Anda di halaman 1dari 13

Makalah

ANALISIS WACANA:
PENGERTIAN WACANA DAN PRINSIP
ANALISIS WACANA

Dosen Pengampu :
Drs. YULSAFLI, M.A.

Disusun Oleh :

Nama: Ica Alvira


NPM : 2211070047
No.Absen: 19

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SERAMBI MEKAH
2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas kelompok dengan judul “ ANALISIS WACANA:
PENGERTIAN WACANA DAN PRINSIP ANALISIS WACANA’

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki.Oleh
sebab itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun Penulis
berharap semoga makalah um bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Banda Aceh, Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................2
BABII PEMBAHASAN....................................................................................3
2.1 Pengertian Analisis Wacana...................................................................3
2.2 Prinsip Analisis Wacana.........................................................................4

BAB III PENUTUP.........................................................................................16


3.1 Simpulan...............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata wacana berasal dari kata Sansekerta yang berarti ungkapan atau ucapan. Kata
Wacana merupakan salah satu kata yang sering disebutkan seperti demokrasi, hak asasi
manusia dan lingkungan hidup. Seperti banyak kata yang digunakan, pengguna bahasa
terkadang tidak mengetahui dengan jelas arti dari kata yang digunakan. Ada yang
mengartikan wacana sebagai satuan bahasa yang lebih besar dari kalimat, dan ada pula
yang mengartikan sebagai percakapan. Kata wacana juga banyak digunakan oleh banyak
kalangan dalam bidang linguistik, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra, dan
lain-lain. Diskusi wacana erat kaitannya dengan pembahasan keterampilan berbahasa,
khususnya keterampilan berbahasa produktif, yaitu. pidato dan tulisan. Baik wacana
maupun keterampilan berbahasa sama-sama menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi.
Wacana mengacu pada unsur intralinguistik (bahasa internal) dan unsur ekstralinguistik
yang berkaitan dengan proses komunikasi seperti interaksi sosial (diskusi dan pertukaran)
dan pengembangan tematik (monolog dan lagu). Realitas wacana dalam hal ini adalah
adanya wacana dalam bentuk verbal dan nonverbal. Ada sekumpulan bahasa atau bahasa
lisan (kehadiran linguistik) yang susunan bahasanya lengkap, mengacu pada struktur apa
adanya; pemeliharaan non-verbal atau linguistik merujuk pada wacana sebagai rangkaian
bahasa (urutan isyarat atau tanda yang bermakna). Bentuk wacana sebagai alat
komunikasi adalah rangkaian pernyataan lisan dan tulisan. Sebagai alat komunikasi,
percakapan lisan dapat berupa percakapan utuh atau dialog dan penggalan percakapan.
Percakapan dengan menggunakan komunikasi tertulis dapat berbentuk teks, paragraf dan
wacana, penting untuk memahami apa itu wacana berdasarkan penjelasan di atas dan
memahaminya agar
tidak terjadi kesalahpahaman tentang makna wacana.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian analisis wacana?
2. Apa saja prinsip- prinsip analisis wacana?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian analisis wacana

2. Mengetahui prinsip – prinsip analisis wacana.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Analisis Wacana

Analisis wacana merupakan analisis unit linguistik terhadap penggunaan bahasa


lisan maupun tulis yang melibatkan orang penyampai pesan dengan penerima pesan
dalam tindak komunikasi (Slembrouck, 2003:1). Analisis wacana bertujuan untuk
mengetahui adanya pola-pola atau tatanan yang di ekspresikan oleh suatu teks,
Interpretasi satu unit kebahasaan dapat diketahui secara jelas termasuk pesan yang
ingin disampaikan, mengapa harus disampaikan, dan bagaimana pesan disampaikan.

Analisis wacana mengkaji unit kebahasaan dalam cakupan ilmu linguistik baik
mikro seperti sintaksis, pragmatik, morfologi, dan fonologi dan linguistik makro
seperti sosiolinguisitk, pragmatik, psikolinguistik. Secara singkatnya, kajian wacana
Pengertian analisis wacana adalah analisis unit linguistik terhadap penggunaan bahasa
lisan maupun tulis yang melibatkan penyampai pesan (penutur atau penulis) dengan
penerima pesan (pendengar atau pembaca) dalam tindak komunikasi (Slembrouck,
2003: 1).

Kajian wacana merupakan bagian dari studi linguistik tentang struktur pesan dalam
suatu komunikasi atau telaah mengenai aneka bentuk dan fungsi linguistik dalam
kajian wacana. Membahas tentang menafsirkan suatu teks yakni memahami apa yang
sebenarnya yang dimaksudkan oleh penyampai pesan, mengapa harus diampaikan,
dan bagiamana pesan tersusun dan dipahami serta motif dibaik teks. Selain itu,
melalui analisis wacana dapat diketahui apakah sebuah teks mengandung wacana atau
tidak.

3
Analisis wacana dapat dicontohkan dengan menafsirkan empat teks dibawah ini:

a. Dilarang berjualan di sini (di papan pengumuman).

b. Wah, indah benar lukisan yang dibuat olehnya (dalam dialog).

c. Awas ada anjing galak (tulisan di atas pintu pagar).

d. Bunga itu kukirimkan padanya (dalam sebuah novel).

Ke empat klausa diatas merupakan teks, tetapi hanya (a) dan (c) saja yang bisa
disebut wacana. Jika dianalisis teks (a) dan (c) bisa disebut wacana karena
mengandung kontek yang jelas yakni dipapan pengumuman dan di pintu pagar.
Memiliki kesatuan makna yang utuh yakni berupa analisis wacana peringatan dan
larangan, pembaca akan dengan mudah menafsirkan pesan yang disampaikan oleh
penulis. Sebaliknya teks (b) dan (d) bukan merupakan wacana, walaupun berada pada
kontek yang jelas tetapi tidak ada kesatuan makna yang jelas yakni pada morfem
“nya” dalam kalimat (b) tidak dan “ku” dan “nya” dalam kalimat (d) tidak
mengandung koherensi yang jelas sehingga pembaca akan kesulitan menafsirkan
siapa yang menerima pesan tersebut. Oleh sebab itu kesatuan maknanya tidak utuh.
Suatu tindak komunikasi berusaha untuk menyampaikan pesan, akan tetapi jika pesan
yang berusaha disampaikan tidak ada maka terjadilah kegagalan.

Melalui analisis wacana dapat digunakan untuk mengetahui kandungan pesan


sebuah teks. Pada prinsipnya analisis wacana adalah analisis bahasa dalam
penggunaannya. Oleh sebab itu, analisis wacana tidak dapat dibatasi pada deskripsi
bentuk-bentuk linguistik yang terlepas dari tujuan atau fungsi-fungsi yang mana
bentuk-bentuk tersebut dirancang untuk melayani urusan-urusan manusia. Walaupun

4
sebagai linguis dalam menentukan property-properti formal sebuah bahasa, analisis
wacana bersungguh-sungguh dengan investigasi yang berkenaan dengan tujuan
penggunaan bahasa.

Analisis wacana adalah suatu penelitian yang mengkaji atau menganalisis bahasa
yang digunakan secara alami, baik tertulis maupun lisan. Bahasa alami adalah
penggunaan bahasa seperti dalam komunikasi sehari-hari. Data wacana dapat
berbentuk teks, baik lisan maupun tulisan. Teks mengacu pada serangkaian kalimat
atau frasa. Dalam bahasa tulis digunakan istilah kalimat, sedangkan dalam bahasa
lisan digunakan kalimat yang relevan. Dalam analisis wacana berlaku dua prinsip,
yaitu prinsip interpretasi lokal dan prinsip analogi. Prinsip penafsiran lokal adalah
penafsiran berdasarkan konteks, baik dalam konteks linguistik maupun non-
linguistik. Konteks nonlinguistik, yaitu konteks lokal, tidak hanya mencakup tempat,
tetapi juga dapat berupa waktu, penggunaan wacana, dan partisipan. Prinsip
interpretasi analogis adalah prinsip bahwa wacana harus ditafsirkan berdasarkan
pengalaman masa lalu yang serupa atau relevan. Hanya konteks yang paling relevan
dengan situasi saat ini yang dipertimbangkan, karena pengalaman sebelumnya sudah
cukup untuk memahami percakapan.

2. Prisip Analisis Wacana

Sebagaimana disebutkan di bagian depan, secara keseluruhan wacana merupakan


unsur kebahasaan yang sekaligus melibatkan bebagai aspek (baik internal mauplan
eksternal, verbal maupun nonverbal). Suatu wacana pada dasarnya mengandung
sejumlah pengetahuan dan informası yang tidak begitu saja mudah dipahami oleh
pembaca atau pendengar. Oleh karenanya, diperlukan cara tertentu untuk memahami
hal yang sebenamya dunformasikan oleh wacana tersebut.

Salah satu prinsip pemahaman wacana yang sangat penting dan bersifat mendasar
adalah prinsip analogi. Prinsip ini menganjurkan kepada pembaca pendengar, atau
siapapun yang ingin mengkaji wacana (baik tulis maupun lisan) agar menyiapkan
bekal pengetahuan umuan, wawasan yang mendalam, ataupengalaman dunia yang
luas (knowledge of world) untuk mengenalisis wacana. Anjuran ini sama sekali tidak
berlebihan, mengingat wacana sebenarnya adalah kristalisasi dah sekaligus
simplifikasi dari berbagai aspek kehidupan manusia yang menyatu secara
komprehensif. utuh, dan lengkap. Untuk menginterpretasikan dan memahami isı

5
wacana yang seperti itulah dibutuhkan bekal yang mampu mewadahi apapun yang
ada dalam sebuah wacana

1.Prinsip analogi mampu menjelaskan gejala bahasa yang terbukti berserakan di


sekitar kita. Ketika analisis gramatika kalimat tidak mampu lagi menjelaskan suatu
tuturan berbahasa Jawa ndemok mati, maka di sinilah dibutuhkan prinsip analogi
untuk menjelaskan makna utuh tuturan/kalimat itu Tuturan semacam itu.

Harimurti Kridalaksana (1984) memaparkan bahwa wacana menjadi satuan


bahasa paling lengkap, tinggi dan terbesar dalam hierarki gramatikaI. Wacana
berhubungan dengan tindakan manusia baik verbal maupun nonverbal, maka perlu
adanya wawasan mengenai kebahasaan. Mulyana (2005) menjelaskan bahwa untuk
memahami wacana maka perlu prinsip pemahaman wacana. Prinsip pemahaman
wacana dibagi menjadi dua yakni, prinsip anaIogi dan prinsip interpretasi Iokal

• Prinsip analogi
Memiliki fungsi untuk menjelaskan gejala bahasa yang tidak tersusun. Prinsip analogi
digunakan untuk menganalisis wacana yang perlu menggunakan banyak wawasan
pengetahuan.
Contohnya wacana berbahasa Jawa “alon-alon asal kelakon” di pinggir jalan. Jika
analisis gramatikal tidak bisa menjelaskannya, maka dibutuhkan prinsip analogi.
Wacana “alon-alon asal kelakon” bermakna untuk berkendara dengan pelan asalkan
selamat sampai tujuan.

2. Prinsip penafsiran lokal atau prinsip intepretasi local

Menjadi dasar menafsirkan suatu wacana, dengan konteks di sekitar wacana.


Konteks yakni area, tempat lokal, atau wilayah wacana tersebut. Ketika wacana
tercipta dari tuturan lisan, maka makna wacana tersebut ada di sekitar wacana itu
tercipta (Suseno 1993).

pengalaman dunia yang luas (knowledge of world) untuk mengenalisis wacana.


Anjuran ini sama sekali tidak berlebihan, mengingat wacana sebenarnya adalah
kristalisasi dah sekaligus simplifikasi dari berbagai aspek kehidupan manusia yang
menyatu secara komprehensif. utuh, dan lengkap. Untuk menginterpretasikan dan
memahami isı wacana yang seperti itulah dibutuhkan bekal yang mampu mewadahi

6
apapun yang ada dalam sebuah wacana menyampaikan sesuatu memilih perbedaan
linguistik sebagai cara alternatif bertutur.

7
Ada pendapat lain secara umum menjelaskan mengenai seperangkat dasar prinsip wacana
yaitu:

1. Analisis wacana bersifat empiris

Data berasal dari suatu masyarakat tutur: data tentang penggunaan bahasa masyarakat,
linguistik tidak berpikir tentang bagaimana masyarakat menggunakan bahasa.

2. Wacana bukan suatu urutan unit linguistik yaitu koherensinya tidak dapat dipahami jika
perhatian terbatas hanya pada bentuk linguistik dan makna.

3 Sumber koherensi disumbangkan oleh prestasi kerjasama partisipan dan pemahaman apa
yang dikatakan, maksud, dan perilaku melalui tuturan setiap hari. Dengan kata lain, bentuk
linguistik dan makna merupakan kerjasama dengan makna sosial dan kultural. kerangka
penafsiran untuk kreativitas wacana.

4. Struktur, makna, dan tindak tutur wacana setiap hari adalah prestasi secara interaktif

5 Apa yang dikatakan makna, dan perilaku merupakan situasi yang digunakan yaitu tuturan
yang dihasilkan dan ditafsirkan dalam konteks lokal dan tuturan lain.

6. Bagaimana sesuatu disampaikan, makna, dan perilaku penutur memilih di antara


perbedaan piranti linguistik sebagai alternatif cara bertutur panduan hubungan di antaranya
dapat dikuti sbb:

a Perhatian penutur

b. Strategi konvensional membuat perhatian dapat diakun

c. Makna dan fungsi bentuk-bentuk linguistik dengan konteks yang muncul

d. Urutan konteks darı tuturan lain

e.Piranti wacana yang dibuat, contoh narasi, deskripsi, eksposisi

f.Konteks sosial, contoh identitas partisipan dan hubungan, struktur situasi, latar.

g..Suatu kerangka budaya yang hidup dan perilaku

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan ataututuran. Kata wacana
adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnyademokrasi, hak asasi manusia, dan
lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata yangdigunakan, kadang-kadang pemakai
bahasa tidak mengetahui secara jelas apa pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada
yang mengartikan wacana sebagaiunit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang
mengartikan sebagai pembicaraan.Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan
mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya.
Wacanamerupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk
berkomunikasidalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau
ujaran.Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis.

9
DAFTAR PUSTAKA

Brown, Gillian dan George Yule. 1983. Discourse Analysis.

Cambridge: Cambridge University Press.

Beaugrande, R. de dan W. Dessler. 1981. Introduction.

Darma, Yoce Aliah. (2013). Analisis Wacana Kritis.

Eagleton, Tery. (1983). Literary Theory: An Introduction.

Eriyanto. 2006. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks

Media. Yogyakarta: LkiS https://images.app.goo.gl/f3mq69zsdtyLwE867Foucault.

Mulyana. 2005 Kajian Wacana Teori. Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip

https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=425234.

Schiffrin, Deborah 2007 Ancangan Kanan Wacana Yogyakarta Pustaka Pelajar

10

Anda mungkin juga menyukai