Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam
menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta sebagai ujung tombak dalam
memberikan asuhan kebidanan. Dalam memberikan asuhan, bidan sebagai individu yang
memegang tanggung jawab terhadap tugas kliennya, biopsikososial. Pelayanan
kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk
mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka terwujudnya keluarga kecil bahagia dan
sejahtera. Pelayanan kebidanan bermutu adalah pelayanan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa pelayanan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk dan
diselenggarakan sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan.
Pelayanan kesehatan yang bermutu semakin dicari untuk memperoleh jaminan
kepastian terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya. Semakin tinggi tingkat
pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan untuk mempertahankan kualitas
hidup, maka akan semakin kritis dalam menerima produk jasa, termasuk jasa pelayanan
kebidanan. Sehingga peningkatan standar mutu kinerja setiap bidan perlu dilakukan terus
menerus.
Standar adalah landasan berpijak normatif dan parameter/ alat ukur untuk
menentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan klien dan menjamin mutu
asuhan yang diberikan. Standard operating procedure (SOP) merupakan perangkat yang
memandu setiap individu dan unit kerja dalam institusi untuk melaksanakan aktivitasnya
secara konsisten dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Standar mutu
pelayanan kebidanan terdiri dari 24 standar yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi.
Dengan berpedoman pada standar ini diharapkan bidan dapat memberikan pelayanan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Pelayanan berkualitas dapat dikatakan
sebagai pelayanan yang memenuhi standar. Hal ini menunjukkan bahwa standar
pelayanan perlu dimiliki oleh setiap pelaksana pelayanan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan standar mutu pelayanan kebidanan dan standard
operating procedure (SOP)?
2. Bagaimanakah syarat suatu standar dapat terpenuhi?
3. Apa manfaat dari standard operating procedure (SOP) dalam institusi?
4. Bagaimanakah prinsip dasar dalam menyusun suatu standard operating procedure
(SOP)?
5. Apa sajakah ruang lingkup standar mutu pelayanan kebidanan?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:
1. Untuk mengetahui pengertian dari standar mutu pelayanan kebidanan dan standard
operating procedure (SOP).
2. Untuk menjelaskan syarat suatu standar dapat terpenuhi.
3. Untuk mengetahui manfaat dari standard operating procedure (SOP) dalam institusi.
4. Untuk menjelaskan prinsip dasar dalam menyusun suatu standard operating
procedure (SOP).
5. Untuk menjelaskan ruang lingkup standar mutu pelayanan kebidanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pelayaan Kebidanan


Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasiuntuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok maupun masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan
kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan
standar dan kode etik profesi.
Kadang-kadang standar layanan kesehatan itu diartikan sebagai petunjuk pelaksanaan,
protokol, dan Standar Prosedur Operasional (SPO). Standar Prosedur Operasional
(SPO) adalah pernyataan tentang harapan bagaimana petugas kesehatan melakukan suatu
kegiatan yang bersifat administratif.  

Pelayanan kesehatan yang baik harus memiliki berbagai persyaratan pokok seperti
berikut:
1. Tersedia (Available) dan Berkesinambungan (Continuous)
Semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit
ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah ada setiap saat yang
dibutuhkan.
2. Dapat Diterima (Acceptable) dan Wajar (Appropriate)
Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan
masyarakat.
3. Mudah Dicapai (Accessible)
Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan di sini terutama dari sudut lokasi. Dengan
demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan
distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.
4. Mudah Dijangkau (Affordable)
Pengertian keterjangkauan yang dimaksudkan di sini terutama dari sudut biaya. Untuk
dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya pelayanan
kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja,
bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
5. Bermutu (Quality)
Pengertian mutu yang dimaksudkan di sini adalah yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat
memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

Pelayanan Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan


bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan secara mandiri,
kolaborasi, dan atau rujukan (Undang-undang Nomor 4 Tahun 2019).

B. Peran dan Fungsi Bidan (pelaksana, pengelola, pendidik, peneliti)


Apabila seorang bidan melakukan peran, fungsi, dan tanggung jawab dengan baik maka
bidan tersebut berkompeten, Peran Bidan sebagai Pelaksanan, Pengelola,Pendidik,
Peneliti berupa :
Peran Bidan
1. Bidan sebagai Pelaksana
Sebagai pelaksana bidan memiliki tiga kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi,
dan tugas rujukan.

a. Tugas Mandiri/ Primer

Tugas mandiri bidan yaitu tugas yang menjadi tanggung jawab bidan sesuai
kewenangannya, meliputi:

1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang


diberikan

2) Memberi pelayanan dasar pra nikah pada remaja dengan melibatkan mereka
sebagai klien.

3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal


4) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan  klien /keluarga

5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

6) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas dengan   


melibatkan klien /keluarga

7) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang  membutuhkan


pelayanan KB.

8) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem


reproduksi dan wanita dalam masa klimakretium dan nifas.

b. Tugas Kolaborasi

Merupakan tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang


kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari
proses kegiatan pelayanan kesehatan. Tugas tersebut yaitu:

1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai


fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga

2) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan  kolaborasi

3) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan


resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama
dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga

4) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko  
tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga

5) Memberikan asuhan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan
pertama dengan tindakan kolaborasi dengan meliatkan klien dan keluarga
6) Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang
mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan 
kolaborasi dengan melibatkan keluarga.

c. Tugas Ketergantungan / Merujuk

1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai


dengan fungsi  rujukan keterlibatan klien dan keluarga

2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu


hamil dengan resiko tinggi dan kegawat daruratan

3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa 


persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga

4) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu  


dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawatdaruratan dengan
melibatkan klien dan keluarga

5) Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelainan tertentu dan


kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan
melibatkan keluarga

6) Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan

Langkah yang diperlukan dalam melakukan peran sebagai pelaksana:

a. Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien


b. Menentukan diagnosa / masalah
c. Menyusun rencana tindakan  sesuai dengan masalah yang dihadapi
d. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah disusun
e. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
f. Membuat rencana tindak lanjut tindakan
g. Membuat dokumentasi kegiatan klien dan keluarga

2. Bidan sebagai Pengelola


Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas yaitu tugas pengembangan
pelayanan dasar  kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.

a. Pengembangkan pelayanan dasar kesehatan

Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama


pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga kelompok khusus dan masyarakat
di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat/ klien meliputi :

1) Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan  


anak untuk meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan  
kesehatan di kerjanya bersama tim kesehatan dan pemuka  masyarakat.
2) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil kajian bersama masyarakat
3) Mengelola kegiatan pelayanan kesehatan khususnya KIA/KB sesuai dengan
rencana.
4) Mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader dan dukun atau petugas
kesehatan lain dalam melaksanakan program/ kegiatan pelayanan KIA/KB
5) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat khususnya KIA KB termasuk pemanfaatan sumber yang ada pada
program dan sektor terkait.
6) Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta 
memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi yang ada.
7) Mempertahankan dan meningkatkan mutu serta keamanan praktik  
profesional melalui pendidikan, pelatihan, magang, dan kegiatan
dalam kelompok profesi.
8) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.

b. Berpartisipasi dalam tim

Bidan berpartisi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor
lain melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader, dan tenaga kesehatan
lain yang berada di wilayah kerjanya, meliputi :

1) Bekerjasama dengan Puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam


memberi asuhan kepada klien bentuk konsultasi, rujukan & tindak lanjut
2) Membina hubungan baik dengan dukun bayi, kader kesehatan, PLKB dan
masyarakat
3) Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas
kesehatan lain
4) Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi
5) Membina kegiatan yang ada di masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan

3. Bidan sebagai Pendidik


Sebagai pendidik bidan mempunyai 2 tugas yaitu:
a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu,  keluarga 
dan masyarakat tentang penanggulanagan masalah kesehatan khususnya KIA/KB
b. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan/keperawatan serta
membina dukun di wilayah kerjanya.

Langkah-langkah dalam memberikan pendidikan dan penyuluhan yaitu :

a. mengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan


b. menyusun rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk penyuluhan
c. menyiapkan alat dan bahan pendidikan  dan penyuluhan
d. melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan
e. mengevaluasi hasil pendidikan dan penyuluhan
f. Menggunakan hasil evaluasi  untuk meningkatkan program bimbingan
g. mendokumentasikan kegiatan

4. Bidan sebagai Peneliti


Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik
secara mandiri maupun kelompok. Perannya:
a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi/penelitian
b. Menyusun rencana kerja
c. Melaksanakan investigasi
d. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi
e. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut
f. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan
program kerja atau pelayanan kesehatan

Fungsi Pelaksana
a. Fungsi adalah kegunaan suatu hal, daya guna, jabatan (pekerjaan) yang
dilakukan, kerja bagian ubuh. Berdasarkan peran Bidan yang dikemukakan
diatas, maka fungsi bidan sebagai pelaksana berikut :
2. 1.Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat
(khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.
3. 2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan
4. dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
5. 3. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
6. 4. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi
7. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
8. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui
9. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah
10. Memberi pelayanan keluarga berencanasesuai dengan wewenangnya.
11. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem
12. reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause
13. sesuai dengan wewenangnya.

2. Fungsi Pengelola

Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:kelompok masyarakat, sesuai dengan


kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi
masyarakat.

1.Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga,


kelompok masyarakat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat

2. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.

3. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.

4. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan

5. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.

3. Fungsi Pendidik

Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:

a. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat  terkait


dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta KB
b. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan
tanggung jawab bidan.

c. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di
klinik dan di masyarakat.

d. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.

4. Fungsi Peneliti

Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:

1.Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.

2. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana

C. Tugas, Peran dan wewenang Bidan sesuai dengan UU No.4 Tahun 2019
1. Tugas Bidan.
Menurut pasal 46 (1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas
memberikan pelayanan yang meliputi:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak;
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
d. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
e. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

2. Peran Bidan.
Seperti yang tercantum pada Pasal 47 (1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan,
Bidan dapat berperan sebagai:
a. pemberi Pelayanan Kebidanan;
b. pengelola Pelayanan Kebidanan;
c. penyuluh dan konselor;
d. pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;
e. penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan; dan/atau
f. peneliti.
3. Wewenang Bidan.
a. Pelayanan Kesehatan Ibu (Pasal 49)
Sebagai pelayan kesehatan ibu, bidan berwenang:
1) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;
2) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;
3) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan menolong persalinan
normal;
4) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;
5) melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas, dan
rujukan;
6) melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa kehamilan, masa
persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan pasca keguguran dan
dilanjutkan dengan rujukan.
b. Pelayanan Kesehatan Anak (Pasal 50)
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak, bidan berwenang:
1) memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak
prasekolah;
2) memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;
3) melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan anak prasekolah
serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang, dan rujukan; dan
4) memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
dilanjutkan dengan rujukan.

c. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana (Pasal 51).


Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c, Bidan
berwenang melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan memberikan
pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. Prinsip dasar dalam menyusun suatu standard operating procedure (SOP)


Standard Operating Prosedur(SOP) atau Sistem Tata Kerja merupakan perangkat yang
memandu setiap individu dan unit kerja di dalam institusi untuk melaksanakan
aktivitasnya secara konsisten, dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Jadi SOP
merupakan panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan operasional institusi
berjalan dengan lancar.Penggunaan SOP dalam institusi bertujuan untuk memastikan
institusi beroperasi secara konsisten, efektif, efisien, sistematis da terkelola dengan baik,
untuk menghasilkan produk/jasa yang dimiliki mutu konsisten dengan standar yang telah
ditetapkan.
Beberapa manfaat standard operating prosedur(SOP) dalam institusi antara lain sebagai
berikut.
1.Sebagai dokumen referensi mengenai kebijakan yang telah ditetapkan oleh institusi.
2.Sebagai panduan standar untuk pelaksanaan aktivitas institusi, baik aktivitas
operasional/teknis maupun administratif, yang menjelaskan ruang lingkup aktivitas,
alur aktivitas, serta wewenang pejabat atau unit kerja terkait dalam lingkup tersebut.
3.Sebagai pedoman dalam birokrasi/hierarki pengambilan keputusan dan validasi
rangkaian kegiatan institusi.
4.Untuk menjamin konsistensi dan keandalan kegiatan produksi serta penyampaian
produk kepada pelanggan.
5.Untuk menjamin efektivitas dan efisiensi aktivitas kerja, serta mencegah
pemborosan sumber daya (tenaga, biaya, material, waktu)
6.Untuk menjaga tingkat kinerja setiap unit kerja agar tetap konsisten dengan
menetapkan indikator kinerja masing-masing unit kerja.
7.Untuk meminimalkan risiko kesalahan, pelanggaran atau kegagalan dalam masing-
masing aktivitas kerja.
8.Menghindari terjadinya one man showdalam institusi sehingga institusi dapat
beroperasi secara berkesinambungan, walaupun terjadi pergantian personil yang
bertanggung jawab terhadap aktivitas kerja tersebut.
9.Memastikan setiap aktivitas kerja dilaksanakan sesuai standar keselamatan dan
kesehatan kerja sehingga aman bagi individu/unit kerja yang terlibat ataupun bagi
lingkungan di sekitarnya.
10.Sebagai referensi pada saat institusi diinspeksi atau diaudit, baik audit
internalmaupun audit eksternal.
11.Sebagai acuan untuk memecahkan masalah apabila terjadi hambatan, komplain,
perselisihan atau konflik.
12.Sebagai perangkat untuk melindungi tenaga kerja apabila terdapat tuduhan
kecurangan atau pelanggaran.
13.Sebagai acuan/dasar hukum untuk mengambil tindakan saat terjadi kecurangan
atau pelanggaran.
14.Digunakan untuk bahan pelatihan pada saat ada pekerja baru, pada saat terjadi
perubahan struktur institusi, atau jika perlu adanya sosialisasi aktivitas kerja yang
baru.
15.Sebagai acuan/referensi dalam menyusun job descriptiondan indikator kinerja.
16.Sebagai acuan untuk melakukan tindakan korektif dan tindakan pencegahan.
17.Sebagai acuan dalam mengembangkan sistem informasi manajemen terpadu dalam
institusi.
18.Sebagaiacuan manajemen institusi untuk menjelaskan kepada pihak eksternal
(auditor, inspeksi, media dan publik) bagaimana sebuah proses atau aktivitas di dalam
institusi dijalankan.
Standard Operating Procedure (SOP) yang berlaku dalam institusi harus memenuhi tujuh
prinsip dasar sebagai berikut:
1.SOP dinyatakan secara tertulis dan disusun secara lengkap serta sistematis.
2.SOP dikomunikasikan secara sistematis kepada seluruh unit kerja danindividu
dalam institusi.
3.SOP harus sesuai dengan kebijakan institusi dan patuh terhadap standar yang
menjadi acuan institusi serta peraturan perundangan yang berlaku.
4.SOP harus mencerminkan hierarki dalam institusi dan proses pelayanan yang
berlangsung dalam institusi.
5.SOP harus dapat mendorong pelaksanaan rangkaian aktivitas institusi untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
6.SOP harus memiliki mekanisme untuk memantau dan mengendalikan pelaksanaan
rangkaian aktivitas agar tidak terjadi pelanggaran atau penyimpangan.
7.SOP harus dievaluasi secara periodik dan disesuaikan dengan kondisi terkini atau
kebutuhan institusi.
Berdasarkan standar, dokumen SOP terdiri atas dokumen-dokumen sebagai berikut:
1.KebijakanKebijakan adalah dokumen level tertinggi berupa pernyataan institusi
mengenai tujuan institusi, mengapa mereka melakukan hal itu, dan komitmen apa
yang akan dilakukan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut.
2.PedomanPedoman adalah dokumen lini pertama yang menyatakan apa yang
dilakukan institusi untuk mencapai kebijakan yang telah dinyatakan sebelumnya,
mengapa harus dilakukan dan penjabaran mengenai cara melakukannya. Dalam
beberapa SOP, kebijakan institusi biasanya tertuang di dalam dokumen yang sama
dengan pedoman.
3.ProsedurProsedur adalah dokumen lini kedua yang menjabarkan aktivitas, metode
atau proses yang digunakan untuk mengimplementasikan hal-hal yang telah
ditetapkan dalam pedoman, serta fungsi institusi atau jabatan apa yang bertanggung
jawab terhadap aktivitas/metode/proses tersebut. Prosedur dapat digunakan untuk
mengatur aktivitas yang bersifat administratif, karena melibatkan pelaksana yang
berasal dari lebih satu jabatan atau unit kerja.
4.Instruksi kerjaInstruksi kerja bersifat lebih detail daripada prosedur, dan bersifat
lokal pada satu orang, satu kelompok/unit kerja, peralatan/instalasi, atau aktivitas
tertentu yang spesifik. Instruksi kerja umumnya digunakan untuk mengatur aktivitas
yang bersifat teknis. Instruksi kerja juga dapat merupakan penjabaran dari langkah
pada prosedur terkait.
5.RekamanRekaman adalah dokumen yang menjadi bukti bahwa SOP yang
dituangkan dalam dokumen pedoman, prosedur dan instruksi kerja telah dilaksanakan.
Rekaman dapat berupa formulir yang telah diisi , lembar kerja yang telah
ditandatangani, dokumen persetujuan produk yang telah distempel, atau berupa foto
kejadian. Rekaman juga berfungsi sebagai alat telusur berbagai tindakan yang
dilakukan dalam pelaksanaan SOP, baik apakah sebuah aktivitas/proses dilaksanakan
dengan benar, maupun apabila terjadi kesalahan atau pelanggaran
E. Standar Mutu Pelayanan kebidanan (1-24 standar)
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu
dicapai, berkaitan dengan parameteryang telah ditetapkan. Standard Operating
Procedure(SOP) atau Sistem Tata Kerja merupakan perangkat yang memandu setiap
individu dan unit kerja dalam institusi untuk melaksanakan aktivitasnya secara konsisten
dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Standar mutu pelayanan kebidanan
terdiri dari 24 standar yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi. Selanjutnya Anda
diharapkan dapat mengidentifikasi standar persyaratan dan penampilan minimal. Anda
harus dapat memberikan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan yang
telah ditetapkan, agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan prosedur.
1. Syarat Standar
Suatu standar yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut.
1.Bersifat jelas; artinya dapat diukur termasuk ukuran terhadap penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi.
2.Masuk akal; suatu standar yang tidak masuk akal, tidak hanya sulit dimanfaatkan
tetapi juga akan menimbulkan frustrasipara pelaksana.
3.Mudah dimengerti; suatu standar yang tidak mudah dimengerti juga dapat
menyulitkan tenaga pelaksana sehingga sulit terpenuhi.
4.Dapat dicapai; tidak ada gunanya menetapkan standar yang sulit karena tidak akan
mampu dicapai. Oleh karena itu, dalam menentukan standar harus sesuai dengan
situasi dan kondisi organisasi yang dimiliki.
5.Absah; artinya ada hubungan yang kuat dan dapat didemonstrasikan antara standar
dengan mutu pelayanan yang diwakilinya.
6.Meyakinkan; artinya mewakili persyaratan yang ditetapkan. Apabila terlalu rendah
menyebabkan persyaratan menjadi tidak berarti, tetap apabila terlalu tinggi akan sulit
dicapai.
7.Mantap, spesifik, serta eksplisit; artinya tidak dipengaruhi oleh perubahan waktu,
bersifat khas dan gamblang.
2. Manfaat Standar
Standar pelayanan kebidanan bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut:
1.Menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalani praktik sehari-hari.
2.Sebagaidasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan
pengembangan kurikulum.
3.Membantu dalam penentuan kebutuhan operasional dalam penerapannya, misalnya
kebutuhan terhadap pengorganisasian, mekanisme, peralatan, obat yang diperlukan
3. Standar Pelayanan Kebidan
Dalam mempelajari tiap standar pelayanan kebidanan digunakan format sebagai
berikut:
a.Tujuan: merupakan tujuan standar.
b.Pernyataan standar: berisikan pernyataan tentang pelayanan kebidanan yang
dilakukan, dengan penjelasan tingkat kompetensi yang diharapkan,
c.Hasil: hasil yang akan dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan
dalam bentuk yang dapat diukur,
d.Prasyarat: hal-hal yang diperlukan (misalnya: alat, obat, keterampilan) agar
pelaksana dapat menerapkan standar,
e.Proses: berisi langkah-langkah pokok yang perlu diikuti untuk penerapan standar.
Penjelasan tambahan dicetak miring. Hal-hal yang perlu diingat, ringkasan dan hasil
penelitian yang berpengaruh terhadap pelayanan kebidanan ditulis dalam kotak.
a. Standar Pelayanan Umum
Standar 1 : Perisapan untuk Kehidupan keluarga Sehat
Tujuan : Memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk
mempersiapkan
kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orangtua
yang bertanggung jawab.

Standar 2      : Pencatatan dan Pelaporan


Tujuan : Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data
untuk pelaksanaan penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan
penilaian kinerja.

b. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)


Standar 3         : Identifikasi Ibu Hamil
Tujuan : Mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya
Standar 4         : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Tujuan : Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan
deteksi dini komplikasi kehamilan

Standar 5         : Palpasi dan Abdominal


Tujuan : Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan
pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian bawah
janin.
Standar 6         : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Tujuan : Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan
melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia
sebelum persalinan berlangsung.

Standar 7         : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan


Tujuan : Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada
kehamilan dan melakukan tindakan yang di perlukan.

Standar 8         : Persiapan Persalinan 


Tujuan : Untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan
dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan
bidan terampil.
c. Standar Pertolongan Persalinan (4 standar)
Standar 9         : Asuhan Persalinan Kala I
Pernyataan standar: Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai
kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan
memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung

Standar 10       : Persalinan Kala II yang Aman


Pernyataan standar: Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman,
dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi
setempat

Standar 11       : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III


Pernyataan standar: Bidan melakukan penegangantali pusat dengan benar untuk
membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap

Standar 12       : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin melalui


                          Episiotomi
Pernyataan standar: Bidan mengenali seara tepat tanda-tanda gawat janin
padakala II yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk
memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
d. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
Standar 13       : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernapasan
spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah
ataumenangani hipotemia

Standar 14       : Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan


Bidan melakukan pemantauan ibu danbayi terhadap terjadinya komplikasi dalam
dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.
Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat
pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.

Standar 15       : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas
Bidan melakukan kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu
keenam setelah persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi
melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan
penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan
bergizi, perawatan bayi baru lahir, Pemberian ASI, imunisasi dan keluarga
berencana.

e. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-Neonatal (9 standar)


Standar 16       : Penanganan Perdarahan dalam Kehamilan pada Trimester III
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan serta
melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
Standar 17       : Penanganan Kegawatan dan Eklampsia
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia mengancam serta
merujuk dan/atau memberikan pertolongan pertama.

Standar 18       : Penanganan Kegawatan pada Partus Lama/Macet


Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama/macet serta
melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya

Standar 19       : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor


Bidan mengenali kapan diperlukan ekstrasi vakum melakukannya secara benar
dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya
bagi ibu dan bayinya

Standar 20       : Penanganan Retensio Plasenta


Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan
pertama termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan
kebutuhannya.

Standar 21       : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer


Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama
setelah persalinan (perdarahan post partum primer) dan segera melakukan
pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.

Standar 22       : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder


Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post
partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa
ibu, atau merujuknya.

Standar 23       : Penanganan Sepsis Puerperalis


Bidan mampu mengamati secara tepat-tanda dan gejala sepsis perperalis, serta
melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.

Standar 24       : Penanganan Asfiksia Neonatorum


Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia serta
melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yangdiperlukan
dan memberikan perawatan lanjutan.
Daftar pustaka

Mamik (2014). Manjemen Mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan . Sidoarfjo : Zifatama
Pubhlisher.
Sriyanti, Cut (2016). Modul Bahan ajar cetak kebidanan dan kebijakan kesehatan. Jakarta :
Kemenkes RI.
Undang-Undang Reprupblik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai