Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEMANTIK
(KONSEP SEMANTIK,KLASISFIKASI MAKNA
DAN PERUBAHAN MAKNA)

Oleh
Kelompok 8
1. GEOVANI AUDYANA RADJA
2. CLAUDIA VINSENSIANA OKI
3. ESTEFANIA IDERIU

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan penyertaan-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “SEMANTIK” (konsep
semantik,klasifikasi makna dan perubahan makna) dengan tepat waktu.Makalah ini ditulis guna
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kajian Kebahasaan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan pembaca mengenai SEMANTIK. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah
ini.Penulis menyadari makalah ini belum sempurna, baik dari segi sistematika penulisan maupun
tata bahasa. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun demi
pengembangan makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih.

Kupang, Februari
2024

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………... 3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….. 5
C. Tujuan…………………………………………………………………………. 5
BAB II PEMBEAHASAN
A. Konsep Semantik ………………………...…………………………………….6
B. Klasifikasi Makna Semantik …………………………………………...……..8
C. Perubahan Makna Semantik …………………………………………..……..8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..12
B. Saran ……………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa tumbuh dan berkembang karena kebutuhan manusia untuk berinteraksi. Agar
interaksi berjalan lancar dan tidak terjadi hambatan atau kesalahpahaman, diperlukan
konvensi dalam memahami makna bahasa. Meski pada awal pertumbuhannya bahasa
bersifat manasuka (arbitrer), dalam penggunaannya diperlukan konvensi bersama antar
pengguna bahasa. Itulah sebabnya bahasa bersifat manasuka, dinamis, dan konvensional.
Dikatakan manasuka karena antara lambang dan acuan tidak memiliki hubungan logis.
Sifat dinamis berkaitan erat dengan manusia sebagai penemu dan pengguna bahasa, yakni
selalu melakukan inovasi dalam kehidupannya yang berimplikasi terhadap bahasa yang
digunakannya. Kemanasukaan dan kedinamisan bahasa membuat bahasa tersebut sulit
dipahami oleh manusia tanpa disertai dengan kesepakatan bersama dalam memberikan
makna. Hal inilah yang menyebabkan mengapa bahasa bersifat konvensional. Dalam
kajian bahasa, makna menjadi isu utama karena bahasa dapat digunakan untuk
berinteraksi sejauh bahasa itu dipahami maknanya. Ada tiga jenis tingkatan makna dalam
bahasa. Pada tingkat pertama, bahasa menjadi abstraksi. Pada tingkat kedua, bahasa
menjadi isi. Pada tingkat ketiga, bahasa menjadi pesan komunikasi tertentu yang
disampaikan dan diterima oleh partisipan komunikasi. Untuk dapat mencapai tiga tingkat
makna itulah, diperlukan ilmu tentang makna bahasa. Dalam ilmu bahasa, semantik
adalah bidang ilmu yang mengkaji makna. Oleh karena itu, perlu kiranya kita memahami
konsep semantik agar kita dapat memahami batasan arti dan ciri dari ilmu tersebut.
Proses perkembangan dan sejarah keilmuan tersebut pun menjadi hal yang penting untuk
dipelajari jika kita ingin melihat bagaimana ilmu tersebut bisa menjadi bagian penting
kebahasaan pada saat ini. Selain itu, seiring dengan perkembangannya, kajian semantik
sebagai sebuah bidang ilmu tentu tak bisa lepas dengan bidang ilmu lain, seperti
pragmatik, filsafat, antropologi, sastra, linguistik, dan religi. Dengan demikian, sangatlah
perlu jika kita melihat hubungan antara semantik dan bidang-bidang ilmu lain yang telah
disebutkan tadi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah, sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan konsep semantik ?


2. Apa saja klasifikasi makna semantik ?
3. Apa saja perubahan makna semantik ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan makalah ini yaitu untuk mengetahui :
1. Konsep semantik
2. Klasisfikasi makna semantik
3. Perubahan makna semantik
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP SEMANTIK
Secara umum, semantik mengandung pengertian studi tentang makna bahasa. Jika
makna adalah bagian dari bahasa, semantik merupakan bagian dari linguistik (ilmu
bahasa). Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, yaitu sema (kata benda) yang berarti
menandai atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau
melambangkan. Kemudian, semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan dalam
bidang linguistik untuk mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik (intralingual)
dan sesuatu yang ditandainya (ekstralingual).Ferdinand de Saussure (1857—1913)
menyatakan bahwa setiap tanda linguistik (Prancis: signe linguistique) terdiri atas dua
komponen, yaitu penanda (Prancis signifiant) dan petanda (Prancis signifie). Yang
dimaksud dengan penanda adalah wujud bunyi bahasa dalam bentuk urutan fonem
tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan petanda adalah konsep gagasan,ide, atau
pengertian yang dimiliki oleh penanda itu.Untuk lebih memahami istilah penanda dan
petanda yang disebutkan,perhatikan contoh berikut. Tanda linguistik di sini ditampilkan
dalam wujud ortografis (kuda) yang terdiri atas komponen penanda dalam wujud deretan
fonem /k/, /u/, /d/, dan /a/; serta komponen petanda yang berupa konsep atau makna
sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai. Tanda linguistik ini,yang terdiri
atas penanda dalam wujud deretan fonem /k/, /u/, /d/, dan /a/, serta petanda yang berupa
konsep sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai, mengacu pada sebuah
referen, yakni seekor kuda.Hanya perlu disadari kalau penanda dan petanda itu adalah
fenomena bahasa atau gejala yang ada dalam bahasa sehingga referen itu merupakan
fenomena luar biasa, ada dalam dunia nyata.

Selain Ferdinand de Saussure, para ahli bahasa pun memberikan


pengertian tentang semantik sebagai berikut.
1. Charles Morrist mengemukakan bahwa semantik menelaah hubungan
tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan
tanda-tanda tersebut.
2. J.W.M. Verhaar mengemukakan bahwa semantik (Inggris: semantics)
berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematis bahasa yang
menyelidiki makna atau arti.
3. Lehrer (1974: 1) menyatakan bahwa semantik adalah studi tentang
makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas
karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa
sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat, dan antropologi.

4. Kambartel (Bauerle, 1979: 195) menyatakan bahwa semantik


mengasumsikan bahasa terdiri atas struktur yang menampakkan makna
apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia.
5. Dalam Encyclopedia Britanica Vol. 20 (1996: 313), semantik adalah
studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dan hubungan
proses mental atau simbol dalam aktivitas bicara.
6. Mansoer Pateda menyatakan bahwa semantik adalah sub disiplin linguistik yang
membicarakan makna.
7. Abdul Chaer menyatakan bahwa semantik adalah ilmu tentang makna
atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa
(fonologi, gramatikal, dan semantik).
Dari pemaknaan para ahli tersebut, secara umum, kata semantik itu kemudian disepakati
sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan
antara tanda-tanda linguistik dan hal-hal yang ditandainya. Dengan kata lain, dapat
dikatakan bahwa semantik adalah bidang studi linguistik yang mempelajari makna atau
arti bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna
atau arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatikal, dan
semantik. Secara lebih gamblang, semantik dapat dikatakan sebagai ilmu yang
mempelajari makna.

B. Klasifikasi makna semantis


Pengetahuan mengenai klasifikasi makna sangat penting untuk menentukan interpretasi
terhadap makna/arti suatu kata dan meningkatkan pemahaman serta apresiasi terhadap
makna-makna linguistik.Pembahasan dalam kajian ini lebih ditekankan pada penggunaan
klasifikasi makna secara fungsional.makna secara pada pengunaan tipe-tipe makna secara
fungsional. Tipe makna yang yang akan dibahas adalah tipe makna menurut Lyos (1974)
yakni seven types of meaning yang banyak dirujuk dalam pengkajian semantic.
Tipe makna (type of meaning) adalah kajian makna berdasarkan tipenya. Tipe adalah
pengelompokkan sesuatu berdasarkan kesamaan objek,kesamaan ciri atau sifat yang
dimiliki benda, hal, peristiwa atau aktivitas lainnya.Ada berbagai pendapat yang berbeda
mengenai klasifikasi makna atau tipe-tipe makna. Salah satu pembagian tipe makna yang
sering digunakan dalam pengkajian semantik adalah tipe makna menurut Lyons (1974)
yakni seven types of meaning yang terdiri atas arti konseptual, arti konotatif, stillistika,
afektif,refleksi, kolokatif, dan arti tematik. Makna sebagai objek studi semantik bukan
hanya dikaji secara internal makna itu sendiri saja, akan tetapi melibatkan pula faktor-
fiktor di luar bahasa yang mempengaruhi suatu makna seperti faktor sosial, keagaman,
politik, budaya, norma falsafah, dan sebagainya.
Dalam kajian ini di bahas klasifikasi makna atau arti (types of meaning). Pengetahuan
mengenai klasifikasi makna sangat penting untuk menentukan interpretasi terhadap
makna/arti suatu kata dan meningkatkan pemahaman serta apresiasi terhadap makna-
makna linguistik.Pembahasan dalam kajian ini lebih ditekankan pada penggunaan
klasifikasi makna secara fungsional.makna secara pada pengunaan tipe-tipe makna secara
fungsional. Tipe makna yang yang akan dibahas adalah tipe makna menurut Lyos (1974)
yakni seven types of meaning yang banyak dirujuk dalam pengkajian semantik.

Makna (type of meaning) adalah kajian makna berdasarkan tipenya. Tipe adalah
pengelompokan sesuatu berdasarkan kesamaan objek, kesamaan ciri atau sifat yang
dimiliki benda,hal, peristiwa atau aktivitas lainya. Ada berbagai pendapat yang berbeda
mengenai tipe-tipe makna. Istilah type of meaning dalam beberapa karya terjemahan pun
sering diterjemahkan dengan istilah bermacam-macam, ada yang menterjemahkan
dengan jenis makna (Chaer, 2002:59) dan tipe makna (Djajasudartia, 1999:17). Jika
dirunut di kamus Oxford advanced Learner’s I Distionary, kata type dalam bahasa
Indonesia dapat diterjemahkan dengan tipe dan jenis. Dalam kajian ini akan digunakan
istilah tipe sebagai kata serapan bahasa Inggis type.Istilah meaning pun dapat
dididefinisikan ganda, yakni arti dan makna. Kridalaksana (1984) memberikan definisi
yang berbeda mengenai arti dan makna. Arti (meaning) adalah konsep yang mencakup
makna dari pengertian (Kridalaksana, 1984:16), Makna (meaning linguistic meaning
sense) (1) maksud pembicara, (2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi
atau perilaku manusia atau kelompok manusia, (3) hubungan, dalam arti kesepadanan
atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam diluar bahasa, atau ujaran dan semua hal
yang ditunjuknya, (4)cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Dari kedua pengertian
tersebut, istilah arti mencakupi istilah makna, dengan kata lain arti memuat makna. Oleh
karena itu dalam makna ini menggunakan istilah arti. Dengan demikian istilah type of
meaning diterjemahkan dalam bahasa Indonesia tipe-tipe arti.Kajian tentang tipe-tipe arti,
hampir selalu disuguhkan pada buku-buku semantik. Para ahli banyak menyodorkan
gagagsan mengenai klasifikasi makna, akan tetapi, masih saja belum ditemukan suatu
kesepakatan mengenai klasifikasi jenis/tipe makna. Konsep-konsep mengenai tipe makna
(type of meaning) yang dikenal antara lain ideasional (Halliday), descriptive
(Lyons),referential logical, atau proposisional dan masih banyak lagi (Cruze, 2000:46).
Dari berbagai criteria yang digunakan untuk mengklasifikasikan tipe makna, salah satu
yang pantas diperhitungkan adalah istilah descriptive meaning yang dikemukakan oleh
Lyons (1995:44). Lyons membagi makna dalam dua tipe. yakni descriptive meaning dan
non descriptive meaning.

C. Perubahan makna Semantik


Perubahan makna adalah pergeseran makna yang pertama kemakna yang
selanjutnya. Tarigan (1985:85) mengemukakan,”Perubahan makna kerap kali
berbarengan dengan perubahan social yang disebabkan oleh peperangan, perpindahan
penduduk, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan,ekonomi,budaya,danfactor-
faktorlainnya”.Pateda(1996:159) berpendapat,”Perubahan makna menyangkut
pelemahan, pembatasan, penggantian, penggeseran, perluasan, dan juga kekaburan
makna”. Dan Chear (1994:310) mengemukakan, “Perluasan makna adalah akibat dari
faktor-faktor sebagai perkembangan bahasa. Faktor-faktor yang dimaksud adalah faktor
kebahasaan, faktor kesejarahan, faktor sosial, faktor psikologis, faktor pengaruh bahasa
asing, faktor tanggapan indera, faktor penyingkatan, faktor gramatikal, faktor
pengembangan istilah, dan faktor kebutuhan akan kata-kata baru”.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan makna
adalah pergeseran makna atau aslinya ke makna yang seterusnya akibat dari perubahan
waktu, yang menyangkut pelemahan, pembatasan, penggantian dan faktor-faktor
perkembangan bahasa. Akibat dari hal tersebut, timbullah beberapa macam pergeseran
makna seperti meluas, menyempit, perubahan total, penghalusan, dan pengerasan.
Sebab-SebabPerubahan Makna
Banyak faktoryang menyebabkan perubahan makna kata, antara laun perkembangan
dalam ilmu dan teknologi, perkembangan social dan
budaya,perbedaanbidangpemakaian,adanyaasosiasi,pertukaran
tanggapanindra,perbedaantanggapan,adanyapenyingkatan,(Chear, 1995:132)

a.PerkembanganIlmudanTeknologi

Chear (1995:132) mengemukakan bahwa perkembangan dalam ilmu dan


perkembangan dalam bidang teknologi dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna
sebuah kata. Di sini sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna mengenai
sesuatu yang sederhana, tetap digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah
berubah sebagai akibat dari pandangan baru, atau teori baru dalam satu bidang ilmu atau
sebagai sebagai akibat dalam perkembangan teknologi.Sebagai contoh perkembangan
dalam bidang ilmu pengetahuan, kata sastra dari makna ‘tulisan’ sampai pada makna
imajinatif. Sebagai perkembnanganteknologikataberlayarbermakna‘perjalanandilautyang
menggunakan perahu yang mempunyai layar.

b.perkembanganSosialdanBudaya

Perkembangandalammasyarakatberkenaandengansikapsocial dan budaya, juga


menyebabkan terjadinya perubahaan makna. Kata saudara, misalnya pada mulanya
berarti seperut, atau orang yang lahir dari kandungan yang sama. Tetapi kini, kata saudara
digunakan juga untuk menyebut orang lain. Sebagai kata sapaan, yang diperkirakan
sederajat baik usia maupun kedudukan sosial.
Contoh lain dari kata yang maknanya telah berubah sebagai akibat perubahan sosial
kemasyarakatan adalah kata sarjana. Dulu, menurut bahasa Jawa Kono, kata sarjana ini
berarti orang pandai atau “cendikiawan”. Sekarang kata sarjana berarti orang yang sudah
lulus dari perguruan tinggi.

C. PerkembanganBidangPemakaian

Kata-katayang menjadi kosa kata dalam bidang-bidang tertentu dalam kehidupan dan
pemakaian sehari-hari dapat terbentuk dari bidangnya dan digunakan dalam bidang lain
atau menjadi kosa kata umum. Oleh karena kata-kata tersebut menjadi memiliki makna
baru atau makna lain di samping makna aslinya. Misalnya kata menggarap yang berasal
dari bidang pertanian juga digunakan juga dalam bidang lain.
d. AdanyaAsosiasi
Maksudnya adalah adanya hubungan antara sebuah bentuk ujaran dengan sesuatu
yang lain berkenaan dengan bentuk ujaran itu, sehingga dengan demikian bila disebut
ujaran itu maka yang dimaksud adalah sesuatu yang lain yang berkenaan dengan ujaran
itu. Misal, kata amplop makna maknanya ‘pembungkus surat’ dan amplop dapat
diasosiasikan menjadi ‘uang sogok’.
e. PertukaranTanggapanIndra
Alat indera kita yang lima sebenarnya sudah mempunyai tugas-
tugastertentuuntukmenangkapgejala-gejala yangterjadi.Umpanyarasa pahit, getir, dan
manis harus ditanggap oleh alat perasa lidah. Rasa panas, dingin, dan sejuk harus
ditanggap oleh alat perasa pada kulit. Gejala yang berkenaan dengan cahaya seperti
terang, gelap, danremang-remang harus ditanggap dengan alat indra mata;
sedangkanyang berkenaan dengan bau haru ditanggap dengan alat indra penciuman, yaitu
hidung.
Namun dalam penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan antara
indra yang satu dengan yang lain. Rasa pedas, misalnya, yang seharusnya ditanggap
dengan alat indra perasa lidah, tertukar menjadi ditanggap oleh alat indra pendengaran
seperti tampak dalam ujaran kata-katanya cukup pedas.
f. PerbedaanTanggapan
Chear (1995:138) mengemukakan bahwa setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya
secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan
hidup dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat, maka banyak kata yang
menjadimemiliki nilai rasa yang ‘rendah’ kurang menyenangkan. Ada juga yang memilki
nilai rasa yang ‘tinggi’ atau menyenangkan. Kata bini dewasa ini dianggap nilai rasanya
rendah dibanding kataisteri dianggap nilairasanya tinggi.
G. AdanyaPenyingkatan
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata atau ungkapan yang karena sering
digunakan, maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan orang
sudah mengerti maknanya. Oleh karena itu orang sering menggunakan singkatan
daripada menggunakan bentuk utuhnya. Misalnya, kalau orang mengucapkanAyah
meninggal tentu maksudnya ‘meninggal dunia’, begitu juga kata berpulang tentu
maknanya ‘berpulang ke rahmatullah’.
Jenis jenis PerubahanMakna
Chear (1995:141) mengemukakan bahwa ada beberapa jenis perubahan makna,
antara lain perubahan meluas, perubahan menyempit, perubahan total, penghalusan, dan
pengerasan.

a. Makna Meluas
Chear (1995:141) mengemukakan, “Perubahan makna meluasadalah gejala
yangterjadi pada sebuahkata atau laksem yang padamulanya hanya memiliki sebuah
‘makna’, tetapi karena berbagai factor menjadi memiliki makna-makna lain”, dan
Djayasudarma (1993:75) mengemukakan, “Meluas disebutnya perluasan akibat dari
hubungan kata yang terdahulu dengan kata yang sekarang meluas penggunaannya”,
sedangkan Pateda (1996:189) mengemukakan, “Perluasan makna akibat dari masyarakat
pemakai bahasa,apakah dengan jalan analogi, atau dengan swadayabahasa itu sendiri,
meluaskan makna pada sebuah kata”.
Sebagai contoh kata saudara pada awalnya bermakna ‘seperut’ atau ‘sekandungan’
kemudian berkembang maknanya ‘siapa saja yang ada pertalian darah’ (sepupu) atau
‘orang yang dianggap saudara’.

b. PenghalusanMakna
Chaer (1995 : 144) mengemukakan, “Pengahalusan adalah perubahan makna meluas,
menyempit, atau beruabah secara total yang dihubungkan dengan makna yang menjadi
halus”, dan Djayasudarma (1993) tidak mengemukakanpenghalusanmaknatersebut,
sedangkanPateda (1996
: 190) mengemukakan, “Penghalusan makna adalah melemahkan makan, yaitu makna
kata tetap dipertahankan meskipun lambangnya diganti”,
Contoh kata ‘penjara atau bui’ dihaluskan maknanya menjadi ‘Lembaga
Pemasyarakatan’, kata ‘korupsi’ dihaluskan maknanya menjadi ‘menyalahgunakan
jabatan’.

C. PengasaranMakna

Chaer (1995 : 145) mengemukakan, “Pengasaran adalah usahauntuk mengganti kata


yang maknanya halus atau yang bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar”, dan
Djayasudrma (1993 :78) mengemukakan, ‘Pengasaran makna adalah menggeser makna
yang halus kepada makna meyinggung perasaan orang mengalaminya”.
Usaha atau gejala pengasaran ini biasanya dilakukan orang dalam situasi yang tidak
ramah atau untuk menunjukkankejengkelan. Misalnya kata atau ungkapan masuk kotak
dipakai untuk mengganti kalah seperti dalam kalimat Liem Swie King sudah masuk
kotak; Begitu juga dengan kata menjebloskan yang dipakai untuk menggantikan kata
memasukkan seperti dalam kalimat Polisi menjebloskannya ke dalam sel.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti ataumakna
pada setiap perkataan yang diucapkan. Semantik merupakan salah satucabang ilmu yang
dipelajari dalam studi linguistik. Dalam semantik kitamengenal yang disebut klasifikasi makna,
relasi makna, perubahan makna,analisis makna dan makna pemakaian bahasa. Semantik adalah
subdisipinlinguistik yang membicarakan makna yaitu makna kata dan makna kalimat.Dalam
studi bahasa (linguistika), semantik sangat diperlukan gunamempermudah telaah unsur-unsur
bahasa yang dijadikan objek kajian. Sepertiyang telah dijelaskan, Semantik adalah ilmu tentang
makna, suatu cabang dariilmu bahasa (linguistika). Maka, guna memperoleh dasar dalam
penelitian bahasa, seorang linguis harus menguasai semantik agar tidak terjadi kesalahandalam
proses penelitian bahasa yang ia lakukan, mengingat begitu banyaknyavariasi makna dalam satu
atau dua kata.
B. Saran
Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu tentang semantik sangatlah kita perlukan dalam kehidupan
sehari- hari. Maka dari itu saya sarankan kepada para pembaca semua agar terus mempelajari
semantik bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Cruse, Alan D. 2000. Meaning in Language. An Introduction to Semantics and Pragmatics.
New York: Oxford University Press.
Djajasudarma, Fatimah T. 1999. Semantik 2. Pemahaman Ilmu Makna. Bandung. PT. Refica
Aditama.
Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
Leech, Geoffrey. 1974. Semantics. 1stEdition. Harmondsworth: PenguinLyons, Jhon. 1995.
Linguistics Semantics. An Introduction. New York : Cambridge University Press.
Lyons, Jhon.1968. Introduction to Theoretical Linguistics. London: Cambridge University Press.
Pateda, Mansur. 1986. Semantik Leksikal. Ende flores: Nusa Indah

Anda mungkin juga menyukai