Anda di halaman 1dari 15

MINI RESEARCH

MK. SOSIOLINGUISTIK
PRODI S1 SI - FBS
PRODI S1 SI-FBS

Skor Nilai :

MINI RISET
PENGARUH KEMUNIKASI INTERPRESONAL IBU DAN ANAK
TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA (4-5 TAHUN)

NAMA MAHASISWA : Cindy Irene Githa 2193510017

Dhiba Melati 219

Lamtorang Sihombing 219

Putri Lovian 219

KELAS : Sastra Indonesia B 2019

DOSEN PENGAMPU : Dr. Abdurrahman A. , M.Hum.

MATA KULIAH : Sosiolinguistik

PROGRAM STUDI S1 SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI - UNIVERSITAS


NEGERIMEDAN
APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, adapun penulisan makalah ini dimaksudkan
untuk memenuhi tugas Sosiolinguistik pada Program Studi Sastra Indonesia.
Kami selaku penulis sadar bahwa tersusunnya makalah ini tidak lepas dari adanya
petunjuk, arahan serta bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu izinkan kami untuk
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ibu selaku dosen pengampu mata
kuliah dan rekan-rekan mahasiswa yang selalu bersemangat membantu dan memberi dukungan
penuh pada pembuatan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Makalah ini kami susun dengan penuh kesungguhan, dengan mengerahkan segala
kemampuan yang kami miliki, namun penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
yang berkenan menyumbangkannya untuk kesempurnaan penulisan makalah ini. Mudah-
mudahan makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis serta para pembaca pada umumnya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
LANDASAN TEORI..............................................................................................................................2
A. Pengertian Sosiolinguistik....................................................................................................2
B. Perkembangan Sosiolinguistik Anak.................................................................................... 2
BAB III...........................................................................................................................................7
METODOLOGI PENELITIAN...................................................................................................7
A. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................................................7
B. Subject Penelitian.................................................................................................................7
C. Jenis Penelitian.....................................................................................................................7
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................................................7
BAB IV............................................................................................................................................8
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................................8
Pembahasan..................................................................................................................................8
BAB V...........................................................................................................................................12
PENUTUP....................................................................................................................................12
A. Kesimpulan.........................................................................................................................12
B. Saran...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus kita sadari benar-
benar. Terutama dalam keanekaragaman bahasa di Indonesia yang begitu banyak. Keragaman
bahasa inilah yang menyebabkan situasi Sosiolinguistik di Indonesia menjadi bervariasi. Ini
terjadi karena Indonesia adalah salah satu Negara terkaya di seluruh permukaan bumi. Dari
jumlah total sekitar lima sampai enam ribu bahasa barang kali lebih yang digunakan oleh sekitar
215 juta penutur bahasa pada tahun 1990 (Jerome, 2008:64), terutama pada tahun 2012 banyak
bahasa yang berdatangan sehingga mempengaruhi bahasa di Indonesia.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pemerolehan bahasa anak. Menurut Chaer
pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak
seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau ibunya. Ada dua proses
yang terjadi ketika seseorang kanak-kanak sedang memperoleh bahasa pertamanya yaitu proses
kompetensi dan proses performansi. Sejalan dengan teori Chomsky dalam Chaer, menyatakan
kompetensi itu menyangkup tiga buah komponen tata bahasa, yaitu komponen sintaksis,
komponen semantik, dan komponen fonologi.
Proses pemerolehan dan penguasaan bahasa kanak-kanak merupakan satu perkara yang tidak
jelas dan cukup menakjubkan bagi para penyelidik dalam bidang linguisitk. Bagaimana manusia
memperoleh bahasa merupakan satu isu yang amat mengagumkan dan sukar dibuktikan. Isu
globalisasi saat ini menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkomunikasi
dalam berbagai bahasa. Keahlian berbahasa ini diperlukan untuk menguasai ilmu pengetahuan,
memiliki pergaulan luas dan karir yang baik.
Pembahasan mengenai pemerolehan bahasa anak usia 4 tahun akan kami kaji dalam
sebuah makalah ini, semoga para pembaca dapat memahami isi kandungan dari makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Sosiolinguistik?
2. Bagaimana kemampuan berbicara anak usia 4-5 tahun?
3. Bagaimana komunikasi interpersonal Ibu dan Anak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Sosiolinguistik.
1
2. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan berbicara pada anak usia 4-5 tahun.
3. Untuk mengetahui komunikasi interpersonal ibu dan anak.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Sosiolinguistik
Sosiolinguistik adalah Mengandung kata sosio dan linguistik, perpaduan dari sosiologi
dan linguistik. Sosio mengandung makna masyarakat dan yang terkait dengan masyarakat
(sistem, struktur, tradisi, adat, kebudayaan dll.), sedangkan Linguistik bermakna ilmu tentang
bahasa (dari unsur terkecil sampai satuan yang paling lengkap), sehingga dapat diartikan
Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa dilihat dari penggunaanya di masyarakat.
Sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan
masyarakat penuturnya. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual terhadap variasi penggunaan
bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang alami. Seperti yang dikemukakan oleh Abdul
Chaer (2004:2) Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa dalam
kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.
Wikipedia (2002:10-11) menyatakan Sosiolinguistik merupakan kajian interdisipliner yang
mempelajari pengaruh budaya terhadap cara suatu bahasa digunakan. Dalam hal ini bahasa
berhubungan erat dengan masyarakat suatu wilayah sebagai subyek atau pelaku berbahasa
sebagai alat komunikasi dan interaksi antara kelompok yang satu dengan yang lain. Sehingga
dapat kita simpulkan bahwasannya sosiolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari perbedaan
atau variasi bahasa yang digunakan di masyarakat sebagai penutur yang bertujuan untuk interaksi
serta komunikasi, yang keberadaannya dipengaruhi oleh budaya terhadap cara suatu bahasa
digunakan.

B. Kemampuan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun


Rentangan usia perkembangan merupakan batasan kemampuan berbahasa anak. Menurut
Wortham (2005: 18) kemampuan mengacu kepada pengetahuan dan kete-rampilan yang dimiliki
anak pada saat itu. Kemampuan tersebut berupa kemampuan motorik, kemampuan berbahasa,
kemampuan sosial dan keterampilan kognitif. Sebagian ahli mengurutkan penguasaan kemam-
puan berbahasa ke dalam urutan penguasaannya menyimak, berbi-cara, membaca dan menulis.
Semen-tara itu kemampuan berbahasa menurut Mc.Devitt (2004: 286) adalah bahasa reseptif

2
yaitu kemampuan untuk memahami apa yang didengar (menyimak), dan dibaca (membaca)
seseorang yang melibatkan pemahaman bahasa. Sedangkan bahasa ekspresif adalah kemampuan
untuk mengungkapkan bahasa secara efektif baik dalam bentuk lisan (berbicara) ataupun tulisan
(menulis). Dari sudut pandang isi pembicaraan Suhartono (2005:20) mengemukakan bahwa
berbicara dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud ide, pikiran, gagasan, atau isi hati.
Sementara itu Tarigan (2008:16) tidak hanya mengemukakan isi pembicaraan tetapi berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Secara lengkap Mayuni (2007:
33) mengemukakan bahwa kemampuan berbicara meliputi penguasaan tata bahasa dan kosa kata,
pelafalan, kelancaran, pemahaman tentang konteks, dan pelibatan komponen nonlinguistik,
seperti bahasa tubuh, suara, dan se-bagainya. Menurut Jalongo (2007: 64) mengemukakan bahwa
anak usia 4-5 tahun telah mampu menggunakan kalimat lengkap, pengucapan dan tata bahasa
me-ngalami peningkatan, kosa kata berkisar antara 1400 sampai dengan 1600 kata. Secara sosial
anak mencari cara untuk mengoreksi salah pengertian, mulai menyesuaikan pembicaraan sesuai
dengan kebutuhan lawan bicara, perselisihan dengan teman sebaya diselesaikan melalui kata-
kata dan mengajak bermain merupakan ciri umum anak seusia ini. Berdasarkan uraian di atas,
maka dapat dideskripsikan bahwa kemampuan berbicara anak usia 4-5 tahun adalah adalah
kemampuan atau kesanggupan anak dalam menggunakan aspek-aspek dalam berbicara yang
meliputi : (1) peng-ucapan, (2) tata bahasa, (3) kosa kata (4) ide atau gagasan yang terjadi dalam
aktivitas sehari-hari secara alamiah sesuai dengan usia dan karakteristik anak.

C. Komunikasi interpersonal ibu dan anak


Komunikasi menurut Efendi (2001:10) ditinjau dari asal kata yaitu dalam bahasa Inggris
communication berasal dari kata Latin communicatio dan ber-sumber dari kata communis yang
berarti sama atau kesamaan makna. Komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain
karena terjadinya kesamaan makna. Kesamaan makna terjadi sebagai akibat proses komunikasi
ini merupakan fungsi dari komunikasi. Menurut Verderber dalam Mulyana (2007:5) komunikasi
mempunyai dua fungsi yaitu fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan. Pertama fungsi
sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, mem-
bangun dan memelihara hubungan. Kedua fungsi pengambilan ke-putusan, yakni memutuskan
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu. Menurut pendapat Taylor dan
Altman yang dikutip De Vito dalam Wiryanto
(2004:37-38) dengan berkembangnya hubungan sosial, maka keluasan dan kedalaman
komunikasi antara pribadi akan meningkat. Tingkat keluasan yang dibicarakan dalam proses
komunikasi antar pribadi dapat diilustrasikan dengan lingkaran. Lingkaran dalam
memperlihatkan hubungan yang sangat dekat, misalnya di antara saudara kandung, orang tua,
dan sahabat karib. Komunikasi interpersonal juga dikemukakan oleh John (2002:234) bahwa
komunikasi interpersonal ialah komunikasi yang terjadi antara dua orang yang telah
lamaberhubungan; orang-orang tersebut dalam ber-hubungan berkomunikasi antar pribadi yaitu
meliputi antara anak dengan orang tua, pekerja dengan pemberi kerja, diantara dua saudara,
antara guru dan murid, antara sepasang kekasih, diantara dua sahabat dan sebagainya. Sementara

3
itu Senjaya (2007:2.1) adalah suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling
berkomu-nikasi. Proses mengacu pada perubahan dan tindakan yang ber-langsung terus menerus.
Sementara itu Mulyana (2007: 81) mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Dalam
kaitan itu pula maka menurut Harjana (2003:88-90) komunikasi interper-sonal mem-punyai ciri-
ciri yang tetap sebagai berikut: (1) bersifat verbal dan non verbal; (2) meliputi prilaku tertentu,
komunikasi yang berproses pengem-bangan; (3) mengandung umpan balik, interaksi dan
koherensi; (5) berjalan menurut peraturan tertentu; (6) berupa kegiatan aktif; dan (7) saling
mengubah. Sehubungan komunikasi inter-personal antara ibu dan anak, maka menurut Rakhmat
(2007:129-133) faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik adalah: (1)
percaya, (2) sikap suportif, dan (3) sikap terbuka. Dalam kaitan komunikasi inter-personal
Kumar dalam Wiryanto (2004: 3.6) mengemukakan lima ciri yaitu: (1) Keterbukaan (openess)
yaitu kemauan mananggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi
hubungan antar pribadi; (2) empati (emphaty) yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain; (3)
dukungan (supportiveness) yaitu situasi yang terbuka
untuk mendukung komuni-kasi berlangsung efektif; (4) rasa positif (positiveness) yaitu seorang
harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi,
dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif; dan (5) pengakuan
secara diam-diam bahwa kedua belah pihak meng-hargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang
penting untuk disumbangkan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dideskripsikan bahwa
komunikasi interpersonal ibu dan anak adalah pertukaran informasi yang bersifat pribadi antara
ibu dan anak dalam aktivitas seharihari dalam suasana (1) bertatap muka, (2) keterbukaan, (3)
dukungan, dan (4) kesetaraan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan dirumah, karena terkait wabah virus corona yang menyebabkan kita
harus tetap dirumah saja. Dengan menggunakan bantuan gawai maupun alat-alat informasi
lainnya.

B. Subject Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah Abraham anak usia 4 tahun.

C. Jenis Penelitian

4
Jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, untuk menghasilkan kosakata dasar berupa
kata-kata tertulis maupun lisan yang sifatnya kualitatif. Pendekatan kualitatif yang melibatkan
data lisan di dalam penelitian bahasa lisan melibatkan apa yang disebut informasi (penutur asli
data yang diteliti). Sedangkan bahasa tulis berupa objek tulisan berupa simbol, lambang yang
tertulis di poster, pamlet, media online maupun media lainnya

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah dengan menggunakan sumber dari berbagai
jurnal, dan dirangkum mengenai pemerolehan bahasa anak, lalu menganalisis bagaimana
bahasa anak usia 4 tahun.

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
PEMBAHASAN

Subjek dalam penelitian ini adalah, Abraham anak usia 4 tahun. Subjek penelitian tinggal di
Medan Baru Sei mencirim. Subjek penelitian merupakan keponakan peneliti, sehingga
memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data bahasanya. Dalam setiap peristiwa tutur,
terdapat ini sial A dan P, A adalah Abraham (subjek penelitian) dan P adalah peneliti.

A. Pemerolehan Bahasa Pada Tataran Fonologi

Dalam analisis fonologi, peneliti mendeskripsikan data dalam bentuk fonetis dan teks.
Hasil analisis fonologis dapat dilihat dalam pembahasan dibawah ini.

Peristiwa Tutur 1

P : Abraham, semalam pigi kemana, dek?

A : Jalan-jalan ke pacal malam

P : Beli apa disana?

A : Beli mainan obot-obotan

Pada peristiwa tutur 1 diatas terdapat bunyi bahasa yang mengalami perubahan fonem. Ada
satuan fonem yang lesap, seperti pada kata “pasar”, fonem /s/ berubah menjadi /c/ dan fonem /r/
menjadi /l/. Itu dikarenakan anak usia 4 tahun belum menguasai dengan benar penggunaan
fonem /r/ dan /s/. Selain itu pada kata :robot-robotan” fonem /r/ dihilangkan. Hal ini juga
dikemukakan oleh Wulandari, 2018, yang mengemukakan bahwa anak usia 4 tahun mengalami
perubahan bunyi /r/ menjadi /l/, /s/ diucapkan amenjadi /c/. Hal ini sesuai dengan pendapat
Jacobson (Chaer, 2007) yang menyatakan bahwapemerolehan kontras fonemik bersifat universal.
Urutan pemerolehan konsonan adalah bilabial-dental-palatal-velar. Artinya, apabila anak-anak
sudah mampu mengujarkan konsonan frikatif, anak-anak juga sudah mampu mengujarkan bunyi
hambat.

B. Pemerolehan dalam Tataran Sintaksis

6
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, ditemukan empat jenis kalimat yang diujarkan oleh
anak usia 3 tahun yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Keempat jenis kalimat tersebut
adalah kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, dan eksklamatif. Hal ini sesuai dengan pendapat
Alwi (Alwi, 2003) yang menyatakan bahwa kalimat dari segi sintaksis ada empat, yaitu kalimat
deklaratif, imperatif, interogatif, dan eksklamatif.
1. Kalimat Deklratif

Peristiwa tutur 2

P: Abraham lagi ngapain dek?


A: main mobilan
P: mobil siapa tu?
A: bram. Dibeliin mami.
P: ooo ya dek. Ada berapa mobil Abraham ni?
A: dua. Bilu cama ijau.
P: bagus mobilnya Abraham, ya
A: kak ini Rosi. Yang ada lagu nya di tipi. Yang ijau Logi (Rogi)
P: bisa Abraham nyanyikan lagunya?

A: bica. Abraham cuka rosi


P: ayo kita nyanyi bareng ,dek.

Peneliti dan Abraham (subjek penelitian) menyanyikan lagu Rosi bersama.


Berdasarkan peristiwa tutur 2 di atas, kalimat yang termasuk kalimat deklaratif adalah tuturan (1)
Abraham. Dibelikan mami; (2) kak ini Rosi. Yang ada lagunya di tipi. Yang ijau Logi (Rogi);
dan (3) bica. bram uka Rosi. Kalimat tersebut tergolong deklaratif, karena subjek penelitian
memberitahu atau menberitakan kepada mitra tutur mengenai benda yang dimilikinya. Subjek
penelitian memberitahu kalau dia mempunyai dua buah mobil seperti yang ada di film kartun dan
dia bisa menyanyikan lagunya. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa anak bisa mengujarkan
kalimat deklaratif dengan baik karena mempunyai pengetahuan tentang apa yang ditanyakan
oleh mitra tutur.
Dalam penelitian ini, kalimat yang paling banyak diucapkan oleh subjek penelitian adalah
kalimat deklaratif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nursalam

7
(Nursalam & Nurhikmah, 2018)dan Yuniarsih (Yuniarsih, 2013). Anak usia 3 tahun sudah bisa
mengucapkan kalimat deklaratif, interogatif, imperatif, dan ekslamasif.

Kalimat yang paling sering diucapkan anak adalah deklaratif dan paling sedikit diucapkan adalah
ekslamasif. Hal ini disebabkan oleh anak lebih sering mengucapkan apa yang dia alami dan
dirasakan . Hal yang sama juga didapatkan dalam penelitian ini. Setiap kali bertemu dengan
peneliti, subjek penelitian lebih banyak memberitahu apa yang dia rasakan, pengalaman yang
dialami , dan mainan apa saja yang dia miliki.

2. Kalimat imperatif

Peristiwa Tutur 3
A: kak jajan di citu aja
P: Mau jajan apa Abraham?
A: kue, cokelat
P: iya, ayuk
A: Kakak cepat lah. Pulang kita lagi yuk.
P: tunggu kakak bayar dulu belanjanya
A: kita makan di telas ya, yuk kak
P: ya, ayuk. Bilang apa sama ibuk yang jualan?
A: maacih buk.

Kalimat Imperatif Berdasarkan peristiwa tutur 3 di atas, kalimat yang termasuk kalimat imperatif
adalah tuturan (1) kakak jajan di situ aja ; (2) kakak cepatlah. Pulang kita lagi yuk; dan (3) kita
makan di telas ya, yuk kak. Kalimat (1), (2), dan (3) tergolong kalimat imperatif, karena subjek
penelitian menyuruh atau meminta mitra tutur untuk melakukan apa yang diinginkan. Kalimat
tersebut diujarkan agar mitra tutur menuruti permintaan subjek penelitian untuk belanja di
sebuah warung dan makan diteras.
Dalam penelitian ini, kalimat imperatif ini termasuk kalimat yang jarang diucapkan oleh subjek
penelitian. Subjek penelitian hanya sesekali menggunakan kalimat imperatif ketika menemukan
hal yang ingin minta orang lain untuk dilakukan. Subjek penelitian termasuk anak yang baik dan
penurut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nursalam (Nursalam &

8
Nurhikmah, 2018) juga menemukan bahwa usia 3,6 tahun sudah bisa mengucapkan kalimat
deklaratif, interogatif, dan imperatif. Kalimat Interogatif

C. Pemerolehan bahasa anak pada tataran semantik

Peristiwa Tutur 4

Abraham : mii, bram mau jajan.

Mami : Oh, ayu mau jajan, yauda ayuk kita ketoko dekat rumah.

Sesampai toko jajanan.

Mami: jajan apa, nak?

Abraham : mau jajan esklim.

Mami : Mau rasa apa nak?

Abraham: mau lasa jeluk.

Mami : nih kamu pegang, bunda bayar dulu ya.

Abraham : iya amii, abraham duduk dicini aja.

Mamii : Iya nak, sebentar ya.

Berdasarkan peristiwa tutur ayu, bahwa anak menguasai kata yang dekat dengan lingkungannya.
Kata eskrim merupakan kata yang dikuasai oleh Abraham karena dekat dan dialami oleh
Abraham. Sebelumnya, jika Abraham tidak masuk dalam fase sekolah dan tidak memahami apa
itu jajan, maka Abraham tidak akan mengerti apa itu eskrim. Karena anak berusia 4 tahun lebih
banya menggunakan makna denotatif, yaitu makna yang asli atau sebenarnya. Hal ini juga
ditemukan pada ayu yang berusia 4 tahun banyak menggunakan makna denotatif pada jawaban
yang dilontarkan Maminya pada saat bertanya "Abraham mau jajan apa?" dan Abraham
langsung menjawab "mau jajan esklim". Hal tersebut merupakan makna denotatif yaitu makna
yang sebenarnya. Meskipun kata "eskrim" itu bermakna konotatif, karena eskrim itu dapat
diartikan sebagai "minuman dingin".

9
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Sosiolinguistik adalah Mengandung kata sosio dan linguistik, perpaduan dari sosiologi
dan linguistik. Sosio mengandung makna masyarakat dan yang terkait dengan masyarakat
(sistem, struktur, tradisi, adat, kebudayaan dll.), sedangkan Linguistik bermakna ilmu
tentang bahasa (dari unsur terkecil sampai satuan yang paling lengkap), sehingga dapat
diartikan Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa dilihat dari penggunaanya
di masyarakat. Sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang mengkaji hubungan
antara bahasa dan masyarakat penuturnya. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual
terhadap variasi penggunaan bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang alami.

B. Saran
Dengan adanya Mini Riset ini, yang dilakukan dengan penelitian sederhana terhadap
pemerolehan bahasa anak usia 4 tahun, diharapkan dapat menambah wawasan kita
terhadap bahasa anak dan dapat mengkritisi dan menganalisis bagaimana penggunaan
bahasa anak-anak, dan dapat mengetahui bagaimanakah peran bahasa pada anak berusia 4
tahun dan bagaimanakah penerapannya di lembaga pendidikan serta kehidupan sehari-
hari.

10
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul.2002. Psikolinguistik. Jakarta : Renika Cipta.


Wenny, Aulia Sari. Pemerolehan Bahasa Pada Anak Usia 3-4 Tahun (Ditinjau Dari Pemerolehan
Semantik Yang Dikuasai Anak Usia 3-4 Tahun) Dengan Menggunakan Media Gambar. Journal
Of Early Childhood Islamic Education. ISSN : 2599-2287. Vol.1 No.2.

11

Anda mungkin juga menyukai