SEMANTIK
(KONSEP SEMANTIK,KLASISFIKASI MAKNA
DAN PERUBAHAN MAKNA)
Oleh
Kelompok 8
1. GEOVANI AUDYANA RADJA
2. CLAUDIA VINSENSIANA OKI
3. ESTEFANIA IDERIU
Kupang, Februari
2024
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………... 3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….. 5
C. Tujuan…………………………………………………………………………. 5
BAB II PEMBEAHASAN
A. Konsep Semantik ………………………...…………………………………….6
B. Klasifikasi Makna Semantik …………………………………………...……..8
C. Perubahan Makna Semantik …………………………………………..……..8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..12
B. Saran ……………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa tumbuh dan berkembang karena kebutuhan manusia untuk berinteraksi. Agar
interaksi berjalan lancar dan tidak terjadi hambatan atau kesalahpahaman, diperlukan
konvensi dalam memahami makna bahasa. Meski pada awal pertumbuhannya bahasa
bersifat manasuka (arbitrer), dalam penggunaannya diperlukan konvensi bersama antar
pengguna bahasa. Itulah sebabnya bahasa bersifat manasuka, dinamis, dan konvensional.
Dikatakan manasuka karena antara lambang dan acuan tidak memiliki hubungan logis.
Sifat dinamis berkaitan erat dengan manusia sebagai penemu dan pengguna bahasa, yakni
selalu melakukan inovasi dalam kehidupannya yang berimplikasi terhadap bahasa yang
digunakannya. Kemanasukaan dan kedinamisan bahasa membuat bahasa tersebut sulit
dipahami oleh manusia tanpa disertai dengan kesepakatan bersama dalam memberikan
makna. Hal inilah yang menyebabkan mengapa bahasa bersifat konvensional. Dalam
kajian bahasa, makna menjadi isu utama karena bahasa dapat digunakan untuk
berinteraksi sejauh bahasa itu dipahami maknanya. Ada tiga jenis tingkatan makna dalam
bahasa. Pada tingkat pertama, bahasa menjadi abstraksi. Pada tingkat kedua, bahasa
menjadi isi. Pada tingkat ketiga, bahasa menjadi pesan komunikasi tertentu yang
disampaikan dan diterima oleh partisipan komunikasi. Untuk dapat mencapai tiga tingkat
makna itulah, diperlukan ilmu tentang makna bahasa. Dalam ilmu bahasa, semantik
adalah bidang ilmu yang mengkaji makna. Oleh karena itu, perlu kiranya kita memahami
konsep semantik agar kita dapat memahami batasan arti dan ciri dari ilmu tersebut.
Proses perkembangan dan sejarah keilmuan tersebut pun menjadi hal yang penting untuk
dipelajari jika kita ingin melihat bagaimana ilmu tersebut bisa menjadi bagian penting
kebahasaan pada saat ini. Selain itu, seiring dengan perkembangannya, kajian semantik
sebagai sebuah bidang ilmu tentu tak bisa lepas dengan bidang ilmu lain, seperti
pragmatik, filsafat, antropologi, sastra, linguistik, dan religi. Dengan demikian, sangatlah
perlu jika kita melihat hubungan antara semantik dan bidang-bidang ilmu lain yang telah
disebutkan tadi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah, sebagai berikut :
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan makalah ini yaitu untuk mengetahui :
1. Konsep semantik
2. Klasisfikasi makna semantik
3. Perubahan makna semantik
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP SEMANTIK
Secara umum, semantik mengandung pengertian studi tentang makna bahasa. Jika
makna adalah bagian dari bahasa, semantik merupakan bagian dari linguistik (ilmu
bahasa). Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, yaitu sema (kata benda) yang berarti
menandai atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau
melambangkan. Kemudian, semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan dalam
bidang linguistik untuk mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik (intralingual)
dan sesuatu yang ditandainya (ekstralingual).Ferdinand de Saussure (1857—1913)
menyatakan bahwa setiap tanda linguistik (Prancis: signe linguistique) terdiri atas dua
komponen, yaitu penanda (Prancis signifiant) dan petanda (Prancis signifie). Yang
dimaksud dengan penanda adalah wujud bunyi bahasa dalam bentuk urutan fonem
tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan petanda adalah konsep gagasan,ide, atau
pengertian yang dimiliki oleh penanda itu.Untuk lebih memahami istilah penanda dan
petanda yang disebutkan,perhatikan contoh berikut. Tanda linguistik di sini ditampilkan
dalam wujud ortografis (kuda) yang terdiri atas komponen penanda dalam wujud deretan
fonem /k/, /u/, /d/, dan /a/; serta komponen petanda yang berupa konsep atau makna
sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai. Tanda linguistik ini,yang terdiri
atas penanda dalam wujud deretan fonem /k/, /u/, /d/, dan /a/, serta petanda yang berupa
konsep sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai, mengacu pada sebuah
referen, yakni seekor kuda.Hanya perlu disadari kalau penanda dan petanda itu adalah
fenomena bahasa atau gejala yang ada dalam bahasa sehingga referen itu merupakan
fenomena luar biasa, ada dalam dunia nyata.
Makna (type of meaning) adalah kajian makna berdasarkan tipenya. Tipe adalah
pengelompokan sesuatu berdasarkan kesamaan objek, kesamaan ciri atau sifat yang
dimiliki benda,hal, peristiwa atau aktivitas lainya. Ada berbagai pendapat yang berbeda
mengenai tipe-tipe makna. Istilah type of meaning dalam beberapa karya terjemahan pun
sering diterjemahkan dengan istilah bermacam-macam, ada yang menterjemahkan
dengan jenis makna (Chaer, 2002:59) dan tipe makna (Djajasudartia, 1999:17). Jika
dirunut di kamus Oxford advanced Learner’s I Distionary, kata type dalam bahasa
Indonesia dapat diterjemahkan dengan tipe dan jenis. Dalam kajian ini akan digunakan
istilah tipe sebagai kata serapan bahasa Inggis type.Istilah meaning pun dapat
dididefinisikan ganda, yakni arti dan makna. Kridalaksana (1984) memberikan definisi
yang berbeda mengenai arti dan makna. Arti (meaning) adalah konsep yang mencakup
makna dari pengertian (Kridalaksana, 1984:16), Makna (meaning linguistic meaning
sense) (1) maksud pembicara, (2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi
atau perilaku manusia atau kelompok manusia, (3) hubungan, dalam arti kesepadanan
atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam diluar bahasa, atau ujaran dan semua hal
yang ditunjuknya, (4)cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Dari kedua pengertian
tersebut, istilah arti mencakupi istilah makna, dengan kata lain arti memuat makna. Oleh
karena itu dalam makna ini menggunakan istilah arti. Dengan demikian istilah type of
meaning diterjemahkan dalam bahasa Indonesia tipe-tipe arti.Kajian tentang tipe-tipe arti,
hampir selalu disuguhkan pada buku-buku semantik. Para ahli banyak menyodorkan
gagagsan mengenai klasifikasi makna, akan tetapi, masih saja belum ditemukan suatu
kesepakatan mengenai klasifikasi jenis/tipe makna. Konsep-konsep mengenai tipe makna
(type of meaning) yang dikenal antara lain ideasional (Halliday), descriptive
(Lyons),referential logical, atau proposisional dan masih banyak lagi (Cruze, 2000:46).
Dari berbagai criteria yang digunakan untuk mengklasifikasikan tipe makna, salah satu
yang pantas diperhitungkan adalah istilah descriptive meaning yang dikemukakan oleh
Lyons (1995:44). Lyons membagi makna dalam dua tipe. yakni descriptive meaning dan
non descriptive meaning.
a.PerkembanganIlmudanTeknologi
b.perkembanganSosialdanBudaya
C. PerkembanganBidangPemakaian
Kata-katayang menjadi kosa kata dalam bidang-bidang tertentu dalam kehidupan dan
pemakaian sehari-hari dapat terbentuk dari bidangnya dan digunakan dalam bidang lain
atau menjadi kosa kata umum. Oleh karena kata-kata tersebut menjadi memiliki makna
baru atau makna lain di samping makna aslinya. Misalnya kata menggarap yang berasal
dari bidang pertanian juga digunakan juga dalam bidang lain.
d. AdanyaAsosiasi
Maksudnya adalah adanya hubungan antara sebuah bentuk ujaran dengan sesuatu
yang lain berkenaan dengan bentuk ujaran itu, sehingga dengan demikian bila disebut
ujaran itu maka yang dimaksud adalah sesuatu yang lain yang berkenaan dengan ujaran
itu. Misal, kata amplop makna maknanya ‘pembungkus surat’ dan amplop dapat
diasosiasikan menjadi ‘uang sogok’.
e. PertukaranTanggapanIndra
Alat indera kita yang lima sebenarnya sudah mempunyai tugas-
tugastertentuuntukmenangkapgejala-gejala yangterjadi.Umpanyarasa pahit, getir, dan
manis harus ditanggap oleh alat perasa lidah. Rasa panas, dingin, dan sejuk harus
ditanggap oleh alat perasa pada kulit. Gejala yang berkenaan dengan cahaya seperti
terang, gelap, danremang-remang harus ditanggap dengan alat indra mata;
sedangkanyang berkenaan dengan bau haru ditanggap dengan alat indra penciuman, yaitu
hidung.
Namun dalam penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan antara
indra yang satu dengan yang lain. Rasa pedas, misalnya, yang seharusnya ditanggap
dengan alat indra perasa lidah, tertukar menjadi ditanggap oleh alat indra pendengaran
seperti tampak dalam ujaran kata-katanya cukup pedas.
f. PerbedaanTanggapan
Chear (1995:138) mengemukakan bahwa setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya
secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan
hidup dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat, maka banyak kata yang
menjadimemiliki nilai rasa yang ‘rendah’ kurang menyenangkan. Ada juga yang memilki
nilai rasa yang ‘tinggi’ atau menyenangkan. Kata bini dewasa ini dianggap nilai rasanya
rendah dibanding kataisteri dianggap nilairasanya tinggi.
G. AdanyaPenyingkatan
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata atau ungkapan yang karena sering
digunakan, maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan orang
sudah mengerti maknanya. Oleh karena itu orang sering menggunakan singkatan
daripada menggunakan bentuk utuhnya. Misalnya, kalau orang mengucapkanAyah
meninggal tentu maksudnya ‘meninggal dunia’, begitu juga kata berpulang tentu
maknanya ‘berpulang ke rahmatullah’.
Jenis jenis PerubahanMakna
Chear (1995:141) mengemukakan bahwa ada beberapa jenis perubahan makna,
antara lain perubahan meluas, perubahan menyempit, perubahan total, penghalusan, dan
pengerasan.
a. Makna Meluas
Chear (1995:141) mengemukakan, “Perubahan makna meluasadalah gejala
yangterjadi pada sebuahkata atau laksem yang padamulanya hanya memiliki sebuah
‘makna’, tetapi karena berbagai factor menjadi memiliki makna-makna lain”, dan
Djayasudarma (1993:75) mengemukakan, “Meluas disebutnya perluasan akibat dari
hubungan kata yang terdahulu dengan kata yang sekarang meluas penggunaannya”,
sedangkan Pateda (1996:189) mengemukakan, “Perluasan makna akibat dari masyarakat
pemakai bahasa,apakah dengan jalan analogi, atau dengan swadayabahasa itu sendiri,
meluaskan makna pada sebuah kata”.
Sebagai contoh kata saudara pada awalnya bermakna ‘seperut’ atau ‘sekandungan’
kemudian berkembang maknanya ‘siapa saja yang ada pertalian darah’ (sepupu) atau
‘orang yang dianggap saudara’.
b. PenghalusanMakna
Chaer (1995 : 144) mengemukakan, “Pengahalusan adalah perubahan makna meluas,
menyempit, atau beruabah secara total yang dihubungkan dengan makna yang menjadi
halus”, dan Djayasudarma (1993) tidak mengemukakanpenghalusanmaknatersebut,
sedangkanPateda (1996
: 190) mengemukakan, “Penghalusan makna adalah melemahkan makan, yaitu makna
kata tetap dipertahankan meskipun lambangnya diganti”,
Contoh kata ‘penjara atau bui’ dihaluskan maknanya menjadi ‘Lembaga
Pemasyarakatan’, kata ‘korupsi’ dihaluskan maknanya menjadi ‘menyalahgunakan
jabatan’.
C. PengasaranMakna
A. Kesimpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti ataumakna
pada setiap perkataan yang diucapkan. Semantik merupakan salah satucabang ilmu yang
dipelajari dalam studi linguistik. Dalam semantik kitamengenal yang disebut klasifikasi makna,
relasi makna, perubahan makna,analisis makna dan makna pemakaian bahasa. Semantik adalah
subdisipinlinguistik yang membicarakan makna yaitu makna kata dan makna kalimat.Dalam
studi bahasa (linguistika), semantik sangat diperlukan gunamempermudah telaah unsur-unsur
bahasa yang dijadikan objek kajian. Sepertiyang telah dijelaskan, Semantik adalah ilmu tentang
makna, suatu cabang dariilmu bahasa (linguistika). Maka, guna memperoleh dasar dalam
penelitian bahasa, seorang linguis harus menguasai semantik agar tidak terjadi kesalahandalam
proses penelitian bahasa yang ia lakukan, mengingat begitu banyaknyavariasi makna dalam satu
atau dua kata.
B. Saran
Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu tentang semantik sangatlah kita perlukan dalam kehidupan
sehari- hari. Maka dari itu saya sarankan kepada para pembaca semua agar terus mempelajari
semantik bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Cruse, Alan D. 2000. Meaning in Language. An Introduction to Semantics and Pragmatics.
New York: Oxford University Press.
Djajasudarma, Fatimah T. 1999. Semantik 2. Pemahaman Ilmu Makna. Bandung. PT. Refica
Aditama.
Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
Leech, Geoffrey. 1974. Semantics. 1stEdition. Harmondsworth: PenguinLyons, Jhon. 1995.
Linguistics Semantics. An Introduction. New York : Cambridge University Press.
Lyons, Jhon.1968. Introduction to Theoretical Linguistics. London: Cambridge University Press.
Pateda, Mansur. 1986. Semantik Leksikal. Ende flores: Nusa Indah