Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah Semantique. Dengan adanya laporan hasil studi ini
diharapkan pembaca dapat mengetahui dan mempelajari lebih dalam
mengenai pengajaran bahasa asing di Indonesia dengan baik dan benar.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak memiliki kekurangan dikarenakan kami masih dalam
proses belajar. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………….…………..……1

Daftar isi…………………………………………….…………….……….…….2

BAB I Pendahuluan…………………………………….…………….….………3

A. Latar belakang……………………………………….………………. ………3


B. Rumusan Masalah……………………………………………………..………3
C. Tujuan penulisan……………………………………………………...……….4

BAB II Pembahasan………………………………………………………...…...5

A. Prinsip Dasar Analisis Wacana………………………………………….…....5


B. Bahasa, Teks, dan Konteks…………………………………………………....7
C. Analisis Makrostruktural.……………………………...………………….......8
D. Analisis Mikrostruktural……………………………………………................9
E. Analisis Wacana Media Cetak………………………….………………..…..14
F. Analisis Wacana Media Elektronik………………………………………….15

BAB III PENUTUP………………………………………………………….....24

A. Kesimpulan………………………………………………………….……….24
B. Saran…………………….…………………………………………...…..…..24

REFERENSI....………………………………………………………………25

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari


sang subjek yang memngemukakan suatu pernyataan.pengungkapan itu
dilakukan diantaranya dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara
dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara.

Dunia ini dengan segala isi dan peristiwanya tidak bisa melepaskan
diri dari kaitannya dengan media massa, demikian juga sebaliknya. Media
massa adalah sesuatu yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi,
baik komunikasi personal maupun komunikasi kelompok dan komunikasi
massa.
Analisis wacana merupakan sebuah kajian bahasa yang
mengintrepertasi makna sebuah ujaran atau tulisan yang tidak terlepas dari
konteks, baik konteks linguistik maupun konteks etnografinya. Wacana perlu
untuk dianalisis agar kita tahu apa maksud atau tujuan suatu siaran atau
berita itu disampaikan. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis mencoba
memberikan teori-teori terkait dengan wacana. Mulai dari pengertian, prisip
dasar, analisis wacana, hingga langkah-langkah dalam menganalisis wacana.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu yang dimaksud dengan wacana/pengertian wacana?
2. Apa saja jenis-jenis dan bentuk wacana?
3. Bagaimana cara menganalisis wacana?
4. Apa fungsi mempelajari wacana?

3
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan wacana/pengertian wacana.
2. Mengetahui jens-jenis dan bentuk wacana.
3. Mengetahui teori cara menganalisis wacana.
4. Mengetahui fungsi mempelajari wacana.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Dasar Analisis Wacana

Analisis wacana merupakan sebuah kajian bahasa yang


mengintrepertasi makna sebuah ujaran atau tulisan yang tidak terlepas dari
konteks, baik konteks linguistik maupun konteks etnografinya. Menurut
Tarigan (1998: 25) wacana merupakan satuan bahasa yang terlengkap dan
tertinggi atau terbesar diatas kalimat atau klausa dengan koherensi dan
kohesi tinggi, yang berkesinambungan, memiliki awal dan kahir, dan yang
secara nyata disampaikan secara lisan. Dapat disimpulkan bahwa konsep
wacana sebagai satuan bahasa terlengkap di atas kalimat atau klausa. Tarigan
menggambarkan kedudukan wacana dibandingan dengan satuan bahasa yang
lain sebagai berikut .

Wacana

Kalimat

Klausa

Frasa

Kata

Morfem

Fonem

Kajian terhadap wacana tidak dapat dilepaskan dari konteks yang


melatarbelakangi kegiatan berkomunikasi yang sedang berlangsung oleh

5
karena itu wacana bersifat pragmatik.

Dalam analisis wacana tidak hanya berguna untuk memahami hakikat


bahasa melainkan juga bermanfaat untuk memahami proses belajar bahasa
dan perilaku berbahasa. Hal ini didasari bahwa proses belajar berkaitan erat
dengan perolehan kompetensi komunikatif suatu bahasa. Kompetensi
komunikatif hanya dapat diperoleh saat belajar bahasa. Oleh karena itu,
menganalisis wacana dapat mengungkapkan tingkat perolehan kompetensi
komunikatif pemakian bahasa.

a. Konteks Wacana
Bahasa dan konteks merupakan dua hal yang saling berkaitan satu
dengan yang lain. Dalam menggunakan sebuah bahasa akan memerlukan
sebuah konteks tertentu sedangkan konteks memiliki makna jika terdapat
tindak berbahasa di dalamnya.
Menurut Schiffrin (1994: 365) dalam teori tindak tutur dan pragmatik
memandang konteks dalam terminologi pengetahuan, yakni tentang segala
sesuatu yang dapat diasumsikan oleh penutur dan mitra tutur untuk
mengetahui sesuatu dan tentang bagaimana pengetahuan tersebut
memberikan panduan dalam penggunaan bahasa dan interpretasi terhadap
tuturan.
1. Unsur-unsur Konteks

Kontek memiliki unsur-unsur yang melatarbelakangi sebuah komunikasi


yang terjad antara penutur dan mitra tutur. Menurut Hymes (1974)
mengatakan bahwa unsur-unsur konteks mencakup berbagai komponen yang
disebutkanya dengan akronim SPEAKNG. Akronim ini dapat diuruikan
sebagai berikut.

a. Setting, yang meliputi waktu, tempat, atau kondisi fisik lsin ysng
berbeda di sekitar tempat terjadinya peristiwa tutur.
b. Participannts, yang meliputi penutur dan mitra tutur yang terlibat
dalam peristiwa tutur.

6
c. Ends, yaitu tujuan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai dalam
peristiwa tutur yang sedang terjadi.
d. Actsequences, yaitu bentuk dan isi pesan yang ingin disampaikan.
e. Instrumentalities, yaitu saluran yang digunakan dan dibentuk tuturan
yang dipakai oleh penutur dan mitra tutur
f. Keys, yaitu cara berkenaan dengan susuatu yang harus dikatakan oleh
penutur (serius, kasar, atau main-main)
g. Norms, yaitu norma-norma yang digunakan dalam interasi yang
sedang berlangsung.
h. Genres, yaitu register khusus yang dipakai dalam peristiwa tutur.

B. Bahasa, teks, dan konteks


a. Bahasa

Bahasa merupakan sebuah alat untuk berkomunikasi. Bahasa


memiliki sifat yang universal. Menurut ferdinan de Saussure (1858-1913)
langue adalah fakta sosial sedangkan parole merupkan perilaku
individual, dan hanya merupakan bagian terkecil dari langue. Sedangkan
fungsi bahasa terdiri dari 6 fungsi menurut Roman Jacobson yaitu fungsi
emotif, fungsi referensial, fungsi puitik, fungsi fatik, fungsi metalingual,
fungsi kognitif.

b. Teks
Teks merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari isi, sintaksis, dan
pragmatik yang tergabung dalam satu ungkapan. Sesuai dengan yang
disampaikan Lexumburg (1989) teks merupakan ungkapan bahasa yang
menurut isi, sintaksis, dan pragmatik merupakan sebuah satu kesatuan.
Teks memiliki satu kesatuan yang saling terikat sesuai dengan yang
disampaikan dalam bentuk ujaran di suatu kondisi tertentu. Sedangkan
Kridalaksana (2011: 238) mengemukakan bahwa teks adalah (1) satuan
bahasa terlengkap yang bersifat abstrak, (2) deretan kalimat, kata, dan
ssebagainya yang membentuk ujaran, (3) ujaran yang dihasilkan dalam

7
interaksi manusia.

c. Konteks

Sebuah tuturan terjadi memiliki konteks tertentu. Dalam peristiwa tuturan


tertentu terjadi dalam waktu tertentu, tujuan tertentu, dan sebagainya. Oleh
karena itu dalam menganalisis terdahap peristiwa tutur tersebut sama sekali
tidak dapat dilepaskan dari konteks. Menurut Schiffrin (1994:371-372)
menyatakan bahwa konteks memainkan dua peran penting dalam teori tindak
tutur. Dua peran penting itu adalah (1) sebagai pengetahuan absktrak yang
mendasari bentuk tindak tutur dan (2) suatu bentuk lingkungan sosial di mana
tuturan-tuturan dapat dihasilkan dan diinterprestasikan sebagai realitas
aturan-aturan yang mengikat. Sedangkan Coulhard (1997: 1-3)
mengemukakan bahwa bahasa hanya memiliki makna bila berada di dalam
suatu konteks situasi. Oleh karena itu dapat disimpulkan yaitu untuk
memahami sebuah wcana, menganalisis wacana tidak akan lepas dari konteks
yang melatarbelakangi wacana tersebut.

C. Analisis Makrostruktural

a. Prinsip penafsiran personal, adalah prinsip yang berhubungan dengan


partisipan baik penutur maupun mitra tutur yang ada di dalam suatu wacana.

b. Prinsip penafsiran lokasional, adalah prinsip penafsiran lokasional berkaitan


dengan tempat terjadinya peristiwa yang dibicarakan dalam sebuah wacana.

c. Prinsip penafsiran temporal, adalah prinsip yang berkaitan dengan keterangan


waktu terjadinya peristiwa dalam suatu wacana.

d. Prinsip analogi, merupakan prinsip dasar yang dapat digunakan oleh penutur
dan mitra tutur dalam memahami suatu wacana (Sumarlam, 2003: 50).

e. Inferensi, adalah proses yang dilakukan oleh mitra tutur untuk memahami
maksud yang disampaikan oleh penutur yang tidak disampaikan langsung

8
oleh komunikator.

D. Analisis Mikrostruktural

Wacana terdiri dari dua macam, yaitu bentuk (form) dan makna (meaning).

Hubungan antarbagian wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu


hubungan bentuk kohesi (cohesion) dan hubungan makna koherensi
(coherence) (Sumarlam, 2003: 23). Bentuk kohesi dan bentuk koherensi
merupakan aspek mikrostruktural atau internal dalam sebuah wacana. Kepaduan
makna dan kerapian bentuk merupakan faktor penting untuk menentukan
tingkat keterbacaan serta tingkat keterpahaman wacana.

A) Kohesi

Unsur – unsur wacana yang disebutkan Mulyana (2005: 26) digunakan untuk
menyusun suatu wacana memilki keterkaitan secara padu dan utuh. Secara
tersirat kata dan kalimat yang padu serta utuh merupakan pengertian dari
kohesi. Selanjutnya kohesi dibagi menjadi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal
(grammatical cohesion) dan kohesi leksikal (lexical cohesion) oleh Halliday
dan Hasan (dalam Sumarlam, 2003: 23).

1) Kohesi Gramatikal
Dijelaskan oleh Mulyana (2005: 27) bahwa unsur kohesi gramatikal terdiri
dari reference (referensi), subtitution (subtitusi), ellipsis (elipsis), dan
conjunction (konjungsi).
a) Referensi (Reference)
Sumarlam (2003: 23) mengatakan referensi adalah salah satu jenis kohesi
gramatikal berupa pengacuan kata atau kalimat pada kata atau kalimat
yang mendahului ataupun mengikutinya. Selanjutnya Mulyana (2005: 27)
menjelaskan dalam konteks wacana, pengacuan (referensi) terbagi
menjadi dua, yaitu pengacuan eksofora (di luar teks) dan pengacuan

9
endofora (di dalam teks).
(a) Pengacuan Endofora
Dikatakan endofora apabila acuannya berada di dalam teks wacana itu.
Pengacuan endofora berdasarkan arah pengacuannya dibedakan
menjadi dua lagi, yaitu pengacuan anaforis (anaphoric reference) dan
pengacuan kataforis (cataphoric reference). Di bawah ini merupakan
contoh anaforis dalam bahasa Prancis :
David est musicien. Il vient de vivre à Paris et cherche une maison.
“David adalah seorang musisi. Dia baru saja tiba di Paris dan mencari
sebuah rumah.”
Sumarlam (2003: 23 – 24) menjelaskan bahwa pengacuan anaforis
merupakan salah satu kohesi gramatikal berupa satuan lingual yang
mengacu pada satuan lingual yang mendahuluinya, atau mengacu pada
atsenden di sebelah kiri. Sedangkan pengacuan kataforis merupakan
salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang
mengacu pada satuan lingual yang baru disebutkan kemudian atau di
sebelah kanannya. Berikut contoh penggunaan kataforis dalam bahasa
Perancis :
Du haut de la tour Eiffel, on peut admirer tout Paris.
“Di atas menara Eiffel, kita dapat menikmati keindahan kota Paris.”
(b) Pengacuan Eksofora
Pengacuan eksofora terjadi apabila acuannya berada di luar teks wacana.
Sumarlam (2003: 23 – 24) menyatakan bahwa satuan lingual tertentu
yang mengacu pada satuan lingual lain dapat berupa pengacuan
persona (kata ganti orang), pengacuan demonstratif (kata ganti
petunjuk), dan pengacuan komparatif (satuan lingual yang berfungsi
membandingkan antara unsur yang satu dengan unsur lainnya).
Pengacuan persona direalisasikan melalui pronomina persona (kata
ganti orang), yang meliputi persona pertama (persona I), kedua
(persona II), dan ketiga (persona III), baik tunggal maupun jamak
( Sumarlam, 2003: 24). Berikut merupakan contoh penggunaan

10
persona dalam bahasa Perancis :
Le soir, les deux amis se racontent, leurs rencontres, leurs espoirs, et
leurs déceptions.
“Pada sore hari, dua sahabat saling berbicara mengenai perkenalan
mereka, harapan mereka, dan kekecewaan mereka.”
Selain pengacuan persona, terdapat pula pengacuan demonstratif atau
pengacuan kata ganti petunjuk. Sumarlam (2003: 25) membedakan
pengacuan demonstratif pronomina menjadi dua yakni pronomina
demonstratif waktu (temporal) dan pronomina demonstratif tempat
(lokasional).
Pengacuan eksofora yang terakhir adalah pengacuan komparatif.
Pengacuan komparatif atau perbandingan ialah salah satu jenis kohesi
gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang
mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/ wujud, sikap,
sifat, watak, perilaku, dan sebagainya (Sumarlam, 2003: 27 – 28).
b) Subtitusi
Subtitusi merupakan jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian
satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain untuk memperoleh
unsur pembeda. Dari segi satuan lingualnya, subtitusi dapat dibedakan me
njadi subtitusi nominal, verbal, frasa, dan klausa (Sumarlam, 2003 : 28).
Penjelasannya yaitu sebagai berikut :
(a) Sumarlam (2003:28) menyatakan bahwa subtitusi nominal adalah penggantian
satuan lingual yang berkategori nomina (kata benda) dengan satuan lingual
lain yang juga berkategori nomina. Di bawah ini merupakan contoh
penggunaan subtitusi nominal dalam bahasa Prancis :
La France est une République invisible, laïque, démocratique et sociale. Elle
assure l’égalité devant la loi de tous les citoyens sans distinction d’origine, de
race ou de religion. Elle respecte toutes les croyances. Son organisation est
décentralisée.
“Perancis merupakan suatu republik yang tidak dapat dilihat, sekuler, demokratis
dan sosial. Dia menjamin kesetaraan di depan hukum untuk semua warga

11
negara tanpa membedakan asal-usul, ras atau agama. Dia menghormati semua
kepercayaan. Pengorganisasiannya adalah desentralisasi.”
(b) Subtitusi Verbal
Sumarlam (2003:29) menjelaskan bahwa subtitusi verbal merupakan penggantian
satuan lingual yang berkategori verba (kata kerja) dengan satuan lingual
lainnya yang juga berkategori verba.
(c) Subtitusi frasa
Sumarlam (2003: 29) menjelaskan bahwa subtitusi frasa adalah penggantian
satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa dengan satuan lingual
lainnya yang berupa frasa. Berikut ini contoh penggunaan subtitusi frasa
dalam bahasa Prancis :
Le frère et la sœur sont en colonie de vacances.
“Saudara laki – laki dan saudara perempuan sedang berlibur bersama.”
c) Pelesapan (Elipsis)
Sumarlam (2003: 30) menyatakan bahwa pelepasan (elipsis) merupakan jenis
kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelepasan satuan
lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Fungsi pelesapan
dalam wacana antara lain adalah (1) menghasilkan kalimat yang efektif
(untuk efektifitas kalimat), (2) efisiensi, yaitu untuk mencapai nilai
ekonomis dalam pemakaian bahasa, (3) mencapai aspek kepaduan
wacana, (4) bagi pembaca atau pendengar berfungsi untuk mengaktifkan
pikirannya terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan, (5) untuk kepraktisan
berbahasa terutama dalam berkomunikasi secara lisan
d) Konjungsi
Mulyana (2005: 29) menjelaskan bahwa konjungsi disebut juga sarana
perangkai unsur – unsur kewacanan. Konjungsi dibagi menjadi dua yaitu
konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Konjungsi koordinatif
menghubungkan kata, frasa, preposisi atau kalimat yang kedudukannya
setara. Sarana konjungsi koordinatif meliputi et (dan), mais (tetapi), ou
(atau), dan donc (jadi). Di bawah ini merupakan contoh konjungsi
koordinatif dalam bahasa Prancis :

12
Beaucoup d’hommes font la cuisine et il n’est pas rare de voir les femmes
s’occuper des travaux de peinture.
“Banyak laki – laki memasak dan dia (laki – laki) tidak jarang melihat para
wanita mengurus tugas pengecatan.”
2) Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal merupakan hubungan antarunsur dalam wacana secara
semantis. Kohesi leksikal dalam wacana dapat dibedakan menjadi enam,
yaitu (1) repetisi (pengulangan), (2) sinonimi (padan kata), (3) kolokasi
(sanding kata), (4) hiponimi (hubungan atas – bawah), (5) antonimi (lawan
kata), (6) ekuivalensi (kesepadanan) (Sumarlam, 2003: 35).
a) Repetisi (Pengulangan)
Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau
bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam
sebuah konteks yangsesuai (Sumarlam, 2003:35).
b) Sinonimi (Padan Kata)
Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung kepaduan
wacana. Sinonimi berfungsi menjalin hubungan makna yang sepadan
antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana
(Sumarlam, 2003: 39).
c) Antonimi (Lawan Kata)
Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal lain, atau
satuan lingual yang maknanya berlawanan/ beroposisi dengan satuan
lingual lain (Sumarlam, 2003: 40).
d) Kolokasi (Sanding Kata)
Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan
pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan
(Sumarlam, 2003: 44).
e) Hiponimi (Hubungan Atas – Bawah)
Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat)
maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang
lain (Sumarlam, 2003: 45).

13
f) Ekuivalensi (Kesepadanan)
Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu
dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma (Sumarlam,
2003: 46).
B) Koherensi
Mulyana (2005: 30) menyatakan bahwa bentuk koherensi sangat diperlukan
keberadaannya untuk menata pertalian batin antara proposisi yang satu
dengan yang lainnya untuk mendapatkan keutuhan. Keutuhan makna di dalam
kalimat sangat berkaitan dengan sampainya makna atau pesan kepada
pembaca. Tujuan pemakaian aspek atau sarana koherensi antara lain agar
tercipta susunan dan struktur wacana yang memiliki sifat serasi, runtut, dan
logis. Sifat serasi artinya sesuai, cocok, dan harmonis. Kesesuaian terletak
pada serasinya hubungan antarproposisi dalam kesatuan wacana. Runtut
artinya urut, sistematis, tidak terputus - putus, tetapi bertautan satu sama lain
(Mulyana, 2005: 35).

E. Analisis wacana media cetak

Analisis wacana merupakan suatu kesatuan bahasa yang mempunyai


hubungan antara unsur satu dengan yang lain sehingga dapat membentuk
keserasian makna dalam wacana tersebut. Suatu wacana dapat disajikan dalam
bentuk lisan maupun tulisan, contoh wacana dalam bentuk tulisan adalah
media cetak (dapat berupa surat kabar maupun majalah).
Menurut Sumarlam (2003: 16-20) wacana dibedakan menjadi lima, antara
lain: 1. Wacana narasi, yaitu wacana yang mengutamakan waktu/alur, 2.
Wacana deskripsi, yaitu wacana yang menceritakan sesuatu sesuai dengan
kenyataan, 3. Wacana argumentasi, yaitu wacana yang berisi pendapat atau
ide-ide disertai dengan bukti data agar dapat meyakinkan pembaca, 4. Wacana
eksposisi, yaitu wacana yang tidak mementingkan waktu dan pelaku, dan 5.
Wacana persuasi, yaitu wacana yang berisi ajakan atau nasihat, wacana ini

14
dikemas lebih ringkas dan dibuat lebih menarik sehingga dapat mempengaruhi
para pembaca, biasanya berbentuk iklan. Analisis wacana media cetak
khususnya pada iklan terdiri dari dua struktur, yaitu mikro dan makro. Pada
struktur mikro, analisis dapat dilakukan berdasarkan beberapa unsur, antara
lain:
1. Unsur semantik
2. Unsur sintaksis
3. Unsur stilistik
4. Unsur retoris

Sedangkan pada struktur makro terdapat unsur verbal (slogan pada iklan)
dan non-verbal (icon dan ilustrasi). Pada struktur makro ini analisis dibagi
menjadi dua yaitu, analisis makna dan analisis pesan yang dilakukan melalui
pendekatan

F. Analisis Wacana Media Elektronik

Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari


sang subjek yang memngemukakan suatu pernyataan.pengungkapan itu
dilakukan diantaranya dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara
dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara.

Dunia ini dengan segala isi dan peristiwanya tidak bisa melepaskan
diri dari kaitannya dengan media massa, demikian juga sebaliknya. Media
massa adalah sesuatu yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi,
baik komunikasi personal maupun komunikasi kelompok dan komunikasi
massa (Atang Syamsuddin). Secara universal tujuannya adalah: 1).Informasi;
2).Hiburan; 3).Pendidikan; 4).Propaganda/pengaruh; dan
5).Pertanggngjawaban sosial. Sesuai perkembangannya media massa
berwujud dalam media cetak (Koran, majalah, bulletin) dan media elektronik
(TV, radio dan internet). Dari berbagai macam media massa tersebut
mempunyai ciri khas masing-masing baik dalam isi dan pengemasan
beritanya, maupun dalam tampilan serta tujuan dasarnya. Perbedaan ini di

15
latarbelakangi oleh kepentingan yang berbeda dari masing-masing media
massa. Ada yang bermotif politik, ekonomi, agama dan sebagainya. Seperti
yang dikatakan oleh Bambang Harimukti bahwa media masa merupakan
kumpulan banyak organisasi dan manusia dengan segala kepentingannya
yang beragam, bahkan termasuk yang saling bertentangan.

Pada media elektronik, misalnya televise, terdapat berita yang berisi


tentang pembahasan mengenai Penodaan Agama, disini para pelaku media
menyusun bagaimana cara untuk mempengaruhi pendapat masyarakat
mengenai kasus tersebut melalui teks-teks dan simbol-simbol yang terdapat
didalamnya. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada orang
lain.

Berikut alasan mengapa berita perlu dianalisis, sebagaimana


dipaparkan Eriyanto yang diambil dari pendekatan konstruksionis, yakni :

1. Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu


bersifat subjektif. Realitas itu hadir, karena dihadirkan oleh konsep subjektif
wartawan. Disini tidak ada realitas yang objektif, karena realitas itu tercipta
lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas bisa berbeda-beda,
tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh
wartawan yang mempunyai pandangan yang berbeda.

2. Media adalah agen konstruksi. Kaum konstruksionis memandang media


bukanlah saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas,
lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Disini media dipandang
sebagai agen konstruksi sosial yang mendefiniskan realitas.

3. Berita bukan refleksi dari realitas. Ia hanya konstruksi dari realitas. Bagi
Kaum konstruksionis berita itu ibaratnya seperti sebuah drama. Ia bukan
menggambarkan realitas, tetapi merupakan potret dari arena pertarungan
antara berbagai pihak yang berita dengan peristiwa.

16
4. Berita bersifat subjektif/Konstruksi atas realitas. Kaum konstruksionis
memandang bahwa berita mempunyai sifat subjektif, hal ini dikarenakan
berita adalah hasil konstruksi realitas yang dilakukan oleh wartawan dengan
menggunakan subjektivitasnya.

Metode analisis

Ada beberapa metode yang digunakan untuk menganalisa berita, yaitu


analisis isi (content analysis), analisis bingkai (frame analysis), analisis
wacana (disccourse analysis), dan analisis semiotik (semiotic analysis). Secara
singkat dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Analisis Isi

Analisis isi berhubungan dengan isi komunikasi dan dilakukan


terhadap keseluruhan pesan seperti pada kata, kalimat, paragraf, space, waktu
dan tempat penulisan dan sebagainya sehngga dapat diketahui isi pesan secara
keseluruhan. Objek analisis isi adalah isi komunikasi secara gramatikal.

2. Analisis Framing

Analisis framing (frame analysis) berusaha untuk menentukan kunci-


kunci tema dalam sebuah teks dan menunjukkan bahwa latar belakang budaya
membentuk pemahaman kita terhadap sebuah peristiwa. Dalam mempelajari
media, analisis bingkai menunjukan bagaimana aspek-aspek struktur dan
bahasa berita mempengaruhi aspek-aspek yang lain dan merupakan dasar
struktur kognitif yang memandu persepsi dan representasi realitas untuk
membongkar ideologi di balik penulisan informasi.

3.Analisis Semiotik

Merupakan studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda,


bagaimana cara kerjanya dan apa manfaatnya terhdapa kehidupan.

17
4. Analisis wacana

Analisis wacana menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi


pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa tidak dipahami sebagai
medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dipahami
sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subyek tertentu, tema-
tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu
analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap
proses bahasa; batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana,
perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. Wacana melihat
bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan. Karena memakai perspektif
kritis, analisis wacana kategori ini disebut juga dengan analisis wacana kritis.

Contoh Analisis Wacana di Media Elektronik/Online:

Bentuk koherensi dan konteks wacana iklan parfum Lancôme la vie est belle,
magnifique dan iklan parfum Chrysalide.
Berdasarkan analisis mikrostruktural, wacana iklan parfum Lancôme la vie est
belle, magnifique dan iklan parfum Chrysalide merupakan sebuah wacana
tulis yang mengandung unsur kebahasaan dan konteks situasi. Ditemukan
bentuk kohesi dan bentuk koherensi dalam iklan parfum Lancôme la vie est
belle, magnifique dan iklan parfum Chrysalide. Berikut ini merupakan tabel
jumlah penanda kohesi gramatikal dan kohesi leksikal yang terdapat dalam
iklan parfum Lancôme la vie est belle, magnifique dan iklan parfum
Chrysalide.

18
No Bentuk Kohesi Wacana Iklan Jumlah

la vie est Magnifique Chrysalide


belle

1 Kohesi Gramatikal1 1 0 2
Referensi

2 Kohesi Gramatikal0 0 1 1
Konjungsi

3 Konjungsi Leksikal0 0 1 1
Repetisi

Bahasa dalam wacana iklan parfum Lancôme la vie est belle, magnifique dan
iklan parfum Chrysalide terdapat bentuk kohesi gramatikal dan kohesi
leksikal. Kohesi gramatikal yang tampak yaitu 1) kohesi gramatikal referensi
meliputi referensi endofora dan referensi eksofora, 2) kohesi gramatikal
konjungsi koordinatif, dan 3) kohesi leksikal repetisi. Selain itu, ditemukan
juga bentuk koherensi dalam wacana iklan parfum Lancôme la vie est belle,
magnifique dan iklan parfum Chrysalide. Bentuk koherensi yang tampak
adalah koherensi hubungan makna perbandingan. Berikut ini adalah jumlah
penanda bentuk koherensi pada wacana iklan Lancôme la vie est belle,
magnifique dan iklan parfum Chrysalide.

No Bentuk Koherensi Wacana Iklan Jumlah

la vie est Magnifique Chrysalide


belle

19
1 Koherensi 0 0 1 1
Hubungan
Makna
Perbandingan

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa wacana iklan parfum


Lancôme la vie est belle, magnifique dan iklan parfum Chrysalide tampak
bentuk koherensi makna perbandingan dalam iklan Chrysalide. Di bawah ini
pembahasan lebih lanjut mengenai bentuk kohesi dan bentuk koherensi dalam
wacana iklan parfum Lancôme la vie est belle, magnifique dan iklan parfum
Chrysalide.

A. Bentuk Kohesi
Wacana iklan parfum Lancôme memiliki beberapa bentuk kohesi. Bentuk
kohesi yang terangkum meliputi: a. Kohesi gramatikal referensi, b. Kohesi
leksikal repetisi, c. Kohesi gramatikal konjungsi. Bentuk koherensi yang
terangkum adalah koherensi makna perbandingan. Berikut ini masing –
masing penjelasan bentuk kohesi dan bentuk koherensi pada wacana iklan
parfum Lancôme la vie est belle, magnifique dan iklan parfum Chrysalide.
1. Kohesi gramatikal referensi
Referensi merupakan salah satu bentuk kohesi yang berupa pengacuan
kata atau kalimat pada satuan lingual yang mendahului atau
mengikutinya. Referensi dibedakan menjadi dua yaitu referensi endofora
(acuannya berada di dalam teks wacana) dan referensi eksofora
(acuannya berada di luar teks wacana). Referensi endofora dibagi
menjadi dua yaitu referensi anaforis dan referensi kataforis. Referensi
anaforis merupakan bentuk referensi kata atau kalimat pada satuan
lingual lain yang mendahuluinya, sedangkan referensi kataforis
merupakan pengacuan kata atau kalimat pada satuan lingual yang

20
disebutkan setelahnya. Sedangkan referensi eksofora dapat berupa
pengacuan persona (kata ganti orang), referensi demonstratif (kata ganti
petunjuk), dan referensi komparatif (satuan lingual yang berfungsi
membandingkan antara unsur satu dengan unsur lainnya). Pada wacana
iklan parfum Lancôme terdapat dua bentuk kohesi referensi yakni
referensi endofora dan eksofora. Contoh :
La vie est belle. Écrivez la vôtre. (01/ 2013)
“ Hidup ini indah. Lukiskan kepunyaan anda ”

Pada contoh kalimat di atas terdapat referensi endofora bersifat


kataforis. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya acuan yang berada di
dalam teks wacana iklan yakni frasa la vôtre yang mengacu pada frasa la
vie dalam kalimat sebelumnya. Lebih lanjut, frasa la vôtre pada kalimat
Écrivez la vôtre merupakan satuan lingual yang mengacu pada kalimat
di sebelah kiri yakni La vie est belle. Melalui ciri – ciri tersebut maka
dapat menunjukkan sifat endofora kataforis dalam teks wacana iklan
parfum La vie est belle.
Selain referensi endofora, pada wacana iklan parfum Lancôme terdapat
pula referensi eksofora yang termasuk dalam referensi persona seperti
terlihat pada contoh di bawah ini.
Vous êtes unique. Vous êtes magnifique. (03.1/ 2009)
“ Anda satu-satunya. Anda yang terindah.”

Pada contoh di atas terlihat penggunaan referensi persona. Ditunjukkan


dalam bentuk kata subjek (le pronom sujet) orang kedua yakni vous.
Referensi tersebut mengacu pada mitra tutur di luar teks yaitu pembaca
wacana iklan parfum. Dengan demikian, subjek vous pada kalimat Vous
êtes unique. Vous êtes magnifique termasuk dalam referensi persona
yang bersifat eksofora karena acuannya terdapat di luar wacana iklan
parfum. Referensi yang dimaksud adalah para pembaca iklan.

21
2. Kohesi leksikal repetisi (Pengulangan)
Repetisi merupakan pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata
atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk menekankan makna
sebuah konteks yang sesuai. Dalam wacana iklan parfum Lancôme
Magnifique terdapat bentuk kohesi gramatikal repetisi.
Vous êtes unique. Vous êtes magnifique. (03.2/ 2009) “
Anda satu-satunya. Anda yang terindah.”
Sesuai dengan contoh di atas dalam wacana iklan parfum Magnifique
terdapat bentuk repetisi atau pengulangan. Bentuk repetisi ditandai
dengan subjek Vous pada kalimat pertama Vous êtes unique di ulang
pada kalimat kedua Vous êtes magnifique. Hal ini menunjukkan
penekanan bahwa anda adalah satu-satunya dan yang terindah.
3. Kohesi gramatikal konjungsi
Kojungsi dapat disebut sebagai sarana perangkai unsur- unsur
kewacanan. Konjungsi dibagi menjadi dua yaitu konjungsi koordinatif
dan konjungsi subordinatif. Konjungsi koordinatif menghubungkan kata,
frasa, preposisi dan kalimat yang kedudukannya setara, sedangkan
konjungsi subordinatif dapat menghubungkan berbagai macam
hubungan makna. Dalam wacana iklan parfum Chrysalide terdapat
bentuk kohesi gramatikal konjungsi.
Chrysalide collection printemps/ été ’98 et la couleur devint parfum.
(08/1998)
“ Chrysalide koleksi musim semi pada tahun 1998 dan warna menjadi
parfum.”
Pada contoh kalimat di atas terdapat bentuk konjungsi koordinatif. yang
ditandai dengan kata penghubung et dan menjadi konjungsi diantara
kedua kalimat. Kalimat la couleur devint parfum (warna menjadi
parfum) merupakan informasi tambahan mengenai parfum Chrysalide.
Hal tersebut menambahkan bahwa warna khas musim semi diidentikan
dengan warna yang terdapat pada produk parfum Chrysalide.
B. Bentuk Koherensi

22
1. Hubungan makna perbandingan

Hubungan makna perbandingan yang menggunakan kata penghubung


antara lain ditandai dengan adanya konjungsi comme, ainsi que, dan lain
sebagainya. Pada wacana iklan parfum Lancôme berikut ini terdapat
bentuk koherensi hubungan makna cara.

Léger comme la rose.

Tendre comme le parfum. (05/2004)

“Ringan seperti mawar.

Lembut seperti parfum”

Dalam kalimat di atas terdapat bentuk koherensi makna


perbandinganditandai dengan kata hubung comme. Kata hubung comme
tampak pada Léger comme la rose dan Tendre comme le parfum. Hal ini
menunjukkan bunga mawar yang ringan dan parfum yang menarik,
sehingga dapat diketahui parfum Lancôme merupakan parfum memiliki
aroma ringan dan lembut seperti bunga mawar.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Makalah ini terdapat prinsip dasar analisis wacana,analisis
mikrostruktural, analisis makrostruktural, analisis wacana media cetak,dan
analisis wacana media elektronik. Dalam menganalisis sebuah wacana harus
memiliki prinsip dasar yang harus diketahui yaitu

B. Saran
Pada makalah ini belum dilakukan secara lengkap pada sebagai dari
konteks wacana. Dengan keterbatasan pemakalah dan untuk melakukan
pembahasan yang lebih terpusat maka pada makalah ini hanya fokus pada
pembahasan umum. Untuk itu maka bagi calon pemakalah selanjutnya
disarankan untuk dapat melakukan penyusunan makalah yang lebih mendalam
sehingga dapat dihasilkan hasil analisis wacana yang lebih lengkap.

24
REFERENSI

- Eriyanto. 2001. Analisis wacana. LKiS: Yogyakarta.


- Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode & Aplikasi Prinsip -Prinsip
AnalisisWacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
- Rusminto, Nurlaksana Eko. 2015. Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan
Praktis. Graha Ilmu
- Sumarlam, dkk. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta:
Pustaka Cakra
- Narasari, Asti. 2017. Analisis Mikrostruktural dan Makrostruktural Iklan
Parfum Lancôme dalam situ www.lancôme.fr
- www.kompasiana.com/nunungdwinugroho/analisis-wacana-sebuah-metode

25
26

Anda mungkin juga menyukai