Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUBUNGAN ANALISIS WACANA DENGAN ILMU LAIN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Wacana

Dosen Pengampu

Khairun Nisa, M.Pd.

Disusun oleh : Kelompok 1

Nama/NPM : 1. Pradita Sugesti/20053016

2. Fitria/20053117

3. Adrevi Maha Putri/20053010

4. Indah Syafitri/20053049

Kelas : 6A

Semester : 6

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ASAHAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari dosen yang membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami
buat dengan teliti, teratur, dan sungguh-sungguh sesuai arahan dari Dosen Pengampu, agar
pembaca dapat memahami isi dari setiap pembahasan yang kami lampirkan dalam makalah ini.

Dalam makalah ini secara terperinci akan dibicarakan mengenai hubungan analisis wacana
dengan ilmu lain. Dan harapan kami semoga makalah ini bermanfaat pastinya untuk menambah
pengetahuan, pengalaman dan wawasan bagi para pembaca dan untuk kedepannya kami
berharap pembaca dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar lebih baik
lagi.

Karena minimnya pengalaman dan pengetahuan kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dan kelemahan dalam makalah ini. Oleh karen itu kritik dan saran sangat kami
harapkan dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Dan kami berharap pembaca dapat
memaklumi kesalahan yang ada pada makalah kami ini. Akhir kata, Wassalammu'alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh

Kisaran, 13 Maret 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Analisis Wacana


2. Hubungan Analisis Wacana dengan Ilmu Lain
a. Peristilahan (Wacana dan Teks).
b. Bahasa, Tindakan Pengetahuan dan Situasi.
c. Analisis Wacana dan Linguistik.
d. Analisis Wacana dan Sosiolinguistik.
e. Wacana Lisan dan Tulisan.
f. Analisis Wacana dan Fonologi.
g. Analisis Wacana dan Morfologi.
h. Analisis Wacana dan Sintaksis.
i. Analisis Wacana dan Semantik
j. Analisis Wacana dan Ilmu Budaya.
k. Analisis Wacana dan Politik.
l. Analisis Wacana dan Pragmatik.
m. Analisis Wacana dan Filologi.
n. Analisis Wacana dan Hukum.
o. Analisis Wacana dan Sejarah.
p. Analisis Wacana dan Semiotika.
q. Analisis Wacana dan Psikolinguistik.
r. Analisis Wacana dan Literatur (Kesastraan).

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah wacana berasal dari kata sanskerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Kata
wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi, hak  asasi manusia,
dan lingkungan hidup. Wacana adalah proses pengembangan dari komunikasi yang
menggunakan simbol-simbol yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa- peristiwa yang
terjadi di dalam sistem kemasyarakatan yang luas. Seperti halnya banyak kata yang digunakan,
kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa pengertian dari kata yang
digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari
kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan. Seperti yang dipakai oleh banyak
kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan
sebagainya.
Pembahasan wacana berkaitan erat dengan pembahasan keterampilan berbahasa terutama
keterampilan berbahasa yang bersifat produktif , yaitu berbicara dan menulis. Baik wacana
maupun keterampilan berbahasa, sama-sama menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
Wacana berkaitan dengan unsur intralinguistik (internal bahasa) dan unsur ekstralinguistik yang
berkaitan dengan proses komunikasi seperti interaksi sosial (konversasi dan pertukaran) dan
pengembangan tema (monolog dan paragraf).
Realitas wacana dalam hal ini adalah eksistensi wacana yang berupa verbal dan nonverbal.
Rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan
struktur bahasa, mengacu pada struktur apa adanya; nonverbal atau language likes mengacu pada
wacana sebagai rangkaian nonbahasa (rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna).
Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran lisan dan tulis. Sebagai media
komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap dan
penggalan percakapan. Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks,
sebuah alinea, dan sebuah wacana.
Berdasarkan uraian di atas ,betapa pentingnya apa  itu wacana dan memahaminya supaya tidak
terjadinya kesalah pahaman dalam pengertian wacana , maka dari itu kami membahas tentang
hakikat wacana.

B. Rumusan Masalah
1. Apasih pengertian dari Analisi Wacana?
2. Ilmu apa saja yang berhubungan dengan analisis wacana?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apasih pengertian dari analsis wacana.
2. Untuk mengetahui ilmu apa saja yang berhubungan dengan analisis wacana.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Analisis Wacana


Istilah wacana berasal dari kata sanskerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Kata
wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi, hak  asasi manusia,
dan lingkungan hidup. Wacana adalah proses pengembangan dari komunikasi yang
menggunakan simbol-simbol yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa- peristiwa yang
terjadi di dalam sistem kemasyarakatan yang luas. Seperti halnya banyak kata yang digunakan,
kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas pengertian dari kata yang
digunakan. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat.
Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan. Seperti yang dipakai oleh banyak kalangan
mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya. Wacana
merupakan salah satu kajian dalam ilmu linguistik yakni bagian dari kajian dari pragmatik.
Wacana memiliki kedudukan lebih luas dari klausa dan kalimat, karena wacana mencakup suatu
gagasan dan konsep suatu teks.
Wacana dalam bahasa Inggris disebut discourse yang diartikan sebagai ungkapan dalam
suatu interaksi komunikasi. Istilah “wacana” dioposisikan atau disandingkan dengan istilah
“bahasa”. Oposisi ini banyak digunakan dalam bidang hermeneutika. Oposisi ini sebanding
dengan oposisi saussure yang terkenal, yakni langue dan parole. Istilah “bahasa” senada dengan
langue, sedangkan istilah “wacana” senada dengan parole. Dengan demikian, wacana dapat
dimaknai penggunaan dalam konteks tertentu. Kedua, istilah “wacana” dioposisikan dan atau
disandingkan dengan istilah “teks”.
Dalam hal ini, wacana dapat disebut sebagai rekaman kebahasaan yang utuh tentang
peristiwa komunikasi, dan komunikasi merupakan alat interaksi sosial, yaitu hubungan antara
individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lainnya dalam proses sosial.
Berkomunikasi dapat menggunakan medium verbal (lisan dan tulis) maupun medium nonverbal
(isyarat dan kinesik). Perwujudan medium verbal adalah wacana yang merupakan produk
komunikasi verbal. Wacana mengasumsikan adanya penyapa (pembicara atau penulis) dan
pesapa (pendengar atau pembaca). Dalam proses berbahasa, penyapa menyampaikan pesan
(pikiran, rasa, kehendak) yang menjadi makna dalam bahasa (lingual) untuk disampaikan kepada
pesapa sebagai amanat. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di
atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, serta
mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata.
M, S. D. (t.thn.).
2. Hubungan Analisis Wacana dengan Ilmu Lain
a. Peristilahan (Wacana dan Teks).
Secara keilmuan, sering sekali dipertukarkan dengan secara bebas antara istilah
“wacana” (discourse) dan “teks”. Ada yang memperlakukan secara sama, ada yang
berbeda. Dalam bahasa Jerman, hanya dipakai istilah teks untuk kedua istilah wacana dan
teks. Ilmu yang membicarakannya disebut dengan Linguistika. Penggunaan istilah “teks”
dan “wacana” dalam analisis wacana digunakan secara bergantian. Istilah teks dan wacana
cenderung digunakan tanpa ada pembedaan yang jelas. Diskusi-diskusi dengan dasar dan
tujuan yang lebih ke arah sosiologis cenderung menggunakan istilah “wacana”. Kajian
wacana lebih menekankan pada persoalan isi, fungsi, dan makna sosial dari penggunaan
bahasa. Sementara itu, diskusi-diskusi dengan dasar atau tujuan yang lebih lingual
cenderung menggunakan istilah teks.
Sebuah Wacana akan dilihat sebagai Suatu teks yang merupakan objek dan data yang
selalu terbuka bagi pembacaan dan penafsiran yang beragam. Teks diterima dan dipahami
oleh pembacanya dan lingkungan budaya dimana teks tersebut diproduksi dan dikonsumsi.
Jadi, teks bersifat intertekstual dan sekaligus subjektif atau dengan kata lain, teks bersifat
intersubjektif. Artinya teks tergantung pada bagaimana penafsiran-penafsiran yang
diajukan orang lain dalam kode-kode dan konvensi-konvensi suatu komunitas, dan dengan
demikian disahkan atau ditolak. Dalam teks, perilaku ujaran memiliki kualitas pengetahuan
dalam melayani transmisi, serta disimpan untuk penggunaan sesudahnya dalam bentuk
tertulis yang konstitutif dan untuk penggunaan istilah sehari-hari. Jadi, teks lebih
dipandang sebagai fenomena linguistis yang berdiri sendiri dan terpisah dari situasi
tuturan. Kajian teks lebih menekankan pada persoalan matrialitas, bentuk, dan struktur
bahasa, sedangkan kajian wacana lebih menekankan pada persoalan isi, fungsi, dan makna
sosial dalam penggunaan bahasa. Diskusi-diskusi dengan dasar dan tujuan yang lebih
linguistis cenderung menggunakan istilah teks.
M, S. D. (t.thn.).

b. Bahasa, Tindakan Pengetahuan dan Situasi.


Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti dan menganalisa bahasa yang
digunakan secara alamiah, baik lisan atau tulis, seperti pemakaian bahasa dalam
komunikasi sehari-hari. Selanjutnya Stubbs menjelaskan bahwa analisis wacana
menekankan kajianya pada penggunaan bahasa dalam konteks sosial, khususnya dalam
penggunaan bahasa antar penutur.
M, S. D. (t.thn.).
Tiga konsep tentang konteks situasi, yaitu medan (field), pelibat (tenor), dan sarana
(mode). Konsepkonsep tersebut digunakan untuk menafsirkan konteks sosial dari suatu
text (the social context of text), yaitu lingkungan terjadinya pertukaran makna.
Konsep-konsep itu dideskripsikan sebagai berikut.
1. MEDAN WACANA
Menunjuk pada hal yang sedang terjadi, pada sifat tindakan sosial yang sedang
berlangsung: apa sesungguhnya yang sedang disibukkan oleh para pelibat, yang di
dalamnya bahasa ikut serta sebagai unsur pokok tertentu?
2. PELIBAT WACANA
Menunjuk pada orang-orang yang mengambil bagian, pada sifat para pelibat,
kedudukan dan peranan mereka, jenis-jenis hubungan peranan apa yang terdapat di
antara para pelibat, termasuk hubungan-hubungan tetap dan sementara, baik jenis
paranan tuturan yang mereka lakukan dalam percakapan maupun rangkaian
keseluruhan hubungan-hubungan yang secara kelompok mempunyai arti penting yang
melibatkan mereka?
3. SARANA WACANA
Menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang diharapkan oleh para
pelibat diperankan bahasa, dalam situasi itu: organisasi simbolik teks, kedudukan yang
dimiliknya, dan fungsinya dalam konteks, termasuk salurannya (apakah dituturkan
atau dituliskan atau semacam gabungan keduanya?) dan juga mode retoriknya, yaitu
apa yang akan dicapai teks berkenaan dengan pokok pengertian seperti bersifat
membujuk, menjelaskan, mendidik, dan semacamnya.
Konteks situasi, sebagaimana dijelaskan ciri-cirinya di atas, merupakan lingkungan
langsung tempat teks itu berfungsi. Konteks budaya merupakan latar belakang yang
lebih luas daripada konteks situasi. “Setiap konteks situasi yang sebenarnya, susunan
medan tertentu, pelibat, dan sarana yang telah membentuk teks itu, bukanlah suau
kumpulan ciri yang acak, melainkan suatu keutuhan bolehlah dikatakan sebagai suatu
paket (package) yang secara khas bergandengan dalam suatu budaya. Orang melakukan
hal tertentu pada kesempatan tertentu dan memberinya makna dan nilai; inilah yang
dimaksud dengan kebudayaan”.
P, B. (t.thn.).

c. Analisis Wacana dan Linguistik.


Hubungan antara linguistik dan analisis wacana terletak pada objek kajiannya. Objek
kajian dalam wacana adalah bahasa itu sendiri.

d. Analisis Wacana dan Sosiolinguistik.


Hubungan antara sosiolinguistik dengan wacana adalah baik wacana maupun
sosiolinguistik sama-sama menitiberatkan bahasa dalam sebuah konteks di dalam
masyarakat.

e. Wacana Lisan dan Tulisan.


Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau
interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana
sebagai proses komunikasi antara penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi
secara tulis, wacana dapat dlihat sebagai hasil dari pengungkapan idea/gagasan penyapa.
Wacana tulis atau written discourse adalah wacana yang disampaikan secara tertulis,
melalui media tulis. Untuk menerima dan memahami atau menikmatinya maka para
penerima harus membacanya. Berbicara mengenai wacana tulis, ada orang mengaitkannya
dengan written text yang mengimplikasikan noninteractive monologue atau monolog yang
tidak interaktif yaitu monolog yang tidak saling mempengaruhi. Hal ini dapat kita pahami
karena apa yang disebut monolog (bicara sendiri) itu memang selalu bersifat satu arah saja.
Contoh wacana tulis ini kita temui dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari, dalam
koran, majalah, buku dan lain-lain. Sedangkan wacana lisan atau spoken discourse adalah
wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Untuk menerima, memahami,
atau menikmati wacana lisan ini maka para penerima harus menyimak atau
mendengarkannya. Dengan kata lain, penerima adalah penyimak. Wacana lisan ini, sering
pula dikaitkan dengan interactive discourse atau wacana interaktif. Contoh wacana lisan ini
diantaranya siaran televisi, radio, khotbah, ceramah, pidato, kuliah, deklamasi, dan
sebagainya.

Fauziah, S. (t.thn.) .

f. Analisis Wacana dan Fonologi.


Abdul Chaer (2007:102) menjelaskan bahwa fonologi adalah bidang linguistik yang
mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Dalam
mengkaji wacana, teori tentang bunyi-bunyi bahasa sangat diperlukan sebab Fonologi
merupakan dasar dari ilmu bahasa lainnya.

g. Analisis Wacana dan Morfologi.


Wijana (2007:1) menjelaskan bahwa morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang
mempelajari seluk-beluk morfem dan penggabungannya untuk membentuk satuan lingual
yang disebut kata polimorfemik. Dalam mengkaji wacana, teori tentang pembentukan kata
sangat dibutuhkan sebab Wacana yang berbentuk naskah itu terbentuk dari susunan kata
demi kata yang memiliki makna.

h. Analisis Wacana dan Sintaksis.


Sintaksis adalah cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana,
kalimat, klausa, dan frasa. Sintaksis yang mempelajari seluk beluk pembentukan kalimat
sangat berhubungan dengan Wacana karena Dalam mengkaji wacana, teori tentang
pembentukan kalimat sangat dibutuhkan. Sebuah Wacana dapat dikatakan baik apabila
hubungan antara kalimat-kalimatnya kohesi dan koheren.

i. Analisis Wacana dan Semantik.


Semantik adalah telaah mengenai makna. Hubungannya dengan Wacana adalah baik
Semantik maupun Wacana sama-sama mengkaji makna bahasa sebagai objek kajiannya.
j. Analisis Wacana dan Ilmu Budaya.
Wacana berkembang dalam konteks budaya. Setiap kelompok masyarakat memiliki
budaya masing-masing, sehingga kajian wacana harus disesuaikan dengan kebudayaan dari
pembuat wacana.

k. Analisis Wacana dan Politik.


Wacana dipercayai sebagai piranti-piranti yang digunakan lembaga-lembaga untuk
mempraktekkan kuasa-kuasa mereka melalui proses-proses pendefinisian, pengisolasian,
pembenaran.

l. Analisis Wacana dan Pragmatik.


Pernyataan adalah tindakan penciptaan makna. Analisis wacana dalam perspektif ini
berusaha membongkar dan mengungkap maksud-maksud tersembunyi yang ada di balik
ujaran-ujaran yang diproduksi.

m. Analisis Wacana dan Filologi.


Filologi adalah bahasa, kebudayaan, dan sejarah bangsa yang terekam dalam bahan
tertulis seperti peninggalan naskah kuno linguistik, sejarah dan kebudayaan. Filologi dan
wacana sama-sama mengkaji bahasa dalam bentuk teks atau naskah.

n. Analisis Wacana dan Hukum.


Wacana mampu membangun ideologi dan persuasi, yang kemudian dapat berkembang
menjadi tata aturan yang disepakati dan dijalankan bersama-sama. 

o. Analisis Wacana dan Sejarah.


Bahasa berkembang sejalan dengan peradaban dan waktu. Oleh sebab itu analisis
wacana harus mempertimbangkan faktor historis agar konteks yang diperoleh jelas dan
sesuai.

p. Analisis Wacana dan Semiotika.


Semiotika adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna bahasa yang
ditimbulkan dari tanda-tanda bahasa. Hubungannya dengan wacana adalah, baik wacana
maupun semiotika sama-sama mengkaji tentang makna bahasa.

q. Analisis Wacana dan Psikolinguistik.


Hubungannya dengan wacana adalah dalam penyusunan wacana, topik atau tema yang
diangkat ataupun ujaran-ujaran yang dihasilkan berdasarkan kondisi psikis manusia.

r. Analisis Wacana dan Literatur (Kesastraan).


Sastra sebagai salah satu bentuk kreasi seni, menggunakan bahasa sebagai
pemaparannya. Wacana dalam sastra tak hanya dikaji sebagai sebuah unsur bentuk bahasa,
melainkan bahasa yang memiliki nilai estetika.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Fuadi, Choirul. 2016. “Kedudukan Analisis Wacana Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, Peran/Fungsi
Berbagai Disiplin Ilmu Terhadap Kajian Wacana, dan Ancangan Dalam Kajian Wacana”,
Kedudukan Analisis Wacana Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, Peran/Fungsi Berbagai Disiplin
Ilmu Terhadap Kajian Wacana, dan Ancangan Dalam Kajian Wacana - Tukang Terjemah,
diakses pada 14 Maret 2023 pukul 13.22.

Rohana dan Syamsuddin. 2015. Analisis Wacana. CV.Samudra Alif-Mim.

Muis, Sitti Fauziah. 2014. “Analisis Wacana Dalam Bahasa Indonesia” dalam Jurnal Analisis
Wacana (hlm. 117-119). Kendari:Sitti Fauziah Muis.

Silaswati, Diana. 2019. “Analisis Wacana Kritis Dalam Pengkajian Wacana” dalam Jurnal
Bahasa,Sastra Indonesia dan Pengajarannya (hlm. 1-10). Bandung:Diana Silaswati.

Baryadi, Praptomo. 2015. “Analisis Wacana” dalam Jurnal Analisis Wacana (hlm.1-16).
Magelang:Universitas Sanata Dharma.

Anda mungkin juga menyukai