KARTUN AL-FATIH
Abstract :
The research analyzed the speech acts of Arabic apology in the Al-Fatih cartoon
film which were studied with pragmatic studies. Pragmatics is a branch of language.
And one of the pragmatic studies is the speech act. The speech act of apology enters
the illocutionary speech act on the classification of expressive speech acts. Research
using qualitative descriptive methods. Data will be collected, compiled and
described to obtain the results of research in the form of conclusions from the
formulation of the problem in research as written above. The results of this study are
the speakers in the Al-Fatih film dialogue using two strategies in conveying their
apologies, namely the Apology Strategy by providing an explanation (account or
account) and attempting to downgrading or reducing the atmosphere.
Keywords :
Pragmatic Study; Illocutionary speech acts; Qualitative Descriptive Method
Abstrak
Penelitian menganilisis tentang tindak tutur permintaan maaf Bahasa Arab dalam
film kartun Al-Fatih yang dikaji dengan kajian pragmatik. Pragmatik merupakan
salah satu cabang ilmu bahasa. Dan salah satu kajian pragmatik adalah tindak tutur
(speech act). Tindak tutur permintaan maaf masuk ke dalam tindak tutur ilokusi pada
klasifikasi tindak tutur ekspresif. Penelitian menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Data akan dikumpulkan, disusun dan dideskripsikan untuk mendapatkan
perolehan hasil penelitian berupa kesimpulan dari rumusan masalah dalam penelitian
sebagaimana dituliskan diatas. Hasil dari penelitian ini adalah penutur dalam dialog
1
film Al-Fatih menggunakan dua strategi dalam menyampaikan permintaan maafnya,
yaitu Strategi permintaan maaf dengan memberikan penjelasan (explanation or
account) dan upaya pengalihan (downgrading) atau peredaman suasana.
Kata Kunci :
Kajian Pragmatik; Tindak tutur ilokusi; Metode Deskriptif Kualitatif
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu alat untuk berkomunikasi bagi manusia. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima (KBBI V) bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (aplikasi KBBI V online).
Menurut Yendra (2018:4) bahasa merupakan bentuk suara bicara yang memuat arti.
Bahasa manusia itu berbeda dengan apa yang dibuat binatang-binatang, hal ini
menjadikan bahasa merupakan salah satu keahlian yang dimiliki oleh manusia,
sehingga bahasa mempunyai peranan penting dalam berinteraksi di kehidupan
manusia.
2
konteks pemakaiannya. Makna bahasa tersebut dapat dimengerti bila diketahui
konteksnya. Batasan pragmatik adalah aturan-aturan pemakaian bahasa mengenai
bentuk dan makna yang dikaitkan dengan maksud pembicara, konteks, dan keadaan.
Parera (1993:126) menjelaskan pragmatik adalah kajian pemakaian bahasa dalam
komunikasi, hubungan antara kalimat, konteks, situasi, dan waktu diujarkannya
dalam kalimat tersebut. Definisi yang dikemukakan oleh Parera selengkapnya dapat
dilihat pada berikut ini: (a) Bagaimana intepretasi dan penggunaan tutur bergantung
pada pengetahuan dunia nyata. (b) Bagaimana pembicara menggunakan dan
memahami tindak pertuturan; (c) Bagaimana struktur kalimat dipengaruhi oleh
hubungan antara pembicara atau penutur dan pendengar atau petutur. Pengertian dan
pemahaman bahasa mengacu pada fakta bahwa untuk mengerti suatu ujaran bahasa
diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni
hubungannya dengan konteks pemakaiannya. Berdasarkan definisi beberapa ahli,
peranan konteks sangat penting dalam ilmu bahasa. Akan tetapi, berbeda dengan
pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli, Yule (1996) menjelaskan pragmatik
sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari 8 tentang makna yang dikehendaki
oleh penutur”. Penjelasan tersebut mengarah pragmatik pada aspek maknanya, yaitu
maksud yang akan disampaikan penutur melalui hadirnya konteks. Hal ini berarti
pragmatik berusaha menggambarkan sebuah ujaran yang disampaikan oleh penutur
atau pembicara dengan mengetahui makna tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari bahasa dalam
pemakaiannya serta makna yang dihasilkan oleh kalimat yang dapat diketahui
dengan melihat konteks yang ada saat tuturan tersebut berlangsung. maka kita dapat
mengetahui makna yang diinginkan oleh pembicara dengan memperhatikan konteks
yang melingkupi peristiwa tutur tersebut.
3
bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Kemudian Kridalaksana
(Kurniawan dan Raharjo, 2018:22) berpendapat bahwa pertuturan (speech act)
adalah perbuatan bahasa yang dimungkinkan oleh dan diwujudkan sesuai dengan
kaidah kaidah pemakaian unsur-unsur. Atau dapat pula dikatakan bawa pertuturan
adalah perbuatan menghasilkan bunyi bahasa secara beraturan sehingga
menghasilkan ujaran bermakna.
4
1. Lokusi; penyapa atau penutur menyatakan kepada petutur atau orang yang
disapa dengan kata-kata tertentu yang diucapkan dengan suatu makna dan
acuan tertentu
2. Ilokusi; dalam mengatakan kata-kata tertentu yang diucapkan dengan suatu
makna dan acuan tertentu, penutur menegaskan (assert) bawa Informasi
yang disampaikan adalah benar
3. Perlokusi; Dengan mengatakan kata-kata tertentu yang diucapkan dengan
suatu makna dan acuan tertentu, penutur meyakinkan (convinces) bahwa
Informasi yang disampaikan adalah benar
Tuturan (1) dan (2) dituturkan oleh seorang penutur semata-mata hanya
untuk memberikan informasi sesuatu belaka, tanpa tendensi untuk melakukan
sesuatu, Apalagi untuk mempengaruhi mitra tuturan. Informasi yang diberikan pada
tuturan (1) adalah mengenai Jembatan Saramadu yang menghubungkan Pulau Jawa
dan Pulau Madura, sedangkan tuturan (2) memberi informasi mengenai gempa dan
stunami yang pada tahun 2004 melanda Banda Aceh. Lalu, bila disimak baik-
baik
Tindak lokusi adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan tuturan sesuai
dengan makna yang díkandung oleh kata, frasa, dan tuturan itu. Tindak tutur ini
dapat disebut sebagai the act of saying something. Dalam tindak lokusi tidak
dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh penutur.
Contohnya, tuturan tanganku gatal, semata-mata hanya dimaksudkan untuk
memberitahu mitra tutur bahwa pada saat dimunculkannya tuturan itu tangan
penutur sedang dalam keadaan gatal (Rahardi, 2005: 35).
5
atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu.
Bila hal ini terjadi, tindak tutur yang terbentuk adalah tindak ilokusi. Tindak ilokusi
disebut sebagai The Act of Doing Something (Wijana, 1996:15), atau dengan kata
lain ilokusi adalah tuturan yang berfungsi untuk mengatakan dan menginformasikan
sesuatu serta dipergunakan untuk melakukan sesuatu.
6
Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang mempunyai pengaruh
atau efek terhadap mitra tutur atau orang yang mendengar tuturan itu (Chaer dan
Agustina, 2010: 28). Maka tindak tutur perlokusi sering disebut sebagai the act of
affective someone (tindak yang memberi efek pada orang lain). Menurut Wijana
dan Rohmadi (2011:24) Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya
dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur.
Dalam tindak tutur ekspresif, terdapat tindak tutur yang digunakan untuk
meminta maaf. Ungkapan permintaan maaf dalam tindak tutur ekspresif merupakan
tindak tutur untuk menyatakan perasaan bersalah dari penutur atas tindakan yang
dilakukan sebelumnya yang meruapakan kesalahan terhadap mitra tuturnya. Tindak
tutur tersebut berlangsung di setiap peristiwa tutur.
7
tersebut Cahyono (1955:215) menyatakan, yang disebut peristiwa bahasa ialah
satuan struktur linguistik terbesar yang ditentukan oleh norma dan kaidah tertentu.
Menurut Kurniawan dan Raharjo (2018:17) tindak tutur adalah terjadinya atau
berlangsungnya interaksi linguistik dalam bentuk ujaran atau satuan struktur
linguistik terbesar yang ditentukan oleh norma dan kaidah tertentu. Sebagai contoh
peristiwa, yaitu suatu percakapan yang terjadi di sebuah tempat penjualan sepeda
motor. Seorang pembeli sepeda motor dan penjual sepeda motor berinteraksi dengan
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasin merupakan sebuah contoh peristiwa
tutur.
P = Participants (Partisipan)
E = Ends (Tujuan)
Salah satu peristiwa tutur yang mudah ditemukan yaitu pada sebuah film.
Maka peneliti berusaha menganalisis tindak tutur permintaan maaf dalam sebuah
film. Fil yang dipilih yaitu film kartun Al-Fatih. Film kartun Al-Fatih merupakan
film berbahasa arab. Film ini diproduksi oleh Ella Production di Jordania dan Turki.
Bahasa Arab yang digunakan dalam film ini merupakan bahasa arab fusha atau baku
yang digunakan sebagai bahasa formal di dunia Arab. Film ini merupakan nyata
yang diceritakan dalam bentuk kartun. Film ini bercerita tentang usaha Sultan Fatih
Muhammad dalam membuka konstatinopel yang dikuasai oleh kerajaan Bizantium.
8
Film ini baru dibuat versi sinema yang selesai pada bulan Februari 2012 yang
diluncurkan perdana pada pukul 14.53.
10
METODE PENELITIAN
11
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui
sumber lainnya. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan
yang terdiri atas empat kriteria, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability)”.
Uji keabsahan data dapat dilakukan melalui re-check (memeriksa kembali)
temuan dan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori.
Untuk itu, peneliti dapat melakukannya dengan cara 1) mengajukan berbagai
macam variasi pertanyaan; 2) mengeceknya dengan berbagai sumber data; dan 3)
memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan
(Moleong, dalam Widianto 2017).
Peneliti dalam analisis datanya mengikuti flow model yang diungkapkan
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2016:337).
a. Data reduction, peneliti memilih atau mereduksi pokok-pokok
masalah penelitian
b. Data display¸ peneliti melakukan penyajian data secara naratif.
c. Kesimpulan atau verifikasi, peneliti mengambil kesimpulan dari
hasil analisis data. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat maupun
tidak dapat menjawab pertanyaan yang dibahas dalam rumusan masalah,
sebab masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan mengalami perkembangan setelah peneliti
berada di lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara umum, seperti yang telah dijelaskan di teori sebelumnya, Olshtain
dan Cohen (1983) pada seminar prosiding pada (Ridwan, 2014) membagi 5 strategi
yang berpotensi muncul pada berbagai macam bahasa. Namun, secara lebih rinci,
terdapat 2 strategi umum yang lazim muncul serta 3 strategi yang berpotensi
muncul tergantung kepada situasi yang lebih spesifik. Strategi umum itu sendiri
adalah IFID (Illocutionary Force Indicating Devices) dan ekspresi atau ungkapan
pertanggung-jawaban dari penutur (the expression of speaker’s responsibility).
Kedua strategi ini merupakan realisasi umum dari strategi permintaan maaf yang
12
sangat berpotensi muncul hampir pada semua situasi. Sementara, 3 strategi lainnya
adalah penjelasan terhadap situasi (explanation or account), tawaran perbaikan
(offer of repair) dan pernyataan janji untuk tidak mengulanginya (promise of
forbearance). Ketiga strategi yang tersebut lebih sering muncul jika situasi
menuntut perlunya penggunaan strategi lebih lanjut karena secara semantik,
strategi-strategi ini merupakan refleksi dari konten atau isi dari tiap situasi yang
terjadi. Selain itu ada juga upaya pengalihan dan penurunan situasi atau hiburan
(downgrading).
Pada film kartun Al-Fatih ada 2 strategi permintaan maaf yaitu sebagai berikut :
1). Strategi permintaan maaf dengan memberikan penjelasan (explanation or
account)
Strategi ini bertujuan untuk lebih menjelaskan penyebab atau faktor lain
yang berhubungan dengan terjadinya kesalahan dan berkaitan erat dengan
pertanggung-jawaban. Dalam strategi ini, penutur tetap mengungkapkan
permintaan maafnya dengan menggunakan kata yang mengindikasikan penyesalan
disertai dengan penjelasan kenapa sampai kesalahan tersebut terjadi. Seperti contoh
berikut :
أال ترى أولئك متسكرين في طروقات القسطنطنية أليس عابدلنا؟ ألست.... قد سوف فيها ذكي: ملك اإلمبراطور
متشارع؟
أنا خادمك المطبخ... لقد أخطط وسوف أنفب في أول رب دقة.سامحني.... آه سامحني: آليسي
Raja : “apakah kamu tidak berpikir? Tidakkah kamu melihat orang-orang desa di
jalan-jalan konstatinopel? Tidakkah kamu tunduk perintah kami? Kamu mau
melawan?”
Aleksi : “Maafkan saya wahai tuanku. Saya telah merencanakan suatu hal. Maafkan
hamba yang rendah ini”
Pada contoh ini raja bertanya dengan tutur kekesalan pada aleksi. Karena
aleksi melakukan hal yang tidak sesuai dengan perintah raja. Aleksi meminta maaf
13
dan disertai dengan penjelasan, mengapa dia tidak melakukan perintah sesuai
dengan perintah raja
تكلم. آليكسي كيف تدخل عليها هكذا دون ضدا هاه: !ملك اإلمبراطور
Pada percakapan ini raja bertanya mengapa aleksi masuk tanpa izin, dan raja
memerintahkan aleksi untuk mengungkapkan alasan dia masuk tanpa izin. Aleksi
pun meminta maaf disertai dengan dia akan menjelaskannya.
Upaya pengalihan atau peredaman suasana ini juga berpotensi muncul dan
digunakan beberapa penutur walaupun tidak selalu hadir dan hanya muncul jika
diperlukan. Upaya pengalihan ini terdiri dari beberapa jenis, diantaranya Act
innocently/pretend not to notice the offence, humor, appeaser yang digunakan
penutur sebagai lawan dari Tawaran perbaikan dan strategi ini sama sekali tidak
berhubungan dengan kesalahan.
14
Pada percakapan ini syekh memberikan pujian pada Zaghlous dengan kata
“Perdana Menteri”, namun Zaghlous tidak mau disebut dengan gelar seperti itu.
Syeikh pun berusaha menggunakan strategi permintaan maaf upaya pengalihan
(downgrading) dengan memberikan do’a kepada Zaghlous.
KESIMPULAN
Dalam analisis tindak tutur meminta maaf pada film Al-Fatih, penutur
dalam dialog film Al-Fatih menggunakan 2 strategi untuk mengungkapkan
permintaan maafnya tersebut. Strategi pertama yaitu Strategi permintaan maaf
dengan memberikan penjelasan (explanation or account), strategi yang bertujuan
untuk lebih menjelaskan penyebab atau faktor lain yang berhubungan dengan
terjadinya kesalahan dan berkaitan erat dengan pertanggung-jawaban. Strategi
kedua yaitu upaya pengalihan (downgrading) atau peredaman suasana ini juga
berpotensi muncul dan digunakan beberapa penutur walaupun tidak selalu hadir dan
hanya muncul jika diperlukan. Itulah strategi-strategi permintaan maaf bahasa Arab
dalam film kartun Al-Fatih. Peneliti harap penelitian selanjutnya agar meneliti film
yang mengandung banyak bermacam-macam strategi permintaan maaf. Dan apabila
dikaji dengan baik, maka aka akan menghasilkan penambahan ilmu pada kajian
pragmatik. Maka dari itu, sarannya adalah memilih film yang banyak macam-maca
strategi permintaan maaf dan mengkaji dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bahasa (Def. 1) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima (KBBI
V) Online. Diakses melalui aplikasi KBBI V, 16 Juni 2020.
Cahyono, Bambang Yudi. (1995). Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga
University Press.
Chaer, Abdul dan L. Agustina. (1995). Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan L. Agustina. (2004). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta.
15
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. (2010). Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Kaswanti Purwo, Bambang. (1990). Pragmatik dan Pengajaran Bahasa.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Kurniawan, Sigit dan Hafid Purwono Raharjo. (2018). Analisis kebahasaan
(panduan praktik analisis tindak tutur untuk pembelajaran pengayaan).
Diponegoro, Sukoharjo : cv sindunata.
Mariasari, Septi. (2018). Strategi Tindak Tutur Ekspresif Meminta Maaf Oleh
Penutur Asli Bahasa Jawa Dialek Banyumas. Prosiding Seminar
Nasional dan Call for Papers UNSOED.
Muhammad. (2014). Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Nadar, F. X. (2013). Pragmatik & Penelitian Pramagtik. Bandung: Aksara.
Parera, J.D. (1993). Leksikon Istilah Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Rahardi, Kunjana. (2005). Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Ridwan, Muhammad. (2014). Kajian Sosiopragmatik Tuturan Permohonan Maaf
Oleh Penutur Bahasa Arab di Mesir. Seminar Nasional Prasasti. Prosiding
Prasasti diterbitkan oleh Program Studi S3 Linguistik PPs UNS.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT
Alfabet.
Tarigan, Djago. (1990). Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung: Angkasa
Wibowo, Wahyu. (2015). Konsep tindak tutur komunikasi. Jakarta : bumi aksara.
Widianto, Eko. (2017). Media Wayang Mini dalam Pembelajaran Keterampilan
Berbicara bagi Pemelajar BIPA A1 Universitas Ezzitouna Tunisia. Jurnal
Kredo, Vol 1, (1), 120-143. [Online] Tersedia: https://jurnal.umk.ac.id/
[Oktober 2017]
Wijana, I Dewa Putu, S.U.M.A. (1996). Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. (2011). Analisis Wacana
Pragmatik Kajian Teori dan Analisis. Surakarta:Yuma Pustaka.
16
Yendra. (2018). Mengenal Ilmu Bahasa (Linguistik). Yogyakarta : Deepublish
Bekerjasama dengan STKIP PGRI Sumbar Press.
Yule, George. (1996). Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.
17