Abstract
Attitudes and ideas conveyed through verbal forms may not necessarily be attitudes and
meanings, but can be different or even contrary to what is stated. Submission of intent is
what is known as the implicature of conversation. The utterances are analyzed to describe
(1) the function of the conversation implicature in talk show of sentilan sentilun episode of
‘Siapa Ikut Gerobak’, and (2) the violation of cooperative principle and/politeness
principle in the talkshow. ’The method used is listening and note taking. The findings
related to the function of implicature is the use of representative (assertive), directive
(imposive), expressive, commisive, and declarative utterance. The violation of cooperative
principle with all the maxims is clearly seen in encountering and language games (joke).
Keywords: conversation implicatur, violation of cooperative principle, maxim, talkshow
Abstrak
Sikap dan gagasan yang disampaikan melalui bentuk verbal belum tentu merupakan
sikap dan maksudnya, melainkan dapat berbeda atau bahkan berlawanan dari apa yang
dinyatakan. Penyampaian maksud secara taklangsung itulah yang dikenal dengan istilah
implikatur percakapan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) wujud/fungsi
implikatur percakapan dan (2) pelanggaran prinsip kerja sama dan/prinsip kesantunan
dalam tayangan talk show (gelar wicara) “Sentilan Sentilun” di Metro TV dengan episode
‘Siapa Ikut Gerobak??’ Metode yang digunakan adalah metode simak dengan teknik catat
ujaran/tuturan tokoh-tokohnya dan/atau tamu-tamu yang dihadirkan dalam acara tersebut.
Hasil yang diperoleh terkait dengan wujud/fungsi implikatur adalah penggunaan tuturan
representatif (asertif), direktif (imposif), ekspresif, komisif, dan deklaratif. Selanjutnya,
pelanggaran prinsip kerja sama beserta semua maksimnya lebih menonjolkan perbenturan
dan permainan (percandaan).
Kata-kata kunci: implikatur percakapan, pelanggaran prinsip percakapan, maksim, gelar
wicara
311
Kandai Vol. 13, No. 2, November 2017; 311-325
312
Wiwiek Dwi Astuti: ImplikaturPercakapan...
313
Kandai Vol. 13, No. 2, November 2017; 311-325
314
Wiwiek Dwi Astuti: ImplikaturPercakapan...
315
Kandai Vol. 13, No. 2, November 2017; 311-325
316
Wiwiek Dwi Astuti: ImplikaturPercakapan...
317
Kandai Vol. 13, No. 2, November 2017; 311-325
terjadi begitu saja, tetapi ada maksud dan dan imperatif langsung atau tidak
alasan tertentu mengapa bentuk tuturan langsung. Yang dimaksudkan wujud
tertentu itu yang digunakan. Dari analisis implikatur dalam penelitian ini adalah
ini diharapkan ditemukan (a) wujud wujud tuturan yang mewadahi
implikatur, (b) fungsi implikatur dan (c) implikatur percakapan.
pelanggaran prinsip percakapan Implikatur dapat dikatakan sebagai
(pelanggaran prinip kerja sama dan tindak tutur yang mempunyai fungsi.
prinsip kesantunan). Di dalam hasil Fungsi implikatur tercermin dari maksud
penelitian ini terbukti bahwa ujaran yang diutarakan penutur terhadap
penggunaan bentuk bahasa implikatif petutur saat percakapan berlangsung.
dilakukan dengan suatu maksud tertentu, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
yakni melakukan kritik sosial tentang fungsi implikatur dalam “Sentilan-
suatu fenomena yang terjadi di dalam Sentilun” yang berepisode ‘Siapa Ikut
masyarakat. Gerobak??’ muncul secara tersembunyi
dalam ujaran tokoh Sentilan Sentilun
PEMBAHASAN terhadap Pemda DKI dan terhadap para
politisi dan untuk pakar komunikasi
Dalam melakukan percakapan atau (Prof. Tjipta Lesmana); ujaran pakar
pertuturan, kadangkala maksud atau komunikasi (Prof. Tjipta Lesmana)
makna yang dituturkan mempunyai arti terhadap Pemda DKI.
langsung dan tidak langsung. Seorang Berikut ini temuan wujud
penutur dalam melakukan pertuturan implikatur, fungsi implikatur, dan
sebaiknya memenuhi kaidah-kaidah pelanggaran prinsip percakapan dalam
dalam percakapan, agar maksudnya acara “Sentilan-Sentilun” episode ‘Siapa
mudah dipahami oleh mitra tutur atau Ikut Gerobak??’. Dalam penelitian ini
pendengar. Namun demikian, sengaja ditemukan empat penggalan tuturan
atau tidak sengaja kadang mereka (penggalan wacana) dalam episode
melanggar kaidah-kaidah tersebut. Hal ‘Siapa Ikut Gerobak??’ yang
ini mengakibatkan timbulnya sesuatu diindikasikan mengandung implikatur,
yang terimplikasi atau sesuatu yang yakni penggalan tuturan 1 terdiri atas
implisit dalam penggunaan bahasa (tuturan 3-8), penggalan tuturan 2 terdiri
Penggunaan implikatur dalam atas (tuturan 14-31), penggalan tuturan 3
bertutur mempunyai tujuan atau terdiri atas (tuturan 79-84), (tuturan 98-
pertimbangan tertentu, yakni untuk 106), (tuturan 110-118), dan penggalan
memperhalus tuturan, menjaga etika tuturan 4 terdiri atas (tuturan 98-106).
kesantunan, menyindir dengan halus
secara tidak langsung, dan saling Episode: Siapa Ikut Gerobak??
menjaga apa yang dituturkan tidak Durasi: 23.10 menit
menyinggung perasaan pihak lain secara Edisi: 28 Januari 2013
langsung. Implikatur itu mencakup Bintang Utama:
hubungan antara ekspresi, makna 1. Sentilan (Slamet Rahardjo)
tuturan, dan implikasi suatu tuturan. 2. Sentilun (Butet Kertaredjasa)
Temuan penelitian ini adalah lima Bintang Tamu:
wujud implikatur. Tuturan yang 1. Prof. Dr. Tjipta Lesmana, M.A. (Pakar
digunakan untuk menyatakan implikatur Komunikasi Politik/TL)
disebut wujud implikatur. Dalam suatu
percakapan, implikatur dapat dinyatakan Konteks:
penutur terhadap petutur dengan Ndoro Sentilan sedang membereskan
konstruksi kebahasaan berupa tuturan- harta bendanya dalam kardus-kardus
tuturan bermodus deklaratif, interogatif, besar. Dia berniat mau pindah rumah
318
Wiwiek Dwi Astuti: ImplikaturPercakapan...
01 (1)
(t-3) Sentilan
Haduhh ini banjir ni gara-gara banjir. Banjir mau pindah ke mana, lah karena banjirnya ngga bisa
pindah, ya saya yang pindah. Aduh gimana sih itu bukan pertanyaan Pak, aduhhh..yoh sampean
duduk”. Gini loh Pak karena masalah banjir walaupun rumah saya belum banjir, tapi kan kita harus
siap” gitu loh Pak, kalo menurut sampean ini kenapa kita banjir terus kenapa, ya Pak, ya?
(t-4) TL
Banjir itu faktornya banyak, tapi sebagian besar faktor manusia
(t-5) Sentilan
Oh ya, kenapa itu, ya Pak?
(t-6) TL
Iya, faktor manusia dan faktor pengelolaan kota itu yang ngawur. Jadi, misalnya pemda DKI itu
keluarkan izin terus, izin bikin apartemen semuanya sehingga daerah resapan airnya abis, habis
dengan apa dengan hutan belukar beton habis. Faktor manusia misalnya buang sampah seenaknya
lihat misalnya di Jiung, di Manggarai sampahnya gile amat gitu loh.
(t-7) Sentilan
“Gile amat apa amat gile.. hahahaha aduhhhh. Hati-hati loh Pak orang Betawi banyak yang namanya
si Amat, houuu jangan salah.”
(t-8) TL
“Terus faktor lain Pemerintah Pusat itu nggak pernah serius membantu Pemda Jakarta, orang-orang
pusat pikir nih banjir urusan Jakarta. Salah, jadi Presiden, menteri juga lupa Jakarta itu ibu kota
Republik Indonesia pemerintah pusat ikut bertanggung jawab menanggulangi banjir jangan
dijoglokkan ke Jokowi semua. Salah itu.”
319
Kandai Vol. 13, No. 2, November 2017; 311-325
Tabel 2
Penggalan Wacana (2)
(t-14) Sentilun
Udah saya bawain gerobak Ndoro, katanya mau pindah toh.
(t-15) Sentilan
Yang saya pesen mobil kok dapetnya gerobak iki gimana ki?
(t-16) Sentilun
Mobil ndak ada, adanya ambulance Ndoro mau? Asik loh Ndoro naik ambulance.
(t-17) Sentilan
Ndak mau.
(t-18) Sentilun
Gini loh Ndoro menurut analisis saya gerobak ini ibaratnya partai politik.
320
Wiwiek Dwi Astuti: ImplikaturPercakapan...
(t-19) Sentilan
Tuh ngawur lagi, gerobak bukan becak, ya bukan partai politik kok ngawur.
(t-20) Sentilun
Ndoro ini bego permanen, Ini kan menjelang Pemilu Ndoro.
(t-21) Sentilan
Eh, jangan goblok-goblokin saya di depan tamu loh…
(t-22) Sentilun
Eh, maaf-maaf, Pak..
(t-23) Sentilan
Pak Cipta Lesmana ngawur aja.
(t-24) Sentilun
Nggak usah digoblok-goblokin emang goblok.
(t-25) Sentilan
Hubungannya sama partai politik itu apa?
(t-26) Sentilun
Kalo menjelang pemilu, Ndoro tau kan para politisi itu pada berebut naik. Nah, kalo tidak cocok
dengan yang dinaiki, tidak sejalan pasti cenderungnya pindah gerobak alias pindah partai atau
mundur dari partai. Jadi, kalo banjir gini ni ya rakyat-rakyat kecil sibuk berlomba naik gerobak, tapi
para politikus sibuk berlomba naik partai.
(t-27) Sentilan
Tapi gini jangan tepuk tangan dulu ini cuman pendapat pembantu belum tentu bener.
(t-28) Sentilun
Betul, pendapat pembantu itu belum tentu bener dijamin akan menyesatkan.
(t-29) Sentilan
Saya tuh bingung 100 hari kan 3 bulan lebih toh ya, 3 bulan lebih tapi sudah dituntut yang nggak-
nggak. Seolah-olah ini kesalahan pemimpin yang sekarang, tapi kita ndak membenarkan pimpinan
yang sekarang dan tidak menyalahkan pimpinan yang dahulu.
(t-30) TL
Itu kan tuntutan harapan yang tidak wajar wong baru 100 hari masa bisa selesaikan banjir itu kan
ndak mudah.
(t-31) Sentilan
Orang hamil aja 9 bulan to yo?
(t-79) TL
Sudah, ah kita pindah ke luar, kata mereka begitu. Permasalahan banjir, macet tetap bisa ditangani
kalau Pemerintah serius. Pemda Jakarta dan Pemerintah Pusat serius tangani sama-sama, terus
jangan lupa Ndoro, jangan enak saja pindah-pindah. Eh, doku darimana?
(t-80) Sentilan
Gitu ya?
(t-81) Sentilun
Doku?
(t-82) Sentilan
Doku.
(t-83) Sentilun
Doku dari mana Tong, Otong…Nyak Lu mana Tong?
(t-84) Sentilan
Hahaha doku ye?
321
Kandai Vol. 13, No. 2, November 2017; 311-325
Analisis Penggalan Wacana (2) menjelang pemilu, Ndoro tau kan para
politisi itu pada berebut naik. Nah, kalo
(tuturan14-31): Tuturan Sentilun (t-26) tidak cocok dengan yang dinaiki, tidak
“Kalo menjelang pemilu, Ndoro tau kan sejalan pasti cenderungnya pindah
para politisi itu pada berebut naik. Nah, gerobak alias pindah partai atau
kalo tidak cocok dengan yang dinaiki, mundur dari partai. Jadi, kalo banjir
tidak sejalan pasti cenderungnya pindah gini ni ya rakyat-rakyat kecil sibuk
gerobak alias pindah partai atau berlomba naik gerobak, tapi para
mundur dari partai. Jadi, kalo banjir politikus sibuk berlomba naik partai”.
gini ni ya rakyat-rakyat kecil sibuk Selanjutnya, (t-27) “Tapi gini jangan
berlomba naik gerobak, tapi para tepuk tangan dulu ini cuman pendapat
politikus sibuk berlomba naik partai” pembantu belum tentu bener…”
berisi sindiran terhadap para politisi mengandung sindiran bahwa pendapat
yang sibuk memilih ‘kendaraan’ sebagus apa pun dianggap tidak benar
politiknya. Para politisi sibuk masuk jika dituturkan oleh seseorang yang tidak
partai-partai yang dirasanya mempunyai kapasitas (pembantu) dan (t-
menguntungkan. Jika partai tersebut 28) “Betul, pendapat pembantu itu
tidak cocok lagi, politisi segera belum tentu bener dijamin akan
berpindah ke partai yang lain. Mereka menyesatkan…” mengandung sindiran
tidak berbeda dengan kutu loncat; loncat bahwa kebanyakan orang cenderung
sana loncat sini ‘menyelamatkan’ dirinya tidak melihat apa isi perkataan
sendiri, tidak memikirkan orang lain. seseorang, tetapi justru melihat siapa
Gerobak diibaratkan partai politik (t-26) yang menuturkan sesuatu itu. Tuturan
diindikasikan mengandung implikatur Sentilan (t-27) melanggar prinsip kerja
berwujud ekspresif yang berfungsi sama, khusus maksim kualitas. Maksim
‘mengkritik’ para politisi. Dalam tuturan kualitas berisi nasihat untuk memberikan
tersebut terjadi pelanggaran prinsip kerja kontribusi yang benar dengan bukti-
sama dalam percakapan, yakni maksim bukti yang benar. Akibat adanya
kuantitas. Maksim ini berisi anjuran pelanggaran maksim kualitas, timbul
hendaknya penutur memberikan implikatur yang berwujud ekspresif yang
kontribusi yang secara kuantitas berfungsi ‘mengejek/merendahkan/
memadai, tidak berlebih. Untuk itu, menyindir’. Tuturan Sentilun (t-28) juga
diperlukan hipotesis untuk membuktikan melanggar prinsip kerja sama, khususnya
implikatur yang muncul tersebut. Bukti- maksim cara dan berwujud ekspresif
bukti yang dikemukakan adalah tuturan yang berfungsi ‘menyindir’ karena
Sentilun (t-20), “Ndoro ini bego tuturan (t-28) tersebut kurang jelas,
permanen, ini kan menjelang Pemilu kabur, dan taksa.
Ndoro” dan (t-26), yakni “Kalo
Tabel 3
Penggalan Wacana (3)
(t-79) TL
Sudah, ah kita pindah ke luar, kata mereka begitu. Permasalahan banjir, macet tetap bisa ditangani
kalau Pemerintah serius. Pemda Jakarta dan Pemerintah Pusat serius tangani sama-sama, terus jangan
lupa Ndoro, jangan enak saja pindah-pindah. Eh, doku darimana?
(t-80) Sentilan
Gitu ya?
(t-81) Sentilun
Doku?
322
Wiwiek Dwi Astuti: ImplikaturPercakapan...
(t-82) Sentilan
Doku.
(t-83) Sentilun
Doku dari mana Tong, Otong…Nyak Lu mana Tong?
(t-84) Sentilan
Hahaha doku ye?
323
Kandai Vol. 13, No. 2, November 2017; 311-325
Tabel 4
Penggalan Wacana (4)
(t-98) TL
Jadi, Ndoro.
(t-99) Sentilan
He'eh.
(t-100) TL
Diperlukan dana sekitar 400 triliun, untuk pindahkan ibukota ke…?
(t-101) Sentilan
400 triliun?
(t-102) TL
Gak usah jauh-jauh ya, yang deket-deket, ya barangkali Depok.
(t-103) Sentilan
Lah itu mah ga pindah, Jabodetabek namanya ya.
(t-104) TL
Barangkali Purwakarta, gitu ya?
(t-105) Sentilun
400 triliun lah di jarak.
(t-106) TL
Cari hutang lagi dan yang kedua korupsi bakalan super gila-gilaan.
324
Wiwiek Dwi Astuti: ImplikaturPercakapan...
Van Dijk, T. A. (1976). Text and context: Nadar, F.X. (2009). Pragmatik dan
Explorations inf the Semantics and penelitian pragmatik. Yogyakarta:
pragmatics of discourse. London Graha Ilmu.
dan New York: Longman.
Nugraheni, Y. (2010). http://Jurnal
Gazdar, G. (1979). Pragmatics: Unimus.ac.id. Analisis implikatur
Implicature, presupposition, and pada naskah film Harry Potter and
logical form. New York: Academic The Goblet if Fire. Diunduh pada
Press. tanggal 14 November 2017.
325
Kandai Vol. 13, No. 2, November 2017; 311-325
326