Anda di halaman 1dari 19

SEMIOTIKA

Dosen Pengampu:

Disusun Oleh:

Puteri Ardiani Martha Regita Sari (934300820)

Anggraini Dewi Indahyani (934300920)

Fitria Kusuma Dewi (934301020)

PROGAM STUDI S1 AKUNTANSI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISAM NEGERI KEDIRI

2020/2021
1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah Ushul Fiqh ini, dengan judul “Lafal
Amm, Khass, Takhsis, Mutlaq, dan Muqayyad”. Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan
materi-materi yang ada. Materi-materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan
wawasan dalam bidang Ushul Fiqh dan memahami nilai-nilai dasar yang terkandung di
dalamnya. Selain itu makalah ini juga kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah yang
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Ushul Fiqh pada semesti 1 Prodi Akuntansi
Syari’ah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Kediri. Semoga
Allah SWT berkenan membuka rahmat dan karuniaNya kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh
pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata semoga penulisan makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain yang berkepentingan.

Kediri,

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Pengertian Semiotiks.........................................................................................................5
B. Sejarah Semiotika..............................................................................................................6
C. Tokoh-Tokoh Semiotik......................................................................................................9
D. Semiotika Roland Barthes...............................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................17
A. Kesimpulan......................................................................................................................17
B. Saran................................................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama.
Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik sudah biasa dipakai
oleh ilmuwan Amerika. Istilah tersebut berasal dari kata Yunani yaitu semeion yang berarti
‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda
seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Semiotik biasanya diartikan sebagai teori
filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai
bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi.

Secara umum semiotika telah dimulai sejak filosof Yunani kuno, seperti Plato dan
Aristoteles, dan juga pada ahli-ahli skolastik abad pertengahan.Semiotika merupakan cabang
ilmu yang berkaitan dengan system tanda dan yang berlaku bagi penggunaan tanda.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian semiotika?
2. Bagaimana lahirnya semiotika?
3. Siapa tokoh-tokoh semiotika?
4. Bagaimana semiotika menurut Roland Barthes?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian semiotika
2. Untuk mengetahui lahirnya semiotika
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh semiotika
4. Untuk mengetahui semiotika menurut Roland Barthes

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Semiotiks

Pengertian semiotika secara etimologi mempunyai istilah ( semiotics ) kata ini berasal
dari bahasa yunani “ semion “ yang maknya sebuah tanda . tanda – tanda tersebut
memberikan suatu informasi sehingga sifatnya komunikatif , Yang mampu menggantikan
suatu yang lain (stand for something else ) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan
( Boadbent, 1980 ) . Semiotika yang dijelaskan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of
signs), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode- kode yaitu sistem apapun yang
memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda- tanda atau sebagai
sesuatu yang bermakna. 1( Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol. 03, No.02 April 2019)

Ada beberapa pengertian menurut para ahli filsafat sebagai berikut :

 Pengertian Semiotika menurut Tinarbuko merupakan suatu upaya yang memberikan


interprestasi untuk keilmuan semiotika itu sendiri , oleh karena itu semiotika
digunakan untuk sebuah metode pembacaan karya komunikasi visual. Semiotika
merupakan ilmu tanda , sebutkan ini datang atau diambil dari kata Yunani semeion
yang berarti “tanda”.
 Menurut Winfried Nöthmenjelaskan asal – usul kata semiotika secara etimologi
kemudian digabungkan bersama kata yunani  = sign dan  = signal, sign ,
yaitu tanda yang terdapat dimana –mana ,” kata “ diartikan tanda , demikian pula
gerak isyarat , lampu lalu lintas , bendera dan sebagainya .
 Jika menurut pendapat Pierce yaitu sebuah ilmuyang mempelajari makna sebuah
“tanda” ( sign ) , berfungsinya tanda dan produksi makna . pierce mengutarakan teori
segitiga makna
atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yaitu tanda (sign), object,
dan interpretant . Tanda merupakan sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat
ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk

1
Ayub Muktiono TINJAUAN SEMIOTIKA PADA MASJID JAKARTA ISLAMIC CENTRE. Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol.
03, No.02 April 2019,hal 55

5
(merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Pierce terdiri
2
dari Simbol

B. Sejarah Semiotika

Ilmu mengenai batasan yang merujuk pada ilmu yang sama merupakan definisi dari
semiotika atau semiotik. Di Eropa lebih banyak yang menggunakan istilah semiologi,
sedangkan ilmuwan Amerika sudah umum menggunakan semiotik. Kata semiotika berasal
dari bahasa Yunani “semeion” yang artinya ‘tanda’ dan dalam bahasa Inggris “sign” yang
artinya ‘sinyal’. Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari sistem tanda, seperti kode,
bahasa, sinyal, dan ujaran manusia. Semiotika juga merupakan ilmu yang mempelajari soal
produksi simbol-simbol maupun tanda-tanda yang merupakan bagian dari sistem kode yang
berfungsi sebagai penyampaian informasi kepada orang lain. Semiotika meliputi tanda-tanda
visual dan verbal yang bisa diperjelas, baik bisa digunakan untuk menuturkan sesuatu
maupun petuah yang bisa dimengerti dan diterima oleh pancaindra manusia..

Tindakan komunikasi diibaratkan pesan yang dikirim dan diterima melalui bermacam
tanda-tanda yang berbeda. Kode social mengatur berbagai aturan kombinasi pesan-pesan ini..

Tahap Perkembangan Semiotika dari Masa ke Masa

Sejak zaman kuno, abad pertengahan, zaman renaissance, dan memasuki zaman
modern, perkembangan semiotika telah dimulai. Perkembangannya dapat dijabarkan sebagai
berikut :

a. Zaman Kuno

Pada zaman ini, para ahli semiotika yang hidup antara lain Plato (427-347 SM),
Aristoteles (384-322 SM), kaum Stoic (300-200 SM), dan kaum Epicureans (300 SM-abad
pertama Masehi)

1) Plato (427-347 SM)

Semiotika adalah tanda-tanda verbal alami atau yang bersifat konvensional di antara
masyarakat tertentu, hanyalah berupa representasi tidak sempurna dari sebuah ide, kajian

2
Abdurrahman Sidik, S.Sn, M.Ds.ANALISIS IKLAN PRODUK SHAMPOO PANTENE
MENGGUNAKAN TEORI SEMIOTIKA PIERCE .Jurnal Ilmiah ”Technologia” Technologia” Vol 9, No.4, Oktober –
Desember 2018 , hal 202

6
tentang kata-kata tidak mengungkap hakikat objek yang sebenarnya karena dunia gagasan
tidak berkaitan erat dari representasinya yang berbentuk kata-kata, dan pengetahuan yang
dimediasi oleh tanda-tanda bersifat tidak langsung dan lebih rendaah mutunya dari
pengetahuan yang langsung. Begitulah semiotika menurut Plato.

2) Aristoteles (384-322 SM)

Tanda-tanda yang ditulis berupa lambang dari apa yang diucapkan, bunyi yang
diucapkan adalah tanda dan lambang dari gambaran atau impresi mental. Gambaran atau
impresi mental adalah kemiripan dari objek yang sebenarnya, dan gambaran mental tentang
kejadian atau objek sama bagi semua manusia tetapi ujaran tidak merupakan semiotika
menurut Aristoteles

3) Kaum Stoic (300-200 SM)

Material atau penanda (signier), makna atau petanda (signified), dan objek eksternal.
Penanda dan objek didefinisikan sebagai entitas material, sedangkan makna dianggap
sebagai sesuatu yang diinkorporasikan atau dimasukan ke dalamnya. Tanda dibagi menjadi
tanda commemorative dan indicative. Begitulah pemikiran dari Kaum Stoic mengenai teori
tentang tanda yang dikaitkan pada tiga komponen pembentuknya, menurut Bochenski
(1669).3

4) Kaum Epicureans (300 SM-abad pertama Masehi)4

Segala sesuatu yang kita rasakan adalah kesan yang diperoleh pikiran kita lewat
gambaran atom dari permukaan suatu objek yang nyata, atau dengan kata lain dari materi ke
konsep. Jadi, bahwa t anda sebagai data alamiah mempresentasikan sesuatu yang tak dapat
dilihat atau ditangkap secara indrawi. Teori ini adalah epistemiologi materialistis yang
terkenal dari kaum Epicureans.

b. Abad Pertengahan

Masa keemasan filusuf Kristiani, terutama Kaum Skolastik dan Kaum Patristik adalah
ciri utama pada zaman abad pertengahan. Pekembangan filsafat bahasa menuju dua arah,
yaitu ditentukannya bahasa Latin sebagai titik pusat seluruh pendidikan dan ditentukannya

3
http://nyakizza.blogspot.com/2012/07/sejarah-semiotika-history-of-semiotics.html?m=1.28/02/2021/23.22
4
http://nyakizza.blogspot.com/2012/07/sejarah-semiotika-history-of-semiotics.html?m=1.28/02/2021/23.22

7
gramatika menjadi pilar pendidikan bahasa Latin. Dan, pendidikan filosof dan pemikiran
filosof pada masa itu begitu kental dengan Teologi, maka analisis bahasa digunakan untuk
mengungkap analisis filosofis.

Pad a masa abad pertengahan pendidikan dibangun dalam tujuh pilar yang menjadi
pilar utamanya dan sifatnya liberal. Dasar pendidikan liberal tersebut dibedakan menjadi
Trivium (logika, retorik serta tata bahasa) dan Quadrivium (music, astronomi, geometrika,
dan aritmatika).

c. Masa Renaissance

Renaissance memiliki kandungan arti ‘dilahirkannya kembali’. Sebuah gerakan yang


meliputi suatu zaman dimana orang merasa dirinya telah dilahirkan kembali dalam suatu
keadaban merupakan definisi Renaissance secara historis. Adanya usaha untuk
menghidupkan kembali kebudayaan Yunani-Romawi merupakan pertanda dari masa
Renaissance.

Keberadaan teori mengenai tanda tidak mengalami pengalihan yang begitu berarti
pada masa ini. Hal ini disebabkan sebagian besar penelitian perihal semiotika merupakan
bagian dari perkembangan linguistik pada masa sebelumnya.

d. Zaman Modern

Perkembangan dari zaman kuno sampai zaman Renaissance adalah zaman modern.
Pada zaman ini perkembangan yang penting adalah mulai timbulnya metode eksperimental
dan matematis yang digunakan sebagai dasar ilmu pengetahuan alam modern. Masa
Aufklarung merupakan pertanda perkembangan filsafat pada zaman ini.

Muncullah berbagai tokoh-tokoh pemikir terutama mampu nengubah dunia yang


kemudian dikembangkan pada ilmu pengetahuan pada zaman modern ini. Dengan keterkaitan
kebahasaan, pada zaman modern juga lahir filsafat analitika bahasa. Aliran yang muncul pada
zaman ini, salah satunya seperti aliran rasionalisme, tokoh terkenalnya René Descartes
(bapak filsafat modern), Aliran empirisme dengan tokohnya Thomas Hobbes, John Locke,
dan David Hume. Aliran kritisisme Immanuel Kant serta August Comte sebagai pendiri
paham positivisme.5

5
http://nyakizza.blogspot.com/2012/07/sejarah-semiotika-history-of-semiotics.html?m=1.28/02/2021/23.22

8
C. Tokoh-Tokoh Semiotik

1. Ferdinand De Saussure

Ferdinand De Saussure lahir di Janewa, 26 November 1857, tutup usia di Vufflens-


le- Chateau, 22 Februari 1913 pada umur 55 tahun. Ferdianand De Saussure disebut sebagai
bapak linguistik kontenporer karena pandangan-pandangannya yang baru mengenai studi
bahasa yang dimuat pada bukunya Course In General Linguistics.

Semiotik menurut Saussure adalah membahas kajian tentang tanda dalam kehidupan
sosial dan hukum yang mengaturnya. Saussure lebih menegaskan bahwa, tanda memiliki
makna karena dipengaruhi peran bahasa. Saussure membagi 4 konsep semiotiknya menjadi 4
konsep, yaitu:

 Signifiant dan Signifie, Signifiant atau petanda merupakan hal-hal yang dapat diterima
oleh pemahaman kita seperti gambaran kasatmata asli dari objek. Signifie adalah arti
yang kita pikirkan setelah kita menerima sebuah tanda. Misalnya, kita gunakan pintu
sebagai materi untuk diterangkan menggunakan signifiant dan signifie. Signifiant dari
kursi adalah bagian dari kata kursi itu yaitu K-U-R-S-I. Sedangkan signifie dari kursi
adalah apa yang terjerat dipendapat kita ketika melihat kursi itu, yaitu alat yang dipakai
untuk duduk.
 Konsep kedua adalah bagian dari bahasa, yang terbagi dalam parole dan langue.
Menurut Saussure Langue ialah pemahaman yang dimiliki oleh masyarakat akan suatu
hal tertentu.6 Langue dapat diartikan sebagai suatu contoh dari tanda atau kode itu
sendiri. Sedangkan untuk parole adalah aktivitas yang dilakukan secara individual dari
dorongan hati dan kecerdasan berpikir. Contoh parole adalah ‘pulpen’, ‘pena’,
‘ballpoin’. Yang merupakan bentuk dari langue alat untuk menulis. Kolam renang dan
swimming pool adalah bentuk parole dari langue tempat untuk berenang.
 Konsep ketiga adalah synchronic dan diachronic, merupakan telaah yang mempelajari
bahasa dalam jangka waktu tertentu. Synchronic dalam bahasa adalah penjelasan yang
mengenai keadaan tertentu yang berkaitan dengan suatu masa. Sedangkan diachronic
ialah penjelasan tentang perkembangan setelah suatu hal yang terjadi disuatu masa
tertentu.7 Synchronic berkali-kali disebut sebagai peneliti linguistik deskriptif. Karena

6
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengatar Untuk Analisis Wacana, Analisis, dan Analisis Framing,
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 112,
7
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 53

9
analisis didalamnya banyak mengkaji hal yang bertujuan untuk menerangkan bahasa apa
yang digunakan pada suatu masa tertentu. Sementara itu diachronic lebih bersifat pada
peneliti historis dan komparatif, karena bertujuan untuk mengetauhi tentang sejarah,
perubahan dan perkembangan umum suatu bahasa pada masa yang tak terbatas.
 Konsep keempat, Syntagmatic dan paradigmatic. Syntagmatic adalah hubungan unsur
dari ilmu bahasa yang berisikan susunan atau rangkaian kata, bunyi dalam suatu
konsep.8 Sedangkan untuk paradigmatic unsur suatu kalimat dapat diubah atau diganti
dengan unsur lainnya yang harus memiliki makna yang sama9. Hubungan syntagmatic
dan paradigmatic ini dapat terlihat pada susunan bahasa di kalimat yang kita gunakan
sehari-hari. Jika kalimat tersebut ada hubungan syntagmatic, maka terlihat adanya
kesatuan arti dan hubungan pada kalimat yang sama pada setiap kata didalamnya.
Sedangkan hubungan paradigmatic memperlihatkan kesatuan makna dan hubungan pada
satu kalimat dengan kalimat lainnya yang mana hubungan tersebut belum terlihat jika
melihat satu kalimat saja.

2. Charles Sanders Peirce

Charles Sanders Peirce lahir pada 10 September 1839 di Cambridge, Massachusetts,


dan meninggal 19 April 1914 di Milford, Pennsylvania.

Konsep semiotik Pierce ialah tanda berkaitan erat dengan logika. Logika digunakan
manusia untuk bernalar melalui tanda-tanda yang muncul disekitarnya. Pierce membagi tanda
atas 3 hal untuk memberikan makna pada suatu objek yaitu:

 Ikon adalah gambaran visual yang memiliki kemiripan antara bentuk tanda dan objek
yang ditunjukkan. Contohnya objek dari seekor sapi, maka ikon dari objek ini dapat
berupa gambar sapi, sketsa sapi,patung sapi, atau foto dari sapi. Mereka memiliki
persamaan yaitu menggambarkan seekor sapi.10
 Indeks adalah tanda yang menunjukkan atau mengisyaratkan suatu objek tertentu.
Hubungan dari tanda dan pertanda bersifat sebab akibat dan mengacu pada fakta yang
ada. Contohnya, objek seekor kucing, indeksnya ialah suara kucing, atau gerak kucing
yang menandakan bahwa objek yang tengah dibicarakan tersebut adalah seekor kucing.
Orang yang melihat dapat dengan cepat menangkap maksud yang ingin disampaikan.
8
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 54
9
Ibid,.55.
10
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis, dan Analisis Framing
( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006),99.

10
 Simbol sendiri adalah tanda yang menunjukkan pada hubungan tanda dan petanda yang
alamiah. Langsung merujuk pada objek yang dibicarakan yang sudah melewati
pemahaman yang ada di masyarakat. Contohnya gambar sebuah masjid, maka taanda ini
simbolisasi dari umat islam.

D. Semiotika Roland Barthes

Teori semiotika Roland Barthes.

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Hal ini mampu dibuktikan dari
teori semiotika Barthes hamper secara harfiah diturunkan dari teori bahasa menurut de
Saussure. Menurut Barthes, pengertian semiologi yaitu mempelajari tentang bagiamana
manusia memaknai atau memberikan penegrtian sesuatu yang ada di sekitarnya. Sehingga
objek adalah tanda yang memberikan pesan tersirat. Jika dalam pandangan Saussure
menekankan penandaan hanya dalam tataran denotasi dan konotasi. Tetapi dalam pemikiran
Barthes, penandaan itu disempurnakan dari semiologi Saussure menggunakan sistem
penandaan konotatif dan mitos (Vera, 2014:27). Sistem signifikansi tingkat pertama dan
konotasi sistem signifikansi tingkat kedua. Dalam pengertian Sobur (2013: 262), arti denotasi
adalah suatu kata yang pengertianya bisa ditemukan dalam kamus. Denotasi menjelaskan
makna dari apa yang dilihat oleh mata, artinya makna denotasi yaitu makna sesungguhnya .
Jadi, makna denotasi adalah signifikansi pemaknaan tingkat pertama, apa yang dilihat oleh
mata itulah yang diyakini kebenarannya.

Sedangkan konotasi mempunyai makna yang subjektif dan memiliki banyak variasi
yang dapat disebut bahwa konotasi bagaimana cara menggambarkannya. Konotasi atau
signifikansi pemaknaan tingkat kedua adalah menjelaskan makna yang terkandung dalam
tanda-tanda. Dalam signifikansi ini diyakini bahwa ada makna dibalik tersebut.

Dalam kerangka Barthes, terdapat aspek lain dari penandaan yaitu ‘mitos’. Barthes
menjelaskan bahwa mitos bukanlah artian yang berkembang di kalangan masyarakat yang
mempunyai makna tahayul atau tidak logis ( tidak masuk akal )
Namun mitos yang diartikan Barthes adalah sebuah bahasa, mitos adalah sebuah
pesan. Dikutip dari buku Semiotika Dalam Riset Komunikasi (Vera, 2014), Barthes juga
mengatakan bahwa mitos adalah sistem semiologis, yakni sistem tanda-tanda yang dimaknai
manusia. Mitos merupakan perkembangan dari konotasi. Jadi, jika konotasi tersebut sudah
lama terbentuk di masayarakat maka itu menjadi sebuah mitos.

11
Barthes menjelaskan bahwa mitos bukanlah artian yang berkembang di kalangan masyarakat
yang mempunyai makna tahayul atau tidak logis ( tidak masuk akal ) 11

a) Riwayat Hidup dan Karya Sastra Roland Barthes

Roland Barthes lahir di Cherbourg pada tahun 1915 dan dan ketika ia berusia anak
anak ia ditinggalakan oleh ayahnya untuk sebuah pertemuran dan kemudia ia diasuh oleh
ibu , nenek dan kakeknya . ia menghabiskan masa kecilnya di Bayonne, Prancis barat daya
dan kemudia ia menyelesaikan pendidikan sekolah dasar dan menengah di prancis Antara
tahun 1943 dan 1947 ia menderita penyakit TBC, dan hal ini dimanfaatkan olehnya untuk
membaca dan mempelajari banyak hal, samapi ia mampu menerbitkan Artikel pertamanya
tentang Andre Gide, setelah mengajar di Rumania dan Mesir, tepat pertemuannya dengan
A.J. Greimas ia mengajar di Ecole des Hautes Etudes en sciences Sociales. Barthes diangkat
dalam keanggotaan College de France pada tahun 1977, sampai akhir hayatnya tahun 1980.
Ia juga dikenal sebagai seorang pemikir stukturalis yang aktif dalam menstimulasikan model
linguistic dan semiologi Sausurean
Ia mempunyai banyak karya Barthes telah menulis beberapa buku, yang diantranya
telah menjadi bahan rujukan penting untuk study semiotika diindonesia. Karya-karya pokok
barthes, antara lain:
Le Degree Zero de Zecriture atau nol derajat di bidang menulis (1953),
 Mythologies (1957),
 Critical Essays (1964),
 Elements of Semiology (1964),
 The Fashion System (1967), S/Z (1970),
 A lovers discourse : Fragments (1977),
 Camera Lucida: Reflections on Photography (1980), dan lain-lain
12

11
Sinta Rizki Haryono, Dedi Kurnia Syah Putra, IDENTITAS BUDAYA INDONESIA: ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND
BARTHES DALAM IKLAN AQUA VERSI “TEMUKAN INDONESIAMU”, Acta diurnA │Vol 13 No . 2 │2017 , hal 72
12
H Hamidah, A Syadzali, Jurnal Studia Insania, 2016 - jurnal.uin-antasari

12
Karya sastra Roland Barthes :
 Camera Lucida
 The Eiffel Tower and other Mythologies
 The Empire of the Signs
 The Fashion System
 The Grain of the Voice
 Image-Music-Text
 Incidents
 A Lover's Discourse
 Michelet
 Mythologies
 New Critical Essays
 On Racine
 Elements of Semiology
 The Pleasure of the Text
 The Responsibility of Forms
 Roland Barthes
 The Rustle of Language
 A Barthes Reader
 Sade/Fourier/Loyola
 The Semiotic Challenge
 S/Z
 Critical Essays
 Writing Degree Zero13

b) Semiotika Roland Barthes

Signification, denotation dan connotation, dan metalanguage atau myth (Yan dan
Ming 2014) merupakan beberapa konsep inti semiotika menurut Roland Barthes.

13
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Roland_Barthes/28/02/2021/23.29

13
1. Signification

Signification bisa dimengerti sebagai sebuah proses berupa suatu tindakan, yang
mengikat signifier dan signified, dan yang akan menghasilkan sebuah tanda menurut Barthes.
Dalam proses tersebut, dua bagian dari sebuah tanda tergantung satu sama lain dalam arti
bahwa signified diungkapkan melalui signifier, dan signifier diungkapkan dengan signified.
Contohnya, kata “kucing”. Saat kita membaurkan signifier “kucing” dengan signified “hewan
berkaki empat yang mengeong”, maka bahasa tanda “kucing” pun muncul. Proses inilah yang
disebut sebagai signification atau sebuah sistem signifikasi.

2. Denotation (arti penunjukan) dan Connotation (makna tambahan)

Denotation dan connotation dalam semiotika merupakan dua istilah yang


menggambarkan hubungan antara signifier dan signified. Denoation dan Connotation juga
menggambarkan sebuah perbedaan mendalam yang dibuat antara dua jenis signified yaitu
denotative signified dan connotative signified (Chandler, 2008). Denotation dan connotation
selalu diilustrasikan dalam istilah level of representation atau juga istilah level of meaning.
Dalam bukunya yang berjudul Elements of Semiology (1964), Roland Barthes membedakan
denotation dan connotation dengan mengangkat pada pendapat Louis Hjelmslev dengan
menggunakan istilah orders of signification.

Order of signification yang pertama adalah Denotation. Pada tingkatan ini terdapat
sebuah tanda yang terdiri atas sebuah signifier dan sebuah signified. Dalam artian, denotation
merupakan apa yang kita pikirkan sebagai sebuah literal, bersifat tetap, dan memiliki makna
kamus sebuah kata yang secara ideal telah disepakati secara universal. Sedangkan,
connotation adalah order of signification yang kedua yang berisi perubahan makna kata
secara asosiatif. Hal ini hanya berlaku pada tingkatan spekulatif. Pada tingkatan yang
rasional, membatasi makna ke dalam sebuah denotative akan sangat sulit karena tanda selalu
meninggalkan jejak makna dari kerangka sebelumnya,, menurut Barthes.

3. Metalanguage atau Myth atau Mitos

Pada bagian akhir buku Barthes yang berjudul Mythologies, Roland Barthes
mengkombinasikan beberapa contoh kasus ke dalam satu teori yang diracik melalui
tulisannya dengan judul Myth Today. Barthes mencoba mengkonseptualisasikan mitos
sebagai sebuah sistem komunikasi, oleh karena itu sebuah pesan tidak dapat mungkin

14
menjadi sebuah obyek, konsep, atau gagasan, namun menjadi sebuah bentuk signification.
Barthes pun menganalisa proses mitos secara nyata dengan menyuguhkan contoh-contoh
khusus.

Barthes berpendapat bahwa signification dapat dibagi kedalam denotation dan


connotation (berdasarkan definisi yang dirumuskan oleh Ferdinand de Saussure). Yang
dimaksud dengan denotation tataran makna deskriptif dan literal yang dibagi oleh sebagian
besar anggota dalam sebuah kebudayaan. Sedangkan, yang dimaksud connotation adalah
makna yang diberikan oleh signifiers yang terhubung dengan kebudayaan yang lebih luas
seperti ideologi bentukan sosial, kepercayaan sikap, dan kerangka kerja.

Mitos merupakan signification dalam tataran connotation menurut Barthes. Apabila


tanda diadopsi secara berulang dalam dimensi syntagmatic maka bagian adopsi akan terlihat
lebih sesuai daripada dengan penerapan lainnya yang ada dalam paradigmatic. Kemudian
connotation tanda menjadi dinormalisasi dan dinaturalisasi. Sebuah bentukan budaya adalah
naturalisasi mitos.

Mitos merupakan a second-order semiological system. Sebuah tanda dalam sistem


pertama menjadi signifier pada sistem kedua. Tanda adalah sistem pertama, atau bahasa,
sebagai mitos, bahasa obyek dan sebagai metalanguage menurut Barthes. Signification mitos
menghapus sejarah atau pemaparan tanda dan juga mengisi ruang kosong tersebut dengan
sebuah makna yang baru.

 Analisis Semiologi

Analisis semiologi tertentu meneliti tentang bagaimana bagian teks (gambar, kata,
iklan majalah, lagu, film, dan lain-lain) digunakan untuk membentuk sebuah makna. Teks
bisa dibuat oleh produser untuk satu orang ataupun untuk khalayak umum. Teks pun bisa
dibentuk secara bersama-sama oleh partisipan tetapi dalam banyak kasus makna akan sangat
bermacam-macam untuk partisipan. Maka dari itu, semiotika bisa menjadi metode untuk
menganalisa dan membentuk bagaimana komunikasi itu bekerja. Untuk hasil adalah teori
semiotika berguna sebagai alat untuk menyelidiki dan meneliti berbagai kekeliruan dalam
komunikasi antarbudaya (Hurwitz, 2009). Analisis semiologis menyangkut dua kegiatan
yaitu diseksi dan artikulasi.

15
Diseksi meliputi pencarian berbagai komponen yang waktu digabungkan satu dengan
yang lain mengimplikasikan makna yang pasti. Para analis umumnya mencari beberapa
paradigma seperti kelompok, kelas dari komponen-komponen yang sudah dipilih. Elemen-
elemen atau bagian-bagian dalam kelompok membagikan beberapa karakteristik. Dua unit
dari paradigma yang sama wajib serupa satu sama lain sehingga perbedaan yang memisahkan
keduanya itu menjadi lebih minimum.

Artikulasi meliputi penentuan-penentuan aturan gabungan atau kombinasi. Ini adalah


sebuah kegiatan artikulasi. Analis dengan menangkap atau mengambul obyek,
menguraikannya, dan menyusunnya ulang. Analis membuat sesuatu menjadi muncul yang
dapat dilihat.

 Tahapan analisis semiologis

Tahapan analisis semiologis bertujuan untuk mengidentifikasi atau menandai kegiatan-


kegiatan penting yang dilakukan oleh penganalisis sewaktu mereka melakukan sebuah kritik
atau kajian yang berkenaan teks seperti berbagai jenis program televisi, iklan, lukisan, film
dan lain sebagainya. Adapun beberapa tahapan untuk melakukan analisis semiologis, yaitu
seperti berikut :

a) Mengidentifikasi signifiers dan mengidentifikasi signifieds


b) Mengidentifikasi paradigma yang telah digali
c) Menawarkan kepada para pembaca tentang ulasan singkat sebuah pesan
d) Mengidentifikasi prinsip yang bekerja dalam sebuah pesan atau teks
e) Mengidentifikasi syntagms yang ada

c) Manfaat mempelajari Teori Semiotik Roland Barthes

Mempelajari teori semiotik Roland Barthes dapat memberikan manfaat, diantaranya:

1) Mempelajari semiotik dapat membuat kita semakin menaruh perhatian pada kedudukan
signs dan kedudukan yang kita dan orang lain mainkan dalam membentuk realitas
sosial.
2) Dengan menelusuri berbagai macam perspektif semiotik kita dapat memahami bahwa
informasi atau makna tidak disajikan di dunia. Makna tidak dikirimkan kepada kita,

16
namun kitalah yang secara aktif menciptakan makna bersumber pada kode-kode yang
ada
3) Kita belajar dari semiotik bahwa kita hidup di dunia tanda dan tidak memiliki jalan lain
untuk memahaminya kecuali melalui berbagai tanda dan petunjuk yang telah dibentuk.
4) Memahami bagian analisis semiologi dan menggunakannya dalam kajian
media,komunikasi visual, komunikasi massa,periklanan,dan lain-lain.
Contoh Penerapan Teori Semiotika Barthes

Dalam tataran praktis,analisis semiologis adalah sebuah elemen pokok untuk


memahami, decode pesan-pesan visual yang dipakai oleh media,dan untuk membentuk
kedudukan yang mengacu pada asosiasi pribadi dan sosial budaya didalam kedudukan
signifikansi kedua yaitu connotation. Semiologis dapat digunakan dalam konteks media
untuk mengkaji teks media, film, dan lain-lain.

Menurut Em Griffin (2006), terdapat beberapa contoh penerapan teori semiotik Barthes
oleh peneliti, diantaranya adalah sebagai berikut:

 Bidang komunikasi politik, Anne Norton menulis tentang “ The President as Sign”
dalam bukunya Republic of Sign: Liberal Theory and American Popular Culture (1993)
 Bidan komunikasi massa, Mark P. Obe mengkaji bagaimana para anggota pemeran
digambarkan dalam sebuah acara televisi The Real Word (1998)14

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

14
http://nyakizza.blogspot.com/2012/07/sejarah-semiotika-history-of-semiotics.html?m=1.28/02/2021/23.22

17
B. Saran

Demikian makalah sederhana dari kami, terimakasih atas antusiasme dari pembaca
yang sudah menelaah makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah kami, oleh karena itu saran dan masukan dari kawan-kawan akan sangat membantu
dalam penyempurnaan makalah ini. Agar dapat memberikan informasi dan tambahan belajar
yang dapat diterima dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ayub Muktiono TINJAUAN SEMIOTIKA PADA MASJID JAKARTA ISLAMIC CENTRE.


Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol. 03, No.02 April 2019,hal 55

Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengatar Untuk Analisis Wacana, Analisis, dan
Analisis Framing, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 112,

18
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 53

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 54

Ibid,.55.

Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis, dan
Analisis Framing ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006),99.

19

Anda mungkin juga menyukai