Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SEMANTIK

PENDEKATAN SEMANTIK DALAM PENELITIAN LINGUISTIK

Andru Hananta Qathan 215110700111015


M. Maulana Baihaqi 215110700111022
Hasna Lutfi Indriani 632302020001
Mutiara Oktaviani Putri 632302020003
Ike Citra Aprilia 225110701111018
Jihan Rizky Octasabilla 225110701111022
Yunita Theresia Hutabarat 225110707111008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang maha esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
sehat dan lancar. Begitu pula dengan kesehatan yang kami dapatkan dari Tuhan
yang maha esa sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan bantuan
beberapa sumber seperti jurnal dan kajian pustaka sehingga menjadi sumber
referensi.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, kami selaku penulis mendapat
banyak dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Kepada teman sekelompok
kami yang saling mendukung serta memotivasi untuk segera menyelesaikan tugas
terstruktur ini, kepada kedua orang tua kami yang selalu memberikan semangat
serta berkontribusi besar dalam perjalanan hidup kami, serta dosen pembimbing
kami, Dr. Trisna Andarwulan S.S., M.Pd yang telah membantu kami dalam
berbagaikal terutama memberikan informasi.
Tujuan dari pembentukan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memenuhi
tugas terstruktur mata kuliah Semantik Bahasa Indonesia yang diampu oleh Ibu
Dr. Trisna Andarwulan S.S., M.Pd.dan kajian pustaka sehingga menjadi sumber
referensi. Sangat besar harapan kami untuk makalah ini dapat menjadi manfaat
dan menambah pengetahuan bagi pembaca. Kami selaku penulis juga merasa
masih banyak kekurangan dalam menulis karya ilmiah ini. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar bisa dijadikan sebagai
pembelajaran untuk kami kedepannya.
Malang, 30 Maret 2024

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Hakikat Semantik......................................................................................2
2.2 Pendekatan-pendekatan Semantik.............................................................4
2.2.1 Semantik Behavioris..........................................................................4
2.2.2 Semantik Generatif............................................................................4
2.2.3 Semantik Struktural............................................................................5
2.2.4 Semantik Deskriptif...........................................................................6
2.2.5 Semantik Leksikal..............................................................................7
2.2.6 Semantik Logika..............................................................................10
2.2.7 Semantik Gramatikal........................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semantik adalah komponen struktur bahasa yang terkait dengan struktur
makna ungkapan dan percakapan. Arti lain Semantik adalah bidang yang
menyelidiki makna atau arti kata. Makna mencakup tujuan percakapan, efek
satuan bahasa pada pemahaman persepsi, dan perilaku individu atau kelompok.
Semantik berasal dari bahasa Yunani, yang berarti tanda atau lambang.
"Semantik" pertama kali digunakan oleh Michel Breal, seorang filolog Perancis,
pada tahun 1883. Selanjutnya, kata semantik disepakati sebagai istilah untuk
bidang linguistik yang mempelajari tanda linguistik dan hal-hal yang ditandainya.
Oleh karena itu, salah satu dari tiga tingkat analisis bahasa (fonologi, gramatika,
dan semantik) adalah semantik, yang merupakan bidang studi yang menyelidiki
makna atau arti kata (Chaer, 1994: 2).
Chaer menyatakan pendapat lain bahwa semantik yang dibicarakan adalah
hubungan antara kata dengan ide atau maknanya, serta benda atau hal-hal yang
dirujuk oleh maknanya di luar bahasa.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana hakikat semantik itu?
2) Bagaimana pendekatan-pendekatan dalam semantik?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui hakikat-hakikat semantik
2) Memahami pendekatan dalam semantik

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Semantik
Secara umum, semantik mengandung pengertian studi tentang makna bahasa.
Jika makna adalah bagian dari bahasa, semantik merupakan bagian dari linguistik
(ilmu bahasa). Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, yaitu sema (kata benda)
yang berarti menandai atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti
menandai atau melambangkan. Kemudian, semantik disepakati sebagai istilah
yang digunakan dalam bidang linguistik untuk mempelajari hubungan antara
tanda-tanda linguistik (intralingual) dan sesuatu yang ditandainya (ekstralingual).
Ferdinand de Saussure (1857—1913) menyatakan bahwa setiap tanda
linguistik (Prancis: signe linguistique) terdiri atas dua komponen, yaitu penanda
(Prancis signifiant) dan petanda (Prancis signifie). Yang dimaksud dengan
penanda adalah wujud bunyi bahasa dalam bentuk urutan fonem tertentu,
sedangkan yang dimaksud dengan petanda adalah konsep gagasan, ide, atau
pengertian yang dimiliki oleh penanda itu. Untuk lebih memahami istilah penanda
dan petanda yang disebutkan, Lambang adalah sejenis tanda dapat berupa bunyi
(seperti dalam bahasa), gambar (seperti dalam tanda lalu lintas), warna (seperti
dalam lalu lintas), gerak-gerik anggota tubuh, dan sebagainya yang secara
konvensional digunakan untuk melambangkan atau menandai sesuatu. Misalnya,
kata yang berbunyi (kuda) digunakan untuk melambangkan sejenis binatang
berkaki empat yang biasa dikendarai dan warna merah dalam lampu lalu lintas
untuk melambangkan tidak boleh berjalan terus. Adapun yang disebut dengan
tanda adalah sesuatu yang menandai sesuatu yang lain. Misalnya, asap hitam
membubung tinggi di kejauhan adalah tanda adanya kebakaran atau rumput-
rumput di halaman basah adalah tanda telah terjadinya hujan dan sebagainya. Jadi,
bisa disimpulkan bahwa lambang itu bersifat konvensional, sedangkan tanda
bersifat alamiah.
Selain Ferdinand de Saussure, para ahli bahasa pun memberikan
pengertian tentang semantik sebagai berikut.

5
1. Charles Morrist mengemukakan bahwa semantik menelaah hubungan
tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-
tanda tersebut.
2. J.W.M. Verhaar mengemukakan bahwa semantik (Inggris: semantics)
berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematis bahasa yang
menyelidiki makna atau arti.
3. Lehrer (1974: 1) menyatakan bahwa semantik adalah studi tentang makna.
Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas karena
turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat
dihubungkan dengan psikologi, filsafat, dan antropologi.
4. Kambartel (Bauerle, 1979: 195) menyatakan bahwa semantik
mengasumsikan bahasa terdiri atas struktur yang menampakkan makna
apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia.
Dari pemaknaan para ahli tersebut, secara umum, kata semantik itu
kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang
mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dan hal-hal yang ditandainya.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa semantik adalah bidang studi linguistik
yang mempelajari makna atau arti bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat
diartikan sebagai ilmu tentang makna atau arti, yaitu salah satu dari tiga tataran
analisis bahasa: fonologi, gramatikal, dan semantik. Secara lebih gamblang,
semantik dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari makna.istilah semantik
lebih umum digunakan dalam studi linguistik karena istilah-istilah yang lainnya
itu mempunyai cakupan objek yang lebih luas, yakni mencakup makna tanda atau
lambang pada umumnya. Hal ini termasuk tanda-tanda lalu lintas, kode morse,
dan tanda-tanda ilmu matematika, sedangkan cakupan semantik hanyalah makna
atau arti yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.
Sementara itu, semantik juga tidak hanya membahas kata-kata yang bermakna
leksikal, tetapi juga membahas makna kata-kata yang tidak bermakna apabila
tidak dirangkaikan dengan kata lain, seperti partikel atau kata bantu yang hanya
memiliki makna gramatikal. Semantik memegang peranan penting dalam
berkomunikasi karena bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi adalah

6
menyampaikan suatu makna. Sebagai contohnya, seseorang menyampaikan ide
dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan bicaranya bisa memahami apa yang
disampaikan. Hal ini karena ia bisa menyerap makna yang disampaikan dengan
baik.
2.2 Pendekatan-pendekatan Semantik
2.2.1 Semantik Behavioris
Semantik behavior merupakan pendekatan semantik yang berfokus pada
bagaimana perilaku dikaitkan dengan makna secara semantis. Sistem pemaknaan
dalam semantik behavioris dipengaruhi oleh aspek psikologi melalui hubungan
antara stimulus dengan respon. Hal tersebut kemudian memungkinkan makna
terletak diantara stimulus dan responnya. Makna dalam semantik behavioris
ditentukan oleh kondisi atau lingkungan yang membuat pemahaman makna terjadi
apabila terdapat objek yang dapat diamati. Nafinuddin (2020) menjelaskan bahwa
pendekatan semantik behavioris menganut empat pandangan, sebagai berikut:
a. Menganggap tidak ada perbedaan mendasar antara perilaku manusia dan
hewan.
b. Cenderung mementingkan faktor belajar dan tidak meyakini faktor
bawaan.
c. Determinasi atau mekanismenya.
d. Kurang mengenal terminologi mentalistic dalam hal pemikiran, konsep,
dan gagasan.
Berdasarkan beberapa konsep tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
makna di dalam pendekatan ini akan muncul ketika terdapat data konkrit sebagai
landasan pembentukan dan pemahaman makna. Hal ini dapat dilihat dalam contoh
ketika seorang ibu berkata “ayo hah, pesawatnya mau lewat” dan diiringi dengan
ibu tersebut menyuapkan makanan kepada bayinya, maka dapat dimaknai sebagai
proses awal untuk makan, sehingga memunculkan respon si bayi membuka
mulutnya. Konsep tersebut dapat bekerja dan dipahami oleh si bayi atau anak dari
si ibu didasarkan pada proses pengulangan, mulai dari kalimat sang ibu, peralatan
makan, serta gesture si ibu.
2.2.2 Semantik Generatif

7
Semantik generatif merupakan pendekatan semantik yang mencoba untuk
menjelaskan bagaimana arti kata-kata dan kalimat dapat dihasilkan secara
sistematis dari struktur bahasa itu sendiri. Teori semantik generatif pertama kali
diusulkan oleh Noam Chomsky, seorang ahli linguistik terkenal, sebagai bagian
dari kerangka teoritis yang lebih luas yang dikenal sebagai teori generatif-
transformasional. Dalam semantik generatif, sebuah kalimat dapat dipahami
sebagai hasil dari struktur sintaksis serta aturan komposisional yang mengatur
bagaimana kata-kata tersebut bergabung untuk membentuk makna. Maka dari itu,
dalam pendekatan ini, bentuk sintaksis dan semantik dianggap homogen
(Kurniawan, dkk., 2023). Hal tersebut berbeda dengan pendekatan semantik
tradisional yang mungkin lebih menekankan pada hubungan langsung antara kata-
kata dan konsep di luar bahasa. Pendekatan semantik generatif memungkinkan
analisis formal terhadap bagaimana makna dihasilkan dalam bahasa, dan
bagaimana proses-proses tersebut terstruktur secara dalam bahasa individu.
Berikut merupakan contoh analisis melalui pendekatan semantik generatif:
Kalimat: Harimau menerkam rusa
S P O
Analisis:
● "harimau" berperan sebagai subjek kalimat, yang merupakan entitas yang
melakukan tindakan. Dalam hal ini, kita memiliki konsep tentang hewan
yang disebut "harimau".
● "menerkam" berperan sebagai predikat, yang menyatakan tindakan yang
dilakukan oleh subjek. Artinya adalah tindakan menerkam atau menerkam
sesuatu.
● "rusa": berperan sebagai objek, yang menerima tindakan dari subjek.
Dalam hal ini, kita memiliki konsep tentang hewan yang disebut "rusa".
Dalam semantik generatif, arti kalimat tersebut dikonstruksi melalui aturan
komposisi yang menggabungkan arti dari masing masing komponen dengan cara
yang sesuai dengan struktur sintaksisnya. Dengan demikian, arti "harimau"
sebagai subjek bertindak pada "rusa" sebagai objek dengan melakukan tindakan
"menerkam".

8
2.2.3 Semantik Struktural
Saussure mempromosikan gagasan linguis struktural, yang merupakan
dasar dari semantik struktural. Penganut strukturalisme berpendapat bahwa bahasa
adalah sebuah sistem, sebuah hubungan struktur yang berbeda yang terdiri dari
satuan-satuan yang disebut struktur. Struktur terdiri dari komponen seperti fonem,
morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Studi tentang struktur ini dapat
dibagi menjadi bidang seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana.
Ferdinand De Saussure (1857-1913) adalah pendiri dari aliran struktural. Ia
mempertahankan gagasan bahwa linguistik harus diklasifikasikan sebagai bidang
yang independen. Menurut Krisdalaksana (2001) berpendapat bahwa semantik
strukrural merupakan istilah umum untuk pendekatan semantik yang tidak
berfokus pada aspek konseptual atau referensi makna, tetapi pada hubungan
makna antara kata atau kelompok kata dan Teori bahwa perbedaan makna yang
jelas batasannya tergantung pada kontras relative yang ada dalam bahasa
mendasari penyelidikan hubungan makna.

Sebagian besar linguis struktural berpendapat bahwa meskipun pada unsur


fonem tidak ada makna tetapi dapat membedakan makna. Contoh /c/ dan /j/ =>
kalau beridiri sendiri dia tidak bermakna seperti cari dan jari maka /c/ dan /j/
sudah berfungsi membedakan arti pada unsur morfem ada yang bermakna dan ada
yang hanya mengakibatkan makna (munculnya makna); pada unsur kata memang
ada yang disebut makna leksikal: pada unsur frasa ada makna; yaitu makna frasa
itu sendiril pada unsur klausa terdapat makna yaitu makna klausa itu sendiri; pada
unsur kalimat terdapat makna yaiut makna gramatikal; dan pada unsur wacana
terdapat makna wacana.
2.2.4 Semantik Deskriptif
Semantik deskriptif yaitu kajian semantik yang khusus memperlihatkan
makna yang sekarang berlaku (Nafinudin, 2020). Misalnya: Kata pura dalam
bahasa Indonesia bermakna ‘tempat beribadat bagi umat Hindu Dharma’ dan
bukan bermakna lain. Selain itu, semantik deskriptif tidak mempertimbangkan
kata-kata yang ada dalam bahasa daerah atau dialek tertentu, tetapi hanya

9
maknanya dalam bahasa yang diketahui secara umum. misalnya dalam bahasa
Minangkabau yaitu: a. Pundi-pundi dari kain; kantung; dompet b. Bursa c. Dana
dan juga bukan kata pura yang bermakna istana.
2.2.5 Semantik Leksikal
Semantik leksikal merupakan bentuk leksikal yang memiliki makna pada
leksem, seperti leksem “buya” dalam bahasa aceh jika diartikan kedalam bahasa
Indonesia (buaya) yang memiliki makna binatang melata. Makna leksikal
sebenarnya berasal dari makna itu sendiri, dalam kajian bidang dinamakan
leksikologi (Kearns 2000: 3). Tujuan makna leksikal merupakan makna
sebenarnya sesuai dengan makna panca indra. Dalam kamus, makna leksikal
memiliki makna kiasan dan makna gramatikal. Menurut para ahli Saeed (1997)
and Cruse (1991) semantik tidak terlepas dari panggunaan unsur-unsur bahasa
dari pangguna atau secara konteks. Semantik leksikal dalam bidang kajian makna
kata memusatkan pada sistem makna dalam kata, tanpa melihat konteks
pemakaiannya memperhatikan secara mandiri dengan konsep yang melekat pada
kata
Leksikal mengkaji makna dalam bentuk adjektiva melalui nomina
leksikon terdiri dari vocabuler, kosakata dan pembendaharaan kata. Teori menurut
J. Trier mengungkapkan bahwa kosakata dalam semantik dalam membangun
sistem leksikal yang tepat, sistim yang tidak stabil atau sering berubah, didalam
kosakata secara semantik terdapat kata-kata secara individu dan terintergritas,
karena didalamnya terdapat leksem yang saling terikat dalam pengertian
menentukan konotasi setiap kata dengan menganalisis, membandingkan dengan
kata lain. Semantik leksikal terbagi menjadi beberapa relasi makna seperti
sinonim, antonim, homofon, hipernim, homonimi, polisemi, hiponimi, dan
meronimi. Dalam relasi makna “ sinonim” merupakan bentuk ejaan dengan makna
yang sama (Grady: 2020).
1. Sinonim menjadi suatu kata dengan perbedaan bentuk namun memiliki
artian atau pengertian yang sama, sinonim menjadi makna persamaan kata
seperti : binatang = fauna, dengan persamaan kalimat. bohong= dusta, haus =
dahaga, pakaian= baju, bertemu = berjumpa. Selanjutnya,

10
2. Antonim merupakan kebalikan dari makna sinonim, yang memiliki
makna lawan kata satu sama lain seperti keras = lembut, naik= turun, kaya=
miskin, laki-laki= perempuan, atas = bawah.
3. Homonim merupakan kata yang memiliki makna berbeda pada
pelafalan, jika lafalnya disebut homograf, namun ejaan-nya sama dinamakan
homofon.
- Amplop ( homofon)
Makna - untuk mengirim surat kepada Bapak Presiden, kami harus
memhhimalam amplop. ( Amplop dalam homofon sebagai surat biasa).
Makna - Agar dapat menjadi seorang PNS, amir memberi amplop kepada
para pejabat (Dalam makna ini, amplop menggambarkan sebagai
sogokan / uang pelicin.
2. Bisa (dalam makna homofon)
- Bu Resti bisa memainkan biola dengan tangannya (dalam makna homofon,
bisa digambarkan sebagai kemampuan mengerjakan sesuatu
- Bisa dalam ular kobra itu sangat mematikan jika ditampung kedalam
bejana (dalam makna homofon, bisa digambarkan sebagai makna berbeda
yaitu bisa sebagai racun yang terdapat pada hewan ular)
3. Kalimat “ masa dengan massa”
- Bejana itu sebagai peninggalan masa kerajaan ngayogyakarta ( makna
dalam homofon menunjukkan bahwa perbedaan waktu, masa= waktu)
- Kasus kecelakaan mobil itu membuat gempar media massa (Makna
homograf massa = masyarakat umum / khalayak publik.
- Kami merasa uang lebih aman jika disimpan dalam bank. (Bank = tempat
penyimpanan uang)
- Bang rehan menjadi direktur disalah satu perusahaan terkenal. ( Bang =
Akang, atau saudara laki-laki)
4. Polisemi merupakan sebuah makna yang memiliki lebih dari satu
komponen konsep dalam memaknai suatu kata. Contohnya seperti kata “kepala”.
Polisemi memiliki makna yang saling berdekatan.

11
- Guru yang pernah menderita kelainan mental menjadi kepala sekolah di
SMP Tegal sari ( dalam makna polisemi, kepala sebagai pemimpin yang
memiliki jabatan)
- Kepala adek itu besar sekali, karena terkena penyakit) , makna dalam
polisemi mengartikan bahwa “ kepala sebagai bagian dari anggota tubuh
yang terletak diatas dan memberitahu mengenai makna bahwa kepala
sedang mengalami sakit.
- Tiap kepala harus membayar uang sebesar dua ratus ribu kepada pejabat
itu. (makna polisemi berikut sebagai gambaran kepala = setiap individu/
masing-masing)
- Rania memiliki watak kepala batu terhadap teman-temannya ( makna
kepala batu dilambangkan sebagai keras kepala)
5. Hipernim merupakan kata umum yang mencakup kata lain dibagi
menjadi dua yaitu kategori dengan identitas tinggi. Pada dasarnya hipernim
memiliki satu bentuk dengan memiliki kondisi atau keadaan yang sama, Misalnya
marah termasuk kedalam relasi makna dengan hiponim. Dalam hipernim, kata
ngamuk masuk kedalam perluasan makna, namun satu pemahaman dengan kata
marah namun memiliki satu makna.
- Toko baju bu Rita menyediakan ukuran baju (Hipernim) diantaranya S, M,
L, XL,XXL
- Rumah kecil itu dihuni tiga orang anggota keluarga (Hipernim),
diantaranya, Ayah, Ibu dan Anak
- Toko buku seberang kampus menjual berbagai jenis buku ( Hipernim),
diantaranya novel, komik, cerpen, dan antologi
- Meski media digital sudah berkembang dan diminati oleh masyarakat,
namun media cetak seperti koran, majalah, tabloid masih bertahan dan
bersaing dengan media digital. (Makna hipernim menjelaskan media
cetak)
6. Hiponim merupakan kata khusus dengan kata yang telah tercakup pada
makna lain mempunyai hubungan secara inklusif melalui satu jenis penggolongan
makna yang mencakup perkataan lain (Grady: 2000). Hiponim sebagai pasangan

12
atau padanan kata yang bukan bertetangan atau bermakna perlawanan. Hiponim
mempunyai hubungan antar kata dengan cakupan makna yang sempit dalam satu
julukan. Hiponimi memiliki hubungan hirarki secara bercabang dengan hubungan
hiponim dan superordinat bersifat ketercakupan. Makna hiponim menurut Kamus
Dewan (2007: 540), Hiponim dari kata hypo dan nama. Hiponim sebagai
perkataan dalam pemaknaan dengan strata satu tingkat berlaku segolongan dengan
perkataan lain (Menurut Hassan 2005: 233). Hiponim sebagai penggolong dan
utuh ( Osman 2000: 24). Jika dilihat dari hubungan leksikal lebih luas dari
leksikal lain, hubungan hiponimi sejenis dan meromini (Menurut Baskaran,
Amvela dan Yule 2003: 2000: 1994). Hubungan hiponim diantaranya sebagai
berikut:
- Bahagia, gembira sekali, ceria dan puas dalam kalimat ini karena
semantiknya tercakup pada sebuah kata atau frasa pada hipernim.
- Jenis bunga seperti bunga kenanga, bunga cempaka, bunga anggrek,
bunga mawar, bunga melati. Termasuk kedalam hiponim terdapat satu
perkataan menjadi umum kemudian menyatu pada setiap komponen.
Hiponim sebagai hubungan kekeluargaan dengan makna-makna sebagai
konsep lebih besar dalam ungkapan lain
- Ikan air di laut seperti tongkol, bandeng, dan tenggiri. memiliki
keterkaitan dengan jenis ikan air laut masih memiliki hubungan dengan
makna-makna.
7. Meromini merupakan hubungan hierarki subordinat dengan item leksikal atas.
Hubungan inklusi setiap unsur-unsur secara keseluruhan dengan pararel
- Hubungan meromini dikaitkan dengan pesawat yakni, sayap, pintu,
jendela, roda, ekor dan mesin. (Hubungan antara pesawat dengan
komponen bagian-bagian).
- Hubungan meromini dikaitkan dengan tangan yakni terdapat komponen
jari sebagai bagian dari anggota tangan
2.2.6 Semantik Logika
Semantik logika merupakan suatu konsep secara notasi simbolik dengan
analisa bahasa, dilihat melalui sistem makna yang berlaku dalam pengkajian

13
makna atau penafsiran ajaran terutama logika. Semantik logika cabang ilmu
dengan mengkaji makna matematika terutama dalam sistem logika oleh carnap,
disebut semantik. Dalam semantik logika, dibedakan menjadi makna proporsi
dengan susunan kalimat, sebab kalimat menjadi pembeda dalam bahasa melalui
proporsi sama. Proporsi bisa benar bisa salah dengan lambang sebagai variabel
proporsional. Setiap kalimat akan dilihat dari logikanya untuk mendapatkan
makna dari kalimat tersebut. Diantaranya sebagai berikut:
- Pada syair lagu Bintang kecil dilangit yang biru, amat banyak menghias
angkasa, dll. Sekilas dalam syair tersebut setiap orang berargumentasi
bahwa bintang berada di langit yang biru. Secara awam bahwa langit
identik warna biru. Namun, dalam lagu tersebut apakah langit memang
warna biru, bintang hanya muncul jika matahari tak menampakkan dirinya
atau istilahnya ketika malam sudah tiba. Namun, dalam syair terdapat
kesalahan logika karena pada fakta yang realitas bahwa bintang hanya
muncul dalam wujud langit gelap dan identik dengan warna hitam.
2.2.7 Semantik Gramatikal
Semantik gramatikal adalah cabang semantik yang mengkaji mengenai satuan
bahasa yang bila digabungkan baru bisa ditafsirkan. Makna ini disebut dengan
makna gramatika.Semantik Gramatikal kajian semantik yang mempelajari
mengenai suatu makna dalam sebuah kalimat. Veerhar (dalam Ginting, 2019)
mengemukakan bahwa semantik gramatikal itu merupakan kajian semantik yang
paling sulit untuk di analisis. Karena jika kita menganalisis suatu kalimat dengan
menggunakan kajian semantik gramatikal, maka kita harus menafsirkan
keseluruhan kalimat tersebut, serta mengkaji makna yang sebenarnya dari isi
kalimat itu, bukan hanya fokus menafsirkan satu persatu kata yang menyusun
kalimat tersebut. Nafinuddin (2020) mengemukakan bahwa suatu kata dapat
bergeser arti jika ditempatkan dengan kata yang lain dalam satu kalimat. Maka
dari itu menafsirkan keseluruhan kalimat pada kajian semantik gramatikal ini
sangat penting, karena kita dapat mengetahui apa makna yang sebenarnya pada
suatu kalimat yang sedang dikaji.Makna ini disebut dengan makna gramatika,
yang di dalamnya terdapat proses afikasi, reduplikasi dan komposisi.

14
Afikasi (Pengimbuhan) : Rumah
Rumah pada umumnya diartikan sebagai bangunan untuk tempat tinggal
namun rumah dapat memiliki makna lain seperti contoh berikut:
1.Rumahku berada di Jalan Nangka No.5 dekat dengan kantor polisi, pada kalimat
ini arti kata rumah adalah tempat tinggal bersama
2.keluargaPamanku adalah seorang bos dari agen perumahan di Jakarta, pada
kalimat ini kata rumah mengalami penambahan imbuhan yang merubah arti
sebagai sekelompok rumah yang dibangun di satu tempat.
Reduplikasi ( Pengulangan ) : Jalan
Arti kata jalan dalam KBBI adalah tempat lintasan suatu kendaraan dan
sebagainya, namun jalan memiliki arti yang berbeda sesuai dengan
penggunaannya, seperti contoh berikut:
1.Rina jalan kaki menuju sekolah setiap hari, pada kalimat ini arti kata jalan
adalah berpindah dari suatu titik ke titik lainnya
2.Gagas suka jalan-jalan di malam hari dengan motornya, pada kalimat ini arti
kata jalan yang mengalami pengulangan sehingga memiliki makna yang berbeda
lagi, yakni berkeliling.
Komposisi (Penggabungan) : Kandang
Arti kata kandang dalam kamus adalah banguanan atau tempat tinggal binatang,
namun jika digunakan pada kalimat tertu bisa berubah maknanya seperti:
1.Ayahku baru membeli kandang baru untuk kucing peliharaannya, pada kalimat
ini kata kandang memiliki arti pada umumnya yaitu rumah untuk binatang
2.Tim Nasional Thailand kalah di kandangnya sendiri, pada kalimat ini arti kata
kandang berubah makna menjadi negeri atau negara asal tempat tinggalnya.

Jenis-jenis Makna Gramatikal


Terdapat beberapa jenis makna gramatikal yang perlu diketahui:
● Parafrasa: Makna yang sepadan
● Entailmen: Terbentuk karena hubungan dengan makna lain
● Praanggapan: Berdasarkan suatu asumsi atau anggapan belaka
● Kontradiksi: Makna yang saling bertentangan

15
● Tautologi: Makna pengulangan gagasan atau kata yang tidak perlu
● Inkonsistensi: Makna kata tidak sebanding atau timpang
● Anomali: Makna yang menyimpang, tidak logis
● Ambigu: Makna yang memiliki arti beragam
2.2.8 Semantik Historis
Semantik historis mengkaji Sistem makna dalam rangkaian waktu bukan
perubahan bentuk kata. Contoh: Kata juara, dahulu bermakna pengatur pesta atau
hakim pada waktu menyambung ayam, kini makna hakim pada waktu
menyambung ayam telah dilupakan orang dan sekarang lebih banyak
dihubungkan dengan orang yang mendapat peringkat teratas dalam pertandingan
dan perlombaan.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Linguis memiliki berbagai perspektif tentang semantik. Ini dilakukan
untuk memberikan makna kepada orang lain. Oleh karena itu, kita dapat
menemukan berbagai teori semantik, termasuk semantik behavioris, semantik
generatif, semantik struktural, semantik deskriptif, semantik leksikal, semantik
logika, semantik gramatikal, dan semantik historis.

17
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Kridalaksana, Hari Murti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka


UtamaKurniawan,

Andri, dkk. (2023). Semantik. Padang: PT Global Eksekutif Teknologi.

Nafinuddin, S. (2020). Pengantar Semantik (Pengertian, Hakikat, Jenis).


https://doi.org/10.31219/osf.io/b8ws3, Diakses pada tanggal 02 Aril 2024.

18

Anda mungkin juga menyukai