Anda di halaman 1dari 6

TUGAS UAS LINGUISTIK UMUM

“LITERATUR REVIEW”

Dosen Pengampu:
Dr. Mohammad Siddiq M.Si, M.Pd.
Disusun Oleh:
1. Selvi Ramah Hadi (11230130000001)
2. Intan Aura Wijaya (11230130000020)
3. Rahma Rafila (11230130000030)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYAHTULLAH JAKARTA


FAKULTAS ILMU TARBIAYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2023/2024
A. LANDASAN TEORI

1. PENGERTIAN PRAGMATIK
Pragmatik merupakan suatu cabang ilmu linguistik yang mempunyai peranan cukup
penting di dalam komunikasi. Pragmatik lebih menekankan pada seseorang akan
memahami bagaimana mengetahui makna kata dan struktur-stuktur formal (gramatika).
Adapun fungsi dari pragmatik sebagai tindak komunikasi yang mana sebagai alat atau
sarana untuk memberikan maksud akan suatu informasi lebih agar mudah dipelajari dan
dikuasai bidang pragmatic tersebut. Secara lebih tegas menyatakan bahwa kita tidak akan
benar-benar mengerti sifat hakiki bahasa itu sendiri bila kita tidak mengerti pragmatik,
yaitu bagaimana bahasa itu digunakan di dalam komunikasi (Leech, 1993).
Adapun perbedaan dari semantik dan pragmatik yaitu, semantik mempelajari makna
bahasa yang bebas konteks sedangkan pragmatik mempelajari makna bahasa yang terikat
konteks (Rahardi, 2019). Jadi, semantik sendiri hanya digunakan sebagai alat tambahan
untuk ucapan dalam bahasa, terhindar dari situasi penutur akan pendengar. Sedangkan
pragmatik berkaitan antara penutur dan makna kata. pragmatics is the study of the
relations between language and context that are basic to an account of language
understanding, yang artinya bahwa pragmatik adalah ilmu yang mengkaji hubungan
antara bahasa dan konteks yang menjadi pertimbangan seseorang untuk memahami
bahasa (Levinson, 1983).
Pragmatik selalu berkaitan dengan linguistik dan studi bahasa yang mana mencapai
pragmatik yang masih belum tuntas menelaah hakikat dari sebuah bahasa. Dalam bidang
linguistik, bahasa disebut juga sebagai simbol yang memiliki arti bahwa bahasa ialah
bagian dari petunjuk dalam semiotik. Oleh karena itu, dapat diketahui pragmatik ialah
suatu bagian dari semiotik yang menelaah akan sumber penggunaan dari bahasa itu
sendiri juga akibat dari penggunaan bahasa tersebut dalam berkomunikasi. Pendapat dari
Geoffrey Leech (Leech, 1993) Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya
dengan situasi-situasi ujar (speech situations).
Bahasa menjadi peran yang sangat penting untuk bersosialisasi antar sesama manusia.
Sebagaimana bahasa adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi, ide,
ataupun pendapat kepada lawan bicara agar tersampaikan secara jelas maksud ataupun
tujuan dari apa yang disampaikan.
Dengan adanya bahasa orang dapat mengetahui apa yang disajikan dalam berkomunikasi
baik secara makna kata, kalimat, maupun secara konteks. Sebab supaya dapat diketahui
oleh pendengar atau lawan bicara. Dengan itu mereka dapat mengetahui maksud dari apa
yang disampaikan. Namun, saat berkomunikasi harus memperhatikan bagian-bagian dari
pragmatik supaya dapat menciptakan kualitas komunikasi yang lebih kritis. Maka dari itu
banyak yang kita ketahui bahwa seseorang melampaui asas-asas dari kesantunan saat
berkomunikasi, karena mereka tidak memahami adanya ilmu pragmatik. Sehingga,
banyak dari mereka yang melampaui asas-asas dari kesantunan saat berkomunikasi.

2. KONTEKS
Konteks merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dan memiliki peran yang sangat
penting bagi seseorang pendengar ataupun pembaca untuk mengetahui maksud dari
tuturan atau makna kata. Konteks menjadikan penutur atau seseorang yang melakukan
komunikasi lebih siap untuk membuat teks yang mana akan mereka jadikan sebagai bahan
penunjuk pembuatan teks. Seorang penutur tersebut akan memikirkan apa yang akan
mereka tulis, siapa yang mereka akan menjadikan sasaran untuk berkomunikasi atau siapa
yang akan membaca teks tersebut. Kemudian, penutur mempertimbangkan terhadap
acuan-acuan apa yang akan digunakan sebagai akses atau sebuah pengetahuan terhadap
acuan tersebut agar, teks yang penutur buat bisa mudah dipahami oleh sasaran atau orang
yang akan diajak berkomunikasi.
Jenis-jenis konteks:
1. Konteks Fisik
Konteks fisik merupakan sebuah komunikasi yang berkaitan dengan objek dan
kegiatan yang terjadi. Konteks fisik juga disebut sebagai rujukan yang ditanggapi
secara langsung oleh panca indera manusia sebab selalu ada disetiap perbuatan atau
tuturan. Rujukan dapat dijadikan sebagai partisipan tutur melalui cara mendengar,
melihat, merasakan, meraba, dll.
2. Konteks Psikologis
Konteks psikologis merupakan sebuah keadaan yang dirasakan oleh partisipan tutur
yang mana digunakan saat berkomunikasi. Akibat dari tuturan yang dituturkan dapat
menjadikan adanya perasaan seperti, senang, sedih, kecewa, marah, bahagia dll.
Dengan adanya keadaan ini partisipan tutur dapat memahami lebih dan
memperkirakan sebuah tuturan.
3. Konteks Sosial
Konteks sosial merupakan konteks yang menggunakan penerapan opsi bahasa yang
tepat untuk digunakan sebagai penerapan di suatu masyarakat. Terdapapat perbedaan
penggunaan saat pertuturan secara formal dan non-formal.
4. Konteks Pengetahuan Bersama
Common ground atau latar belakang pengetahuan bersama(Stalnaker, 2002). Konteks
pengetahuan bersama merupakan konteks yang dilalui oleh pengetahuan yang dapat
menajdikan tuturan mudah untuk dipahami akan dasar atau pengetahuan yang dimiliki
bersama.
3. TINDAK TUTUR
Dalam bukunya How to do things with words, John Langshaw Austin (1962) mengajukan
teori tentang cara menggunakan bahasa yang disebut tindak tutur. Teori Austin kemudian
dikembangkan lebih lanjut oleh muridnya Searle (1979), dan sejak saat itu gagasan
mereka berdua menjadi acuan utama dalam studi pragmatik, yaitu ilmu tentang
penggunaan bahasa.
Pragmatik, yang berdasarkan pada teori tindak tutur, meneliti bahasa dengan
memperhatikan konteks non-komunikatif, berbeda dengan linguistik murni (fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik), yang hanya mempelajari struktur linguistik yang
dibentuk. (Saifudin, 2005, 2010). Austin (1962) menekankan pada kaitan antara bahasa
dan aksi dalam hal ini. (Artikel 6, 60) Bahasa yang sopan sangat penting dalam dunia
pendidikan karena bahasa yang sopan menunjukkan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi.
Hal ini berpengaruh pada tuturan direktif yang terlihat dalam komunikasi di bidang
pendidikan yang mengarah pada dialog antara guru dan siswa. Dalam komunikasi
tersebut, ada relasi sosial yang tidak seimbang, yaitu tingkat keunggulan seorang guru
dan keterbatasan seorang siswa. Seorang guru dalam posisi tersebut memiliki hak untuk
memberi saran, mengundang, meminta, melarang, mengizinkan, dan menanyakan sesuatu
kepada siswa. Hal ini menjadi alasan adanya fungsi tuturan direktif dalam bidang
pendidikan. Tindak tutur dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Tindak Tutur Konstantif
Tindak tutur konstantif adalah tindak tutur yang berdasarkan informasi yang
diperolehberdasarkan kenyataan, maksudnya antara bentuk ujaran dan kenyataannya
sama. Halini mengacu pada teori Gunarwan (1994:43) Tuturan konstatif adalah tuturan
yang menyatakan sesuatu yang kebenarannya dapat diuji benar atau salah
denganmenggunakan pengetahuan- pengetahuan tentang dunia.
2. Tindak Tutur Performatif
Tindak tutur yang disebut tindak tutur performtif adalah tindak tutur yang berupa aksi
dengan mengucapkan tuturan itu, (tanpa ada kriteria benar-salah). Tuturan performatif
adalah tuturan yang berfungsi sebagai aksi dengan mengucapkan tuturan itu. Tuturan itu
diucapkan untuk melakukan sesuatu. Perhatikan contoh tindak tutur performatif ada pada
tuturan di bawah ini.
4. KONDISI KEABSAHAN
Tindak tutur yang tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan tidak dapat dianggap
sah. Sebagai contoh, bila seseorang mengadakan pernikahan tetapi orang yang
mengadakannya tidak berwenang untuk mengesahkannya, maka perkataan atau
pengumuman tentang pernikahannya tidak “berlaku”. tuturan yang berfungsi sebagai
suatu tindakan Tindak tutur performatif harus sesuai dengan beberapa persyaratan yang
dibutuhkan Oleh karena itu, kebenaran tindak tutur performatif tidak bergantung pada
kebenaran faktual, melainkan pada “kesahihan” atau “keberlakuan”. Adapaun syarat-
syarat dalam keberlakuan yang harus dipenuhi adalah:
1. penutur tidak tahu tentang hal yang ditanyakan;
2. Dia ingin tahu tentang hal itu;
3. Dan, penutur percaya bahwa mitra tuturnya tahu tentang hal yang ditanyakan.
Teori yang menjelaskan tentang tindakan yang terjadi dengan berbicara disebut teori
keberlakuan pragmatik. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh J.L. Austin, seorang
profesor di Harvard University pada tahun 1959. Austin membagi tindakan yang terjadi
dengan berbicara menjadi tiga jenis, yaitu:
a) Tindak lokusi, yaitu aksi yang dilakukan dengan mengatakan sesuatu yang
mempunyai makna tertentu.
b) Tindak ilokusi, yaitu aksi yang dilakukan dengan mengatakan sesuatu yang
mempunyai maksud tertentu
c) Tindak perlokusi, yaitu aksi yang dilakukan dengan mengatakan sesuatu yang
mempunyai dampak atau efek tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardi, R. Kunjana. (2018). Pragmatik Keafatisan Berbahasa sebagai
Fenomena Pragmatik Baru dalam Persepektif Sosiokultural dan Situasional. Jakarta:
Erlangga.
Arfianti, Ika. (2020). Pragmatik Teori dan Analisi (Buku Ajar). Jawa Tengah:
CV. Pilar Nusantara.
Lestari, Denok. (2023). Bahasa dan Budaya. Bali: CV. Intelektual Manifes
Media.
Rahardi, R. Kunjana. (2005). Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Rahardi, R. Kunjana. (2019). Mendeskripsi Peran Konteks Pragmatik: Menuju
Perspektif Cyberpragmatics. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 3(2), Hal. 165-
167.

Anda mungkin juga menyukai