Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah Ushul Fiqh ini, dengan judul “Lafal
Amm, Khass, Takhsis, Mutlaq, dan Muqayyad”. Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan
materi-materi yang ada. Materi-materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan
wawasan dalam bidang Ushul Fiqh dan memahami nilai-nilai dasar yang terkandung di
dalamnya. Selain itu makalah ini juga kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah yang
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Ushul Fiqh pada semesti 1 Prodi Akuntansi
Syari’ah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Kediri. Semoga
Allah SWT berkenan membuka rahmat dan karuniaNya kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh
pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata semoga penulisan makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain yang berkepentingan.
Kediri,
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Pengertian Semiotiks.........................................................................................................5
B. Sejarah Semiotika..............................................................................................................6
C. Tokoh-Tokoh Semiotik......................................................................................................9
D. Semiotika Roland Barthes...............................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................17
A. Kesimpulan......................................................................................................................17
B. Saran................................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama.
Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik sudah biasa dipakai
oleh ilmuwan Amerika. Istilah tersebut berasal dari kata Yunani yaitu semeion yang berarti
‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda
seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Semiotik biasanya diartikan sebagai teori
filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai
bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi.
Secara umum semiotika telah dimulai sejak filosof Yunani kuno, seperti Plato dan
Aristoteles, dan juga pada ahli-ahli skolastik abad pertengahan.Semiotika merupakan cabang
ilmu yang berkaitan dengan system tanda dan yang berlaku bagi penggunaan tanda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian semiotika?
2. Bagaimana lahirnya semiotika?
3. Siapa tokoh-tokoh semiotika?
4. Bagaimana semiotika menurut Roland Barthes?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian semiotika
2. Untuk mengetahui lahirnya semiotika
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh semiotika
4. Untuk mengetahui semiotika menurut Roland Barthes
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Semiotiks
Pengertian semiotika secara etimologi mempunyai istilah ( semiotics ) kata ini berasal
dari bahasa yunani “ semion “ yang maknya sebuah tanda . tanda – tanda tersebut
memberikan suatu informasi sehingga sifatnya komunikatif , Yang mampu menggantikan
suatu yang lain (stand for something else ) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan
( Boadbent, 1980 ) . Semiotika yang dijelaskan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of
signs), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode- kode yaitu sistem apapun yang
memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda- tanda atau sebagai
sesuatu yang bermakna. 1( Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol. 03, No.02 April 2019)
1
Ayub Muktiono TINJAUAN SEMIOTIKA PADA MASJID JAKARTA ISLAMIC CENTRE. Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol.
03, No.02 April 2019,hal 55
5
(merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Pierce terdiri
2
dari Simbol
B. Sejarah Semiotika
Ilmu mengenai batasan yang merujuk pada ilmu yang sama merupakan definisi dari
semiotika atau semiotik. Di Eropa lebih banyak yang menggunakan istilah semiologi,
sedangkan ilmuwan Amerika sudah umum menggunakan semiotik. Kata semiotika berasal
dari bahasa Yunani “semeion” yang artinya ‘tanda’ dan dalam bahasa Inggris “sign” yang
artinya ‘sinyal’. Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari sistem tanda, seperti kode,
bahasa, sinyal, dan ujaran manusia. Semiotika juga merupakan ilmu yang mempelajari soal
produksi simbol-simbol maupun tanda-tanda yang merupakan bagian dari sistem kode yang
berfungsi sebagai penyampaian informasi kepada orang lain. Semiotika meliputi tanda-tanda
visual dan verbal yang bisa diperjelas, baik bisa digunakan untuk menuturkan sesuatu
maupun petuah yang bisa dimengerti dan diterima oleh pancaindra manusia..
Tindakan komunikasi diibaratkan pesan yang dikirim dan diterima melalui bermacam
tanda-tanda yang berbeda. Kode social mengatur berbagai aturan kombinasi pesan-pesan ini..
Sejak zaman kuno, abad pertengahan, zaman renaissance, dan memasuki zaman
modern, perkembangan semiotika telah dimulai. Perkembangannya dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. Zaman Kuno
Pada zaman ini, para ahli semiotika yang hidup antara lain Plato (427-347 SM),
Aristoteles (384-322 SM), kaum Stoic (300-200 SM), dan kaum Epicureans (300 SM-abad
pertama Masehi)
Semiotika adalah tanda-tanda verbal alami atau yang bersifat konvensional di antara
masyarakat tertentu, hanyalah berupa representasi tidak sempurna dari sebuah ide, kajian
2
Abdurrahman Sidik, S.Sn, M.Ds.ANALISIS IKLAN PRODUK SHAMPOO PANTENE
MENGGUNAKAN TEORI SEMIOTIKA PIERCE .Jurnal Ilmiah ”Technologia” Technologia” Vol 9, No.4, Oktober –
Desember 2018 , hal 202
6
tentang kata-kata tidak mengungkap hakikat objek yang sebenarnya karena dunia gagasan
tidak berkaitan erat dari representasinya yang berbentuk kata-kata, dan pengetahuan yang
dimediasi oleh tanda-tanda bersifat tidak langsung dan lebih rendaah mutunya dari
pengetahuan yang langsung. Begitulah semiotika menurut Plato.
Tanda-tanda yang ditulis berupa lambang dari apa yang diucapkan, bunyi yang
diucapkan adalah tanda dan lambang dari gambaran atau impresi mental. Gambaran atau
impresi mental adalah kemiripan dari objek yang sebenarnya, dan gambaran mental tentang
kejadian atau objek sama bagi semua manusia tetapi ujaran tidak merupakan semiotika
menurut Aristoteles
Material atau penanda (signier), makna atau petanda (signified), dan objek eksternal.
Penanda dan objek didefinisikan sebagai entitas material, sedangkan makna dianggap
sebagai sesuatu yang diinkorporasikan atau dimasukan ke dalamnya. Tanda dibagi menjadi
tanda commemorative dan indicative. Begitulah pemikiran dari Kaum Stoic mengenai teori
tentang tanda yang dikaitkan pada tiga komponen pembentuknya, menurut Bochenski
(1669).3
Segala sesuatu yang kita rasakan adalah kesan yang diperoleh pikiran kita lewat
gambaran atom dari permukaan suatu objek yang nyata, atau dengan kata lain dari materi ke
konsep. Jadi, bahwa t anda sebagai data alamiah mempresentasikan sesuatu yang tak dapat
dilihat atau ditangkap secara indrawi. Teori ini adalah epistemiologi materialistis yang
terkenal dari kaum Epicureans.
b. Abad Pertengahan
Masa keemasan filusuf Kristiani, terutama Kaum Skolastik dan Kaum Patristik adalah
ciri utama pada zaman abad pertengahan. Pekembangan filsafat bahasa menuju dua arah,
yaitu ditentukannya bahasa Latin sebagai titik pusat seluruh pendidikan dan ditentukannya
3
http://nyakizza.blogspot.com/2012/07/sejarah-semiotika-history-of-semiotics.html?m=1.28/02/2021/23.22
4
http://nyakizza.blogspot.com/2012/07/sejarah-semiotika-history-of-semiotics.html?m=1.28/02/2021/23.22
7
gramatika menjadi pilar pendidikan bahasa Latin. Dan, pendidikan filosof dan pemikiran
filosof pada masa itu begitu kental dengan Teologi, maka analisis bahasa digunakan untuk
mengungkap analisis filosofis.
Pad a masa abad pertengahan pendidikan dibangun dalam tujuh pilar yang menjadi
pilar utamanya dan sifatnya liberal. Dasar pendidikan liberal tersebut dibedakan menjadi
Trivium (logika, retorik serta tata bahasa) dan Quadrivium (music, astronomi, geometrika,
dan aritmatika).
c. Masa Renaissance
Keberadaan teori mengenai tanda tidak mengalami pengalihan yang begitu berarti
pada masa ini. Hal ini disebabkan sebagian besar penelitian perihal semiotika merupakan
bagian dari perkembangan linguistik pada masa sebelumnya.
d. Zaman Modern
Perkembangan dari zaman kuno sampai zaman Renaissance adalah zaman modern.
Pada zaman ini perkembangan yang penting adalah mulai timbulnya metode eksperimental
dan matematis yang digunakan sebagai dasar ilmu pengetahuan alam modern. Masa
Aufklarung merupakan pertanda perkembangan filsafat pada zaman ini.
5
http://nyakizza.blogspot.com/2012/07/sejarah-semiotika-history-of-semiotics.html?m=1.28/02/2021/23.22
8
C. Tokoh-Tokoh Semiotik
1. Ferdinand De Saussure
Semiotik menurut Saussure adalah membahas kajian tentang tanda dalam kehidupan
sosial dan hukum yang mengaturnya. Saussure lebih menegaskan bahwa, tanda memiliki
makna karena dipengaruhi peran bahasa. Saussure membagi 4 konsep semiotiknya menjadi 4
konsep, yaitu:
Signifiant dan Signifie, Signifiant atau petanda merupakan hal-hal yang dapat diterima
oleh pemahaman kita seperti gambaran kasatmata asli dari objek. Signifie adalah arti
yang kita pikirkan setelah kita menerima sebuah tanda. Misalnya, kita gunakan pintu
sebagai materi untuk diterangkan menggunakan signifiant dan signifie. Signifiant dari
kursi adalah bagian dari kata kursi itu yaitu K-U-R-S-I. Sedangkan signifie dari kursi
adalah apa yang terjerat dipendapat kita ketika melihat kursi itu, yaitu alat yang dipakai
untuk duduk.
Konsep kedua adalah bagian dari bahasa, yang terbagi dalam parole dan langue.
Menurut Saussure Langue ialah pemahaman yang dimiliki oleh masyarakat akan suatu
hal tertentu.6 Langue dapat diartikan sebagai suatu contoh dari tanda atau kode itu
sendiri. Sedangkan untuk parole adalah aktivitas yang dilakukan secara individual dari
dorongan hati dan kecerdasan berpikir. Contoh parole adalah ‘pulpen’, ‘pena’,
‘ballpoin’. Yang merupakan bentuk dari langue alat untuk menulis. Kolam renang dan
swimming pool adalah bentuk parole dari langue tempat untuk berenang.
Konsep ketiga adalah synchronic dan diachronic, merupakan telaah yang mempelajari
bahasa dalam jangka waktu tertentu. Synchronic dalam bahasa adalah penjelasan yang
mengenai keadaan tertentu yang berkaitan dengan suatu masa. Sedangkan diachronic
ialah penjelasan tentang perkembangan setelah suatu hal yang terjadi disuatu masa
tertentu.7 Synchronic berkali-kali disebut sebagai peneliti linguistik deskriptif. Karena
6
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengatar Untuk Analisis Wacana, Analisis, dan Analisis Framing,
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 112,
7
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 53
9
analisis didalamnya banyak mengkaji hal yang bertujuan untuk menerangkan bahasa apa
yang digunakan pada suatu masa tertentu. Sementara itu diachronic lebih bersifat pada
peneliti historis dan komparatif, karena bertujuan untuk mengetauhi tentang sejarah,
perubahan dan perkembangan umum suatu bahasa pada masa yang tak terbatas.
Konsep keempat, Syntagmatic dan paradigmatic. Syntagmatic adalah hubungan unsur
dari ilmu bahasa yang berisikan susunan atau rangkaian kata, bunyi dalam suatu
konsep.8 Sedangkan untuk paradigmatic unsur suatu kalimat dapat diubah atau diganti
dengan unsur lainnya yang harus memiliki makna yang sama9. Hubungan syntagmatic
dan paradigmatic ini dapat terlihat pada susunan bahasa di kalimat yang kita gunakan
sehari-hari. Jika kalimat tersebut ada hubungan syntagmatic, maka terlihat adanya
kesatuan arti dan hubungan pada kalimat yang sama pada setiap kata didalamnya.
Sedangkan hubungan paradigmatic memperlihatkan kesatuan makna dan hubungan pada
satu kalimat dengan kalimat lainnya yang mana hubungan tersebut belum terlihat jika
melihat satu kalimat saja.
Konsep semiotik Pierce ialah tanda berkaitan erat dengan logika. Logika digunakan
manusia untuk bernalar melalui tanda-tanda yang muncul disekitarnya. Pierce membagi tanda
atas 3 hal untuk memberikan makna pada suatu objek yaitu:
Ikon adalah gambaran visual yang memiliki kemiripan antara bentuk tanda dan objek
yang ditunjukkan. Contohnya objek dari seekor sapi, maka ikon dari objek ini dapat
berupa gambar sapi, sketsa sapi,patung sapi, atau foto dari sapi. Mereka memiliki
persamaan yaitu menggambarkan seekor sapi.10
Indeks adalah tanda yang menunjukkan atau mengisyaratkan suatu objek tertentu.
Hubungan dari tanda dan pertanda bersifat sebab akibat dan mengacu pada fakta yang
ada. Contohnya, objek seekor kucing, indeksnya ialah suara kucing, atau gerak kucing
yang menandakan bahwa objek yang tengah dibicarakan tersebut adalah seekor kucing.
Orang yang melihat dapat dengan cepat menangkap maksud yang ingin disampaikan.
8
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 54
9
Ibid,.55.
10
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis, dan Analisis Framing
( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006),99.
10
Simbol sendiri adalah tanda yang menunjukkan pada hubungan tanda dan petanda yang
alamiah. Langsung merujuk pada objek yang dibicarakan yang sudah melewati
pemahaman yang ada di masyarakat. Contohnya gambar sebuah masjid, maka taanda ini
simbolisasi dari umat islam.
Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Hal ini mampu dibuktikan dari
teori semiotika Barthes hamper secara harfiah diturunkan dari teori bahasa menurut de
Saussure. Menurut Barthes, pengertian semiologi yaitu mempelajari tentang bagiamana
manusia memaknai atau memberikan penegrtian sesuatu yang ada di sekitarnya. Sehingga
objek adalah tanda yang memberikan pesan tersirat. Jika dalam pandangan Saussure
menekankan penandaan hanya dalam tataran denotasi dan konotasi. Tetapi dalam pemikiran
Barthes, penandaan itu disempurnakan dari semiologi Saussure menggunakan sistem
penandaan konotatif dan mitos (Vera, 2014:27). Sistem signifikansi tingkat pertama dan
konotasi sistem signifikansi tingkat kedua. Dalam pengertian Sobur (2013: 262), arti denotasi
adalah suatu kata yang pengertianya bisa ditemukan dalam kamus. Denotasi menjelaskan
makna dari apa yang dilihat oleh mata, artinya makna denotasi yaitu makna sesungguhnya .
Jadi, makna denotasi adalah signifikansi pemaknaan tingkat pertama, apa yang dilihat oleh
mata itulah yang diyakini kebenarannya.
Sedangkan konotasi mempunyai makna yang subjektif dan memiliki banyak variasi
yang dapat disebut bahwa konotasi bagaimana cara menggambarkannya. Konotasi atau
signifikansi pemaknaan tingkat kedua adalah menjelaskan makna yang terkandung dalam
tanda-tanda. Dalam signifikansi ini diyakini bahwa ada makna dibalik tersebut.
Dalam kerangka Barthes, terdapat aspek lain dari penandaan yaitu ‘mitos’. Barthes
menjelaskan bahwa mitos bukanlah artian yang berkembang di kalangan masyarakat yang
mempunyai makna tahayul atau tidak logis ( tidak masuk akal )
Namun mitos yang diartikan Barthes adalah sebuah bahasa, mitos adalah sebuah
pesan. Dikutip dari buku Semiotika Dalam Riset Komunikasi (Vera, 2014), Barthes juga
mengatakan bahwa mitos adalah sistem semiologis, yakni sistem tanda-tanda yang dimaknai
manusia. Mitos merupakan perkembangan dari konotasi. Jadi, jika konotasi tersebut sudah
lama terbentuk di masayarakat maka itu menjadi sebuah mitos.
11
Barthes menjelaskan bahwa mitos bukanlah artian yang berkembang di kalangan masyarakat
yang mempunyai makna tahayul atau tidak logis ( tidak masuk akal ) 11
Roland Barthes lahir di Cherbourg pada tahun 1915 dan dan ketika ia berusia anak
anak ia ditinggalakan oleh ayahnya untuk sebuah pertemuran dan kemudia ia diasuh oleh
ibu , nenek dan kakeknya . ia menghabiskan masa kecilnya di Bayonne, Prancis barat daya
dan kemudia ia menyelesaikan pendidikan sekolah dasar dan menengah di prancis Antara
tahun 1943 dan 1947 ia menderita penyakit TBC, dan hal ini dimanfaatkan olehnya untuk
membaca dan mempelajari banyak hal, samapi ia mampu menerbitkan Artikel pertamanya
tentang Andre Gide, setelah mengajar di Rumania dan Mesir, tepat pertemuannya dengan
A.J. Greimas ia mengajar di Ecole des Hautes Etudes en sciences Sociales. Barthes diangkat
dalam keanggotaan College de France pada tahun 1977, sampai akhir hayatnya tahun 1980.
Ia juga dikenal sebagai seorang pemikir stukturalis yang aktif dalam menstimulasikan model
linguistic dan semiologi Sausurean
Ia mempunyai banyak karya Barthes telah menulis beberapa buku, yang diantranya
telah menjadi bahan rujukan penting untuk study semiotika diindonesia. Karya-karya pokok
barthes, antara lain:
Le Degree Zero de Zecriture atau nol derajat di bidang menulis (1953),
Mythologies (1957),
Critical Essays (1964),
Elements of Semiology (1964),
The Fashion System (1967), S/Z (1970),
A lovers discourse : Fragments (1977),
Camera Lucida: Reflections on Photography (1980), dan lain-lain
12
11
Sinta Rizki Haryono, Dedi Kurnia Syah Putra, IDENTITAS BUDAYA INDONESIA: ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND
BARTHES DALAM IKLAN AQUA VERSI “TEMUKAN INDONESIAMU”, Acta diurnA │Vol 13 No . 2 │2017 , hal 72
12
H Hamidah, A Syadzali, Jurnal Studia Insania, 2016 - jurnal.uin-antasari
12
Karya sastra Roland Barthes :
Camera Lucida
The Eiffel Tower and other Mythologies
The Empire of the Signs
The Fashion System
The Grain of the Voice
Image-Music-Text
Incidents
A Lover's Discourse
Michelet
Mythologies
New Critical Essays
On Racine
Elements of Semiology
The Pleasure of the Text
The Responsibility of Forms
Roland Barthes
The Rustle of Language
A Barthes Reader
Sade/Fourier/Loyola
The Semiotic Challenge
S/Z
Critical Essays
Writing Degree Zero13
Signification, denotation dan connotation, dan metalanguage atau myth (Yan dan
Ming 2014) merupakan beberapa konsep inti semiotika menurut Roland Barthes.
13
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Roland_Barthes/28/02/2021/23.29
13
1. Signification
Signification bisa dimengerti sebagai sebuah proses berupa suatu tindakan, yang
mengikat signifier dan signified, dan yang akan menghasilkan sebuah tanda menurut Barthes.
Dalam proses tersebut, dua bagian dari sebuah tanda tergantung satu sama lain dalam arti
bahwa signified diungkapkan melalui signifier, dan signifier diungkapkan dengan signified.
Contohnya, kata “kucing”. Saat kita membaurkan signifier “kucing” dengan signified “hewan
berkaki empat yang mengeong”, maka bahasa tanda “kucing” pun muncul. Proses inilah yang
disebut sebagai signification atau sebuah sistem signifikasi.
Order of signification yang pertama adalah Denotation. Pada tingkatan ini terdapat
sebuah tanda yang terdiri atas sebuah signifier dan sebuah signified. Dalam artian, denotation
merupakan apa yang kita pikirkan sebagai sebuah literal, bersifat tetap, dan memiliki makna
kamus sebuah kata yang secara ideal telah disepakati secara universal. Sedangkan,
connotation adalah order of signification yang kedua yang berisi perubahan makna kata
secara asosiatif. Hal ini hanya berlaku pada tingkatan spekulatif. Pada tingkatan yang
rasional, membatasi makna ke dalam sebuah denotative akan sangat sulit karena tanda selalu
meninggalkan jejak makna dari kerangka sebelumnya,, menurut Barthes.
Pada bagian akhir buku Barthes yang berjudul Mythologies, Roland Barthes
mengkombinasikan beberapa contoh kasus ke dalam satu teori yang diracik melalui
tulisannya dengan judul Myth Today. Barthes mencoba mengkonseptualisasikan mitos
sebagai sebuah sistem komunikasi, oleh karena itu sebuah pesan tidak dapat mungkin
14
menjadi sebuah obyek, konsep, atau gagasan, namun menjadi sebuah bentuk signification.
Barthes pun menganalisa proses mitos secara nyata dengan menyuguhkan contoh-contoh
khusus.
Analisis Semiologi
Analisis semiologi tertentu meneliti tentang bagaimana bagian teks (gambar, kata,
iklan majalah, lagu, film, dan lain-lain) digunakan untuk membentuk sebuah makna. Teks
bisa dibuat oleh produser untuk satu orang ataupun untuk khalayak umum. Teks pun bisa
dibentuk secara bersama-sama oleh partisipan tetapi dalam banyak kasus makna akan sangat
bermacam-macam untuk partisipan. Maka dari itu, semiotika bisa menjadi metode untuk
menganalisa dan membentuk bagaimana komunikasi itu bekerja. Untuk hasil adalah teori
semiotika berguna sebagai alat untuk menyelidiki dan meneliti berbagai kekeliruan dalam
komunikasi antarbudaya (Hurwitz, 2009). Analisis semiologis menyangkut dua kegiatan
yaitu diseksi dan artikulasi.
15
Diseksi meliputi pencarian berbagai komponen yang waktu digabungkan satu dengan
yang lain mengimplikasikan makna yang pasti. Para analis umumnya mencari beberapa
paradigma seperti kelompok, kelas dari komponen-komponen yang sudah dipilih. Elemen-
elemen atau bagian-bagian dalam kelompok membagikan beberapa karakteristik. Dua unit
dari paradigma yang sama wajib serupa satu sama lain sehingga perbedaan yang memisahkan
keduanya itu menjadi lebih minimum.
1) Mempelajari semiotik dapat membuat kita semakin menaruh perhatian pada kedudukan
signs dan kedudukan yang kita dan orang lain mainkan dalam membentuk realitas
sosial.
2) Dengan menelusuri berbagai macam perspektif semiotik kita dapat memahami bahwa
informasi atau makna tidak disajikan di dunia. Makna tidak dikirimkan kepada kita,
16
namun kitalah yang secara aktif menciptakan makna bersumber pada kode-kode yang
ada
3) Kita belajar dari semiotik bahwa kita hidup di dunia tanda dan tidak memiliki jalan lain
untuk memahaminya kecuali melalui berbagai tanda dan petunjuk yang telah dibentuk.
4) Memahami bagian analisis semiologi dan menggunakannya dalam kajian
media,komunikasi visual, komunikasi massa,periklanan,dan lain-lain.
Contoh Penerapan Teori Semiotika Barthes
Menurut Em Griffin (2006), terdapat beberapa contoh penerapan teori semiotik Barthes
oleh peneliti, diantaranya adalah sebagai berikut:
Bidang komunikasi politik, Anne Norton menulis tentang “ The President as Sign”
dalam bukunya Republic of Sign: Liberal Theory and American Popular Culture (1993)
Bidan komunikasi massa, Mark P. Obe mengkaji bagaimana para anggota pemeran
digambarkan dalam sebuah acara televisi The Real Word (1998)14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
http://nyakizza.blogspot.com/2012/07/sejarah-semiotika-history-of-semiotics.html?m=1.28/02/2021/23.22
17
B. Saran
Demikian makalah sederhana dari kami, terimakasih atas antusiasme dari pembaca
yang sudah menelaah makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah kami, oleh karena itu saran dan masukan dari kawan-kawan akan sangat membantu
dalam penyempurnaan makalah ini. Agar dapat memberikan informasi dan tambahan belajar
yang dapat diterima dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengatar Untuk Analisis Wacana, Analisis, dan
Analisis Framing, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 112,
18
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 53
Ibid,.55.
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis, dan
Analisis Framing ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006),99.
19