“BERFIKIR KRITIS”
ANALISIS WACANA
Dosen Pengampu : Suparmi, S.Tr Keb, S. Pd, .M.Kes
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT karena limpahan
epideminologi.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah
ini hingga selesai. Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya
makalah yang telah kami buat ini mampu memberikan informasi yang manfaat
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Wacana 3
B. Pengertian Analisis Wacana 4
C. Waca berdasarkan Realitas 5
D. Wacana berdasarkan Media Komunikasi 6
E. Wacana berdasarkan Pengungkapan 10
F. Wacana berdasarkan Cara Pembeberan (Pemaparan)11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 16
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata wacana berasal dari kosa kata Sansekerta vacana yang artinya
‘bacaan’. Kata vacana itu kemudian masuk ke dalam bahasa Jawa Kuna
dan bahasa Jawa Baru menjadi wacana yang berarti bicara, kata, atau
ucapan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Diknas, 2008) bahwa
wacana tidaklah lain dari komunikasi verbal atau percakapan; atau
pertukaran ide secara verbal. Di situ juga dicatat bahwa wacana adalah
keseluruhan tutur yang merupakan satu kesatuan. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008: 1552) masih mencatat rumusan yang lebih detail, yaitu
bahwa dalam bidang linguistik, wacana merupakan satuan bahasa
terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh
seperti buku, artikel, pidato, dan khotbah. Kajian wacana termasuk ke
dalam kajian bahasa dalam penggunaannya. Berdasarkan sebuah penelitian
sebuah wacana muncul dari sebuah kontsruksi realita oleh pelaku yang
dimulai dengan adanya realitas pertama berupa keadaan, benda, pikiran,
orang, peristiwa dan sebagainya. Menurut Darma (2009) analisis wacana
adalah suatu disiplin ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa
yang nyata dalam komunikasi. Ini berarti bahwa kajian wacana tidak
hanya berkenaan dengan kajian kepemilikan representasi kebahasaan,
tetapi juga dengan kajian terhadap faktor-faktor nonkebahasaan yang
menentukan apakah sebuah pesan dapat diterima atau tidak dalam kegiatan
komunikatif. Analisis wacana merupakan penggambaran secara rasional
mengenai hubungan runtutan yang berada dalam kesatuan yang teratur,
sehingga jelas bagaimana kaitan unsur-unsur di dalam kesatuan itu dan
bagaimana bentuk rangkaian koherennya. Menurut de Beaugrande dan
Dressler (1986) untuk bisa dipahami, sebuah teks haruslah memenuhi
tujuh standar tekstualitas yakni : (i) kohesi, (ii) koherensi, (iii)
1
intensionalitas, (iv) keberterimaan (acceptability), (v) informativitas, (vi)
situasionalitas, dan (vii) intertekstualitas. Jika ketujuh standar tidak
dipenuhi, sebuah teks tidak akan menjadi komunikatif. Tujuh standar
tekstualitas itu sebagai constitutive principles, yakni prinsip-prinsip yang
bersifat integratif yang bersifat wajib dalam komunikasi tekstual.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan wacana?
2. Apakah yang dimaksud dengan analisis wacana?
3. Apa saja jenis wacana menurut realitasnya?
4. Apa saja jenis wacana menurut media komunikasinya?
5. Apa saja jenis wacana menurut cara mengungkapkannya?
6. Apa saja jenis wacana menurut cara pemaparannya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian wacana.
2. Untuk mengetahui pengertian analisis wacana.
3. Untuk mengetahui jenis wacana menurut realitasnya.
4. Untuk mengetahui jenis wacana menurut media komunikasinya.
5. Untuk mengetahui jenis wacana menurut cara mengungkapkannya.
6. Untuk mengetahui jenis wacana menurut cara pemaparannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wacana
Wacana dalam bahasa inggris disebut discourse. Secara bahasa, wacana
berasal dari bahasa Sansekerta “wac/wak/vak” yang artinya “berkata, berucap”
kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata ‘ana’
yang berada di belakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna
“membendakan”. Dengan demikian, kata wacana dapat diartikan sebagai
perkataaan atau tuturan. Menurut kamus bahasa kontemporer, kata wacana itu
mempunyai tiga arti. Pertama, percakapan; ucapan; tuturan. Kedua,
keseluruhan cakapan yang merupakan satu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa
terbesar yang realisasinya merupakan bentuk karangan yang utuh.
Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap diatas kalimat dan satuan
gramatikal yang tertinggi dalam hierarki gramatikal. Sebagai satuan bahasa
yang terlengkap, wacana mempunyai konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang
dapat dipahami oleh pembaca dan pendengar. Sebagai satuan gramatikal yang
tertinggi, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan
gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnnya. Persyaratan gramatikal
dalam wacana ialah adanya wacana harus kohesif dan koherens. Kohesif
artinya terdapat keserasian hubungan unsur-unsur dalam wacana. Sedangkan
koheren artinya wacana tersebut terpadu sehingga mengandung pengertian
yang apik dan benar. Wacana yang koherens tetapi tidak kohesif sepeti contoh:
Andi dan budi pergi ke hitec-mall, dia ingin membeli laptop.
3
Contoh tersebut tidak tidak kohesif karena kata dia tidak jelas mengacu
kepada siapa, kepada Andi atau Budi, atau kepada keduanya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa wacana yang baik adalah wacana yang kohesif dan
koherens.Selain wacana sebagai satuan bahasa terlengkap diatas kalimat dan
satuan gramatikal tertinggi dalam hierarki gramatikal, masih banyak lagi
pengertian lain tentang wacana. Lubis mendefinisikan bahwa wacana adalah
kumpulan pernyataan-pernyataan yang ditulis, atau diucapkan, atau
dikomunikasikan dengan menggunakan tanda-tanda. Sementara White
mengartikan wacana adalah dasar untuk memutuskan apa yang akan ditetapkan
sebagai suatu fakta dalam masalah-masalah yang akan dibahas dan dasar untuk
menentukan apa yang sesuai untuk memahami fakta-fakta sebelum ditetapkan,
dimana White dalam hal ini lebih melihat wacana sebagai sebab daripada
sebagai akibat.
4
dikehidupan sehari-hari, misalnya naskah pidato, rekaman percakapan yang
telah dinaskahkan, percakapan langsung, catatan rapat, dan sebagainya, dan
pembahasan wacana pada dasarnya merupakan pembahasan terhadap
hubungan antara konteks-konteks yang terdapat dalam teks. Pembahasan itu
bertujuan menjelaskan hubungan antara kalimat atau antara ujaran (utterances)
yang membentuk wacana.
5
d. Perubahan raut muka (wajah), antara lain mengerutkan kening, bermuka
manis, bermuka masam.
c. Gerak seluruh tubuh, antara lain seperti terlihat pada pantomim, memiliki
makna wacana sebagai teks.
(2) Tanda lalu lintas, misalnya dengan warna lampu pada rambu-rambu lalu
lintas: merah berarti ‘berhenti’, kuning berarti ‘siap untuk maju’, dan
hijau berarti ‘boleh maju’; tanda diluar lalu lintas adalah bunyi-bunyi
yang dihasilkan dari kentongan, misalnya, berarti ada bahaya. Realitas
makna kentongan diwujudkan oleh masyarakat pendukung wacana
tersebut.
6
Menurut Henry Guntur Tarigan (1987:52) wacana tulis atau written
discourse adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media
tulis.
a. Sebuah teks/ bahan tertulis yang dibentuk oleh lebih dari satu alinea yang
mengungkapkan sesuatu secara beruntun dan utuh, misalnya sepucuk
surat, sekelumit cerita, sepenggal uraian ilmiah.
7
b. Sebuah alinea, merupakan wacana, apabila teks hanya terdiri atas sebuah
alinea, dapat dianggap sebagai satu kesatuan misi korelasi dan situasi
yang utuh.
2. Wacana lisan
8
Wacana lisan memiliki kelebihan dibanding wacana tulis. Beberapa
kelebihan wacana lisan di antaranya ialah:
b. Kepada siapa
a. Aneka tindak
b. Aneka gerak
c. Aneka pertukaran
9
d. Aneka transaksi
e. Peranan kinesik
a. Sebuah percakapan atau dialog yang lengkap dari awal sampai akhir,
misalnya obrolan di warung kopi.
Ica : .........................
Penggalan wacana ini berupa bagian dari percakapan dan merupakan situasi
yang komunikatif.
1. Wacana langsung
10
antara lain dengan klausa subordinatif, kata bahwa, dan sebagainya.
(Kridalaksana, 1964: 208-9).
11
2. Wacana deskriptif (deskripsi)
Wacana deskripsi banyak digunakan dalam katalog penjualan dan juga data-
data kepolisian. Kalimat yang digunakan dalam wacana deskripsi umumnya
kalimat deklaratif dan kata-kata yang digunakan bersifat objektif. Wacana
deskripsi cenderung tidak mempunyai penanda pergeseran waktu seperti
dalam wacana narasi.
12
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:9) wacana prosedural dipaparkan
dengan rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara berurutan dan
secara kronologis. Wacana prosedural disusun untuk menjawab pertanyaan
bagaimana cara mengerjakan atau menghasilkan sesuatu.
13
pendapat yang dikemukakan. Isi wacana selalu berusaha untuk memiliki
pengikut atau penganut, atau paling tidak menyetujui pendapat yang
dikemukakannya itu, kemudian terdorong untuk melakukan atau
mengalaminya. Yang termasuk wacana hortatori antara lain khotbah, pidato
tentang politik.
5. Wacana Ekspositori
14
Wacana ekspositori dapat berbentuk ilustrasi dengan contoh, berbentuk
perbandingan, uraian kronologis, identifikasi. Identifikasi dengan orientasi
pada meteri yang dijelaskan secara rinci atau bagian demi bagian.
6. Wacana Dramatik
7. Wacana Epistolari
8. Wacana Seremonial
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
16
Abdul Rani, Bustanul Arifin, dan Martutik. 2006. Analisis Wacana. Malang:
Bayumedia Publishing.
https://ikrimahmaifandi.wordpress.com/2012/08/05/analisis-wacana/
(Diakses 02 Februari 2021 Pukul 21.10 WIB)
17