MK.SOSIOLINGUISTIK
SOSIOLINGUISTIK
Puji syukur saya ucapkan atas berkat yang Tuhan berikan kepada saya. Yang telah
memberikan rahmat dan karuniannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas CBR ini..
Adapun yang menjadi judul tugas saya adalah “Sosiolinguistik”. Tujuan saya menyelesaikan
tugas ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah “Sosiolinguistik” .
Saya sadari bahwa tugas yang saya selesaikan ini masih banyak kekurangan, baik dari segi
penulisan maupun dari segi materi yang dituangkan pada tugas ini, karena keterbatasan ilmu
yang saya miliki, saya memohon maaf atas segala kekurangan dari tugas yang saya perbuat ini.
Saya harap dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu
pengetahuan bagi saya sebagai penyusun mapun bagi pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR........................................................................................................3
B. Tujuan Penulisan CBR....................................................................................................................3
C. Manfaat Penulisan CBR..................................................................................................................3
D. Identitas Buku..................................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................................4
RINGKASAN ISI BUKU...........................................................................................................................4
A. ALIH KODE DAN CAMPUR KODE............................................................................................4
BAB III.......................................................................................................................................................7
PEMAHASAN............................................................................................................................................7
A. PEMBAHASAN ISI BUKU............................................................................................................7
BAB IV.......................................................................................................................................................8
PENUTUP...................................................................................................................................................8
A. KESIMPULAN...............................................................................................................................8
B. SARAN...........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................9
2
BAB I
PENDAHULUAN
D. Identitas Buku
1. Judul : Sosiolinguistik Perkenalan Awal
2. Editor :-
3
5. Kota Terbit : Jakarta
7. ISBN : 979-518-647-7
BAB II
Nanang dan Ujang, keduanya berasal dari Priangan, 15 menit sebelum kuliah dimulai sudah
hadir di ruang kuliah. Keduanya terlibat dalam percakapan yang topiknya tak menentu dengan
menggunakan bahasa Sunda, bahasa ibu keduanya. Sekali-sekali bercampur dengan bahasa
Indonesia tahun tapi pembicaraan menyangkut masalah pelajaran. Ketika mereka sedang asyik
bercakap-cakap masuklah Togar, teman kuliahnya yang berasal dari Tapanuli, yang tentu saja
tidak dapat berbahasa Sunda. Togar menyapa mereka dalam bahasa Indonesia. Lalu segera
mereka terlibat percakapan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Tidak lama kemudian
masuk pula teman-teman lainnya, sehingga suasana menjadi riuh, dengan percakapan yang tidak
tentu arah dan topiknya dengan menggunakan bahasa Indonesia ragam santai. Ketika ibu dosen
masuk ruang, mereka diam, tenang dan siap mengikuti perkuliahan. Selanjutnya kuliah pun
berlangsung dengan tertib dalam bahasa Indonesia ragam resmi. Ibu dosen menjelaskan materi
kuliah dalam bahasa Indonesia ragam resmi, mahasiswa bertanya dalam ragam resmi dan seluruh
percakapan berlangsung dalam ragam resmi hingga kuliah berakhir. begitu kuliah selesai dan ibu
dosa yang meninggalkan ruang kuliah maka para mahasiswa itu menjadi ramai kembali dengan
berbagai ragam santai, ada pula yang bercakap-cakap dalam bahasa daerah. Peristiwa pergantian
bahasa yang digunakan dalam ilustrasi di atas dari bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia, ada
berubahnya dari ragam santai menjadi ragam resmi atau juga ragam resmi keragaman santai,
inilah yang disebut peristiwa alih kode.
4
Appel (1976:79) mendefinisikan Ali kode itu sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa
karena berubahnya situasi. Hymes (1875:103) menyatakan alih kode itu bukan hanya terjadi
antar bahasa tetapi dapat juga terjadi antara ragam ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam
satu bahasa.
Menurut Fisham (1976:15) mengenai penyebab terjadinya alih kode yaitu siapa berbicara,
dengan Bahasa apa, kepada siapa, kapan dan, dengan tujuan apa. dalam berbagai kepustakaan
linguistik secara umum penyebab kode itu disebutkan antara lain adalah :
lawan bicara atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode misalnya karena si
penutur ingin mengimbangi kemampuan bahasa silawan tutur itu.
2. Campur Kode
Kesamaan yang ada antara alih kode dan campur kode adalah digunakannya dua bahasa atau
lebih atau dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur. Dalam alih kode di setiap
bahasa atau ragam bahasa yang digunakan itu masih memiliki fungsi otonomi masing-masing,
dilakukan dengan sadar, dan sengaja dengan sebab-sebab tertentu. Sedangkan di dalam campur
kode pada sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan
keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah
berupa serpihan serpihan saja tetapi fungsi atau otonomi and sebagai sebuah kode.
Thelander (1976:103) mencoba menjelaskan perbedaan alih kode dan campur kode. Katanya
bila di dalam suatu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke bahasa lain
maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode. Tetapi apabila di dalam suatu peristiwa tutur,
5
klausa klausa maupun frasa frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan
masing-masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi-fungsi sendiri, maka peristiwa
yang terjadi adalah campur kode.
Fasold (1984) menawarkan kriteria gramatika membedakan campur kode dan alih kode. Kalau
seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari satu bahasa. Dia telah melakukan campur kode.
Tetapi apabila satu kluasa jelas-jelas memiliki struktur gramatika satu bahasa, dan klausa
berikutnya disusun menurut struktur gramatika bahasa lain maka peristiwa yang terjadi adalah
alih kode.
Sebagai contoh perhatikan percakapan berikut yang dilakukan oleh para penutur dwibahasawan
Indonesia.
Inf III : Ni mau pasang di halaman berapa? (Anda, mau pasang di halaman berapa?)
Inf III : Mei you a ! Kalau mau dihalaman lain, baiel di Baban penuh lho! Nggak ada lagi!
(Kalau mau di halaman lain. Hari Selasa halaman delapan penuh lho. Tidak ada lagi)
PI : na wo xian gaosu wode jingli ba. Ta yao de di baban a (Kalau demikian saya beritahukan
direktur dulu. Dia mau nya dihalaman delapan)
Inf III : Hao, ni guosu ta ba. Jintian degoang goa hen duo. Kalau mau ni buru-buru datang lagi
(baik, kamu beri tahu dia. Iklan hari ini sangat banyak. Kalau mau kamu harus segera datang
lagi)`
6
BAB III
PEMAHASAN
7
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Appel (1976:79) mendefinisikan Ali kode itu sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena
berubahnya situasi. Hymes (1875:103) menyatakan alih kode itu bukan hanya terjadi antar
bahasa tetapi dapat juga terjadi antara ragam ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu
bahasa. Thelander (1976:103) mencoba menjelaskan perbedaan alih kode dan campur kode.
Katanya bila di dalam suatu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke
bahasa lain maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode. Tetapi apabila di dalam suatu peristiwa
tutur, klausa klausa maupun frasa frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran
dan masing-masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi-fungsi sendiri, maka
peristiwa yang terjadi adalah campur kode.
B. SARAN
Sebagai mahasiswa sepatut nya kita dapat memahami semua materi yang sudah di jelaskan oleh
dosen pengampu.Selain itu, kita dapat mencari referensi lain di dalam jurnal atau buku yang bisa
kita dapat dimana saja.
8
DAFTAR PUSTAKA