Pragmatik
Untuk memahami apa itu pragmatik, mungkin kita bisa mengkaji
pendapat para pakar pragmatik yang mana pendapat mereka berbeda
antara satu dan lainnya. Yule (1996: 3), misalnya, menyebutkan empat
definisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2)
bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang,
melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang
dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang
yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi
partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.
1 http://tulisanmakyun.blogspot.com/2007/07/linguistik-pragmatik
Yang pertama kali mengungkapkan gagasan bahwa bahasa
dapat digunakan untuk mengungkapkan tindakan melalui pembedaan
antara ujaran konstantif dan ujaran performatif adalah Austin. Ujuran
kontanstif menggambarkan atau memerikan peristiwa, prose, keadaan.
Dengan demikian, ujaran kontanstif dapat dikatakan benar atau salah.
Namun ujaran performatif memperlihatkan bahwa suatu perbuatan telah
diselesaikan pembicara dan bahwa dengan mengungkapkannya berarti
perbuatan itu diselesaikan pada saat itu juga.2
3 J.D Parera, 2004, Teori Semantik Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga hal: 266
memproduksi kalimat-kalimat yang memiliki pengertian dan acuan
tertentu. Bahkan, tujuannya adalah untuk menghasilkan kalimat-kalimat
semacam ini dengan pandangan untuk memberikan konstribusi jenis
gerakan interaksional tertentu pada komunikasi. Misalnya, dalam berujar
Anjing galak itu ada di kebun, penutur bisa sedang melakukan tindak
ilokusi dalam bentuk memperingatkan seseorang agar tidak masuk ke
dalam kebun. Dalam hal ini, perinagtan merupakan daya ilokusi ujaran itu.
Akhirnya, kita mungkin juga melakukan beberapa tindak perlokusi: apa
yang kita hasilkan atau capai denagn mengatakan sesuatu, seperti
manyakinkan, membujuk, menghalangi. Jika dengan mengujarkan Anjing
galak itu ada di kebun, penutur berhasil menghalangi pendengarnya
untuk masuk ke dalam kebun, maka, melalui ujaran ini penutur telah
melakukan suatu tintack perlokusi.
5 http://tulisanmakyun.blogspot.com/2007/07/linguistik-pragmatik.html
Grice (sebagaimana dikutip oleh Levinson, 1983 : 101)
berpendapat bahwa pelaksanaan percakapan itu dipandu oleh
seperangkat asumsi. Asumsi itu didasarkan atas pertimbangan rasional
dan dapat di rumuskan sebagai panduan untuk menggunakan bahasa
secara efektif dan efisien dalam percakapan. Panduan itu disebut Grice
sebagai maksim percakapan (maxims of conversation) atau prinsip-prinsip
umum yang mendasari penggunaan bahasa yang dilandasi kerja sama
secara efisien. Kesatuan seluruh maksim percakapan yang berjumlah
empat itu disebut prinsip kerja sama (co-operative principle). Keempat
maksim tersebut sebagai tersebut:6
Maksim Kualitas
Maksim Relevansi
1) Buatlah perkataan yang relevan
Maksim Cara
Bicaralah dengan jelas, dan khususnya:
1) Hindari kekaburan
2) Hindari ketaksaan
3) Berbicaralah singkat
4) Berbicaralah secara teratur
Setiap pembaca dapat memahami bahwa pesan ini hanya berlaku jika ia akan meninggalkan
ruangan tersebut untuk terakhir kalinya, bukan untuk setiap kali meninggalkan ruangan,
misalnya untuk ke kamar mandi. Dengan kata lain, pesan ini berada dalam spesifikasi
tertentu yang disepakati oleh addresser dan addressee dalam konteks komunikasi.7
B: At the weekend.
A: What weekend?
7 http://tulisanmakyun.blogspot.com/2007/07/linguistik-pragmatik.html
B: Next weekend. How does it works? You just turn up for the shuttle
service?
9 http://tulisanmakyun.blogspot.com/2007/07/linguistik-pragmatik.html
Orang bertutur yang berpegang dan melaksanakan maksim
kebijaksanaan akan dapat dikatakan sebagai orang santun. Apabila di
dalambertutur orang berpegang teguh pada maksim kebijaksanaan, ia
akan dapat menghindarkan sikap dengki, iri hati, dan sikap-sikap lain yang
kurang santun terhadap si mitra tutur. Demikian pula perasaan sakit hati
sebagai akibat dari perlakuan yang tidak menguntungkan pihak lain akan
dapat diminimalkan apabila maksim kebijaksanaan ini dipegang teguh dan
dilaksanakan dalam kegiatan bertutur.
Menurut maksim ini , kesantunan dalam bertutur dapat
dilakukan apabila maksim kebijaksanaan dilaksanakan dengan baik.
Sebagai pemerjelas atas pelaksanaan maksim kebijaksanaan ini dalam
komunikasi yang sesungguhnya dapat dilihat pada contoh tuturan berikut
ini.
Tuan rumah: Silahkan makan dulu, nak.
Tadi kami semua sudah mendahuluinya.
Tamu : Wah, saya jadi tidak enak, Bu
Dituturkan oleh seorang Ibu kepada seorang anak muda yang
sedang bertamu di rumah Ibu tersebut. Pada saat itu, ia harus
menginap karena hujan yang lebat dan tidak kunjung reda.
3) Maksim Penghargaan
(a) Kurangi cacian pada orang lain.
(b)Tambah pujian pada orang lain.
4) Maksim Kesederhanaan
(a) Kurangi pujian pada diri sendiri.
(b)Tambah cacian pada diri sendiri.
Sekretaris A : Dik, nanti rapatnya dibuka dengan doa dulu ya, ya!
Sekretaris B : Ya, Mbak. Tapi, saya jelek lho.
Dituturkan oleh seorang sekretaris kepada sekretaris lain yang masih
junior pada saat berada di kantor kerjanya.
5) Maksim Permufakatan,
(a) Kurangi ketidaksesuaian antara diri sendiri dengan orang lain.
(b)Tingkatkan persesuaian antara diri sendiri dengan orang lain.