Anda di halaman 1dari 18

MINI RISET

“ANALISIS PENGUASAAN MAKNA KATA OLEH SISWA SMP PADA


SUATU ARTIKEL”

Dosen Pengampu :
Dra. Inayah Hanum,M.Pd.

Disusun Oleh : KELOMPOK 6


HADIDA APRILIA MUNTHE ( 2203311048 )
NANDA DWI RIFANI ( 2202111003 )
MELI MIRANDA TAMBUNAN ( 2202111001 )

REGULER C 2020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mini Riset ini tepat pada waktunya. Adapun
pembuatan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas Mini Riset mengenai
“Menganalisis Kesesuaian Pelaksanaan Pendidikan di Indonesia dengan Filsafat Pancasila"
sebagai tugas dari mata kuliah Linguistik Umum. Kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Linguistik Umum yaitu Ibu Dra. Inayah Hanum,M.Pd. yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.
Kami menyadari bahwa pembuatan tugas kami ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
pengerjaan tugas ini. Semoga Mini Riset yang telah kami buat ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan penulis sendiri tentunya.

Medan, Desember 2020

KELOMPOK 6

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.....................................................................................2
C. Rumusan Masalah........................................................................................2
D. Tujuan Penelitian.........................................................................................2
E. Manfaat Penelitian.......................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI...................................................................................................3
A. Pengertian Makna.........................................................................................3
B. Pengertian Relasi Makna...............................................................................3
C. Jenis-Jenis Relasi Makna..............................................................................4
1. Sinonim...................................................................................................4
2. Antonim..................................................................................................5
3. Hamonim.................................................................................................5
4. Hiponim dan Hipernim...........................................................................6
5. Ambiguitas..............................................................................................7
6. Polisemi...................................................................................................7
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................9
A. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................9
B. Metode Penelitian.........................................................................................9
C. Subjek Penelitian...........................................................................................9
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................................9
E. Hasil Penelitian.............................................................................................10
BAB IV PENUTUP............................................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semantik memiliki peran penting bagi linguistik khususnya berkaitan dengan makna.
Ilmu semantik terdapat beberapa hal yang perlu dikaji terutama terletak pada makna suatu
kata. Beranggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan
bagian dari linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang
ditandainya. Kata semantik diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu
salah satu dari tiga tataran analisis bahasa fonologi, gramatika, dan semantik(Chaer, 1994: 2).
Berbagai teori tentang semantik yang berhubungan dengan makna, maka dapat diungkapkan
bahwa setiap kata itu mempunyai makna atau arti yang berbeda-beda. Tinjauan semantik
dalam pengkajian makna meliputi hiponim, hipernim, sinonim, antonim, polisemi dan
homonim.
Dalam suatu bahasa, makna kata saling berhubungan, hubungan ini disebut relaksi
makna. Relasi makna dapat berwujud bermacam-macam. Dalam setiap bahasa termasuk
bahasa Indonesia, seringkali kita temukan adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik
antara sebuah kata atau satuan bahasa lainya dengan kata satuan bahasa lainnya. Hubungan
atau relasi kemaknaan ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna (sinonimi), kebalikan
makna (antonimi) kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna
(hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redundansi), dan sebagainya.
Perkembangan dalam bidang ilmu dan kemajuan dalam bidang teknologi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata. Di sini sebuah kata yang tadinya
mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan walaupun
konsep makna yang dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru. Makna
sebagai unsur bahasa merupakan salah satu unsur yang memiliki potensi untuk
berubah karena makna berkaitan dengan konsep-konsep dan pikiran manusia yang tidak
pernah berhenti. Perubahan makna terjadi dipengaruhi oleh beberapa sebab serta terdapat
berbagai jenis perubahan makna diantaranya yaitu,meluas menyempit,perubahan
total,membaik, memburuk.  

1
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, identifikasi masalah


dalam penelitian ini berupa :
1. Memahami bentuk relasi makna
2. Mengemukakan pengklasifikasian jenis-jenis penggunaan relasi makna
3. Mengemukakan perubahan relasi makna.

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang memengaruhi relasi makna?
2. Bagaimana proses terjadinya perubahan makna?
3. Apa-apa saja yang terdapat dalam relasi makna?

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan memahami relasi makna
2. Mengetahui penyebab dan proses terjadinya perubahan makna
3. Memahami pembagian relasi makna

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, pembaca, dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan, terutama bagi pihak-pihak yang menggeluti kajian bahasa. Dalam
perkembangannya, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai pijakan lanjutan untuk
mendokumentasikan jenis-jenis Relasi Makna dalam Bahasa Indonesia serta melengkapi
pendataan kata-kata Relasi Makna dalam kamus bahasa Indonesia.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Makna
Menurut Abdul Chaer (2001:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian
atau konsep yang dimiliki atau terdapat dalam suatu tanda linguistik. Menurut Gorys Keraf
(2001:6) makna adalah hubungan antara lambang atau tanda dengan hal atau objek yang
menjadi acuan atau referen atas dasar suatu konvensi masyarakat pemakainya, juga
mempengaruhi penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia maupun
kelompok. Menurut Karsinem (2008: 289) makna adalah hubungan antara lambang bunyi
dengan acuannya. Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh pemeran
dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa makna adalah suatu bentuk
kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi dimana
penutur mengujarnya. Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang
disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Batasan tentang
pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan
dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.

B. Pengertian Relasi Makna

Menurut Gory Keraf (2008: 159) relasi adalah hubungan, perhubungan, pertalian kata atau
frase dengan dasarnya dari sudut urutan gramatikal dan makna. Menurut Abdul Chaer
(1989:82) relasi makna merupakan hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah
kata atau satuan bahasa lainnya. Menurut Karsinem (2008: 297) relasi makna merupakan
hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa
lainnya. Dapat disimpulkan relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara
satuan bahasa dengan satuan bahasa lainnya.

3
C. Jenis-Jenis Relasi Makna.

Menurut Abdul Chaer(1994:287) jenis-jenis relasi makna adalah adanya


hubungankemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya lagi.
Menurut Lilat Palmer(1997:59) jenis-jenis relasi makna adalah adanya tata hubungan makna
yang disebut struktur leksikal. Adanya hubungan antara makna yang satu dengan makna yang
lain demikianyang disebut dengan tata hubungan. Hubungan makna berbentuksinonim,
polisemi, homonim, hiponim, antonim. Jadi jenis-jenis relasi makna merupakan makna yang
saling berhubungan atau hubungan kemaknaan antara bahasa yang satu dengan bahasa yang
lain. Hubungan atau relasi makna ini menyangkut jenis-jenis relasi makna adalah: sinonim,
antonim, homonim, hiponim, ambiguitas, meskipun pada penelitian yang diteliti hanya
sinonim, homonim dan antonim tetapi bagian berikut juga dijelaskan semua jenis relasi
makna yang dimaksud.

1) Sinonim
Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onama yang berarti
nama‟, dan syn yang berarti „dengan‟. Maka secara harfiah kata sinonimi berarti „nama lain
untuk benda atau hal yang sama‟. Menurut Verhaar (1993:) sinonimi sebagai ungkapan (bisa
berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan
lain. Menurur Gorys Keraf (2005:36) arti sinonim berasal dari bahasa Inggris (synonym)
adalah ungkapan dapat berupa sebuah kata, tetapi tidak berupa frase atau bahkan kalimat
yang kurang lebih sama maknanya dengan suatu ungkapan yang lain atau persamaaan kata.
Sinonim juga merupakan hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna
antara satu satuan ujaran lainnya. Misalnya kata betul bersinonim dengan kata benar. Jadi
sinonim adalah ungkapan atau dua buah kata atau lebih yang maknanya kurang lebih sama.
Sinonim ialah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain; kesamaan
itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat, walaupun umumnya yang dianggap
sinonim hanyalah kata-kata saja (Kridalaksana, 2001: 198). Parera (2004: 61) menyatakan
bahwa sinonim ialah dua ujaran, apakah ujaran dalam bentuk morfem terikat, kata, frase, atau
kalimat yang menunjukan kesamaan makna. Sinonim tidak hanya terjadi pada kata, tetapi
bisa dalam satuan bahasa lainnya seperti: morfem bebas dengan morfem terikat, kata dengan

4
kata, kata dengan frase, frase dengan frase dan kalimat dengan kalimat. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan mengenai sinonim :

a. Tidak semua kata dalam bahasa Indonesia mempunyai sinonim.


b. Ada kata-kata yang bersinonim pada bentuk dasar tetapi tidak pada bentuk jadian.
c. Ada kata-kata yang tidak mempunyai sinonim pada bentuk dasar, tetapi memiliki
sinonim pada bentuk jadian.
d. Ada kata-kata yang dalam arti “sebenarnya” tidak mempunyai sinonim, tetapi dalam
arti “kiasan” justru mempunyai sinonim.
Contoh:Abang bersinonim dengan Kakak, binatang sinonim fauna,bohong sinonim dusta,

2) Antonim
Kata antonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti “nama‟, dan anti
yang berarti “melawan‟. Maka secara harfiah kata antonimi berarti „nama lain untuk benda
lain pula‟. Secara semantik menurut Verhaar dalam (Chaer, 2002: 88) mendefinisikan
antonimi sebagai ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau
kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Sementara itu,
Kridalaksana (2001: 15) mengungkapkan bahwa antonimi adalah leksem yang berpasangan
secara antonim. Seperti halnya sinonim, antonim pun tidak bersifat mutlak. Ungkapan
(biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya
dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Jadi, hanya dianggap kebalikan bukan mutlak
berlawanan. Menurut Gorys Keraf (2005:40), antonim adalah ungkapan (biasanya kata,
tetapi dapat juga frase atau kalimat) yang dianggap bermakna kebalikan dari ungkapan lain,
kata-kata yang memiliki pertentangan makna secara penuh atau ecara sebagaian dalam
berbagai urutan kata. Menurut Abdul Chaer (2006:390) antonim adalah dua buah kata yang
maknanya “dianggap” berlawanan. Dikatakan” dianggap” karena sifat berlawanan dari dua
kata yang berantonim ini sangat relatif. Ada kata-kata yang mutlak berlawanan seperti kata
mati dengan hidup, kata siang dan malam.

3) Homonim
Istilah homonim (Inggris: homonymy) berasal dari bahasa Yunani Kuno, onama = nama dan
homos = sama). Secara harafiah homonim adalah nama sama untuk benda yang berlainan
(Pateda, 2001: 211). Homonim adalah kata-kata yang bentuk atau bunyinya sama atau mirip
dengan benda lain tetapi maknanya berbeda (Sudaryat, 2008: 42). Parera (2004: 81)

5
mengemukakan bahwa homonim adalah dua ujaran dalam bentuk kata yang sama lafalnya
dan atau sama jaannya/ tulisan-nya. Sedangkan, Putrayasa (2010: 118) mengemukakan
bahwa homonim adalah dua buah kata atau lebih yang sama bentuknya, tetapi maknanya
berlainan. Dengan demikian, bentuk homonim dapat dibedakan berdasarkan lafalnya dan
berda-sarkan tulisannya. Verhaar (dalam Pateda, 2001: 211) mengemukakan bahwa
homonim adalah ungkapan (kata atau frasa atau kalimat) yang bentuknya sama dengan suatu
ungkapan lain, tetapi dengan perbedaan makna di antara kedua ungkapan tersebut. Dengan
kata lain, bentuknya sama (bahkan dalam BI tulisannya sama, lafalnya sama) tetapi berbeda
maknanya. Menurut Gorys Keraf (2005:36) homonim adalah dua kata atau lebih tetapi
memiliki bentuk yang sama, sebagai ungkapan berupa kata, frase atau kalimat yang
bentuknya sama dengan ungkapan lain tetapi maknanya tidak sama. Hubungan antara dua
kata atau lebih yang bentuknya sama tetapi maknanya berbeda itu merupakan homonim
Menurut Abdul Chaer (1995: 93) homonim adalah ungkapan yang bentuknya sama dengan
ungkapan lain, tetapi maknanya tidak sama atau hubungan di antara dua kata atau lebih yang
bentuknya sama tetapi maknanya berbeda. Jadi homonim merupakan relasi makna antar kata
yang ditulis sama atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda atau ungkapan yang
bentuknya sama dengan ungkapan lain, tetapi maknanya tidak sama atau hubungan diantara 2
kataatau lebih yang bentuknya sama tetapi makna berbeda.Contoh :kata pacar yang bermakna
inai kata pacar dan yang bermakna kekasih. Jadi kalau pacar yang bermakna inai
berhomonim dengan kata pacar yang bermakna kekasih.

4) Hiponim dan Hipernim


Menurut Abdul Chaer (1995:93) hiponim adalah sebuah bentuk ujaran yang mencakup
dalam makna bentuk ujaran lain.Relasi makna bersifat searah. Gorys Keraf (2005:38)
menjelaskan bahwa hiponim adalah semacam relasi antar kata yang berwujud atas- bawah,
atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Menurut Suherlan dan
Odien (2004:272) hiponim adalah hubungan makna yang mengandung pengertian hierarki
pengaturan secara berurutan unsur-unsur bahasa mulai dari yang terkecil terendah sampai
yang terbesar tertinggi. Dapat disimpulkan bahwa hiponim adalah ungkapan (biasanya berupa
kata, tetapi kiranya dapat juga frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan
bagian dari makna suatu ungkapan lain. Soedjito mengungkapakan bahwa hiponim adalah
adalah kata-kata yang tingkatnya ada di bawah kata yang menjadi superordinatnya atau
hipernim (kelas atas). Sedangkan hipernim adalah kata-kata yang maknanya melingkupi
makna kata-kata yang lain.

6
Contoh:

a. Kata warna merupakan superordinat/hipernim, sedangkan merah, jingga, hijau, biru, dan
sebagainya merupakan hiponim.
b. Kata buah-buahan merupakan superordinat/hipernim, sedangkan mangga, jeruk, apel,
pisang, dan sebagainya merupakan hiponim.

5) Ambiguitas
Menurut Abdul Chaer (2001:37) ambiguitas merupakan bagian dari makna bahasa yang
terdapat dalam sebuah tuturan atau tulisan. Menurut Gorys Keraf (2005:36) ambiguitas
adalah gejala yang terjadi akibat kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang
berbeda,tergantung jeda dalam kalimat. Menurut Tarigan (2001:78) ambiguitas atau
ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti,sebuah bentuk
dengan makna yang berbeda sebagai akibat dari berbedanya penafsiran struktur gramatikal
bentuk tersebut.

Contoh :

 Buku sejarah baru

Makna pertama: buku sejarah itu baru


Makna kedua:buku itu memuat sejarah zaman baru

6) Polisemi

Istilah polisemi (Inggris:polysemy) berasal dari bahasa Yunani poly banyak‟ dan sema
tanda/lambang‟. Tanda atau lambang bahasa yang bermakna banyak. Polisemi adalah kata-
kata yang mengandung makna lebih dari satu, tetapi makna itu masih berhubungan dengan
makna dasarnya disebut juga kata beraneka (Sudaryat, 2009: 43). Menurut pendapat Keraf
(1980: 36) polisemi adalah satu bentuk mempunyai beberapa makna. Menurut Abdul Chaer
(2001:101) polisemi adalah kata atau frase yang mempunyai makna lebih dari satu, polisemi

7
juga merupakan elemen bahasa yang penting. Menurut Gorys Keraf (2001:123) Polisemi
sering juga diartikan sebagai satuan bahasa ( terutama kata, bisa juga frase) yang memiliki
banyak makna, Sumarsono (2003:234) polisemi merupakan suatu kata yang memiliki banyak
makna tetapi masih saling berkaitan antara kata yang satu dengan yang lainnya. Polisemi
adalah satu kata mempunyai makna lebih dari satu yang masih memiliki hubungan dan
kaitan dengan makna dasarnya. Pada umumnya sebuah kata mengandung sebuah arti, tetapi
pada polisemi kita berhadapan dengan sebuah kata yang mengandung arti lebih dari satu atau
makna ganda walaupun masih memiliki hubungan dengan makna dasarnya. Misalnya, kata
terang yang mengandung makna cerah, siang hari, bersih, nyata, sah, bercahaya dsb, frase
orang tua yang mengandung makna ayah-ibu, orang yang sudah tua, orang yang dihormati
atau dituakan. Dapat disimpulkan polisemi adalah suatu ujaran dalam bentuk kata yang
mempunyai makna berbeda-beda tetapi masih ada hubungan atau kaitan antara makna-makna
yang berlainan, atau bentuk kata yang memiliki makna ganda yang saling berhungan dan
berkaitan meski sedikit, baik berupa makna sebenarnya (denotasi) maupun kiasan (konotasi).

Contoh:

(a)Kepalanya luka kena pecahan kaca.


(b)Kepala kantor itu bukan paman saya.
(c)Kepala surat biasanya berisi nama dan alamat kantor.
(d)Kepala jarum itu terbuat dari plastik.
(e)Yang duduk di kepala meja itu tentu orang penting.
Pada contoh di atas kata kepala yang setidaknya mempunyai makna (1) bagian tubuh
manusia, seperti pada contoh kalimat (a); (2) ketua atau pemimpin, seperti pada contoh
kalimat (b); (3) sesuatu yang berada di sebelah atas, seperti pada contoh kalimat (c); (4)
sesuatu yang berbentuk bulat, seperti pada contoh kalimat (d); (5) sesuatu atau bagian yang
sangat penting, seperti pada kalimat (e).

8
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Alwashliyah 30 Martubung. Subjek penelitian
ini adalah siswa kelas 1 SMP tahun ajaran 2020/2021, yaitu sebanyak satu kelas. Adapun
yang menjadi alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena sekolah tersebut sudah
terakreditasi A yang mana jika sekolah yang sudah mendapat akreditasi A pasti sekolah
tersebut sudah dinilai bagus.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 28 November 2020
Jam : 13.00 - 14.00 WIB

B. Metode Penelitian
Penelitian ini proses pengumpulan datanya penulis menggunakan metode simak dengan
menggunakan teknik catat sebagai teknik lanjutannya. Metode simak dilakukan untuk
menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak disini tidak hanya berkaitan dengan
penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun,
2005:92). Metode ini memiliki teknik dasar yang berupa teknik sadap. Maksud teknik sadap
disini adalah menyadap penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun tulisan.
Dalam praktiknya, teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan, yaitu teknik simak
libat cakap, teknik simak bebas cakap, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat.
Metode simak dalam penelitian ini menggunakan teknik lanjutan berupa
teknik catat. Teknik catat digunakan setelah menyimak data-data tersebut adalah mencatat
data-data tersebut yang selanjutnya data-data tersebut diklasifikasikan berdasarkan pola
kalimat dan makna yang diungkapkannya. Penelitian adalah suatu proses rangkaian yang

9
dilakukan secara terencana dan sistematis untuk mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan tertentu yang diajukan sebagai masalah penelitian. Maka metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif via daring dengan cara memuluskan observasi
melalui zoom dan membuat angket melalui via WhatsApp Group yang berisi pertanyaan-
pertanyaan tentang ‘Menganalisi Jenis Relasi Makna Menggunakan Polisemi’
C. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII-3 SMP Swasta Alwashliyah
30 Martubung
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mengumpul
data pada peneliti dan merangkai hasil penelitian tersebut. Teknik catat digunakan setelah
menyimak data-data tersebut adalah mencatat data-data tersebut yang selanjutnya data-data
tersebut diklasifikasikan berdasarkan pola kalimat dan makna yang diungkapkannya. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menyimpulkan setiap jawaban dari angket
pernyataan Jenis Relasi Makna Menggunakan Polisemi yang diberikan peneliti kepada siswa-
siswi kelas VII-3 kemudian merangkainya kedalam bentuk makalah pdf.
E. Teks Penelitian dan Hasil Penelitian
 Teks Penelitian
Mengenal Ayu Kartika Dewi, Lulusan Unair Jadi Staf
Khusus Jokowi
Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan tujuh nama staf
khususnya yang baru pada Kamis, 21 November 2019.  Penunjukan staf khusus dari kalangan
anak muda ini untuk mengembangkan inovasi di segala bidang.

"Saya ingin mengenalkan staf khusus presiden yang baru, yang tugas khususnya nanti adalah
mengembangkan inovasi-inovasi di segala bidang. Di sini segera kita lihat anak-anak muda
semuanya,” tutur Jokowi di beranda Istana Merdeka, Kamis, 21 November 2019.

Di antara tujuh staf khusus baru tersebut, ada sosok Ayu Kartika Dewi, Perumus Gerakan
Sabang Merauke.

"Keempat, Ayu Kartika Dewi, 36 tahun, tapi kelihatan masih 25 tahun. Adalah salah satu
anak memiliki misi mulia merekatkan persatuan di tengah kebhinekaan, menjadi pendiri dan
mentor lembaga SabangMerauke 1000 Anak Bangsa Merantau untuk Kembali,” ujar Jokowi,
dilansir Antara.

10
Tak lama setelah pengumuman tujuh staf khusus baru Jokowi itu, Ayu pun membagikan
unggahan foto pengumuman di instagramnya @ayukartikadewi pada Kamis, 21 November
2019.

Ada sekitar enam unggahan foto terkait pengumuman staf khusus baru tersebut. Ia pun
mendapatkan ucapan selamat atas tugas baru yang diembannya. Ucapan itu antara lain:

@erza_sula menulis Selamat kak ayu!Semoga amanah tugasnya, keep inspiring,


@firdawahyu31 menulis Congrats kak ayu semoga bisa mengemban amanah dengan baik,
dan @hera_yulita menulis Alhamdullilah..Selamat mengemban amanah baru kak Ayu. Salam
dari kami semua, dari sudut-sudut negeri. Bangga!!!.

Lalu siapakah sosok Ayu Kartika Dewi?

Ayu Kartika Dewi adalah salah satu perumus SabangMerauke. SabangMerauke sebuah
program pertukaran pelajar antar daerah di Indonesia untuk menanamkan nilai toleransi,
pendidikan dan Keindonesiaan. Mengutip berbagai sumber, masa kecil Ayu yang sering
berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti ayahnya harus berdinas di daerah lain membuat
dirinya tak asing lagi dengan keragaman.

Perempuan kelahiran Banjarmasin ini mendirikan program SabangMerauke dilatarbelakangi


pengalaman saat menjadi guru SD di Maluku Utara.  Kerusuhan Ambon-Poso 1999 tengah
berlangsung. Lalu ia bersama teman-temannya berinisiatif mendirikan Program
SabangMerauke.

"Saya mendukung SabangMerauke karena saya percaya bahwa toleransi itu tidak bisa hanya
dibaca di buku PPKN. Toleransi itu harus dialami, harus dirasakan," tulis dia dikutip dari
laman SabangMerauke.id.

Ayu Kartika Dewi lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga dan Pascasarjana Duke
University of Amerika Serikat. Ia mendapatkan beasiswa dari Fulbright Scholarship.
Sebelumnya, ia sempat mengajar sebagai Pengajar Muda angkatan I Indonesia Mengajar.
Ayu juga pernah bekerja sebagai manager di Procter and Gamble Singapore, dan eks staf di
Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).

Semasa kuliah, ia pernah terpilih sebagai mahasiswa berprestasi peringkat pertama FE


Universitas Airlangga dua tahun berturut-turut dan peringkat 4-se Unair pada 2003. Skripsi
Ayu juga terpilih mendapatkan Student Grant dari Asian Development Bank dan menjadi
presenter terbaik Student Grant seluruh Indonesia.

 Hasil Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyimak berita di website liputan 6 yang berjudul
“Mengenal Ayu Kartika Dewi Lulusan Unair menjadi Staf khusus Jokowi” yang

11
dilaksanakan pada Minggu 24 November 2019. Relasi makna yang terdapat dalam berita
tersebut ada tiga. yaitu, sinonim, hiponim, dan hipernim.

Tabel 1. Tabulasi arah relasi makna dalam berita tersebut adalah sebagai berikut.

No. Kata Frekuensi


1. Sinonim 4
2. Antonim -
3 Homonim -
4. Hiponim 3
5. Hipernim 3
6. Polisemi -
Jumla 10
h

Berdasarkan tabel di atas, maka relasi makna yang terdapat dalam berita tersebut terdiri dari
sinonim yang berjumlah empat, hiponim berjumlah tiga dan hipernim juga berjumlah tiga.
Adapun antonim, homonim, dan polisemi tidak ditemukan atau tidak terdapat dalam berita
tersebut. Berikut tabel rincian dari masing-masing relasi makna yang terdapat pada berita
tersebut.

A. Sinonim
Sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain;
kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat, walaupun umumnya yang
dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja.

Tabel 2.Relasi makna berupa sinonim


No Kata Definisi dari KBBI V Keterangan
1. Sebagai Kata depan untuk menyatakan hal yang
serupa/ sama/
semacam. Sinonim
Menjadi Langsung berlaku (dilakukan, dikerjakan).
2. Tutur Ucapan, kata, perkataan. Sinonim
Ucapan Kata yang diucapkan/ujaran.
3. Dialami (alami) bersangkutan dengan alam/ wajar
Dirasakan (rasa) apa yang dialami oleh Sinonim
4. Mendirikan Mengembangkan Sinonim

B. Hiponim dan Hipernim


Hiponim adalah ungkapan (biasanya) berupa kata, tetapi kiranya dapat juga frase atau
kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian makna sesuatu ungkapan lain.
Sedangkan Hipernim adalah kata umum dan disebut juga sebagai superordinate Hipernim

12
mencakup makna yang terkandung dalam hiponim. Berikut menunjukkan hiponim dan
hipernim yang terdapat dalam berita tersebut.

1. Hipernim : Peringkat
Hiponim : satu, dua, tiga

2. Hipernim : Indonesia
Hiponim : Sabang, Ambon, Poso, Marauke

Penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Alwashliyah 30 Martubung. Dalam hal ini
peneliti melakukan observasi di salah satu kelas. Yaitu, dikelas VII-3 dengan cara memberi
angket yang berisi pernyataan mengenai jenis relasi makna menggunakan polisemi tersebut,
Yang mana angket tersebut bertujuan untuk mengetahui bahwa apakah siswa-siswi tersebut
sudah mengetahui, menerapkan seperti apa Jenis relasi makna yaitu polisemi. Melihat angket
yang telah diisi dari 33 orang siswa/siswi di kelas tersebut dapat diketahui bahwa sudah
sekitar 75% siswa/siswi dikelas tersebut sudah mengetahui dan sudah menerapkan mengenai
relasi makna pada Bahasa Indonesia. Sehingga, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa di SMP Swasta Alwashliyah 30 Martubung sudah menyesuaikan relasi makna di
dalam penggunaan Bahasa Indonesia dengan baik, yang dimana hal ini sangat bagus dan
memberikan dampak positif bagi siswa dan siswinya.

13
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Djajasudarma (1993: 5) berpendapat bahwa makna adalah pertautan yang ada diantara
unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata), artinya setiap pertautan unsur-unsur
bahasa menimbulkan makna tertentu. Makna sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar
sesuai dengan kesepakatan pemakainya sehingga dapat saling mengerti. Sejalan dengan
pendapat di atas, Soedjito (1990: 63) mengemukakan bahwa makna ialah hubungan antara
bentuk bahasa dan barang (hal) yang diacunya. Semantik leksikal adalah kajian semantik
yang lebih memusatkan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata. Semantik
leksikal memperhatikan makna yang terdapat di dalam kata sebagai satuan mandiri (Pateda,
1996: 74). Sejalan dengan Pateda, Keraf (2002: 34) mengungkapkan bahwa yang dimaksud
dengan struktur leksikal adalah bermacam-macam relasi semantik yang terdapat pada kata.
Hubungan antara kata itu dapat berwujud sinonim, Ambigius, polisemi, homonim,
hiponim,dan antonim. Relasi makna adalah hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara
sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi.
Hubungan atau relasi kemaknaan ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna (sinonim),
kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan
makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redundansi), dan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa relasi makna yang
terdapat dalam berita tersebut terdapat 3 relasi makna diantaranya yaitu: Sinonim, Hiponim,
dan Hipernim. Pada pembagian Sinonim terdapat 3 kata, Hiponim terdapat 3 kata dan
Hipernim terdapat 3 kata/makna. Sedangkan relasi makna antonym, homonim, dan polisemi
tidak terdapat makna atau kata yang terdapat pada berita tersebut.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat kami berikan adalah Semoga adik
SMP Swasta Alwashliyah 30 Martubung Kelas VII-3 dapat lebih fokus lagi dalam

14
mempelajari Jenis Relaksi Makna dan Semoga adik SMP Swasta Alwashliyah 30 Martubung
Kelas VII-3 bisa lebih memahi penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional: Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 2015. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fatimah. 2012. Semantik 1 Makna Leksikal dan Gramatikal. Bandung: PT


Refika Aditama.

Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Ikar Mandiri abadi.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Nurma, Ica. Relasi Makna dalam Bahasa Melayu Dialek Melawi. Jurnal FKIP Untan
Pontianak.
Pateda, Mansore. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana. Bandung: CV. Yrama Widya.

Tambunan, Tiurmina. Relasi Makna kata dalam bahasa Melayu Dialek Sekadau.
Verhaar, J,M,W. 2012. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

15

Anda mungkin juga menyukai