Anda di halaman 1dari 17

Tindak Tutur

Berdasarkan Daya
Tuturan
(Lokusi, Ilokusi, dan Perlukosi)

Oleh:
Suharti (22520024)
Christina Fitri Fuji W. (22520026)
Pengertian Tindak Tutur:
1. Abdul Chaer (2010: 49-50) menyatakan bahwa tindak
tutur adalah suatu peristiwa tutur yang pada dasarnya
merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang
terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau
peristiwa tutur merupakan gejala sosial, maka tindak
tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologi, dan
keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si
penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Kalau dalam
peristiwa tutur lebih dilihat tujuan peristiwanya, tetapi
dalam tindak tutur lebih dilihat makna atau arti tindakan
dalam tuturannya.
2. Tarigan (2009: 33) menyatakan bahwa tindak tutur
merupakan situasi ujaran atau ucapan tentu mengandung
maksud dan tujuan tertentu. Dengan kata lain, kedua belah
pihak yaitu penutur dan lawan tutur terlibat dalam suatu
tujuan kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu.
3. Langi (2017: 17) mendefinisikan tindak tutur atau
tindak ujar (speech act) sebagai entitas yang bersifat
sentral dan bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak
tutur (speech act) merupakan unsur pragmatik yang
melibatkan pembicara dan pendengar atau penulis dan
pembaca serta yang dibicarakan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa: tindak tutur adalah teori yang mengkaji makna
bahasa yang didasarkan pada hubungan tuturan dengan
tindakan yang dilakukan oleh penutur kepada mitra tuturnya
dalam berkomunikasi.
Jenis-jenis Tindak Tutur:
Menurut Austin (dalam Tarigan, 2009: 34) tindak ujar/tindak
tutur terdiri atas:

1. Tindak lokusi (Melakukan tindakan untuk mengatakan


sesuatu)
2. Tindak ilokusi (Melakukan suatu tindakan dalam
mengatakan sesuatu)
3. Tindak perlokusi (Melakukan suatu tindakan dengan
mengatakan sesuatu)
1. Lokusi
Lokusi merupakan tindak tutur yang paling
mudah dipahami karena paling mudah didefinisikan
tanpa menyertakan konteks tuturan. Lokusi adalah
tindak tutur untuk menyatakan sesuatu (the act of
saying something). Jika dicermati dengan seksama,
tindak tutur lokusi berkaitan dengan preposisi
kalimat.
Subjek/topik dan prediket/comment merupakan
dua unsur identifikasi dalam kalimat lokusi. Dalam
ranah pragmatik, tindak lokusi dianggap tidak terlalu
penting perannya untuk memahami tindak tutur.
Yang diutamakan dalam tindak lokusi adalah isi tuturan
yang diungkapkan oleh penutur. Wujud tindak lokusi adalah
tuturan-tuturan yang berisi pernyataan atau tentang sesuatu.
Lokusi dapat diartikan sebagai sebuah tindakan dalam
sebuah tuturan yang berfungsi ataupun bermakna untuk
menyampaikan informasi tertentu dan dapat dipahami.
Ketika ada sebuah tuturan dan hanya menyampaikan
informasi, maka tuturan itu tergolong dalam lokusi.
Leech (2011: 316) menyatakan bahwa tindak bahasa lokusi lebih
kurang dapat disamakan dengan sebuah tuturan kalimat yang
mengandung makna dan acuan tertentu.
Contoh:
1. Lumba-lumba merupakan hewan yang menyusui.
2. Jari manusia jumlahnya dua puluh.
Kalimat 1 dan 2 diucapkan oleh penuturnya hanya untuk
menginformasikan sesuatu tanpa berniat untuk menyuruh atau
mempengaruhi lawan bicara.
2. Ilokusi
Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan dan
menginformasikan sesuatu juga digunakan untuk melakukan sesuatu.
Tuturan sebagai bentuk untuk melakukan sesuatu merupakan sebuah
ilokusi (the act of doing something).
Wijana (1996: 19) menyatakan bahwa tindak ilokusi adalah
sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau
menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk
melakukan sesuatu.
Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung daya
untuk melakukan tindakan tertentu dalam hubungannya dengan
mengatakan sesuatu (an act of doing somethings in saying
somethings).
Ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasi-kan
dengan kalimat performatif yang eksplisit. Ilokusi juga dapat
diartikan bahwa sebuah tuturan yang menginformasikan sesuatu,
biasanya digunakan dalam melakukan sebuah gerakan atau
tindakan. Jika saat peristiwa tutur ada sebuah tindakan dan terjadi
kegiatan atau aktivitas tertentu dalam sebuah peristiwa tutur, maka
hal itu termasuk dalam ilokusi.
Tindak ilokusi sulit diidentifikasi secara lagsung. Tindak tutur
ilokusi harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tuturnya,
serta kapan dan dimana tindak tutur terjadi. Berbeda dengan konsep
lokusi, konsep ilokusi adalah hal yang penting dalam memahami
tindak tutur.
Contoh tindak tutur ilokusi:
1. Hujan akan turun
2. Saya kemarin tidak bisa datang
3. Sebentar lagi ujian
4. Panjang sekali rambutmu

Kalimat 1 apabila dicermati tidak hanya berfungsi untuk memberikan


informasi. Tetapi dapat ditafsirkan juga sebagai pemberi peringatan. Apabila
seseorang berkata hujan akan turun maka tindakan lain yang dimaksudkan
dalam tuturan adalah untuk berteduh atau untuk menyiapkan payung.
Kalimat 2 juga sama seperti kalimat 1 yang fungsinya tidak hanya
menyatakan sesuatu tetapi juga ingin melakukan suatu hal, yaitu meminta
maaf. Perumpamaannya ada seseorang yang tidak dapat hadir di pesta
pernikahan temannya. Informasi ketidakhadiran penutur dalam hal ini tidak
begitu penting karena kemungkinan besar lawan tutur sudah mengetahui hal
itu.
Seorang guru yang mengutarakan kalimat 3 kepada
muridnya kemungkinan ucapan tidak hanya berfungsi sebagai
informasi. Kalimat 3 dapat menafsirkan bahwa guru
memperingatkan murid agar belajar untuk mempersiapkan
ujian.
Kemudian pada kalimat 4 maksud dari ucapan dapat dilihat
berdasarkan konteks. Apabila kalimat d diucapkan oleh seorang
ibu kepada anak laki-lakinya, kemungkinan besar si ibu secara
tidak langsung menyuruh anaknya untuk potong rambut.
Namun, ketika kalimat 4 diucapkan oleh seorang pria kepada
kekasihnya maka kemungkinan hal itu adalah pujian sebagai
tanda kasih sayang.
Leech (2011: 326) menggolongkan tindak tutur ilokusi itu ke
dalam lima macam bentuk tuturan:

1. Tindak tutur asertif


2. Tindak tutur direktif
3. Tindak tutur komisatif
4. Tindak tutur ekspresif
5. Tindak tutur deklarasi
3. Perlokusi

Tindak tutur perlokusi adalah efek atau dampak yang


ditimbulkan oleh tuturan penutur terhadap mitra tutur. Efek atau
daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja
diciptakan oleh penuturnya (Rahardi, 2018: 69).
Sebuah tuturan yang dapat mempengaruhi lawan tutur disebut
sebagai tindak perlokusi. Tindak tutur perlokusi diutarakan
pembicara untuk mempengaruhi lawan tuturnya (the act of
affecting someone).
Tuturan perlokusi mempunyai daya pengaruh bagi yang
mendengarnya sehingga lawan tutur dapat terkena efeknya.
Penutur mengreasikan daya pengaruh atau efek dapat secara
sengaja atau tidak sengaja.
Tindakan perlokusi lebih mementingkan hasil, sebab
tindak tutur ini dikatakan berhasil jika mitra tutur melakukan
sesuatu yang diinginkan oleh penutur.
Dalam tuturan perlokusi, umumnya juga mengandung ilokusi.
Contoh:
1. Di sana makanannya lebih enak
2. Semalam saya sangat sibuk
Kalimat 1 dan 2 tidak hanya mengandung ilokusi akan tetapi juga
mengandung perlokusi. Apabila kalimat 1 diutarakan oleh seseorang
kepada temannya saat jam makan siang, kalimat 1 tidak hanya
mengandung lokusi, akan tetapi juga mengandung perlokusi berupa ajakan
untuk makan di tempat yang ia maksud.
Pada kalimat 2 apabila diutarakan oleh seorang anggota perkumpulan
kepada ketua, maka secara tidak langsung mengandung kalimat ilokusi
bahwa ia memohon maaf. Kemudian perlokusi yang diharapkan oleh
anggota adalah agar ketua memaklumi ketidakhadirannya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai