dan benar, maksud dan makna yang
terdapat dalam pesan agama tersampaikan kepada mustamiin.
Fenomena tindak tutur direktif pada proses penyampaian pesan agama
lewat ceramah bisa dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan sekedar
menyampaikan ceramah tanpa menggunakan teori tindak tutur yang sesuai dan
baik.

H. Referensi

Chaer, A. (2010). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT.Rineke Cipta.


E, N. (2008). Tindak Tutur direktif dalam bahasa Melayu dialek Sambas. Universitas
Diponegoro: Tesis.
J, N. P. (1987). Ilmu Pragmatik:Teori dan Penerapannya. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=4345&med=45&bid=45
http://id.wikipedia.org/wiki/Yusuf_Mansur, diakses pada 21 Desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai