Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SEMANTIK BAHASA INDONESIA

Disusun oleh:
Yulia Afni/2002040045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang
diharapkan. Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang “Semantik
Bahasa Indonesia”. Terima kasih kepada Bapak Charles Butar-Butar, Dr. M.P
selaku dosen mata kuliah Semantik Bahasa Indonesia di Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Makalah ini disusun sebagai tambahan
pengetahuan pada mata kuliah Semantik Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini
juga dapat menambah wawasan kita.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu dan
teman-teman yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha
kita.

Medan, 20 Desember 2022

Yulia Afni

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Pemecahan Masalah...................................................................................1
D. Tujuan.........................................................................................................2
E. Manfaat.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Semantik..................................................................................3
B. Batasan Ilmu Semantik............................................................................. 5
C. Hubungan Semantik dengan Tataran Ilmu Sosial lain..........................5
D. Analisis Semantik.......................................................................................6
E. Jenis Semantik............................................................................................7
F. Jenis Makna................................................................................................8
G. Manfaat Semantik dalam pembelajaran bahasa..................................16
BAB III PENUTUP..............................................................................................19
A. Kesimpulan...............................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Bahasa Indonesia sekarang ini dapat diibaratkan seperti mobil
tua yang mesinnya rewel dan sedang melintasi jalur lalu lintas di jalan bebas
hambatan. Betapa tidak, pada satu sisi dunia pendidikan Bahasa Indonesia saat ini
dirundung masalah yang besar dan pada sisi lain tantangan menghadapi milenium
ketiga semakin besar. Dari aspek kualitas, pendidikan Bahasa Indonesia kita
memang sungguh sangat memprihatinkan dibandingkan dengan kualitas
pendidikan bangsa lain.
Sejalan dengan berkembangnya zaman, perkembangan bahasa pun juga ikut
berkembang dan mengalami pergeseran-pergeseran makna. Pergeseran makna
bahasa memang tidak dapat dihindari, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang
nantinya akan dibahas secara mendalam di dalam pembahasan.
Atas dasar itu, tidak mengherankan dalam beberapa tahun terakhir ini di
Indonesia muncul berbagai kata yang memiliki banyak makna baru. Meski
demikian makna yang melekat terlebih dahulu tidak serta merta hilang begitu saja.
Perubahan makna suatu kata yang terjadi, terkadang hampir tidak disadari oleh
pengguna bahasa itu sendiri. Untuk itu perlu bagi kita mengetahui dan memahami
ilmu kebahasaan secara utuh.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan semantik?
2. Apa saja yang termasuk dalam semantik?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi semantik?

C. Pemecahan Masalah
Adapun pemecahan masalahnya antara lain :
1. Memperdalam pengetahuan tentang semantik.

1
2. Membaca buku tentang semantik.
3. Menjadikan semantik sebagai budaya dalam berbahasa.

D. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui dan mengerti apa semantik.
2. Mengetahui apa saja yang termasuk semantik.
3. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi semantik.
 
E. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini antara lain:
1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca.
2. Memahami tentang semantik.
3. Memotivasi guru atau calon pendidik untuk lebih memahami perkembangan
bahasa.
 

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Semantik 
Kata semantik sebenarnya merupakan istilah teknis yang mengacu pada
studi tentang makna. Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Yunani ‘ sema’ (kata benda) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya
adalah ‘semaino’ yang berarti ‘menandai’atau‘melambangkan’. Yang dimaksud
tanda atau lambang disini adalah tanda-tanda linguistik (Perancis : signé
linguistique).
Menurut Ferdinan de Saussure (1966), tanda lingustik terdiri dari :
1)Komponen yang menggantikan, yang berwujud bunyi bahasa.
2)Komponen yang diartikan atau makna dari komopnen pertama.
Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang, dan sedangkan yang
ditandai ataudilambangkan adaah sesuatu yang berada di luar bahasa, atau yang
lazim disebut sebagai referent/ acuan / hal yang ditunjuk.
Jadi, Ilmu Semantik adalah :
-Ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal
yangditandainya.
-Ilmu tentang makna atau arti.
Pandangan yang bermacam-macam dari para ahli mejadikan para ahli
memiliki perbedaan dalam mengartikan semantik. Pengertian semantik yang
berbeda-beda tersebut justru diharapkan dapat mngembangkan disiplin ilmu
linguistik yang amat luas cakupannya.
1. Charles Morrist
Mengemukakan bahwa semantik menelaah “hubungan-hubungan tanda-tanda
dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut”.
2. J.W.M Verhaar; 1981:9
Mengemukakan bahwa semantik (inggris: semantics) berarti teori makna atau
teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti.
3. Lehrer; 1974: 1

3
Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang
kajian yang sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan
fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan
antropologi.
4. Kambartel (dalam Bauerk, 1979: 195)
Semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan
makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia.
5. Ensiklopedia britanika (Encyclopedia Britanica, vol.20, 1996: 313)
Semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan
hubungan proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara.
6. Dr. Mansoer pateda
Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna.
7. Abdul Chaer
Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. Yaitu salah satu dari 3
(tiga) tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik).
Pandangan semantik kemudian berbeda dengan pandangan sebelumnya,
setelah karya de Saussure ini muncul. Perbedaan pandangan tersebut antara lain:
1) Pandangan historis mulai ditinggalkan
2) Perhatian mulai ditinggalkan pada struktur di dalam kosa kata,
3) Semantik mulai dipengaruhi stilistika
4) Studi semantik terarah pada bahasa tertentu (tidak bersifat umum lagi)
5) Hubungan antara bahasa dan pikira mulai dipelajari, karena bahasa merupakan
kekuatan yang menetukan dan mengarahkan pikiran (perhatian perkembangan
dari ide ini terhadap SapirWhorf, 1956-Bahasa cermin bangsa).
6) Semantik telah melepaskan diri dari filsafat, tetapi tidak berarti filsafat tidak
membantu perkembangan semantik (perhatikan pula akan adanya semantik
filosofis yang merupakan cabang logika simbolis.
Pada tahun 1923 muncul buku The Meaning of Meaning karya Ogden &
Richards yang menekankan hubungan tiga unsur dasar, yakni ‘thought of
reference’ (pikiran) sebagai unsur yang menghadirkan makna tertentu yang
memiliki hubungan signifikan dengan referent (acuan). Pikiran memiliki

4
hubungan langsung dengan symbol (lambang). Lambang tidak memiliki
hubungan langsung dengan symbol (lambang). Lambang tidak memiliki
hubungan yang arbitrer. Sehubungan dengan meaning, para pakar semantik biasa
menetukan fakta bahwa asal kata meaning (nomina) dari to mean (verba), di
dalamnya banyak mengandung ‘meaning’ yang berbeda-beda. Leech (1974)
menyatakan bahwa ahli-ahli semantik sering tidak wajar memikirkan ’the
meaning of meaning’ yang diperlukan untuk pengantar studi semantik. Mereka
sebenarnya cenderung menerangkan semantik dalam hubungannya dengan ilmu
lain; para ahli sendiri masih memperdebatkan bahwa makna bahasa tidak dapat
dimengerti atau tidak dapat dikembangkan kecuali dalam makna nonlinguistik.

B. Batasan Ilmu Semantik 


Istilah Semantik lebih umum digunakan dalam studi ingustik daripada istilah
untuk ilmu makna lainnya, seperti Semiotika, semiologi, semasiologi, sememik,
dan semik.Ini dikarenakan istilah-istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan
objek yang cukup luas,yakni mencakupmakna tanda atau lambang pada
umumnya. Termasuk tanda lalu lintas, morse, tanda matematika dan juga tanda-
tanda yang lain sedangkan batasan cakupan dari semantik adalah makna atau arti
yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.
 
C. Hubungan Semantik dengan Tataran Ilmu Sosial lain
Berlainan dengan tataran analisis bahasa lain, semantik adalah cabang imu
linguistik yang memiliki hubungan dengan Imu Sosial, seperti sosiologi dan
antropologi. Bahkan juga dengan filsafat dan psikologi.
1. Semantik dan Sosiologi
Semantik berhubungan dengan sosiologi dikarenakan seringnya dijumpai
kenyataan bahwa penggunaan kata tertentu untuk mengatakan sesuatu dapat
menandai identitas kelompok penuturnya.
Contohnya:
Penggunaan/pemilihan kata ‘cewek’ atau ‘wanita’, akan dapat menunjukkan
identitas kelompok penuturnya.

5
Kata ‘cewek’ identik dengan kelompok anak muda, sedangkan kata ‘wanita’
terkesanlebih sopan, dan identik dengan kelompok orang tua yang
mengedepankankesopanan.
2. Semantik dan Antropologi.
Semantik dianggap berkepentingan dengan antropologi dikarenakan analisis
makna padasebuah bahasa, menalui pilihan kata yang dipakai penuturnya, akan
dapat menjanjikanklasifikasi praktis tentang kehidupan budaya penuturnya.
Contohnya:
Penggunaan/pemilihan kata ‘ngelih’ atau ‘lesu’ yang sama-sama berarti ‘lapar’
dapat mencerminkan budaya penuturnya.
Karena kata ‘ngelih’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat Jogjakarta.
Sedangkan kata ‘lesu’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat daerah
Jombang.
 
D. Analisis Semantik
Dalam analisis semantik, bahasa bersifat unik dan memiliki hubungan yang erat
dengan budaya masyarakat penuturnya. Maka, suatu hasil analisis pada suatu
bahasa, tidak dapat digunakan untuk menganalisi bahasa lain.
Contohnya penutur bahasa Inggris yang menggunakan kata ‘rice’ pada bahasa
Inggris yang mewakili nasi, beras, gabah dan padi.
Kata ‘rice’ akan memiliki makna yang berbeda dalam masing-masing konteks
yang berbeda. Dapat bermakna nasi, beras, gabah, atau padi.
Tentu saja penutur bahasa Inggris hanya mengenal ‘rice’ untuk menyebut nasi,
beras, gabah, dan padi. Itu dikarenakan mereka tidak memiliki budaya mengolah
padi, gabah, beras dan nasi, seperti bangsa Indonesia.
Kesulitan lain dalam menganalisis makna adalah adanya kenyataan bahwa tidak
selalu penanda dan referent-nya memiliki hubungan satu lawan satu. Yang
artinya, setiap tandalingustik tidak selalu hanya memiliki satu makna.
Adakalanya, satu tanda lingustik memiliki dua acuan atau lebih. Dan sebaliknya,
dua tanda lingustik, dapat memiliki satu acuan yang sama.
Hubungan tersebut dapat digambarkan dengan contoh-contoh berikut:

6
Bisa =  racun = dapat
Buku,Kitab = Lembar kertas berjilid

E. Jenis Semantik 
Semantik memiliki memiliki objek studi makna dalam keseluruhan
semantika bahasa, namun tidak semua tataran bahasa memiliki masalah semantik
leksikon.
Tataran tata bahasa atau gramatika dibagi menjadi dua subtataran, yaitu
morfologi dan sintaksis.
Morfologi adalah cabang lnguistik yang mempelajari struktur intern kata, serta
proses pembentukannya. Satuan dari morfologi yaitu morfem dan kata.
Contoh :
Ajar  = Pe – lajar
Be – lajar ( pe- dan be- dapat membedakan makna )
Sedangkan sintaksis, adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata
dalammembentuk satuan yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat.
Sintaksis memiliki satuanyaitu kata, frase, klausa, dan kalimat.
Semantik sintaktikal memiliki tataran bawahan yang disebut :
a)Fungsi gramatikal
b)Kategori gramatikal
c)Peran gramatikal
Contoh analisis semantik sintaktikal:

Kata Di rumah
fungsi Si udin menjaga adiknya sakit

Fungsi subjek predikat objek keterangan

kategori nomina verba nomina nomina

peran agen benefaktif patient locative

7
Satuan dan proses dari morfologi dan sintaktik memiliki makna. Oleh
karena itu, pada tataran ini ada masalah-masalah semantik yang disebut semantik
gramatikal karena objek studinya adalah makna-makna gramatikal dari tataran
tersebut.
Kalau yang menjadi objek penyelidikan adalah semantik leksikon, maka
jenis semantiknya adalah semantik leksikal. Semantik leksikal menyelidiki makna
yang ada pada leksem dari bahasa. Oleh karena itu, makna yang ada dalam leksem
disebut makna leksikal. Leksem adalah satuan-bahasa bermakna. Istilah leksem
ini dapat dipadankan dengan istlah kata, yang lazim digunakan dalam studi
morfologi dan sintaksis, dan yang lazim didefiinisikan sebagai satuan gramatik
bebas terkecil. Baik kata tunggal maupun kompositum.
Contoh:
Kambing = nama hewan
Hitam = jenis warna
Kambing hitam = orang yang dipersalahkan

F. Jenis Makna
Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut
pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal
dan makna gramatikal. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat
dibedakan adanya makna referensial dan nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya
nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna konotatif dan
denotatif. Berdasarkan ketepatan maknanya dapat dibedakan adanya makna istilah
atau makna umum dan makna khusus. Selain pembagian tersebut, jenis makna
dapat pula digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu (a) makna leksikal dan (b)
makna kontekstual.

1. Makna Leksikal
Makna leksikal (leksical me3aning, sematic meaning, external meaning)
adalah makna kata yang berdiri sendiri baik dalam bentuk dasar maupun
dalambentuk kompleks (turunan) dan makna yang ada tetap seperti apa yang dapat

8
kita lihat dalam kamus. Makna leksikal dapat digolongkan menjadi dua jenis,
yaitu (a) makna konseptual yang meliputi makna konotatif, makna afektif, makna
stilistik, makna kolokatif dan makna idiomatik.

2. Makna Konseptual
Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang
sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas asosiasi atau hubungan apa pun.
Makna konseptual disebut juga makna denotatif, makna referensial, makna
kognitif, atau makna deskriptif. Makna konseptual dianggap sebagai faktor utama
dalam setiap komunikasi.

3. Makna Generik
Makna generik adalah makna konseptual yang luas, umum, yang mencakup
beberapa makna konseptual yang khusus atau sempit. Misalnya, sekolah dalam
kalimat “Sekolah kami menang.” Bukan saja mencakup gedungnya, melainkan
guru-guru, siswa-siswa dan pegawai tata usaha sekolah bersangkutan.

4. Makna Spesifik
Makna spesifik adalah makna konseptual, khas, dan sempit. Misalnya jika
berkata “ahli bahasa”, maka yang dimaksud bukan semua ahli, melainkan
seseorang yang mengahlikan dirinya dalam bidang bahasa.

5. Makna Asosiatif
Makna asosiatif disebut juga makna kiasan atau pemakaian kata yang tidak
sebenarnya. Makna asosiatif adalah makna yang dimilki sebuah kata berkenaan
dengan adanya hubungan kata dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya
kata bunglon berasosiasi dengan makna orang yang tidak berpendirian tetap.

6. Makna Konotatif

9
Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata
yang diucapkan atau didengar. Makna konotatif adalah makna yang digunakan
untuk mengacu bentuk atau makna lain yang terdapat di luar makna leksikalnya.

7. Makna Afektif
Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau
pembaca terhadap penggunaan bahasa. Oleh karena itu, makna afektif
berhubungan dengan gaya bahasa.

8. Makna Stilistik
Makna stilistik berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan
efek terutama kepada pembaca. Makna stilistik lebih dirasakan di dalam sebuah
karya sastra. Sebuah karya sastra akan mendapat tempat tersendiri bagi kita
karena kata yang digunakan mengandung makna stalistika. Makna stilistika lebih
banyak ditampilkan melalui gaya bahasa.

9. Makna Kolokatif
Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan
beberapa kata didalam lingkungan yang sama. Misalnya
kata ikan, gurami, sayur, tomat tentunya kata-kata tersebut akan muncul di
lingkungan dapur. Ada tiga keterbatasan kata jika dihubungkan dengan makna
kolokatif, yaitu (a) makna dibatasi oleh unsur yang membentuk kata atau
hubungan kata, (b) makna dibatasi oleh tingkat kecocokan kata, (c) makna
dibatasi oleh kecepatan.

10. Makna Idiomatik


Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang
menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsur pembentuknya. Dalam
bahasa Indonesia ada dua macam bentuk idiom yaitu (a) idiom penuh dan (b)
idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara
keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Idiom sebagian

10
adalah idiom yang di dalamnya masih terdapat unsur yang masih memiliki makna
leksikal.

11. Makna Kontekstual


Makna kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan
situasi. Makna kontekstual disebut juga makna struktural karena proses dan satuan
gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan.

12. Makna Gramatikal


Makna grmatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat
digabungkannya sebuah kata dalam suatu kalimat. Makna gramatikal dapat pula
timbul sebagai akibat dari proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan
komposisi.

13. Makna Tematikal


Makna tematikal adalah makna yang diungkapkan oleh pembicara atau
penulis, baik melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan
pembicaraan.

14. Relasi makna adalah hubungan antara makna yang satu dengan makna kata
yang lain. Pada dasarnya prinsip relasi makna ada empat jenis, yaitu:
(1) prinsip kontiguitas
(2) prinsip komplementasi
(3) prinsip overlaping
(4) inklusi.
Prinsip kontiguitas yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa beberapa kata dapat
memiliki makna sama atau mirip. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi
makna yang disebut sinonimi.
1. Prinsip komplementasi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna kata yang
satu berlawanan dengan makna kata yang lain. Prinsip ini dapat menimbulkan
adanya relasi makna yang disebut antonimi.

11
2. Prinsip overlaping yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa satu kata memiliki
makna yang berbeda atau kata-kata yang sama bunyinya tetapi mengandung
makna berbeda. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut
homonimi dan polisemi.
3. Prinsip inklusi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna satu kata
mencakup beberapa makna kata lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi
makna yang disebut hiponimi.
 
15. Sinonimi adalah nama lain untuk benda atau hal yang sama. Sinonimi yaitu
suatu istilah yang mengandung pengertian telaah, keadaan, nama lain.
Contoh: pintar, pandai, cerdik, cerdas, cakap, mati, meninggal, berpulang,
mangkat dan wafat.
Sinonimi tidak mutlak memiliki arti yang sama tetapi mendekati sama atau mirip.
Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya sinonimi adalah penyerapan kata-kata
asing, penyerapan kata-kata daerah, makna emotif dan evaluatif. Kata bersinonimi
tidak dapat dipertukarkan tempatnya karena dipengaruhi oleh:
(1) faktor waktu,
(2) faktor tempat atau daerah,
(3) faktor sosial,
(4) faktor kegiatan dan
(5) faktor nuansa makna.

16. Homonimi adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya tetapi


mengandung makna dan pengertian yang berbeda.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya homonimi adalah (1) kata-kata yang
berhomonimi itu berasal dari bahasa atau dialek yang berlainan, (2) kata-kata
yang berhomonimi itu terjadi sebagaimana hasil proses morfologis.
Homonimi yang homograf dan homofon adalah sama bunyi sama bentuknya.
Contoh:
bisa = sanggup, dapat
bisa = racun ular

12
jagal = pedagang kecil
jagal =  orang yang bertugas menyembelih binatang
padan =  banding
padan =  batas
padan =  janji
padan =  curang
padan = layar
Homonimi yang tidak homograf tetapi homofon adalah bentuknya tidak
sama tetapi bunyinya sama.
Contoh:
bang =  bentuk singkatan dari abang
bank =  lembaga yang mengurus uang
sangsi =  ragu
sanksi =  akibat
syarat =  janji
sarat =  penuh dan berat
Homonimi yang homograf tidak homofon sama bentuk tetapi tidak
bunyinya.
Contoh: teras =  hati kayu atau bagian dalam kayu  teras = pegawai utama
teras = bidang tanah datar yang miring atau lebih tinggi dari yang lain

17. Antonimi adalah nama lain untuk benda lain pula atau kebalikannya.

18. Oposisi kembar yaitu perlawanan kata yang merupakan pasangan atau


kembaran yang mencakup dua anggota.
Contoh:
laki-laki = perempuan
kaya =  miskin
ayah =  ibu

13
19. Oposisi gradual yaitu penyimpangan dari oposisi kembar antara dua istilah
yang berlawanan masih terdapat sejumlah tingkatan antara. Contoh: kaya dan
miskin, besar dan kecil.
Pada kata tersebut terdapat tingkatan (gradual) sangat kaya – cukup kaya – kaya –
miskin – cukup miskin – sangat miskin, sangat besar – lebih besar – besar – kecil
– lebih kecil – sangat kecil.

20. Oposisi majemuk yaitu oposisi yang mencakup suatu perangkat yang terdiri


dari dua kata. Satu kata berlawanan dengan dua kata atau lebih.
<>Contoh:    duduk  berdiri  <>    berbaring  berjongkok  tiarap
1. Oposisi relasional yaitu oposisi antara dua kata yang mengandung relasi
kebalikan, relasi pertentangan yang bersifat saling melengkapi.
Contoh:   
menjual beroposisi membeli
suami beroposisi istri
utara beroposisi selatan

2. Oposisi hirarkis, oposisi ini terjadi karena setiap istilah menduduki derajat yang
berlainan. Oposisi ini pada hakikatnya sama dengan oposisi majemuk. Kata-kata
yang beroposisi hirarkis adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat,
panjang, dan isi), satuan hitungan, nama jenjang kepangkatan dan sebagainya.
Contoh:   
meter beroposisi dengan kilometer
kuintal beroposisi dengan ton

3. Oposisi inversi, oposisi ini terdapat pada pasangan kata seperti beberapa –
semua, mungkin – wajib. Pengujian utama dalam menetapkan oposisi ini adalah
apakah kata itu mengikuti kaidah sinonimi yang mencakup (a) penggantian suatu
istilah dengan yang lain dan (b) mengubah posisi suatu penyangkalan dalam
kaitan dengan istilah berlawanan.

14
Contoh: beberapa negara tidak mempunyai pantai = tidak semua negara
mempunyai pantai

4. Polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu
atau kata yang memiliki makna yang berbeda-beda tetapi masih dalam satu aluran
arti.

5. Kata berhomonimi adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya.


Contoh:   
bisa = dapat
bisa = racun
Sedangkan polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih
dari satu atau kata yang memiliki makna berbeda-beda tetapi masih dalam satu
arti.
Contoh: kepala
1. bagian tubuh dari leher ke atas
2. bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan yang merupakan hal
yang penting
3. pemimpin atau ketua

6. Dua cara untuk menentukan bahwa suatu kata tergolong polisemi atau
homonimi.
Pertama, melihat etimologi atau pertalian historisnya. Kata buku misalnya, adalah
homonimi yakni:
(1) buku yang merupakan kata asli bahasa Indonesia yang berarti ‘tulang sendi’
(2) buku yang berasal dari bahasa Belanda yang berarti ‘kitab, pustaka’.
Kedua, dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar.
1. Hiponimi ialah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam
suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain.
2. Hiponimi adalah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau
dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Kelas atas

15
mencakup sejumlah komponen yang lebih kecil, sedangkan kelas bawah
merupakan komponen yang mencakup dalam kelas atas. Contoh: Januari,
Februari, Maret, April hiponimi dari kata bulan. Kelas atas disebut hipernim,
contohnya, ikan hipernimnya tongkol, gabus, lele, teri.

G. Manfaat Semantik dalam pembelajaran bahasa


Semantik adalah studi tentang makna. Ini adalah subjek yang luas dalam
studi umum bahasa. Pemahaman semantik sangat penting untuk mempelajari
bahasa akuisisi (bagaimana pengguna bahasa memperoleh makna, sebagai
pembicara dan penulis, pendengar dan pembaca) dan perubahan bahasa
(bagaimana mengubahmakna dari waktu ke waktu). Sangat penting untuk
memahami bahasa dalam konteks sosial, karena ini cenderung mempengaruhi arti,
dan untuk memahami jenis bahasa Inggris dan efek gaya.
Oleh karena itu, salah satu konsep yang paling mendasar dalam linguistik.
Kajian semantik meliputi studi tentang bagaimana makna dibangun,
diinterpretasikan, diklarifikasi, tertutup, ilustrasi, disederhanakan dinegosiasikan,
bertentangan dan mengulangi. Makna bahasa, khususnya makna kata, terpengaruh
oleh berbagai konteks. Makna kata dapat dibangun dalam kaitannya dengan benda
atau objek di luar bahasa. Dalam konsepsi ini, kata berperan sebagai label atau
pemberi nama pada benda-benda atau objek-objek yang berada di alam semesta.
Makna kata juga dapat dibentuk oleh konsepsi atau pembentukan konsepsi
yang terjadi dalam pikiran pengguna bahasa. Proses pembentukannya berkaitan
dengan pengetahuan atau persepsi penggunaan bahasa tersebut terhadap
fenomena, benda atau peristiwa yang terjadi diluar bahasa. Dalam konteks ini,
misalnya penggunaan bahasa akan tidak sama dalammenafsirkan makna kata
demokrasi karena persepsi dan konsepsi mereka berbedaterhadap kata itu. Selain
kedua konsepsi itu, makna kata juga dapat dibentuk olehkaitan antara stimulus,
kata dengan respons yang terjadi dalam suatu peristiwaujaran.Beranjak dari ketiga
konsepsi ini maka kajian semantik pada dasarnya sangat bergantung pada dua
kecenderungan. Pertama, makna bahasa dipengaruhi oleh konteks di luar bahasa,
benda, objek dan peristiwa yang ada di alam semesta. Kedua, kajian makna

16
bahasa ditentukan oleh konteks bahasa, yakni oleh aturan kebahasaansuatu
bahasa. Uraian di atas menunjukkan bahwa beberapa konsep dasar dalam
semantik  penting untuk dipahami. Contoh, pengertian  sense berbeda dari
pengertian reference.
Pertama, merujuk kepada hubungan antar kata dalam suatu sistem bahasa
dilihat dari kaitan maknanya. Sedangkan yang kedua merujuk kepada hubungan
antara kata dengan benda, objek atau peristiwa di luar bahasa dalam pembentukan
makna kata. Begitu pula dengan pengertian tentang kalimat, ujaran dan proposisi
perlu dipahami dalam kajian antik. Dalam keseharian, kerap tidak kita bedakan
atau kalimat dengan ujaran. Kalimat sebagaimana kita pahami satuan tata bahasa
yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat. Sedangkan ujaran dapat
terdiri dari satu kata, frase atau kalimat yang diujarkan oleh seorang penutur yang
ditandai oleh adanya unsur fonologis, yakni kesenyapan. dalam semantik kedua
konsep ini memperlihatkan sosok kajian makna yang berbeda. Makna ujaran,
misalnya lebih banyak dibahas dalam semantik tindak tutur. Peran konteks
pembicaraan dalam mengungkapkan makna ujaran sangat penting. Sementara
kajian makna kalimat lazimnya lebih memusatkan pada konteks tata bahasa dan
unsur lain yang dapatdicakup dalam tata bahasa dalam bahasa Inggris, misalnya
unsur waktu dapatdigramatikakan yang terwujud dalam perbedaan bentuk kata
kerja. Beberapa daerah yang penting dari teori semantik atau ajaran yang
dipelajari sematik diantaranya yaitu:
* Simbol dan rujukan
* Konsepsi makna
* Kata-kata dan lexemes
* Denotasi, konotasi, implikasi
* Pragmatik
* Ambiguitas
* Metaphor, simile dan symbol
* Semantik bidang
* Sinonim, antonim dan hyponym
* Collocation, ekspresi tetap dan idiom

17
* Semantic perubahan dan etimologi* Polisemi
* Homonimi, homofon dan homographs
* Leksikologi dan leksikografi
* Thesauruses, perpustakaan dan Web portal
* Epistemologi
Jadi dengan memahami dan menguasai semantik, akan mempermudah dan
memperlancar dalam pembelajaran bahasa berikutnya misalkan dalam
mempelajari pragmatik, karena pada dasarnya kedua bidang bahasa ini saling
berhubungan dan menunjang satu sama lain. Bagi pelajar sastra, pengetahuan
semantik akan banyak memberi bekal teoritis untuk menganalisis bahasa yang
sedang dipelajari. Sedangkan bagi pengajar sastra, pengetahuan semantik akan
memberi manfaat teoritis, maupun praktis. Secara teoritis, teori-teori semantik
akan membantu dalam memahami dengan lebih baik bahasa yang akan
diajarkannya. Dan manfaat praktisnya adalah kemudahan untuk mengajarkannya.
 

18
BAB III
PENUTUP
 
A. Kesimpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti
atau makna pada setiap perkataan yang diucapkan. Semantik merupakan salah
satu cabang ilmu yang dipelajari dalam studi linguistik. Dalam semantik kita
mengenal yang disebut klasifikasi makna, relasi makna, perubahan makna,
analisis makna, dan makna pemakaian bahasa. Semantik adalah sub disiplin
linguistik yang membicarakan makna yaitu makna kata dan makna kalimat.
B. Saran
Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu tentang semantik sangatlah kita
perlukan dalam kehidupan sehari- hari. Maka dari itu saya sarankan kepada para
pembaca agar terus mempelajari semantik. Karena semantik mempunyai banyak
manfaat, khususnya dalam kegiatan pembelajaran.

19
DAFTAR PUSTAKA
 
http://blogshinyocom.blogspot.com/2009/06/makalah-semantik-2-makna.html
http://lusiisya.blogspot.com/2011/02/tugas-akhir-mk-linguistik-umum-
semantik.html
http://anaksastra.blogspot.com/2008/11/sejarah-semantik.html
http://marianaramadhani.wordpress.com/coretan-kuliah/semantik-dan-pragmatik/
http://sastrawancyber.blogspot.com/2010/04/pengertian-semantik-menurut-
beberapa.html
http://blogshinyocom.blogspot.com/2009/06/makalah-semantik-2-makna.html 3/
janis-makna.jpg
https://jombangpustaka.wordpress.com/2013/10/15/makalah-semantik/

20

Anda mungkin juga menyukai