Anda di halaman 1dari 16

KANDAI

Volume 13 No. .., … No. 2, November 2017 Halaman 311-325n

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM GELAR WICARA


“SENTILAN SENTILUN” DI METRO TV
(Conversational Implicature in “Sentilan Sentilun” Talk Show on Metro TV)

Wiwiek Dwi Astuti


Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta, Indonesia
Pos-el: wiwiekdwiastuti@gmail.com
(Diterima 7 Juni 2017; Direvisi 16 November 2017; Disetujui 17 November 2017)

Abstract
Attitudes and ideas conveyed through verbal forms may not necessarily be attitudes and
meanings, but can be different or even contrary to what is stated. Submission of intent is
what is known as the implicature of conversation. The utterances are analyzed to describe
(1) the function of the conversation implicature in talk show of sentilan sentilun episode of
‘Siapa Ikut Gerobak’, and (2) the violation of cooperative principle and/politeness
principle in the talkshow. ’The method used is listening and note taking. The findings
related to the function of implicature is the use of representative (assertive), directive
(imposive), expressive, commisive, and declarative utterance. The violation of cooperative
principle with all the maxims is clearly seen in encountering and language games (joke).
Keywords: conversation implicatur, violation of cooperative principle, maxim, talkshow

Abstrak
Sikap dan gagasan yang disampaikan melalui bentuk verbal belum tentu merupakan
sikap dan maksudnya, melainkan dapat berbeda atau bahkan berlawanan dari apa yang
dinyatakan. Penyampaian maksud secara taklangsung itulah yang dikenal dengan istilah
implikatur percakapan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) wujud/fungsi
implikatur percakapan dan (2) pelanggaran prinsip kerja sama dan/prinsip kesantunan
dalam tayangan talk show (gelar wicara) “Sentilan Sentilun” di Metro TV dengan episode
‘Siapa Ikut Gerobak??’ Metode yang digunakan adalah metode simak dengan teknik catat
ujaran/tuturan tokoh-tokohnya dan/atau tamu-tamu yang dihadirkan dalam acara tersebut.
Hasil yang diperoleh terkait dengan wujud/fungsi implikatur adalah penggunaan tuturan
representatif (asertif), direktif (imposif), ekspresif, komisif, dan deklaratif. Selanjutnya,
pelanggaran prinsip kerja sama beserta semua maksimnya lebih menonjolkan perbenturan
dan permainan (percandaan).
Kata-kata kunci: implikatur percakapan, pelanggaran prinsip percakapan, maksim, gelar
wicara

PENDAHULUAN berkaitan dengan masalah perilaku


pemakaian bahasa dalam konteks dan di
Dalam bertutur biasanya penutur dalam analisisnya tidak boleh terpisah
berharap maksud komunikasinya akan dari konteks tempat munculnya data.
dimengerti oleh pendengar/mitra tutur. Lingkungan tutur dan lingkungan
Dalam rangka memahami apa yang keadaan tempat teks diucapkan disebut
dimaksudkan oleh seorang penutur, konteks situasi. Konteks secara
lawan tutur (petutur) harus melakukan pragmatik meliputi identitas partisipan,
interpretasi pada tuturan-tuturannya parameter waktu, dan tempat peristiwa
(Wijana, 1996, hlm. 45). tuturan. Dengan demikian, konteks
Kajian bahasa tidak dapat mencakup dua macam, yakni konteks
dilakukan tanpa mempertimbangkan linguistik dan konteks fisik (van Dijk,
konteks. Kajian pragmatik selalu 1976, hlm. 192).

311
Kandai Vol. 13, No. 2, November 2017; 311-325

Selanjutnya, dikatakan oleh Yule menarik karena terdiri atas pernyataan


(1996) bahwa untuk dapat melanjutkan atau pertanyaan yang ditujukan untuk
komunikasi, mitra tutur diharapkan memancing tanggapan dari lawan
memiliki pengetahuan mengenai bicara/mitra tutur/bintang tamunya.
informasi yang tersembunyi dengan Tokoh Sentilan dan Sentilun secara
informasi yang dinyatakan penutur. bergantian bertutur secara implikatif
Keseluruhan informasi ini dijadikan sehingga tercipta tanggapan dan
asumsi berdasarkan pengetahuan yang pembahasan yang panjang dari tuturan
dimiliki penutur yang disebut dengan tersebut. Untuk memahami bentuk-
praanggapan. Praanggapan merupakan bentuk bahasa yang implikatif itu perlu
asumsi yang dibentuk penutur adanya pengkajian atau analisis yang
berdasarkan pada pengetahuan yang mendalam. Selain itu, dalam mengkaji
dimilikinya sebelum menghasilkan dan menganalisis ujaran yang
sebuah tuturan. Zamzani (2007, hlm. 27) mengandung implikatur perlu kepekaan
juga menyatakan bahwa masyarakat dengan konteks yang melingkupi
yang memiliki kebudayaan konteks peristiwa kebahasaan itu. Untuk itu,
tinggi di dalam berkomunikasi diperlukan pemahaman tentang hal yang
cenderung tertutup, implisit, lebih tersembunyi agar apa yang menjadi
banyak menggunakan bentuk nonverbal maksud atau informasi dari sebuah
daripada bentuk verbal. Sikap dan ujaran dapat diterima dengan baik.
gagasan yang disampaikan melalui Beberapa penelitian yang berkaitan
bentuk verbal belum tentu merupakan dengan implikatur, di antaranya
sikap dan maksudnya, melainkan dapat penelitian Rustono yang berjudul
berbeda atau bahkan berlawanan dari apa “Implikatur Percakapan sebagai
yang dinyatakan. Oleh karena itu, Penunjang Pengungkapan Humor di
diperlukan kemampuan apresiasi yang dalam Wacana Humor Verbal Lisan
tinggi untuk dapat memahami tuturan Berbahasa Indonesia.” Data diambil dari
atau ujaran yang dimunculkan oleh rekaman humor dari beberapa pelawak
masyarakat yang demikian itu. Indonesia, seperti kelompok Srimulat.
Percakapan dapat berlangsung Penelitian tersebut untuk meraih gelar
secara lancar berkat adanya semacam doktornya di Universitas Indonesia
“kesepakatan bersama.” Kesepakatan itu (1998). Disertasi Rustono (1998)
antara lain berupa kontrak tak tertulis mengkaji implikatur yang diaplikasikan
bahwa ihwal yang dibicarakan itu harus pada wacana humor verbal lisan yang
saling berhubungan. Jika hubungan itu berfungsi sebagai penunjang
tidak terdapat pada ujaran-ujaran pengungkapan humor dengan tujuan
tersebut atau ujaran tersebut secara memaparkan dan memberi argumentasi
lepas, artinya makna keterikatan itu tidak mengenai implikatur percakapan yang
terungkap secara harfiah pada ujaran timbul sebagai akibat terjadinya
tersebut maka dapat ditarik simpulan di pelanggaran prinsip kerja sama dan/atau
dalamnya. Penyimpulan semacam inilah prinsip kesantunan. Temuan yang
oleh Grice (1975) disebut sebagai diperoleh adalah pelanggaran empat
implikatur percakapan. Jadi, implikatur maksim percakapan, yakni maksim (1)
percakapan adalah implikasi pragmatik kuantitas, (2) kualitas, (3) relevansi, dan
yang terdapat di dalam percakapan yang (4) cara. Pelanggaran maksim-maksim
timbul sebagai akibat terjadinya tersebut menjadi penyebab timbulnya
pelanggaran prinsip percakapan. implikatur percakapan yang berfungsi
Acara “Sentilan Sentilun” sarat sebagai penunjang pengungkapan
dengan implikatur percakapan. Tuturan humor. Selain pelanggaran empat
tokoh Sentilan dan Sentilun sangat maksim percakapan, terjadi juga

312
Wiwiek Dwi Astuti: ImplikaturPercakapan...

pelanggaran enam prinsip kesantunan, yang sengaja dimaksudkan. Analisis


yakni (1) maksim kearifan, (2) maksim implikatur telah membuktikan
kedermawanan, (3) maksim pujian, (4) pentingnya wacana analisis teori dan
maksim kerendahhatian, (5) maksim silabus bahasa Inggris yang baru karena
kesepakatan, dan (6) maksim melayani untuk apa yang dikatakan dan
kesimpatian. apa yang dipahami dalam proses
Gunarwan (2006) juga melakukan komunikasi. Implikatur juga memainkan
penelitian tentang implikatur dan peran penting dalam bahasa media
kesantunan yang diterbitkan berupa dengan menjembatani kesenjangan
makalah yang tercantum dalam antara budaya yang berbeda.
PELBBA 18 di Unika Atma Jaya dengan Kusumawati (2010) juga telah
judul “Implikatur dan Kesantunan meneliti “Implikatur Percakapan dalam
Berbahasa: Beberapa Tilikan dari Karikatur Sukribo Harian Kompas Edisi
Sandiwara Ludruk.” Bahasan makalah Hari Minggu Bulan Januari—Februari
tersebut dibatasi pada implikatur yang 2010.” Penelitian Kusumawati bertujuan
menyiratkan kesantunan, baik yang mengidentifikasi wujud lingual,
positif maupun yang negatif. Data implikasi pragmatis dan konteks sosial,
bersumber dari dialog-dialog ludruk— dan fungsi implikatur percakapan dalam
sandiwara rakyat Jawa Timur—yang karikatur Sukribo Harian Kompas edisi
diambil dari beberapa lakon rekaman. hari Minggu bulan Januari—Februari
Tujuan penelitian Gunarwan adalah 2010. Yang dihasilkan Kusumawati
untuk melihat apakah implikatur dalam adalah ditemukannya wujud lingual yang
ujaran itu diungkapkan sebagai peranti mewadahi implikatur percakapan
kesantunan atau bukan dan jika iya, karikatur Sukribo edisi hari Minggu
dipertimbangkan apakah kesantunan itu bulan Januar—Februari 2010 yang
kesantunan positif atau negatif. Temuan meliputi kalimat imperatif (4 data),
yang didapat adalah pada implikatur interogatif (11 data), deklaratif (19 data),
berupa menjauhkan jarak sosial, eksklamasif (1 data), gabungan antara
pengurangan respek, menurunkan status kalimat interogatif, deklaratif dan
sosial, dan penekanan jarak sosial interjektif (1 data), gabungan antara
menunjukkan efek kesantunan negatif. kalimat deklaratif dan interogatif (1
Implikatur yang berupa pemberian data), gabungan antara kalimat
respek, menyamakan pijakan, deklaratif, interogatif dan imperatif (1
pendekatan jarak sosial, dan data), dan gabungan kalimat deklaratif
pengungkapan solidaritas menunjukkan dan imperatif (1 data). Implikasi
efek kesantunan positif. pragmatis meliputi penutur: mengelabui
Penelitian lain mengenai mitra tutur, meminta pengertian terhadap
implikatur dilakukan oleh Mustafa mitra tutur, meminta kepastian dari mitra
(2010) dari Nile Valley University, tutur, meminta respons atau tanggapan
Khartoum, Sudan. Penelitian ini dari mitra tutur, merasa yakin terhadap
mengeksplorasi implikatur sebagai ucapannya, 23 tidak memahami mitra
inferensi pragmatis dalam beberapa teks tutur, pasti melakukan apa yang
wartawan. Analisis isi telah dikatakannya, mencurigai mitra tutur,
membuktikan adanya inferensi dalam apa yang dikatakan sesuai dengan yang
semua jenis pelaporan berita. Penelitian sebenarnya terjadi, memarahi mitra
ini juga mengungkapkan bahwa tutur, dan meyakinkan mitra tutur.
implikatur sebagai elemen pragmatis Persamaan penelitian ini dengan yang
penting dalam proses komunikasi yang peneliti lakukan adalah sama-sama
menjembatani kesenjangan antara apa meneliti implikatur percakapan. Hanya,
yang secara harfiah dikatakan dan apa penelitian ini lebih cenderung kepada

313
Kandai Vol. 13, No. 2, November 2017; 311-325

implikatur percakapan pada gelar wicara wicara “Sentilan Sentilun”, khusus


yang tayang di televisi. tayangan tema “Siapa Ikut Gerobak??”
Nugrahaeni (2010) juga telah
meneliti “Analisis Implikatur Pada LANDASAN TEORI
Naskah Film Harry Potter and The
Goblet of Fire” Penelitian Nugraheni Penelitian ini menggunakan teori
bertujuan untuk mendeskripsikan implikatur, tindak tutur, dan teori
tuturan-tuturan yang melanggar maksim- kesantunan. Teori implikatur digunakan
maksim dalam prinsip kerja sama yang untuk membedakan antara apa yang
dikemukakan oleh Paul Grice, sehingga dikatakan oleh seseorang dan apa yang
timbul adanya implikatur percakapan. dimaksudkan oleh seseorang tersebut.
Data yang digunakan oleh Nugrahaeni Dijelaskan juga oleh Grice dalam
didapatkan dari naskah film “Harry Grundy (2007, hlm. 9) bahwa bagaimana
Potter and the Goblet of Fire.” mungkin kalimat yang sama dipahami
Persamaan penelitian Nugraheni dengan memiliki dua makna yang berlawanan
penelitian ini adalah sama-sama meneliti meskipun keduanya disampaikan secara
implikatur pada tuturan. Penelitian eksplisit. Inilah yang menjadi dasar
Nugraheni lebih mengarah untuk pemikiran Grice. Selanjutnya, Grice
mendeskripsikan tuturan-tuturan pada membuat contoh kalimat sebagai berikut.
naskah “Harry Potter and the Goblet of
Fire” yang melanggar pendekatan teori A: Are you working this afternoon?
prinsip kerja sama. B: I’m going back to the office.
Implikatur percakapan pada
hakikatnya merupakan konsep yang Dari contoh yang dikemukakan
sangat penting dalam pragmatik. terlihat bagaimana membedakan antara
Implikatur percakapan menunjuk pada apa yang dikatakan oleh seseorang dan
maksud dari suatu ucapan. Implikatur apa yang dimaksudkan oleh orang
percakapan dapat dibedakan atas apa tersebut. Telah diketahui bahwa
yang diucapkan dan apa yang ‘konteks’ sangatlah penting dalam
diimplikasikan oleh ucapan tersebut. menentukan apa yang dimaksudkan oleh
Implikatur ini dianggap menarik dan seseorang ketika seseorang mengatakan
penting untuk diteliti karena tidak sedikit sesuatu.
percakapan peserta tutur yang terlibat di Untuk memahami lebih lanjut
dalamnya tidak menerapkan prinsip tentang makna yang tersirat atau makna
kerja sama, sehingga pemaknaan suatu yang dimaksudkan dalam sebuah
bentuk bahasa yang implikatif dapat tuturan, diperlukan sebuah penelitian
menjadi sulit. Pageyasa (2012) berdasarkan teori implikatur. Konsep
melakukan penelitian untuk mengungkap implikatur pertama kali dikenalkan oleh
maksud tersembunyi anak usia 5 tahun H.P. Grice (1975, hlm. 41-58) untuk
dalam percakapan keluarga. Hasilnya, memecahkan persoalan makna bahasa
diketahui bahwa ada lima maksud yang tidak dapat diselesaikan oleh teori
tersembunyi, yaitu memerintah, semantik biasa. Teori Grice mengenai
mengajak, melarang, meminta, dan implikatur percakapan adalah bahwa
menolak. penutur selalu bermaksud untuk bekerja
Berdasarkan latar belakang sama ketika berbicara. Salah satu cara
tersebut penelitian ini perlu dilakukan untuk bekerja sama adalah dengan
dengan tujuan menjelaskan wujud menyampaikan informasi yang
implikatur, fungsi implikatur, serta diperlukan. Grice berdasarkan
pelanggaran prinsip percakapan yang penelitiannya menyebutkan bahwa
dilakukan oleh peserta tutur dalam gelar dalam sebuah percakapan, antara si

314
Wiwiek Dwi Astuti: ImplikaturPercakapan...

penutur dan si petutur terdapat sebuah Teori implikatur yang


prinsip yang mengatur percakapan yang dikemukakan Grice merupakan jalan
terdapat di dalam peristiwa komunikasi keluar untuk menjelaskan makna bahasa
yang disebut dengan Prinsip Kerja Sama yang tidak dapat diselesaikan oleh teori
(PKS). PKS ini seringkali diartikan semantik. Berkaitan dengan itu,
sebagai panduan umum yang melingkupi Levinson (1987) menyatakan bahwa (1)
interaksi percakapan. PKS membuat teori implikatur dapat memberikan
kontribusi kita menjadi tepat dalam penjelasan fungsional atas fakta-fakta
sebuah percakapan. Pembahasan PKS kebahasaan yang tidak terjangkau oleh
menurut Grice berhubungan dengan teori linguistik (struktural), (2) teori
empat maksim (panduan) yaitu, implikatur memberikan penjelasan
eksplisit adanya perbedaan antara apa
(a) Maksim Kuantitas (Maxim of yang diucapkan secara lahiriah dan apa
Quantity). Maksim ini menuntut yang dimaksudkan oleh suatu ujaran dan
si penutur untuk memberikan pemakai bahasa pun memahaminya, (3)
informasi yang diperlukan oleh teori implikatur dapat menyederhanakan
petutur dan tidak memberikan deskripsi semantik hubungan antarklausa
informasi yang tidak lengkap, yang berbeda konjungsinya, (4) teori
(b) Maksim Kualitas (Maxim of implikatur dapat menerangkan berbagai
Quality) untuk mengatur agar macam gejala kebahasaan yang secara
informasi yang disampaikan lahiriah tampak tidak berkaitan atau
dapat dipertanggungjawabkan bahkan berlawanan, tetapi ternyata
kebenarannya (Jangan berhubungan.
mengatakan sesuatu yang salah Leech (1993, hlm. 269)
atau mengatakan sesuatu yang menyatakan bahwa implikatur digunakan
kita sendiri kurang memilki agar pernyataan yang disampaikan itu
bukti), lebih santun. Jika disampaikan secara
(c) Maksim Hubungan (Maxim of langsung, tuturan terasa kurang santun.
Relation). Maksim ini Oleh karena itu, bertutur secara implisit
mengarahkan penutur untuk dengan orang kedua lebih cenderung
mengorganisasi ujaran mereka menggunakan tuturan secara implisit.
sedemikian rupa agar ujaran Gazdar (1979, hlm. 28) menambahkan
mereka tetap berhubungan “implicatur as a proposition that implied
dengan konteksnya, by utterance of sentence in a context,
(d) Maksim Cara (Maxim of eventhough that proposition is not a part
Manner) berhubungan erat of nor entailment of what was actually
dengan beberapa kendala dalam said.” Maksudnya adalah implikatur
penggunaan bahasa. Dengan sebagai proposisi yang tersirat dengan
mengetahui dasar-dasar ucapan kalimat dalam konteks, meskipun
(maksim) tersebut, menjadikan proposisi itu bukan bagian dari atau
si penutur/petutur harus mampu tidak dari apa yang sebenarnya
menggambarkan inferensi atas dikatakan.
makna yang diimplikasikan Levinson (1987) menyatakan
(entailment) dari suatu ujaran bahwa (1) teori implikatur dapat
(Grundy, 2007). Konsep memberikan penjelasan fungsional atas
mengenai penyampaian maksud fakta-fakta kebahasaan yang tidak
secara taklangsung inilah yang terjangkau oleh teori linguistik
kemudian dikenal dengan istilah (struktural), (2) teori implikatur
implikatur. memberikan penjelasan eksplisit adanya
perbedaan antara apa yang diucapkan

315
Kandai Vol. 13, No. 2, November 2017; 311-325

secara lahiriah dan apa yang menuntut, memberi nasihat,


dimaksudkan oleh suatu ujaran dan dll.),
pemakai bahasa pun memahaminya, (3) (3) komisif, yaitu fungsi ujaran
teori implikatur dapat menyederhanakan yang mengikat kepada penutur
deskripsi semantik hubungan antarklausa atas sejumlah tindakan yang
yang berbeda konjungsinya, (4) teori akan dilakukannya di masa
implikatur dapat menerangkan berbagai yang akan datang (misalnya
macam gejala kebahasaan yang secara berjanji, menawarkan,
lahiriah tampak tidak berkaitan atau mengancam, dll.),
bahkan berlawanan, tetapi ternyata (4) ekspresif, yaitu fungsi ujaran
berhubungan. yang mengungkapkan atau
Selanjutnya, teori tindak tutur juga mengutarakan sikap psikologi
dimanfaatkan dalam penelitian ini. penutur (misalnya berterima
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh kasih, mengucapkan selamat,
ahli filsafat bahasa yang bernama John memberi maaf, mengecam,
Austin pada tahun 1962 dalam bukunya memuji, mengucapkan bela
yang berjudul How to Do things with sungkawa, dll.),
Words. Ia mengatakan bahwa fungsi (5) deklarasi, yaitu fungsi ujaran
yang dibentuk oleh ujaran merupakan yang berupa pernyataan yang
bagian dari komunikasi interpersonal. mengandung suatu pengaruh
Menurut teori tersebut, setiap kali yang dapat mengubah status
pembicara mengucapkan suatu kalimat, seseorang dengan seketika. Dari
ia sedang berupaya mengerjakan sesuatu uraian tersebut tampak bahwa
dengan kata-kata (dalam kalimat) itu. Ia tindak tutur merupakan fungsi
juga mengatakan banyak fungsi yang bahasa, yaitu tujuan
dibentuk oleh ujaran merupakan bagian digunakannya bahasa, seperti
dari komunikasi interpersonal. Makna memuji, meminta maaf,
dalam komunikasi diungkapkan dengan memberi saran, dan
kalimat. Austin mengemukakan bahwa mengundang. Fungsi-fungsi
bahasa tidak hanya digunakan sebagai tersebut tidak dapat ditentukan
penyampai pesan, tetapi juga sebagai hanya dari bentuk
pembentuk tindakan yang terdiri atas dua gramatikalnya, tetapi juga dari
kategori, yaitu kalimat performatif dan konteks digunakannya bahasa
kalimat konstatif. tersebut.
Searle juga mengklasifikasi tindak
tutur ke dalam lima kategori, yakni Di dalam teori tindak tutur (speech
act) dikenal istilah tindak tutur tidak
(1) asertif (representatif), yaitu langsung (indirect speech act), yaitu
fungsi ujaran yang mengikat tindak tutur yang dikemukakan secara
penutur dengan kebenaran atas tidak langsung. Tuturan yang
ujarannya (seperti menyatakan, disampaikan secara tidak langsung
mengusulkan, membual, biasanya tidak dapat dijawab secara
menyimpulkan, dll.), langsung, tetapi harus segera
(2) direktif, yaitu fungsi ujaran dilaksanakan maksud yang
yang bertujuan menghasilkan diimplikasikannya. Nadar mengatakan
suatu efek berupa tindakan yang bahwa tindak tutur tidak langsung adalah
dilakukan oleh penutur tuturan yang berbeda dengan modus
(misalnya memesan, kalimatnya, maka maksud dari tindak
memerintah, memohon, tutur tidak langsung dapat beragam dan

316
Wiwiek Dwi Astuti: ImplikaturPercakapan...

bergantung pada konteksnya (Nadar, web Metro TV untuk menjaga


2009, hlm. 19). keakuratan data ketika data ditranskrip.
Teori kesantunan Leech (1983) Penyimakan terhadap tuturan
menyebutkan bahwa kewajaran suatu tayangan “Sentilan Sentilun” dibantu
percakapan tidak cukup hanya dengan dengan melakukan perekaman data dari
pemenuhan terhadap prinsip kerja sama. web Metro TV. Teknik catat adalah
Sebagai retorik interpersonal, pragmatik teknik menjaring data dengan mencatat
dalam percakapan masih memerlukan hasil penyimakan pada kartu data
prinsip lain di samping prinsip kerja (Kesuma, 2007, hlm. 45). Pencatatan
sama, yakni prinsip kesantunan dilakukan setelah data yang berupa
(politeness principle). Prinsip tuturan-tuturan antara pelaku utama dan
kesantunan menurut Leech (1983) tamu dalam “Sentilan Sentilun” tersebut
berhubungan dengan enam maksim, dinilai cukup untuk dijadikan data
yakni (1) maksim kearifan, (2) maksim penelitian.
kedermawanan, (3) maksim pujian, (4) Metode analisis data penelitian
maksim kerendahhatian, (5) maksim yang berupa penelitian deskriptif ini
kesepakatan, dan (6) maksim adalah menganalisis wujud/fungsi
kesimpatian. tuturan-tuturan. Peneliti menganalisis
wujud tuturan dan menganalisis
METODE PENELITIAN fungsinya. Sementara itu, wacana yang
dianalisis berupa penggalan-penggalan
Metode pengumpulan data yang wacana yang terdiri atas kelompok
digunakan dalam penelitian ini adalah tuturan. Data yang telah berhasil
metode simak. Penjaringan data dengan dihimpun berupa transkripsi tuturan
tidak terlibat secara langsung dalam dialog. Untuk memudahkan dalam
sebuah objek tuturan disebut dengan melakukan analisis, data-data yang
teknik simak bebas libat cakap. Dalam menunjukkan adanya implikatur
teknik ini peneliti tidak dilibatkan percakapan Grice diklasifikasikan
langsung untuk ikut menentukan berdasarkan variabelnya. Kemudian
pembentukan dan pemunculan calon data-data tersebut diberi kode untuk
data kecuali hanya sebagai pemerhati memperoleh kemudahan dalam
terhadap calon data yang terbentuk dan pengolahan data. Setelah itu data-data
muncul dari peristiwa kebahasaan yang dianalisis berdasarkan teori yang
berada di luar dirinya (Sudaryanto, dipakai, yakni teori implikatur
1993). Data yang digunakan adalah percakapan Grice. Penelitian ini
tuturan yang berbentuk dialog dan memanfaatkan konteks yang bersifat
tuturan yang diperkirakan mengandung intralinguistik atau dengan kata lain
implikatur, yakni episode yang pertalian makna antarkalimat diungkap
merepresentasikan tuturan yang berdasarkan hubungan antarkalimat yang
mengandung implikatur. Pengumpulan satu dengan kalimat yang lain di dalam
data dilakukan dengan metode simak teks. Konteks tuturan menggunakan
dengan teknik sadap karena cara yang analisis wacana. Pemanfaatan analisis
digunakan untuk memperoleh data wacana dalam penelitian ini bertujuan
dilakukan dengan cara menyimak untuk mengetahui wujud implikatur,
penggunaan tuturan-tuturan dalam dialog fungsi implikatur, dan pelanggaran
penutur dan petutur pada “Sentilan prinsip percakapan dalam tuturan antara
Sentilun” dialog episode ‘Siapa Ikut Sentilan dan Sentilun juga antara mereka
Gerobak??’ yang tayang di Metro TV dan tamu yang dalam hal itu sebagai
pada tanggal 28 Januari 2013 pukul narasumber. Alasannya adalah karena
22.30 dan sekaligus diunduh dari situs tuturan mereka muncul tentulah bukan

317
Kandai Vol. 13, No. 2, November 2017; 311-325

terjadi begitu saja, tetapi ada maksud dan dan imperatif langsung atau tidak
alasan tertentu mengapa bentuk tuturan langsung. Yang dimaksudkan wujud
tertentu itu yang digunakan. Dari analisis implikatur dalam penelitian ini adalah
ini diharapkan ditemukan (a) wujud wujud tuturan yang mewadahi
implikatur, (b) fungsi implikatur dan (c) implikatur percakapan.
pelanggaran prinsip percakapan Implikatur dapat dikatakan sebagai
(pelanggaran prinip kerja sama dan tindak tutur yang mempunyai fungsi.
prinsip kesantunan). Di dalam hasil Fungsi implikatur tercermin dari maksud
penelitian ini terbukti bahwa ujaran yang diutarakan penutur terhadap
penggunaan bentuk bahasa implikatif petutur saat percakapan berlangsung.
dilakukan dengan suatu maksud tertentu, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
yakni melakukan kritik sosial tentang fungsi implikatur dalam “Sentilan-
suatu fenomena yang terjadi di dalam Sentilun” yang berepisode ‘Siapa Ikut
masyarakat. Gerobak??’ muncul secara tersembunyi
dalam ujaran tokoh Sentilan Sentilun
PEMBAHASAN terhadap Pemda DKI dan terhadap para
politisi dan untuk pakar komunikasi
Dalam melakukan percakapan atau (Prof. Tjipta Lesmana); ujaran pakar
pertuturan, kadangkala maksud atau komunikasi (Prof. Tjipta Lesmana)
makna yang dituturkan mempunyai arti terhadap Pemda DKI.
langsung dan tidak langsung. Seorang Berikut ini temuan wujud
penutur dalam melakukan pertuturan implikatur, fungsi implikatur, dan
sebaiknya memenuhi kaidah-kaidah pelanggaran prinsip percakapan dalam
dalam percakapan, agar maksudnya acara “Sentilan-Sentilun” episode ‘Siapa
mudah dipahami oleh mitra tutur atau Ikut Gerobak??’. Dalam penelitian ini
pendengar. Namun demikian, sengaja ditemukan empat penggalan tuturan
atau tidak sengaja kadang mereka (penggalan wacana) dalam episode
melanggar kaidah-kaidah tersebut. Hal ‘Siapa Ikut Gerobak??’ yang
ini mengakibatkan timbulnya sesuatu diindikasikan mengandung implikatur,
yang terimplikasi atau sesuatu yang yakni penggalan tuturan 1 terdiri atas
implisit dalam penggunaan bahasa (tuturan 3-8), penggalan tuturan 2 terdiri
Penggunaan implikatur dalam atas (tuturan 14-31), penggalan tuturan 3
bertutur mempunyai tujuan atau terdiri atas (tuturan 79-84), (tuturan 98-
pertimbangan tertentu, yakni untuk 106), (tuturan 110-118), dan penggalan
memperhalus tuturan, menjaga etika tuturan 4 terdiri atas (tuturan 98-106).
kesantunan, menyindir dengan halus
secara tidak langsung, dan saling Episode: Siapa Ikut Gerobak??
menjaga apa yang dituturkan tidak Durasi: 23.10 menit
menyinggung perasaan pihak lain secara Edisi: 28 Januari 2013
langsung. Implikatur itu mencakup Bintang Utama:
hubungan antara ekspresi, makna 1. Sentilan (Slamet Rahardjo)
tuturan, dan implikasi suatu tuturan. 2. Sentilun (Butet Kertaredjasa)
Temuan penelitian ini adalah lima Bintang Tamu:
wujud implikatur. Tuturan yang 1. Prof. Dr. Tjipta Lesmana, M.A. (Pakar
digunakan untuk menyatakan implikatur Komunikasi Politik/TL)
disebut wujud implikatur. Dalam suatu
percakapan, implikatur dapat dinyatakan Konteks:
penutur terhadap petutur dengan Ndoro Sentilan sedang membereskan
konstruksi kebahasaan berupa tuturan- harta bendanya dalam kardus-kardus
tuturan bermodus deklaratif, interogatif, besar. Dia berniat mau pindah rumah

318
Wiwiek Dwi Astuti: ImplikaturPercakapan...

karena rumahnya kebanjiran. Di rumah datang dengan membawa gerobak yang


tersebut ada seorang tamu (pakar dipinjamnya dari seseorang di lokasi
komunikasi politik) yang diajak banjir di Pluit. Gerobak itu sebagai
berbincang-bincang mengenai berbagai penggganti mobil yang diminta oleh
hal yang berkaitan dengan penyebab Ndoro Sentilan untuk mengangkut
banjir di Jakarta, hak air mengalir, dan barang-barangnya untuk mengungsi.
wacana perpindahan ibu kota dari Implikatur Percakapan dalam episode
Jakarta ke daerah lain. Sentilun tiba-tiba “Siapa Ikut Gerobak??”
Tabel 1
Penggalan Wacana (1)

01 (1)
(t-3) Sentilan
Haduhh ini banjir ni gara-gara banjir. Banjir mau pindah ke mana, lah karena banjirnya ngga bisa
pindah, ya saya yang pindah. Aduh gimana sih itu bukan pertanyaan Pak, aduhhh..yoh sampean
duduk”. Gini loh Pak karena masalah banjir walaupun rumah saya belum banjir, tapi kan kita harus
siap” gitu loh Pak, kalo menurut sampean ini kenapa kita banjir terus kenapa, ya Pak, ya?

(t-4) TL
Banjir itu faktornya banyak, tapi sebagian besar faktor manusia
(t-5) Sentilan
Oh ya, kenapa itu, ya Pak?
(t-6) TL
Iya, faktor manusia dan faktor pengelolaan kota itu yang ngawur. Jadi, misalnya pemda DKI itu
keluarkan izin terus, izin bikin apartemen semuanya sehingga daerah resapan airnya abis, habis
dengan apa dengan hutan belukar beton habis. Faktor manusia misalnya buang sampah seenaknya
lihat misalnya di Jiung, di Manggarai sampahnya gile amat gitu loh.

(t-7) Sentilan
“Gile amat apa amat gile.. hahahaha aduhhhh. Hati-hati loh Pak orang Betawi banyak yang namanya
si Amat, houuu jangan salah.”

(t-8) TL
“Terus faktor lain Pemerintah Pusat itu nggak pernah serius membantu Pemda Jakarta, orang-orang
pusat pikir nih banjir urusan Jakarta. Salah, jadi Presiden, menteri juga lupa Jakarta itu ibu kota
Republik Indonesia pemerintah pusat ikut bertanggung jawab menanggulangi banjir jangan
dijoglokkan ke Jokowi semua. Salah itu.”

Analisis Penggalan Wacana (1) mengandung implikatur, yakni Pemda


DKI terlalu mudah mengeluarkan izin
(tuturan 3-8): Tuturan Tjipta Lesmana mendirikan bangunan tanpa mengecek
(t-6) “Iya, faktor manusia dan faktor kondisi di sekitar lokasi akan
pengelolaan kota itu yang ngawur. Jadi, dibangunnya gedung-gedung berbeton,
misalnya Pemda DKI itu keluarkan izin seperti mal atau apartemen sehingga
terus, izin bikin apartemen semuanya tanah resapan air semakin habis.
sehingga daerah resapan airnya abis, Mudahnya mendapatkan surat izin
abis dengan apa? dengan hutan belukar, mendirikan bangunan dicurigai adanya
beton… habis. Faktor manusia misalnya ‘uang pelicin’ untuk meloloskan IMB
buang sampah seenaknya lihat misalnya tersebut. Implikatur tersebut ditandai
di Jiung, di Manggarai sampahnya gile adanya pelanggaran prinsip kesantunan,
amat gitu loh” diindikasikan khususnya maksim kesimpatian karena

319
Kandai Vol. 13, No. 2, November 2017; 311-325

penutur tidak memaksimalkan rasa bertanggung jawab menanggulangi


simpati kepada pihak lain (Pemprov banjir jangan dijoglokkan ke Jokowi
DKI). Selain itu, tuturan Sentilan (t-7) semua, salah itu”. Selain itu, faktor
“Gile amat apa amat gile..hahahaha kedisiplinan warga Jakarta ketika
aduhhhh. Hati-hati loh Pak orang membuang sampah. Warga belum
Betawi banyak yang namanya si Amat, menyadari bahwa salah satu penyebab
houuu jangan salah…” sebenarnya juga musibah banjir adalah menumpuknya
mengandung implikatur bahwa bahasa sampah di sembarang tempat sehingga
yang digunakan oleh seorang profesor menghambat saluran air ketika terbawa
pakar komunikasi politik kurang santun. air hujan. Padahal, mereka tinggal tidak
Dalam tuturan Sentilan disebutkan jauh dari pusat kota. Artinya, masyarakat
bahwa Tjipta Lesmana, seorang pakar DKI belum sepenuhnya menyadari
komunikasi politik, diminta untuk hati- bahwa salah satu penyebab banjir itu
hati memilih kata-kata karena bahasa adalah ulah mereka juga. Bertahun-tahun
yang digunakan kurang resmi, seperti pembangunan gedung-gedung berbeton
gile amat. Beberapa pilihan katanya tersebut terus tumbuh sehingga pada
dianggap Sentilan kurang mewakili akhir-akhir ini pemimpin Jakarta
masyarakat terpelajar mengingat Tjipta mendapatkan citra buruk dari warganya.
Lesmana adalah orang terpelajar. Seandainya izin mendirikan bangunan
Implikatur yang terkandung dalam (IMB) pada waktu gubernur-gubernur
tuturan tersebut terjadi karena adanya DKI sebelumnya diperketat,
pelanggaran prinsip kesantunan, pembangunan gedung-gedung berbeton
khususnya maksim yang tidak tertata tidak separah akhir-
kearifan/kebijaksanaan karena penutur akhir ini. Bahkan, diramalkan oleh para
(Sentilan) tidak meminimalkan kerugian ahli bahwa jika hujan terus turun di
orang lain. Bukti-bukti bahwa tuturan- Jakarta, dalam waktu beberapa tahun
tuturan tersebut mengandung implikatur lagi Jakarta akan tenggelam karena tidak
adalah tuturan (t-8) “Terus faktor lain, ada resapan air lagi. Tuturan Tjipta
Pemerintah Pusat itu nggak pernah Lesmana itu mengandung implikatur
serius membantu Pemda Jakarta, orang- karena adanya pelanggaran prinsip
orang Pusat pikir nih banjir urusan kesantunan dengan wujud implikatur
Jakarta. Salah, jadi Presiden, Menteri ekspresif dan fungsi ‘menyatakan
juga lupa Jakarta itu ibu kota Republik marah’
Indonesia Pemerintah Pusat ikut

Tabel 2
Penggalan Wacana (2)

(t-14) Sentilun
Udah saya bawain gerobak Ndoro, katanya mau pindah toh.
(t-15) Sentilan
Yang saya pesen mobil kok dapetnya gerobak iki gimana ki?
(t-16) Sentilun
Mobil ndak ada, adanya ambulance Ndoro mau? Asik loh Ndoro naik ambulance.
(t-17) Sentilan
Ndak mau.
(t-18) Sentilun
Gini loh Ndoro menurut analisis saya gerobak ini ibaratnya partai politik.

320
Wiwiek Dwi Astuti: ImplikaturPercakapan...

(t-19) Sentilan
Tuh ngawur lagi, gerobak bukan becak, ya bukan partai politik kok ngawur.
(t-20) Sentilun
Ndoro ini bego permanen, Ini kan menjelang Pemilu Ndoro.
(t-21) Sentilan
Eh, jangan goblok-goblokin saya di depan tamu loh…

(t-22) Sentilun
Eh, maaf-maaf, Pak..
(t-23) Sentilan
Pak Cipta Lesmana ngawur aja.
(t-24) Sentilun
Nggak usah digoblok-goblokin emang goblok.
(t-25) Sentilan
Hubungannya sama partai politik itu apa?

(t-26) Sentilun
Kalo menjelang pemilu, Ndoro tau kan para politisi itu pada berebut naik. Nah, kalo tidak cocok
dengan yang dinaiki, tidak sejalan pasti cenderungnya pindah gerobak alias pindah partai atau
mundur dari partai. Jadi, kalo banjir gini ni ya rakyat-rakyat kecil sibuk berlomba naik gerobak, tapi
para politikus sibuk berlomba naik partai.

(t-27) Sentilan
Tapi gini jangan tepuk tangan dulu ini cuman pendapat pembantu belum tentu bener.

(t-28) Sentilun
Betul, pendapat pembantu itu belum tentu bener dijamin akan menyesatkan.
(t-29) Sentilan
Saya tuh bingung 100 hari kan 3 bulan lebih toh ya, 3 bulan lebih tapi sudah dituntut yang nggak-
nggak. Seolah-olah ini kesalahan pemimpin yang sekarang, tapi kita ndak membenarkan pimpinan
yang sekarang dan tidak menyalahkan pimpinan yang dahulu.
(t-30) TL
Itu kan tuntutan harapan yang tidak wajar wong baru 100 hari masa bisa selesaikan banjir itu kan
ndak mudah.
(t-31) Sentilan
Orang hamil aja 9 bulan to yo?
(t-79) TL
Sudah, ah kita pindah ke luar, kata mereka begitu. Permasalahan banjir, macet tetap bisa ditangani
kalau Pemerintah serius. Pemda Jakarta dan Pemerintah Pusat serius tangani sama-sama, terus
jangan lupa Ndoro, jangan enak saja pindah-pindah. Eh, doku darimana?
(t-80) Sentilan
Gitu ya?
(t-81) Sentilun
Doku?
(t-82) Sentilan
Doku.
(t-83) Sentilun
Doku dari mana Tong, Otong…Nyak Lu mana Tong?
(t-84) Sentilan
Hahaha doku ye?

321
Kandai Vol. 13, No. 2, November 2017; 311-325

Analisis Penggalan Wacana (2) menjelang pemilu, Ndoro tau kan para
politisi itu pada berebut naik. Nah, kalo
(tuturan14-31): Tuturan Sentilun (t-26) tidak cocok dengan yang dinaiki, tidak
“Kalo menjelang pemilu, Ndoro tau kan sejalan pasti cenderungnya pindah
para politisi itu pada berebut naik. Nah, gerobak alias pindah partai atau
kalo tidak cocok dengan yang dinaiki, mundur dari partai. Jadi, kalo banjir
tidak sejalan pasti cenderungnya pindah gini ni ya rakyat-rakyat kecil sibuk
gerobak alias pindah partai atau berlomba naik gerobak, tapi para
mundur dari partai. Jadi, kalo banjir politikus sibuk berlomba naik partai”.
gini ni ya rakyat-rakyat kecil sibuk Selanjutnya, (t-27) “Tapi gini jangan
berlomba naik gerobak, tapi para tepuk tangan dulu ini cuman pendapat
politikus sibuk berlomba naik partai” pembantu belum tentu bener…”
berisi sindiran terhadap para politisi mengandung sindiran bahwa pendapat
yang sibuk memilih ‘kendaraan’ sebagus apa pun dianggap tidak benar
politiknya. Para politisi sibuk masuk jika dituturkan oleh seseorang yang tidak
partai-partai yang dirasanya mempunyai kapasitas (pembantu) dan (t-
menguntungkan. Jika partai tersebut 28) “Betul, pendapat pembantu itu
tidak cocok lagi, politisi segera belum tentu bener dijamin akan
berpindah ke partai yang lain. Mereka menyesatkan…” mengandung sindiran
tidak berbeda dengan kutu loncat; loncat bahwa kebanyakan orang cenderung
sana loncat sini ‘menyelamatkan’ dirinya tidak melihat apa isi perkataan
sendiri, tidak memikirkan orang lain. seseorang, tetapi justru melihat siapa
Gerobak diibaratkan partai politik (t-26) yang menuturkan sesuatu itu. Tuturan
diindikasikan mengandung implikatur Sentilan (t-27) melanggar prinsip kerja
berwujud ekspresif yang berfungsi sama, khusus maksim kualitas. Maksim
‘mengkritik’ para politisi. Dalam tuturan kualitas berisi nasihat untuk memberikan
tersebut terjadi pelanggaran prinsip kerja kontribusi yang benar dengan bukti-
sama dalam percakapan, yakni maksim bukti yang benar. Akibat adanya
kuantitas. Maksim ini berisi anjuran pelanggaran maksim kualitas, timbul
hendaknya penutur memberikan implikatur yang berwujud ekspresif yang
kontribusi yang secara kuantitas berfungsi ‘mengejek/merendahkan/
memadai, tidak berlebih. Untuk itu, menyindir’. Tuturan Sentilun (t-28) juga
diperlukan hipotesis untuk membuktikan melanggar prinsip kerja sama, khususnya
implikatur yang muncul tersebut. Bukti- maksim cara dan berwujud ekspresif
bukti yang dikemukakan adalah tuturan yang berfungsi ‘menyindir’ karena
Sentilun (t-20), “Ndoro ini bego tuturan (t-28) tersebut kurang jelas,
permanen, ini kan menjelang Pemilu kabur, dan taksa.
Ndoro” dan (t-26), yakni “Kalo

Tabel 3
Penggalan Wacana (3)

(t-79) TL
Sudah, ah kita pindah ke luar, kata mereka begitu. Permasalahan banjir, macet tetap bisa ditangani
kalau Pemerintah serius. Pemda Jakarta dan Pemerintah Pusat serius tangani sama-sama, terus jangan
lupa Ndoro, jangan enak saja pindah-pindah. Eh, doku darimana?

(t-80) Sentilan
Gitu ya?
(t-81) Sentilun
Doku?

322
Wiwiek Dwi Astuti: ImplikaturPercakapan...

(t-82) Sentilan
Doku.

(t-83) Sentilun
Doku dari mana Tong, Otong…Nyak Lu mana Tong?

(t-84) Sentilan
Hahaha doku ye?

Analisis Penggalan Wacana (3) dikhawatirkan tidak terwujud karena tiba-


tiba wacana ‘pindah ibu kota’.
(tuturan-79-84): Tuturan Tjipta Lesmana Selanjutnya, bahasa prokem doku yang
(t-79) “Sudah, ah kita pindah ke luar, kata digunakan Tjipta Lesmana mengusik dua
mereka begitu. Permasalahan banjir, orang mitra bicaranya karena
macet tetap bisa ditangani kalau mengesankan bahwa kata-kata tersebut
Pemerintah serius. Pemda Jakarta dan hanya diketahui orang-orang yang paham
Pemerintah Pusat serius tangani sama- bahasa prokem, tetapi bagi orang yang
sama, terus jangan lupa Ndoro, jangan tidak paham, akan kesulitan menangkap
enak saja pindah-pindah. Eh, doku bahasa prokem yang digunakan oleh
darimana?” mengindikasikan adanya Profesor Tjipta Lesmana yang amat
kepesimistisan masyarakat DKI karena terpelajar. Oleh karena itu, secara
sudah lelah hampir setiap saat mendapat bergantian Sentilan dan Sentilun
‘kiriman air’, baik dari curah hujan mengulang-ulang perkataan Tjipta
maupun dari bendung di Bogor. Tuturan Lesmana seolah-olah ‘mengejek’
Tjipta Lesmana (t-79) melanggar prinsip pemakaian bahasa yang terkesan gaya
kerja sama, khususnya maksim cara. anak muda tersebut pada (t-81) “Doku?”,
Maksim ini mengharuskan peserta (t-82) “Doku?”, (t-83) “Doku dari mana
percakapan berbicara secara jelas, tidak Tong, Otong…Nyak Lu mana Tong??”,
kabur, tidak taksa, tidak berlebihan, dan dan (t-84) “Hahaha doku ye?”. Meskipun
urut. Karena terjadi pelanggaran maksim, demikian, tuturan Sentilan dan Sentilun
tuturan tersebut ditengarai mengandung melanggar prinsip kesantunan, khususnya
implikatur berwujud ekspresif dan maksim kesimpatian karena mereka tidak
berfungsi ‘mengkritik’ Pemprov DKI. memaksimalkan rasa simpati di antara
Bukti-bukti bahwa tuturan tersebut mereka bertiga yang terlibat dalam
mengandung implikatur adalah bahwa peristiwa tutur. Karena tuturan Sentilan
selama ini Pemerintah Pusat tidak serius dan Sentilun melanggar prinsip
menangani salah satu permasalahan serius kesantunan, muncul implikatur berwujud
di Jakarta, yakni masalah banjir. Selain itu, ekspresif yang berfungsi ‘mengkritik’
wacana ‘pindah ibukota’ tampaknya Tjipta Lesmana. Bukti tuturan tersebut
menjadi ‘momok’ bagi Pemda DKI karena menimbulkan implikatur adalah
jika ibukota jadi dipindahkan, Pemerintah pelanggaran tuturan Sentilan pada (t-84)
DKI harus menyediakan dana yang sangat “Hahaha doku ye?” diakhiri dengan
besar. Sementara itu, program yang lain tertawa-tawa.
yang sudah dicanangkan sebelumnya

323
Kandai Vol. 13, No. 2, November 2017; 311-325

Tabel 4
Penggalan Wacana (4)

(t-98) TL
Jadi, Ndoro.
(t-99) Sentilan
He'eh.
(t-100) TL
Diperlukan dana sekitar 400 triliun, untuk pindahkan ibukota ke…?
(t-101) Sentilan
400 triliun?
(t-102) TL
Gak usah jauh-jauh ya, yang deket-deket, ya barangkali Depok.
(t-103) Sentilan
Lah itu mah ga pindah, Jabodetabek namanya ya.
(t-104) TL
Barangkali Purwakarta, gitu ya?
(t-105) Sentilun
400 triliun lah di jarak.
(t-106) TL
Cari hutang lagi dan yang kedua korupsi bakalan super gila-gilaan.

Analisis Penggalan Wacana (4) Untuk membuktikan bahwa tuturan


tersebut mengandung implikatur, tuturan-
(tuturan 98-106): Tuturan Tjipta Lesmana tuturan sebelumnya merupakan bukti,
pada (t-106) “Cari hutang lagi dan yang yakni munculnya pernyataan bahwa
kedua korupsi bakalan super gila-gilaan” perpindahan ibu kota ke lokasi lain itu
berisi sindiran bahwa bangsa Indonesia memerlukan dana 400 triliun. Itu pun
tidak pernah terbebas dari utang kepada lokasinya tidak terlalu jauh dengan ibu
negara lain. Hal tersebut berarti kota. Jika ibu kota dipindahkan lebih jauh
ketergantungan Indonesia kepada negara lagi jaraknya dari Jakarta, dipastikan biaya
lain sangat besar. Di samping itu, tuturan yang diperlukan juga semakin besar.
tersebut berisi sindiran terhadap perilaku
oknum aparat pemerintah yang bakal PENUTUP
memanfaatkan kesempatan dalam
kesempitan, yakni korupsi bakal menjadi- Implikatur yang terwujud
jadi dari oknum pegawai paling bawah berdasarkan pelanggaran-pelanggaran
sampai oknum pegawai atas. Oleh karena maksim yang dilakukan oleh para pelibat
itu, tuturan yang berisi rasa curiga tersebut tutur dalam gelar wicara “Sentilan
melanggar prinsip kesantunan, khususnya Sentilun” berdasarkan temuan dapat
maksim pujian karena tuturan tersebut disimpulkan sebagai berikut.
mengecam pihak lain secara maksimal.
Karena melanggar prinsip kesantunan, (1) Fungsi implikatur yang terkandung
tuturan tersebut menimbulkan implikatur dalam wujud implikatur ekspresif
berwujud ekspresif yang berfungsi tersebut adalah fungsi ‘mengkritik’
‘mencurigai atau menuduh’ Pemprov DKI sebanyak 5 tuturan berimplikatur,
seandainya perpindahan ibu kota itu benar- kemudian fungsi implikatur
benar terwujud karena bertambahnya ‘menyatakan marah’ sebanyak 1
utang ke pihak lain, seperti tuturan (t-106) tuturan berimplikatur, fungsi
bahwa korupsi akan terjadi gila-gilaan. implikatur

324
Wiwiek Dwi Astuti: ImplikaturPercakapan...

‘mengejek/merendahkan’ sebanyak tilikan dari sandiwara ludruk.


1 tuturan berimplikatur, fungsi Dalam PELBA 18. Jakarta: Unika
‘menyindir’ sebanyak 1 tuturan Atmajaya.
berimplikatur, dan fungsi
‘mencurigai’/’menuduh’ sebanyak Kesuma, T. M. J. (2007). Pengantar
1 tuturan berimplikatur. (metode) penelitian bahasa.
(2) Implikatur percakapan muncul Yogyakarta: Carasvatibooks.
sebagai akibat pelanggaran
maksim-maksim Prinsip Kerja Leech, G. (1983). Principles of
Sama (PKS) dan Prinsip pragmatics. New York: Longman
Kesantunan (PS). Inc.
(3) Sebanyak 9 pelanggaran prinsip
percakapan yang terdiri atas 4 _______. (1993). Prinsip-prinsip
pelanggaran maksim Prinsip Kerja pragmatik. Terjemahan M.D.D.
Sama (PKS) dan 5 pelanggaran Oka. Jakarta: Penerbit Universitas
maksim Prinsip Kesantunan (PS) Indonesia.
dari penggalan tuturan yang
berjumlah 45 tuturan. Levinson, S. C. (1987). Pragmatics.
(4) Semua pelanggaran maksim yang Cambridges: Cambridge University
menyebabkan munculnya Press.
implikatur terkategori dalam 1
wujud implikatur, yakni implikatur Mustafa, S. M. (2010). The interpretation
ekspresif. of implicature: A comparative
study between implicature in
DAFTAR PUSTAKA linguistics and journalism. Dalam
Journal of language teaching and
Austin, J. L. (1962). How to do things with research, Vol. 1, No. 1, hlm. 35-43.
words. Cambridge: Harvard Finland: Academy Publisher
University Press. Manufactured.

Van Dijk, T. A. (1976). Text and context: Nadar, F.X. (2009). Pragmatik dan
Explorations inf the Semantics and penelitian pragmatik. Yogyakarta:
pragmatics of discourse. London Graha Ilmu.
dan New York: Longman.
Nugraheni, Y. (2010). http://Jurnal
Gazdar, G. (1979). Pragmatics: Unimus.ac.id. Analisis implikatur
Implicature, presupposition, and pada naskah film Harry Potter and
logical form. New York: Academic The Goblet if Fire. Diunduh pada
Press. tanggal 14 November 2017.

Grice, H. P. (1975). Logic and Kusumawati, E. F. (2010). Implikatur


conversation. Dalam Cole P. dan percakapan dalam karikatur
J.L. Morgan, 1975: 41-58. Sukribo pada Harian Kompas Edisi
Hari Minggu Bulan Januari—
Grundy, P. (2007). Doing pragmatics. Februari 2010. Skripsi. Fakultas
Second edition. New York: Oxford Keguruan dan Pendidikan
University Press, Inc. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Gunarwan. (2006). Implikatur dan
kesantunan berbahasa: Beberapa

325
Kandai Vol. 13, No. 2, November 2017; 311-325

Pageyasa, W. (2012). Mengungkap Sudaryanto. (1993). Metode dan aneka


maksud tersembunyi pertanyaan teknik analisis bahasa: Pengantar
anak usia 5 tahun dalam penelitian wahana kebudayaan
percakapan keluarga. Kandai 8(1), secara linguistis. Yogyakarta: Duta
13-23. Wacana University Press.

Rustono. (1998). Implikatur percakapan Wijaya, I. D. P. (1996). Dasar-dasar


sebagai penunjang pengungkapan pragmatik. Yogyakarta: Penerbit
humor di dalam wacana humor Andi.
verbal lisan berbahasa Indonesia.
Disertasi. FIB UI. Yule, G. (1996). Pragmatics. Oxford:
Oxford University Press.
Searle, J. R. (1969). Speech acts: An essay
in the philosopy of language. Zamzani. (2007). Kajian sosiopragmatik.
Cambridge: University Press. Yogyakarta: Cipta Pustaka.

326

Anda mungkin juga menyukai