Anda di halaman 1dari 43

CRITICAL BOOK REVIEW

“Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi”

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Nelly Armayanti,S.Pd.,M.Si

Disusun Oleh :

Cindy Irene Githa Sihombing

2193510017

SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat dan Penyertaan-Nya, saya masih bisa menyelesaikan tugas Critical Book Review ini
dengan baik yang mana untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Terima kasih juga saya ucapkan kepada pihak-pihak yang membantu saya
dalam mengerjakan tugas ini, terutama kepada Dosen Pengampu saya yaitu Ibu Nelly
Armayanti, S.Pd., M.Si.

Adapun ulasan-ulasan yang saya peroleh dari buku yang berjudul “Pendidikan
Kewarganegaraan” mulai dari Identitas Buku, Keunggulan dan Kelemahan Buku, serta
Kesimpulan dan Saran dari buku tersebut. Terlepas dari itu semua, saya juga menyadari
bahwa tugas Critical Book Review yang saya kerjakan ini masih ada kekurangan dan
kesalahan baik dari segi penyusunan kalimat maupun pembahasan materi nya serta jauh dari
kata sempurna.

Oleh karena itu, saya sangat berharap kepada Saudara-Saudari sekalian yang
membaca Tugas saya ini dengan senang hati saya menerima dan membutuhkan saran, kritik
serta ide-ide dari pembaca sekalian. Demikianlah kata pengantar dari saya, jika ada kesalahan
mohon dimaafkan. Sekian dan Terimakasih.

Medan, Oktober 2020

Hormat Saya,

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...… II
Critical Book Review | 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………. III

BAB I PENDAHULUAN…………………………………….……………………………. 4

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..… 4

1.2 Tujuan Penulisan……………………………………………………………... 4

1.3 Manfaat Penulisan …………………………………………………………… 4

BAB II IDENTIFIKASI BUKU…………………………………………………………… 5

2.1 Indentifikasi Buku………………………………………………....…………. 5

2.2 Uraian Isi Buku………………………………………………………………. 5

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………………. 38

3.1 Keunggulan Buku………………………………………………………….... 38

3.2 Kelemahan Buku……………………………………………………………. 40

BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………... 43

4.1 Kesimpulan……………………………………………………………….… 43

4.2 Saran……………………………………………………………………....... 43

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. IV

BAB I

PENDAHULUAN

Critical Book Review | 3


1.1 Latar Belakang

Belajar tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada dasarnya adalah belajar


tentang keindonesiaan, belaajr untuk menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia,
membangn rasa kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia. Oleh karena itu, seorang
sarjana atau profesional sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang terdidik perlu
memahami tentang Indonesia, memiliki kepribadian Indonesia, memiliki rasa kebanggaan
Indonesia, dan mencintai tanah air Indonesia. Dengan demikian, ia menjadi warga negara
yang baik dan terdidik (smart and good citizen) dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara yang demokratis.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan CBR saya ini ialah :


1. Untuk memenuhi salah satu tugas Critical Book Review dari mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.
2. Untuk lebih mengetahui secara dalam mengenai Pengertian, Tujuan, Konsep dalam
Pendidikan Kewarganegaraan.
3. Untuk lebih menambah wawasan mengenai Pendidikan Kewarganegaraan.

1.3 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat CBR saya ini ialah :

1. Supaya kita dapat mengetahui sistem pengerjaan CBR dari mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.
2. Supaya kita dapat mengetahui secara dalam mengenai Pengertian, Tujuan, Konsep
dalam Pendidikan Kewarganegaraan.
3. Supaya kita dapat menambah wawasan mengenai Pendidikan Kewarganegaraan.

BAB II

IDENTIFIKASI BUKU

2.1 Identitas Buku

Critical Book Review | 4


Buku Utama

Judul Buku : Pendidikan Kewarganegaraan

Penulis Buku : Apiek Gandamana, S.Pd., M.Pd

Penerbit : CV. Harapan Verdas ; Medan

Tahun Terbit : 2019

Jumlah Hal : v + 180 Halaman

Buku Pembanding

Judul Buku : Pendidikan Kewarganegaraan

Penulis Buku : Winarno Narmoatmojo, dkk.

Penerbit : Ombak ; Yogyakarta

Tahun Terbit : 2015

Jumlah Hal : ix + 203 Halaman

2.2 Uraian Isi Buku

 Buku Utama
BAB 1 HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
A. Pendahuluan

Belajar tentang pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya adalah belajar tentang ke


Indonesiaan, belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia, membangun rasa
kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia (Nurwardani et al, 2016:1).

B. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan proses pembelajaran yang berusaha untuk


membangun civic knowledge, civic skills, dan civic disposition peserta didik, sehingga tujuan

Critical Book Review | 5


untuk membentuk warga negara yang baik dapat terwujud. Branson membagi ranah civic
education (pendidikan kewarganegaraan) yaitu :

1. Civic knowledge adalah materi substansi atau pengetahuan yang berkaitan


dengan kandungan atau nilai apa yang seharusnya diketahui oleh warga
negara. Aspek ini menyangkut kemampuan akademik keilmuan yang
dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum dan moral.
2. Civic skill merupakan keterampilan yang dikembangkan dari pengetahuan
kewarganegaraan agar pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang
bermakna karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Civic skills meliputi
keterampilan intelektual (intelectual skills) dan keterampilan berpartisipasi
(participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Civic dispositions dapat diartikan juga sebagai nilai kewarganegaraan (civic
value). Civic disposition merupakan karakter kewarganegaraan. Dimensi
watak kewarganegaraan dapat dipandang sebagai “muara” dari pengembangan
kedua dimensi sebelumnya.

C. Landasan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Landasan/dasar pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi


adalah:

1. Landasan Ideologi, yaitu Pancasila

Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia. Ideologi adalah seperangkat nilai


yang mengarahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ideologi disebut juga
dengan “a guilding principles” atau prinsip yang menuntun.

2. Landasan Ilmiah

Selain itu, sebagai bidang studi ilmiah, pendidikan kewarganegaraan bersifat antar
disipliner (antar bidang), bukan non disipliner, karena kumpulan pengetahuan yang
membangun ilmu pendidikan kewarganegaraan diambil dari berbagai disiplin ilmu. Oleh
karena, itu upaya pembahasan dan pengembangannya memerlukan sumbangan dari
berbagai disiplin ilmu yang lain, yang meliputi ilmu politik, ilmu filsafat, ilmu hukum,

Critical Book Review | 6


ilmu sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu sejarah, dan ilmu budaya (Kaelan dan Ahmad
Zubaidi, 2007:4).

3. Landasan Yuridis/Hukum
a. UUD NRI 1945
b. UU No 20 thn 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
c. UU No 12 thn 2012 tentang Pendidikan Tinggi

D. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Searah dengan perubahan pendidikan ke masa depan dan dinamika internal bangsa
Indonesia, program pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di Perguruan tinggi harus
mampu mencapai tujuan :

1. Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang mengapresiasi nilai-nilai


moral, etika, dan religius.
2. Menjadi warga negara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
3. Menumbuh kembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, dan rasa cinta pada tanah
air.
4. Mengembangkan sikap demokratik berkeaban dan bertanggungjawab, serta
mengembangkan kemampuan kompetitif bangsa di era globalisasi.
5. Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.

BAB 2 IDENTITAS NASIONAL


A. Pendahuluan

Identitas nasional merujuk pada identitas-identitas yang sifatnya nasional. Identitas


nasional merupakan sesuatu yang ditransmisikan dari masa lalu dan dirasakan sebagai
pemilikan bersama, sehingga tampak kelihatan di dalam keseharian tinkah laku seseorang
dalam komunitasnya (Tilaar, 2007:27).

B. Pengertian Identitas Nasional

Critical Book Review | 7


Tilaar (2007) menyatakan identitas nasional berkaitan dengan pengertian bangsa.
Menurutnya, bangsa adalah suatu keseluruhan alamiah dari seseorang karena daripadanyalah
seorang individu memperoleh realitasnya. Artinya, seseorang tidak akan mempunyai arti bila
terlepas dari masyarakatnya. Dengan kata lain, seseorang akan mempunyai arti bila ada
dalam masyarakat.

C. Konsep Bangsa Indonesia

Otto Bauer (1881-1934) menyebut bahwa bangsa adalah suatu persatuan


karakter/perangai yang timbul karena persatuan nasib. Otto Bauer lebih menekankan
pengertian bangsa dari karakter, sikap dan perilaku yang menjadi jati diri bangsa dengan
bangsa yang lain. Karakter ini terbentuk karena pengalaman sejarah budaya yang tumbuh
berkembang bersama dengan tumbuh kembangnya bangsa (Soeprapto dalam Didik B. Arif,
2014:42).

D. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional

Dilihat dari proses lahirnya identitas nasuional, maka identitas nasional itu sendiri
dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Identitas kesukubangsaan (identity cultural unity)

Cultural unity merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan atau bangsa
dalam arti sosiologis dan antropologis. Cultural unity disatukan oleh adanya kesamaan
ras, suku, agama, adat buday, keturunan, dan daerah asal. Unsur-unsur menjadi identitas
kelompok bangsa yang bersangkutan sehingga bisa dibeadakan dengan bangsa lain.

2. Identitas Kebangsaan (identity political unity)

Political unity merujuk pada bangsa dalam pengertian politik, yaitu bangsa-
bangsa. Kesamaan primordial dapat saja menciptakan bangsa tersbeut untuk bernegara,
namun dewasa ini negara yang relatif homogen yang hanya terdiri dari suatu bangsa tidak
banyak terjadi. Kebangsaan merupakaan kesepakatan dari banyak bangsa didalamnya.

E. Identitas Nasional sebagai Karakter Bangsa

Menurut Max Weber (Eka Darmaputra, 1988:3) cara yang terbaik untuk memahami
suatu masyarakat adalah dengan memahami karakter (tingkah laku) anggotanya. Karakter
Critical Book Review | 8
terbentuk salah satunya melalui identitas yang dimilikinya. Bangsa indonesia memiliki salah
satu identitas nasional, yaitu Pancasila, dimana di dalamnya termuat nilai-niali Ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
identitas nasipnal suatu bangsa akan membentuk karakter bangsa yang bersangkutan.

BAB 3 INTEGRASI NASIONAL


A. Pendahuluan

Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami hampir semua negara,
terutama negara-negara yang usianya masih relatif muda, termasuk Indonesia. Hal ini
disebabkan karena mendirikan negara berarti menyatukan orang-orang dengan segala
perbedaan yang ada menjadi stau entitas kebangsaan yang baru menyertai berdirinya negara
tersebut.

B. Pengertian Integrasi Nasional

Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur satu bangsa dengan
pemerintah dan wilayahnya (Saafroedin Bahar, 1998). Sejalan dengan definisi tersbeut,
Myron Weiner dalam Ramlan Surbakti (2010) membedakan 5 tiper integrasi yaitu :

1. Integrasi bangsa;
2. Integrasi wilayah;
3. Integrasi nilai;
4. Integrasi elit-massa;
5. Integrasi tingkah laku (perilaku integratif).

C. Pentingnya Integrasi Nasional

Integrasi diperlukan guna menciptakan kesetiaan baru terhadap identitas-identitas


baru yang diciptakan (identitas nasional) misalnya, bahasa indonesia, simbol negara,
semboyan nasional, ideologi nasional, dan sebagainya.

D. Perkembangan Sejarah Integrasi di Indonesia

Critical Book Review | 9


Menurut Suroyo (Nurwardani, 2016:67-69), ternyata sejarah menjelaskan bangsa kita
sudah mengalami pembangunan integrasi sebelum bernegara Indonesia yang merdeka.
Menurutnya ada 3 model integrasi dalam sejarah perkembangan integrasi di Indonesia, yakni
Model integrasi imperium Majapahit, model integrasi kolonial, dan model integrasi nasional
Indonesia.

E. Strategi Integrasi

Dijelaskan oleh Dtjendikti (2012:190) dalam rangka mengupayakan terwujudnya


integrasi nasional yang mantap ada beberapa strategi yang mungkin ditempuh, yaitu :

1. Strategi Asimilasi, yaitu proses pencampuran dua macam kebudayaan atau lebih
menjadi satu kebudayaan yang baru dimana dengan percampuran tersebut maka
masing-masing unsur budaya melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan.
2. Strategi Akulturasi, yaitu proses pencampuran dua macam kebudayaan atau lebih
sehingga memunculkan kebudayaan yang baru, dimana ciri-ciri budaya
aslipembentuknya masih tampak dalam kebudayaan baru tersebut.
3. Strategi Pluralis, yaitu paham yag menghargai terdapatnya perbedaan dalam
masyarakat.

F. Integrasi Nasional Indonesia

Integrasi nasional dapat dilihat dari 2 dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi
horisontal. Dengan demikian persoalan integrasi nasional menyangkut keserasian hubungan
antara pemerintah dan rakyat, serta keserasian hubungan di antara kelompok-kelompok
dalam masyarakat dengan latar belakang perbedaan di dalamnya.

BAB IV Negara dan Konstitusi


A. Pendahuluan

Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Pada prinsipnya setiap warga masyarakat menjadi anggotra dari suatu negara dan
harus tunduk pada kekuasaan negara, karena organisasi negara sifatnya mencakup semua
orang yang ada di wilayahnya dan kekuasaan negara berlaku bagi orang-orang tersebut.

Critical Book Review | 10


B. Konsep Negara

Berikut ini konsep pengertian negara yang dikemukaan oleh beberapa ahli dari sudut
pandang mereka masung-masing seperti uraian berikut : Roger H Soltau, mengemukakan
bahwa negara adalah sebagai alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.

C. Unsur-unsur Negara

Menurut Dikdik B. Arif (2014:92-95) undur-unsur terbentuknya negara sebagai


berikut :

1. Unsur Konstitutif adalah unsur pembentuk yang harus dipenuhi agar terbentuk negara.
Unsur ini terdiri atas rakyat, wilayah dan pemerintah yang berdaulat
2. Usnur Deklaratif adalah unsur yang sifatnya menyatakan, bukan mutlak harus
dipenuhi. Unsur ini terdiri atas tujuan negara, adanya konstitusi, dan pengakuan dari
negara lain.

D. Teori Terbentuknya Negara

Menurut Budi Juliardi (2016:56) beberapa teori tentang asal mula terjadinya negara :

1. Teori Hukum Alam (Plato dan Aristoteles), menyatakan sebelum adanya negara,
terdapat suatu wilayah kosong.
2. Teori Ketuhanan (Agustinus, Friedrich Julitus Stahl, dan Kranenburg), menyatakan
terjadinya adalah karena kehendak Tuhan didasari atas kepercayaan bahwa segala
sesuatu berasal dari Tuhan dan terjadi atas kehendak Tuhan.
3. Teori Perjanjian Masyarakat (Thomas Hobbes, J.Locke, JJ. Rousseau, dan
Montesquie), menyatakan bahwa manusia dengan kodratnya, manusia tidak akan
pernah puas dengan sesuai yang telah diperolehnya.

E. Sifat Negara

Menurut Budiardjo, 2008:50 ada beberapa macam sifat, yaitu :

Critical Book Review | 11


1. Sifat memaksa, yaitu bahwa negara mempunyai kekuatan fisik secara legal agar
tercapai ketertiban dalam masyarakat dan mencegah timbulnya anarki.
2. Sifat memonopoli, yaitu suatu hak tunggal yang dilakukan oleh negara untuk berbuat
atau menguasai sesuatu untuk kepentingan dan tujuan bersama.
3. Sifat mencakup semua, yaitu semua peraturan perundang-undangan yang berlaku
adalah untuk semua orang tanpa kecuali.

F. Tujuan dan Fungsi Negara

Sebagaimana yang dikemukakan oleh F. Isjwara (1999:162) bahwa tujuan tanpa


fungsi adalah steril dan fungsi tanpa tujuan adalah mustahil. Tujuan menunjuk pada ide-ide,
cita-cita, sedangkan fungsi menunjuk pada pelaksanaan dari cita-cita dalam kenyataan.

G. Pengertian Konstitusi

Konstitusi merupakan hukum dasar suatu negara, setiap negara pasti memiliki
konstitusi, karena tanpa adanya konstitusi negara tidak mungkin terbentuk. Sebagai hukum
dasar negara, konstitusi berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam
kehidupan suatu negara. Jadi segala praktik-praktik dalam penyelenggaraan negara harus
didasarkan pada konstitusi dan tidak boleh bertentangan dengan konstitusi tersebut.

H. Kedudukan Konstitusi

Meskipun konstitusi yang ada didunia ini berbeda-beda baik dalam hal tujuan, bentuk,
dan isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan formal yang sama, yaitu sbb :

1. Konstitusi sebagai hukum dasar, karena ia berisi aturan dan ketentuan tentang ha;-hal
yang mendasar dalam kehidupan suatu negara.
2. Konstitusi sebagai hukum tertinggi, artinya baha aturan-aturan yang terdapat dalam
konstitusi, secara hierarki mempunyai kedudukan lebih tinggi terhadap aturan-aturan
lainnya, sehingga aturan-aturan yang lain harus sesuai dengan UUD.

I. Tujuan dan Fungsi Konstitusi

Menurut Muarice Hauriou menyatakan bahwa tujuan konstitusi adalah untuk menjaga
keseimbangan antara ketertiban (order), kekuasaan (gezag), dan kebebasan (vrijheid)
Critical Book Review | 12
(Asshiddiqie, 2005). Menurut Jimly Asshiddiqie (Winarno, 2008) konstitusi memiliki
beberapa fungsi-fungsi yaitu :

1. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan negara.


2. Fungsi penentu hubungan kekuasaan atau organ negara.
3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ dengan warga negara.
4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negaa ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara.

J. Sejarah Konstitusi di Indonesia

Menurut winarno (2008) menjelaskan dalam sejarahnya, yaitu :

No Konstitusi Masa Berlakunya

1 UUD 1945 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949

2 UUD RIS 27 Desember 1949b – 17 Agustus 1950

3 UUDS 1950 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959

4 UUD 1945 5 Juli 1959 – sekarang

Khusus untuk periode ke 4 berlaku UUD 1945 dengan pembagian :

a. UUD 1945 yang belum diamandemen;


b. UUD 1945 yang sudah diamandemen (thn 1999, thn 2000, thn
2001, dan thn 2002).

K. Amandemen atau Perubahan UUD NRI 1945

Dalam hal amandemen kosntitusi, perubahan yang dilakukan merupakan addendum


atau sisipan dari konstitusi yang asli. Antara bagian perubahan dengan konstitusi aslinya
masih terkait. Nilai-nilai lama dalam konstitusi asli masih tetap ada.

BAB 5 HAM
A. Pendahuluan

Critical Book Review | 13


Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap negara. Sebaliknya,
negara mempunyai kewajiban memberikan perlindungan kesejahteraan terhadap warga
negaranya.

B. Konsep Warga Negara

Sri Wuryan dan Syaifullah (2009:108) menjelaskan bahwa warga negara dibagi ke
dalam dua golongan, yaitu (1) yang menguasai atau yang memerintah, (2) yang dikuasasi
atau yang diperintah. Hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa seluruh warga negara itu
adalah orang-orang bebas dan sederajat sehingga mereka semua harus siap sedia untuk
memerintah dan diperintah, maka seluruh warga negara itu harus memiliki satu keutamaan
dan kebijakan yang sama.

C. Warga Negara Indonesia

Bahwa menjadi WNI dalam pasal 5 ayat 1 dan 2 UU No. 12 thn 2006 adalah :

1. Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 thn atau belum
kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewenangan asing tetap diakui sebagai
WNI.
2. Anak WNI yang berusia 5 thn dianggap secara sah sebagai anak oleh warga negara
sing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai WNI.

D. Asas Kewarganegaraan

Dalam hukum negara juga mengatur tentang asas warga negara, yaitu pada UU No 12
thn 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Hukum negara tersebut membagi
asas kewarganegaraan juga menjadi dua asas atau pedoman, yaitu asas kewarganegaraan
umum dan asas kewarganegaraan khusus.

E. Cara Memperoleh dan Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia

Dalam praktek ketatanegaraan di berbagai negara paling tidak terdapat 5 cara untuk
memperoleh kewarganegaraan. Adapun 5 prosedur atau metode perolehan status
kewarganegaraan yang dikenal dalam praktik tersebut adalah :

1. Citizenship by birth
Critical Book Review | 14
Adalah cara perolehan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran.

2. Citizenship by descent

Adalah cara perolehan kewarganegaraan berdasarkan keturunan, di mana seseorang


yang lahir di luar wilayah suatu negara dianggap sebagai warga negara karea keturunan,
apabila pada waktu yang bersangkutan dilahirkan, kedua orang tuanya adalah warga negara
dari negara tersebut.

3. Citizenship by naturalisation

Adalah pewarganegaraan orang asing melalui permohonan menjadi warga negara


setelah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan.

4. Citizenship byregistration

Adalah perolehan kewarganegaraan bagi mereka yang telah memenuhi syarat-syarat


tertentu dianggap cukup dilakukan melalui prosedur administrasi pendaftaran yang lebih
sederhana dengan metode naturalisasi yang lebih rumit.

5. Citizenship by incorporation of territo

Adalah proses pewarganegaraan karena terjadinya perluasan wilayah negara.

F. Konsep Dasar HAM

UU RI No. 39 thn 1999 tentang HAM, khususnya dalam pasal 1ayat (1) menyatakan
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan
perlindungan harkat dan martabat manusia.

G. Sejarah HAM

Ada beberapa sejarah yang mencatat HAM, antara lain :

1. Piagam Madinah (Madinah 622);


2. Magna Charta (Inggris 1215);
3. Declaration of Independence (Revolusi Amerika 1276);
4. Declaration des Droits de’i lhomme et du Citoyen (Revolusi Prancis 1789).
Critical Book Review | 15
H. Prinsip-prinsip HAM

Menurut Didik B. Arif (2014:133-134) menyebutkan ada beberapa prinsip-prinsip


yaitu, Prinsip universal, Prinsip tidak dapat dilepaskan (inalienable), Prinsip tidak dapat
dipisahkan (indivisible), Prinsip saling tergantung (inter dependent), Prinsip keseimbangan
serta Prinsip partikularisme.

I. HAM dalam UUD NRI 1945

Pernyataan tentang “atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa” mengandung arti
bahwa dalam deklarasi bangsa Indonesia terkandung pengakuan manusia yang berketuhanan
YME, dan diteruskan dengan kata “...supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas..” dalam
pengertian bangsa maka bangsa Indonesia mengakui hak-hak manusia untuk memeluk agama
sebagaimana tercantu, dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia PBB pasal 18, dan
dalam pasal UUD 1945 dijabarkan dalam pasal 29 ayat (2) yaitu “negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

BAB 6 DEMOKRASI
A. Pendahuluan

Sejak negara ini didirikan, kita sepakat mendudukan rakyat sebagai pemilik
kedaulatan utama dalam penyelenggaraan pemerintahan. Walaupun demikian, perjalanan
demokrasi di Indonesia penuh dengan ragam warna yang tidak bisa dilepaskan dari
kekuasaan suatu rezim. Karenanya, proses penegakkan nilai-nilai demokrasi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kerapkali mengalami pasang surut.

B. Konsep Demokrasi

Dengan demikian, demokrasi berarti kekuasaan atau pemerintah ada di tangan rakyat.
Dalam konteks ini kekuasaan atau pemerintah tertinggi berada di tangan rakyat dan
dijalankan langsung oleh mereka atau wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem
pemilihan bebas.

C. Bentuk Demokrasi

Critical Book Review | 16


Dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam sistem pemerintahan, demokrasi
melahirkan sistem yang bermacam-macam, seperti demokrasi dengan sistem presidensial,
demokrasi dengan sistem parlementer, dan demokrasi dengan sistem referendum.

D. Prinsip-prinsip Demokrasi

Menurut Ranney (1982:278), ada 4 prinsip yang terkait dengan pemerintahan


demokrasi, yaitu : (1) kedaulatan rakyat; (2) persamaan politik; (3) konsultasi kepada rakyat;
dan (4) aturan mayoritas.

E. Pendidikan Demokrasi

Pendidikan demokrasi diartikan sebagia upaya sistematis yang dilakukan negara dan
masyarakat untuk memfasilitasi individu warga negaranya agar memahami, menghayati,
mengamalkan dan mengembangkan konsep, prinsip, dan nilai demokrasi sesuai dengan status
dan perannya dalam masyarakat (Udin S. Winataputra, 2001:12).

BAB 7 NEGARA HUKUM


A. Pendahuluan

Indonesia adalah negara hukum, artinya negara yang semua penyelenggaraan


pemerintahan dna kenegaraan serta kemasyarakatannya berdasarkan atas hukum, bukan
didasarkan atas kekuasaan belaka. Menurut Arumanadi (1990:1-2) bahwa negara hukum
Indonesia lahir bukan sebagai manifestasi dari tuntutan kebebasan lawan absolitisme, akan
tetapi terdorong oleh keinginan baik menuju terwujudnya cita-cita nasional yang telah
disepakati bersama.

B. Pengertian Negara Hukum

Dapat disimpulkan negara hukum adalah negara yang berdasarkan hukum, kekuasaan
negara berdasar atas hukum, bukan kekuasaan belaka serta pemerintahan negara berdasar
pada konstitusi yang berpaham konstitusionalisme, tanpa hal tersebut sulit disebut sebagai
negara hukum. Supremasi hukum harus mencakup tiga ide dasar hukum, yakni keadilan,
kemanfaatan, dan kepastian. Oleh karena itu di negara hukum, hukum harus tidak boleh
mengabaikan “rasa keadilan masyarakat”.
Critical Book Review | 17
C. Konsep Negara Hukum

Konsep negara hukum material yang dikembangkan di abad ini sedikitnya memiliki
sejumlah ciri yang melekat pada negara hukum atau rechtsstaat, yaitu sbb : (1) HAM
terjamin oleh UU; (2) supremasi hukum; (3) kesamaan kedudukan di depan hukum; (4)
peradilan administrasi dalam perselisihan; (5) kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan
berorganisasi; (6) pemilihan umum yang bebas; (7) badan kehakiman yang bebas dan tidak
memihak (Dirjendikti, 2012:112).

D. Konsep Negara Hukum (Eropa Kontinental)

Tukiran Taniredja et al (2017:140-141) mengemukakan ada beberapa teori yaitu Teori


Immanuel Kant, Teori F.J Stahl, dan Teori Paul Scholten.

E. Konsep Negara Hukum (Anglo Saxon)

Menurut A.V Dicey konsep negara hukum haruslah mengandung tiga unsur yaitu
Supremacy of law, Equality before the law, dan Human rights.

F. Makna Indonesia Negara Hukum

Makna negara Indonesi sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah hukum
nasional Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif. Akomodatif artinya
mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang dinamis. Adaptif, artinya mampu
menyesuaikan dinamika perkembangan jaman, sheingga tidak pernah usang. Progresif,
artinya sellau berorientasi kemajuan, perspektif masa depan.

G. Implementasi Hukum di Indonesia sebagai Negara Hukum

Dalam upaya mewujudkan sistem hukum nasional yang bersumber pada Pancasula
dan UUD NRI 1945, bukan hanya diperlukan pembaharuan materi hukum, tetapi yang lebih
penting adalah pembinaan aparatur hukumnya sebagai pelaksana dan penegak hukum. Di
negara Indonesia, pemerintah bukan hanya harus tunduk dan menjalankan hukum, tetapi juga
harus aktif memberikan penyuluhan hukum kepada segenap masyarakat, agar masyarakat
semakin sadar hukum.

Critical Book Review | 18


BAB 8 WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA
A. Pendahuluan

Setiap bangsa mendaoatkan anugerah dari Tuhan YME berupa alam dengan segala
isinya yang berada antar satu wilayah dengan wilayah ini. Demikian pula manusia ciptaan
Tuhan YME, dibekali dengan akal budi yang mewajibkannya untuk mengurangi samudera
kehidupan ini dengan senantiasa mengembangkan hubungan yang baik antar sesam,
lingkungan alam, hubungan dengan penciptanya.

B. Pengertian Geopolitik

Geopolitik dapat diartikan sebagai sistem politik atau peratutran-peratutran dalam


wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional gografik
suatu negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung atau tidak
langsung kepada sistem politik suatu negara (Kaelan dan Zubaidi, 2007:122).

C. Sejarah Lahirnya Geopolitik

Konsepsi geopolitik lahir di Jerman pada akhir abad XIX. Semula geopolitik adalah
ilmu bumi politik yang membahasa politik dalam suatu negara, namun berkembang menjadi
ajaran yang melegitimasikan hukum ekspansi suatu negara (Budi Juliardi 2016:149).

D. Paham Geopolitik Indonesia

Wawasan nusantara adalah geopolitik indonesia. Hal ini dipahami berdasarkan


pengertian bahwa dalam wawasan nusantara terkandung konsepsi geopolitik Indonesia, yaitu
unsur ruang, yang kini berkembang tidak saja secara fisik geografis, melainkan dalam
pengertian secara keseluruhan (Suradinata; Sumiarno:2005).

E. Konsep Dasar Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional Indonesia merupakan penjabaran


tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan kondisi, posisi, dan geografi Indonesia dan
merupakan pedoman pola pikir serta pola tindak dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional
(Zainul Ittihad Amin, 2014)

F. Sifat dan Ciri Wawasan Nusantara

Critical Book Review | 19


Menurut Tukiran taniredja et al, 2016:184-186) wawasan nusantara memiliki dua sifat
atau ciri yaitu :

1. Menunggal, maksudnya keserasian dan keseimbangan yang dinamis dalam segenap


aspek kehidupan, baik aspek alamiah maupun aspek sosial.
2. Utuh menyeluruh artinyah utuh menyeluruh bagi nusantara dan rakyat Indonesia
sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh bulat dan tidak dapat dipecah-pecah
oleh kekuatan apapun dan bagaimanapun, sesuai dengan satu nusa, satu bangsa dan
satu bahasa.

G. Unsur-unsur Dasar Wawasan Nusantara

Unsur-unsur wawasan nusantara adalah sebagai berikut :

1. Wadah/wilayah (countour), segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia (Pembukaan UUD NRI 1945 alinea IV).
2. Isi (content), meliputi cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan
UUD NRI 1945.
3. Tata laku (conduct).

H. Fasktor Kewilayahan yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara

Faktor kewilayahan yang mempengarui wawasan nusantara (Ditjendikti, 2012) yaitu :

1. Asas Kepulauan (Archipelagic Principle)


2. Kepulauan Indonesia
3. Konsepsi tentang Wilayah Indonesia

BAB 9 KETAHANAN NASIONAL


A. Pendahuluan

Ketahan bangsa merupakan kemampuan suatu bangsa untuk mempertahankan


persatuan dan kesatuannya serta memperkuat daya dukung kehidupannya. Konsepsi
ketahanan bangsa untuk konteks Indonesia dikenal dengan nama Ketahanan Nasional.

B. Pengertian Ketahanan Nasional

Critical Book Review | 20


Secara etimologis, istilah ketahanan nasional berasal dari bahasa jawa yaitu tahan
yang berarti kuat, tangguh dan ulet. Ketahanan berarti kekuatan, ketangguhan, dan keuletan
dalam kerangka kesadaran. Kata nasional berasal dari kata bahasa inggris yaitu Nation yang
berarti bangsa yang telah menegara.

C. Sifat-sifat Ketahanan Nasional

Ketahanan Nasional Indonesia memiliki sifat-sifat yang terbentuk dari nilai-nilai yang
terkandung dalam landasan asas-asasnya, yaitu :

1. Mandiri;
2. Dinamis;
3. Manunggal;
4. Wibawa;
5. Konsultasi dan Kerjasama.

D. Unsur-unsur Ketahanan Nasional Indonesia

Alfred Thayer Mahan dalam bukunya The influence seapower on history, mengatakan
bahwa kekuatan nasional suatu bangsa dapat dipenuhi apabila bangsa tersbeut memenuhi
unsur-unsur : letak geografi, bentuk atau wujud bumi, luas wilayah, jumlah penduduk, watak
nasional dan sifat pemerintahan (Ditjendikti, 2012:160).

E. Ketahanan Nasional Indonesia

Berikut skema aspek ketahanan nasional Indonesia yaitu :

Critical Book Review | 21


 Buku Pembanding
BAB 1 IDENTITAS NASIONAL INDONESIA
A. Pengantar

Pembelajaran di bab ini akan mengajak anda untuk mengkaji konsep identitas
nasional dan pentingnya identitas nasional itu. Bagi Indonesia sebagai sebuah negara-negara
(nation-state) yang berdiri di antara negara-bangsa lain di dunia, identitas nasional tentunya
sangat penting untuk diberlakukan dan dikembangkan secara terus menerus. Demikian juga
kita sebagai warga negara sekaligus warga bangsa Indonesia perlu memiliki identitas.

B. Masalah-masalah Pokok dalam Perencanaan Pengajaran


1. Pengertian dan Jenis Identitas
Istilah identitas nasional terdiri atas dua kata identitas dan nasional. Identitas
berasal dari bahasa Inggris identity yang secara harafiah berarti jati diri, ciri-ciri atau
tanda-tanda yang terdapat pada seseorang atau sesuatu sehingga mampu membedakannya
dengan yang lain. Menurut sudut pandang antropologi, identitas merupakan sifat khas
yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri, golongan, kelompok, dan
komunitas. Sedangkan kata nasional berasal dari kata nation (bahasa inggris) yang berarti
bangsa. Istilah bangsa menunjuk pada persekutuan hidup manusia yang diikat karena
adanya persamaan objektif (fisik) seperti ciri fisik, ras, agama, bahasa, wilayah, dan
budaya atau persamaan subjektif seperti kesamaan nasib dan tujuan. Terkait dengan 2
jenis bangsa dan dasar pengelompokkannya ini, kita juga dapat membedakan 2 jenis
identitas, yakni identitas kebangsaan (nasional) dan identitas kesukubangsaan (lokal).

2. Identitas Nasional dan Identitas Lokal


Identitas Nasional menunjuk pada penanda yang melekat pada manusia-manusia
yang menyatakan dirinya sebagai satu bangsa baik yang diikat oleh kesamaan-kesamaan
fisik seperti ras, budaya, agama, dan bahasa maupun nonfisik seperti keinginan, cita-cita
dan tujuan. Oleh karena itu, dapat dimengerti bahwa identitas tidak hanya menunjuk pada

Critical Book Review | 22


ciri fisik yang dimiliki tetapi juga pada ciri nonfisik, seperti keinginan, cita-cita atau
gagasan (Nilai) yang nantinya tercermin dalam sikap dan perilaku pemilik identitas
tersebut.

Identitas Lokal juga memiliki dimensi fisik dan nonfisik sebagaimana identitas
nasional. Mereka memiliki lambang, simbol, semboyan dan bahasa. Mereka juga
memiliki ide, nilai, dan gagasan yang memengaruhi sikap dan perilaku sehingga bisa
dibedakan dengan kelompok lain.

3. Pentingnya Identitas
Arti penting identitas nasional bagi suatu bangsa adalah sebagai pemersatu bangsa
yang bersangkutan sekaligus sebagai pembeda dengan bangsa lain. Bangsa yang bersatu
karena identitas yang sama dapat menimbulkan rasa kebanggaan, kebersamaan, dan
kecintaan pada bangsa dan tanah airnya. Di sisi lain, identitas nasional yang mampu
membedakan toleransi, hormat menghormati, dan sikap apresiatif terhadap identitas lain
tersebut.

C. Perwujudan Identitas Nasional di Indonesia


1. Perkembangan Identitas Nasional Indonesia

Ternyata kesadaran kebangsaan itu baru muncul di awal abad ke 20. Ada dua
peristiwa penting yang menandai tumbuhnya semangat kebangsaan itu adalah berdirinya
organisasi Budi Utomo tgl 20 Mei 1908 dan Kongres Pemuda II tgl 28 Oktober 1928
yang mencetuskan Sumpah Pemuda. Kesadaran kebangsaan itu akhirnya menemukan titik
puncaknya pada peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sejak saat itu tidak
hanya lahir identitas negara baru yakni negara Indonesia tetapi juga kesadaran baru
sebagai bangsa Indonesia.

2. Perwujudan Identitas Nasional Indonesia

Sebagai identitas negara, Indonesia juga memiliki sejumlah identitas nasional,


yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk antara lain :

a. Bahasa nasional yakni bahasa Indonesia;


b. Bendera negara yakni Sang Merah Putih;
c. Lagu kebangsaan yakni Indonesia Raya;

Critical Book Review | 23


d. Lambang negara yakni Garuda Pancasila;
e. Semboyan negara yakni Bhineka Tunggal Ika;
f. Ideologi nasional yakni Pancasila;

D. Integrasi dan Disintegrasi


1. Hubungan Identitas dan Integrasi

Dengan demikian, kepemilikan suatu identitas nasional sangat berkontribusi


positif yang bagi terwujudnya integrasi sebuah bangsa. Jadi ada hubungan erat antara
identitas dengan integrasi. Dapat dikatakan identitas berguna untuk pembangunan
integrasi sebuah bangsa. Pembangunan integrasi sebuah bangsa, salah satunya dapat
dikembangkan melalui pembentukan identitas nasional.

2. Integrasi versus Disintegrasi

Jika integrasi berarti penyatuan, disintegrasi dapat berarti perpecahan. Integrasi


dan disintegrasi dapat dipersamakan dengan konsensus dan konflik. Adanya konsensus
menciptakan integrasi, sedangkan adanya konflik menimbulkan disintegrasi.

E. Pancasila Sebagai Identitas dan Nilai Integratif


1. Pancasila sebagai Identitas Bangsa

Pancasila sebagai identitas bangsa atau jati diri bangsa telah banyak diakui para
ahli. Kaelan (2002) menyatakn jati diri bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang
merupakan hasil buah pikiran dan gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan
yang dianggap baik yang memberikan watak, corak, dan ciri masyarakat Indonesia. Corak
dan watak itu adalah bangsa yang religius, menghormati bangsa dan manusia lain, adanya
persatuan, gotong royong, dan musyawarah serta ide tentang keadilan sosial. Nilai-nilai
dasar itu dirumuskan sebagai nilai-nilai Pancasila sehingga Pancasila dikatakan sebagai
jati diri bangsa.

2. Pancasila sebagai Nilai Integratif

Pancasila sebagai nilai integratif dalam arti nilai-nilai yang terkandung di


dalamnya dipandang sebagai nilai bersama masyarakat Indonesia. Dengan penerimaan

Critical Book Review | 24


semua elemen masyarakat Indonesia terhadap nilai Pancasila maka masyarakat menjadi
bersatu di atas landasan nilai bersama tersebut.

BAB 2 KEWARGANEGARAAN INDONESIA


A. Pengantar

Pembelajaran di bab ini akan mengajak anda untuk mengkaji konsep warga negara
dan kewarganegaraan. Status warga negara yang kita sandang menjadikan adanya
kepemilikan hak dan kewajiban terhadap negara. Sebaliknya, negara Indonesia memiliki hak
dan kewajiban terhadap warga negaranya.

B. Warga Negara dan Kewarganegaraan

Secara ringkas dikatakan warga negara adalah seorang anggota dari suatu negara.
Dalam kehidupan sehari-hari kita juga mengenal istilah “warga sekolah, warga kampung,
warga desa, warga suku, warga kampus, dan sebagainya”. Kata warga berarti anggota.
Sedangkan menurut kamus Maya Wikipedia, dikatakan kewarganegaraan merupakan
keanggotaan dalam komunitas politik (yang dalam sejarah perkembangannya diawali pada
negara kota namun sekarang ini telah berkembang pada keanggotaan suatu negara) yang
membawa implikasi pada kepemilikan hak untuk berpartisipasi dalam politik.

C. Siapakah Warga Negara Indonesia

Pasal 26 UUD NRI 1945 menyatakan sebagai berikut :

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

D. Peran, Hak, dan Kewajiban Warga Negara Indonesia


1. Status dan Peran Warga Negara

Critical Book Review | 25


Menurut Padmo Wahyono (1983), status seorang warga negara terbagi 4 macam
yaitu :

a. Status Positif, artinya setiap warga negara berhak memperoleh sesuatu yang
positif dari negara terutama yang berhubungan dengan upaya memenuhi
kebutuhan untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan.
b. Status Negatif, artinya warga negara berhak untuk menolak atau tidak dicampuri
oleh negara dalam hal-hal tertentu terutama menyangkut hak-hak pribadi.
c. Status Pasif, artinya sebagai kepatuhan warga negara kepada pemerintah dan
peraturan yang berlaku atau hukum yang bersumber pada keadilan dan kebenaran.
d. Status Aktif, artinya keterlibatan secara ktif warga negara dalam organisasi negara
(pemilu, dll).

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (1984) mengatakan “peranan merupakan


aspek yang dinamis dari kedudukan (status)”. Apabila seseorang yang melakukan sesuai
dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan.

2. Hak Warga Negara

Hak-hak warga negara yang tertuang pada Pasal 27 – 34 UUD 1945, yaitu :

a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak;


b. Hak membela negara;
c. Hak berpendapat;
d. Hak kemerdekaan memeluk agama;
e. Hak ikut sera dalam pertahanan negara;
f. Hak untuk mendapatkan pengajaran;
g. Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia;
h. Hak ekonomi;
i. Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial.

3. Kewajiban Warga Negara

Rumusan kewajiban warga negara dituangkan pada Pasal 27 – 31 UUD NRI 1945
yang masih merupakan rumusan garis besar dan belum terperinci. Kewajiban tersebut
sebagai berikut :

Critical Book Review | 26


a. Kewajiban mentaati hukum dan pemerintahan;
b. Kewajiban membela negara;
c. Kewajiban dalam upaya pertahanan negara;
d. Kewajiban mengikuti pendidikan dasar.

BAB 3 NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI


A. Pengantar

Pembelajaran di bab ini akan mengajak anda untuk mengkaji konsep negara Indonesia
sebagai negara hukum. Di sisi lain mengajak perlunya kita sebagai warga negara untuk
memiliki kesadaran hukum dan menaati hukum yang berlaku.

B. Negara Hukum dan Indonesia Sebagai Negara Hukum


1. Negara Hukum

Tamanaha berpendapat bahwa prinsip megara hukum the rule of law, sedikinya
memiliki enam bentuk, yaitu :

a. Rule by Law, artinya hukum hanya difungsikan sebagai instrumen dalam


penyelenggaraan pemerintahan. Hukum hanya dimaknai dan difungsikan sebagai
instrumen kekuasaan belaka.
b. Formal Legality, artinya dalam bentuk ini negara hukum dicirikan memiliki
beberapa sifat yang meliputi : prinsip prospektivitas dan tak boleh retroaktif,
berlaku umum mengikat semua orang, jelas, publik, dan relatif stabil.
c. Democracy and Legality, artinya demokrasi yang dinamis diimbangi oleh hukum
yang menjamin kepastian hukum. Namun demikian, sebagai a procedural mode
of legitimation, demokrasi juga mengandung keterbatasan-keterbatasan yang
serupa degan formal legality, sehingga bisa juga memunculkan praktik-praktik
buruk kekuasaan –otoritarian.
d. Individual Rights, artinya adanya jaminan dan perlindungan terhadap hak milik,
kontrak pribadi, dan otonomi seseorang.
e. Right of Dignity, artinya jaminan terhadap martabat seseorang, yang termasuk
jaminan atas hak keadilan.
f. Social Welfare, artinya pelaksanaan yang sifatnya mendasar dan hakiki, jaminan
kesejahteraan, dan terjaganya-terpeliharanya seseorang dalam komunitasnya.

Critical Book Review | 27


2. Hakikat Negara Indonesia sebagai Negara Hukum

Perumusan yang dipakai oleh para pembentuk UUD NRI 1945, ialah : “Indonesia
adalah negara yang berdasarkan atas hukum” dengan rumusan “Rechtsstaat” di antara 2
tanda kutip, yang menurut Padmo Wahjono, menunjukkan bahwa pola yang diambil tidak
menyimpang dari konsep negara hukum pada umumnya (genusbegrip), tetapi tetap
disesuaikan dengan kondisi bangsa Indonesia (Fadjar, 2005:85).

C. UUD NKRI 1945 Sebagai Konnstitusi Negara


1. Sejarah Lahirnya UUD NRI 1945

Dari uraian yang ada, diketahui bahwa rancangan UUD dirumuskan sebelum
Proklamasi Kemerdekaan, sedangkan penetapan dan pengesahannya terjadi satu hari
setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dalam sejarah revolusi Bangsa Indonesia
peristiwa tersebut benar-benar merupakan karunia tak ternilai dari Tuhan Yang Maha Esa.
Sejak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, menetapkan UUD 1945 pada 18
Agustus 1945, penyelenggaraan negara didasarkan pada ketentuan-ketentuan menurut
UUD 1945.

2. Amandemen UUD NRI 1945 dan Hasil-hasilnya

Empat tahap amandemen terhadap UUD NRI 1945 sebagai berikut :

a. Amandemen 1 pada sidang umum MPR, disahkan 19 Oktober 1999.


b. Amandemen 2 pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 Agustus 2000.
c. Amandemen 3 pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 November 2001.
d. Amandemen 4 pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 Agustus 2002.

Ditinjau dari sistematika, UUD 1945 sebelum perubahan terdiri atas tiga bagian
(termasuk penamaannya), yaitu :

a. Pembukaan (Preambule);
b. Batang Tubuh;
c. Penjelasan.

3. Hakikat UUD NRI 1945 sebagai Konstitusi Indonesia

Critical Book Review | 28


Konstitusi merupakan referensi terpenting bagi kehidupan dan mekanisme
ketatanegaraan. Pada umumnya konstitusi berisikan latar belakang hasrat bernegara,
landasan filosofis kenegaraan, tujuan negara, struktur organisasi, dan mekanisme
pemerintahan negara yang diinginkan oleh bangsa yang mendirikan dan mempertahankan
negara itu. Oleh sebab itu, berbicara tentang organisasi negara, tidak bisa dilepaskan dari
pembicaraan tentang konstitusi.

D. Perilaku Konstitusional

Sebaliknya perilaku konstitusional adalah perilaku yang menyimpang dari aturang-


aturan atau pasal-pasal yang ada dalam konstitusi. Misal menurut UUD NRI 1945, presiden
tidak dapat atau tidak berwenang membubarkan DPR atau MPR. Jika Presiden Indonesia
membubarkan lembaga DPR maka dapat dikategorikan sebagai perilaku inskonstitusional.

BAB 4 DEMOKRASI INDONESIA


A. Pengantar

Pembelajaran di bab ini akan mengajak anda untuk mengkaji konsep demokrasi dan
demokrasi yang berjalan di Indonesia dewasa ini. Untuk lebih mendapatkan pemahaman
tentang materi bab ini, anda akan menelusuri konsep-konsep demokrasi Indonesia dari
berbagai sumber.

B. Makna Demokrasi
1. Istilah Demokrasi

Istilah demokrasi (democracy) berasal dari penggalan kata bahasa Yunani yakni
demos dan kratos/cratein. Demos berarti rakyat dan cratein berarti pemerintahan. Jadi
demokrasi berarti pemerintahan rakyat. Salah satu pendapat terkenal dikemukakan oleh
Abraham Lincoln di thn 1863 yang mengatakan demokrasi adalah pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of the people, by the people, and for
the people).

2. Demokrasi sebagai Bentuk Pemerintahan, Sistem Politik, dan Sikap Hidup.

Menurut Plato, demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana


pemerintahan itu dipegang oleh rakyat dan dijalankan untuk kepentingan rakyat banyak.

Critical Book Review | 29


Sedangkan menurut Samuel Huntington (2001) juga menyatakan bahwa sistem politik di
dunia ini ada dua yakni sistem politik demokrasi dan sistem politik nondemokrasi. Bahwa
demokrasi tidak datang dengan sendiri dalam kehidupan bernegara. Ia memerlukan
perangkat pendukungnya yakni budaya yang kondusif sebagai mind set dan setting sosial
dan bentuk konkrit dari manifestasi tersebut adalah dijadikannya demokrasi sebagai
pandangan hidup.

C. Demokrasi Di Indonesia

Ide demokrasi Indonesia terungkap dalam sila keempat Pancasila yakni kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan Pasal 1
Ayat 2 UUD NRI 1945 yakni kedaulatan berada di tangan rakyat dna dilaksanakan menurut
UUD 1945. Istilah kedaulatan (kekuasaan tertinggi) di tangan rakyat berarti demokrasi.

D. Sikap Demokrasi dan Menghargai Perbedaan (Bhineka Tunggal Ika)


1. Perlunya Sikap Hidup Demokrasi

Perlunya sikap demokrasi ini oleh karena demokrasi dipahami tidak hanya sebagai
bentuk pemerintahan dan sistem politik negara. Demokrasi lebih dari itu adalah sebagai
sikap hidup baik warga negara maupun penyelenggara negara di negara yang mengaku
diri sebagai negara demokrasi. Negara demokrasi tidak akan tegak jika dalam negara itu
hanya ada lembaga-lembaga negara.

2. Penerapan Budaya Demokrasi

Dalam kehidupan bernegara, penerapan budaya demokrasi dapat dilakukan oleh


mereka apra pemegang pemerintahaan atau para pemimpin politik. Tingkah laku para
pemimpin sangat penting sebab merekalah yang sehari-hari menjalankan pemerintahan
negara maupun lembaga-lembaga negara.

3. Menghargai Perbedaan

Mengikuti pendapat Zamroni (2013), menghargai dan menghormati perbedaan


merupakan salah satu nilai demokrasi. Oleh karena perbedaan adalah fakta dan bersatu
adalah keinginan kita bersama, maka yang diperlukan adalah sikap menerima,
menghormati, dan menghargai adanya perbedaan itu.

Critical Book Review | 30


BAB 5 HAK ASASI DAN KEWAJIBAN ASASI MANUSIA
A. Pengantar

Pembelajaran di bab ini akan mengajak anda untuk mengkaji Konsep dan Harmoni
HAM dan KAM. Memahami HAM dan KAM merupakan kewajiban kita semua. Menghargai
hak asasi orang lain merupakan kewajiban kita sebagai warganegara.

B. Hakikat HAM dan KAM


1. Pengertian Hak Asasi Manusia

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa HAM adalah hak yang dimiliki
seorang manusia mulai dari awal proses penciptanya bersifat melekat dalam diri manusia
sebagai anugerah Tuhan YME yang dimilikinya tanpa melihat perbedaan bangsa, rasa,
agama, atau JK, karena itu bersifat mendasar (asasi).

2. Hak Asasi Manusia

Menurut H Abdul Salam, hakikat HAM adalah menjaga keselamatan dan


eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan, yaitu keseimbangan hak dan
kewajiban, serta keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan
umum. Begitu juga antara menghormati melindungi dan menjunjung tinggi HAM,
menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah (aparatur
pemerintah baik sipil maupun militer), dan negara.

3. Ciri Pokok Hakikat HAM


a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi, HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial, dan bangsa.
c. HAM tidak biisa dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk membatasi
atau melanggar hak orang lain.

4. Macam HAM
a. Menurut Thomas Hobbes satu-satunya HAM adalah hak hidup.
b. Menuruy J.Locke hak asasi meliputi hak hidup, kemerdekaan, dan hak milik.

Critical Book Review | 31


c. Secara umum hak asasi diklasifikasikan yaitu :
 Hak asasi pribadi;
 Hak asasi politik;
 Hak asasi ekonomi;
 Hak sosial dan kebudayaan;
 Hak mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang sama dalam hukum
dan pemerintahan;
 Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan dalam tata cara peradilan dan
perlindungan.
5. Hakikat Ham

Dapat disimpulkan bahwa kewajiban asasi manusia hidup adalah menjalankan


peirntah dan menjauhi larangan Tuhan YME. Dengan mewujudkan kemerdekaan dan
persamaan dalam harkat dan martabatnya sebagai anugerah Tuhan YME, maka akan
menciptakan hak dasar (asasi). Hal ini dikarenakan HAM dan KAM ini berjalan bersama.

C. Kasus HAM di Indonesia

Dalam perkembangan sejarah bangsa Indonesia, ada beberapa kasus besar


pelanggaran HAM yang terjadi dan mendapat perhatian yang tinggi dari pemerintah dan
masyarakat Indonesia, seperti :

1. Kasus Tanjung Priok (1984)


2. Peristiwa Aceh (1990)
3. Periwtwa Penculikan Para Aktivis Politik (1998)
4. Peristiwa Trisakti dan Semanggi (1998)
5. Peristiwa Kekerasan di Timor Timur Pasca jejak Pendapat (1999)
6. Kasus Ambon (1999)
7. Kasus Poso (1998-2000)
8. Kasus Dayak dan Madura (2000)
9. Kasus TKI
10. Bom Bali 1 & 2 (12 Oktober 2002)

D. Harmoni Antara HAM dan KAM

Critical Book Review | 32


Hakikat HAM adalah keterpaduan antara HAM, KAM dan TAM yang berlangsung
secara sinergis dan seimbang, sebab bila tidak akan timbul feodalisme, anarkisme, dan
kesewenangan-wenangan dalam tata kehidupan manusia. Maka manusia menerima HAM
sebagai anugerah sekaligus sebagai amanat berwujud KAM. Jadi, pribadi manusia yang baik
ialah yang menunaikan amanat KAM untuk menikmati anugerah Tuhan yaitu HAM.

BAB 6 WAWASAN NUSANTARA


A. Pengantar

Pembelajaran di bab ini akan mengajak anda untuk mengkaji pengertian dan konsep
Wawasan Nusantara. Wawasan nusantara merupakan cara pandang bangsa indonesia
terhadap diri dan lingkungannya.

B. Indonesia Berciri Nusantara


1. Wilayah sebagai Ruang Hidup

Jadi wilayah Indonesia merupakan ruang bagi hidupnya bangsa indonesia serta ruang
tempat penyelenggaraan pemerintahan yang berdaulat. Pengakuan wilayah sebagai ruang
hidup bangsa Indonesia, tercerminkan pada kalimat “melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia” pada alinia IV Pembukaan UUD NRI 1945. Tidak ada keinginan
Bangsa Indoneisa untuk memperluas wilayah, hanya demi kepentingan ruang hidup bangsa.
Bangsa Indoneisa merasa sudah cukup dengan wilayah yang sekarang ini, sebagai wilayah
kedaulatan bangsa Indonesia.

2. Wilayah Indonesia Berciri Nusantara

Pasal 25A UUD NRI 1945 dinyatakan bahwa “Negara Kesatuan RI adalah sebuah
negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya
ditetapkan dengan UU”. Pasal ini merupakan hasil perubahan IV thn 2002. Kondisi wilayah
Indonesia digambarkan sebagai wilayah yang berciri nusantara. Perumusan wilayah
Indonesia dalam pasal tersebutu menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mengakui pentingnya
wilayah sebagai salah satu unsur negara sekaligus ruang hidup bagi bangsa Indonesia yang
telah bernegara.

C. Latar Belakang dan Pentingnya Wawasan Nusantara


1. Konsep Wawasan Nusantara
Critical Book Review | 33
Pada bagian awal telah dinyatakan bahwa Wawasan Nusantara merupakan
wawasan nasionalnya bangsa Indonesia. Secara etimologis, istilah wawasan berasala dari
bahasa Jawa, yaitu Wawas, yang mengandung arti melihat, memandang atau meninjau.
Kata wawasan menunjukkan dua konsep, yaitu mengandung konsep isi terkait dengan
tujuan dan cita-cita dan mengandung konsep cara dalam mencapai tujuan dan cita-cita
tersebut.

2. Latar Belakang Munculnya Wawasan Nusantara

Proses terbentuknya wawasan nasional suatu bangsa dapat dijelaskan sebagai


berikut. Wawasan adalah cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya. Diri
bangsa itu tampak terwujud dalam sejarag dan budayanya. Artinya untuk dapat
memahami secara jelas diri bangsa harus dipelajari sejarah dan budaya bangsa itu.
Lingkungan bangsa itu diartikan terutama konstelasi geografisnya, yang meliputi bentuk,
letak/posisinya, luasnya, iklimnya, dan kekayaan alamnya.

3. Arti Penting Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Pentingnya wawasan


nusantara adalah memberi pemahaman, kesadaran, dan sikap positif kita terhadap kondisi
serba keanekaragaman dan kenusantaraan Indonesia. Bahwa Indonesia yang beragam dan
berciri nusantara ini bukan merupakan serpihan-serpihan yang saling terpisah, namun
tetap dipandang sebagai satu kesatuan saling berhubungan. Wawasan nusantara
merupakan pencerminan dari sila III Pancasila yakni Persatuan Indonesia.

D. Otonomi Daerah Di Indonesia


1. Otonomi Daerah Konteks Wawasan Nusantara

Oleh karena itu, tidak ada yang salah dengan otonomi daerah atau dengan kata
lain otononmi daerah tidak bertentangan dengan prinsip wawasan nusantara. Otonomi dan
desentralisasi adalah cara atau strategi yang dipilih agar penyelenggaraan NKRI ini bisa
menciptakan pembangunan yang berkeadilan dan merata di seluruh wilayah tanah air.
Justru keadilan yang merata menjadi prasarat terwujudnya rasa persatuan dan kesatuan
sebagai bangsa Indonesia. Persatuan dan kesatuan bangsa merupakan hakekat dari
wawasan nusantara itu sendiri.

2. Masa Depan Konsep Wawasan Nusantara


Critical Book Review | 34
Wilayah Indoenesia sebagai negara kepulauan yang berciri nusantara sudah diakui
masyarakat internasional. Negara yang berasas kepulauan (archipelago) adalah wilayah
lautan dengan pulau-pulau di dalamnya. Pulau-pulau tersebut selalu dalam kesatuan utuh,
sementara tanpa unsur perairan atau laut antara pulau-pulau berfungsi sebagai unsur
penghubung dan bukan pemisah. Pengakuan masyarakat bahwa Indonesia merupakan
negara kepulauan sangat berharga bagi Indonesia menjadi dasar dalam memperkokoh
konsep wawasan nusantara untuk masa-masa mendatang.

BAB 7 KETAHANAN NASIONAL


A. Pengantar

Pembelajaran di bab ini akan mengajak anda untuk mengkaji pengertian dan konsep
Ketahanan Nasional. Pemahaman yang baik mengenai ketahanan nasional bagi warga negara
Indonesia penting karena dapat mengenali potensi-potensi ancaman dimasa depan serta
kemampuan memberi alternatif penyelesaiannya, memiliki kesadaran diri untuk melibatkan
diri dalam mengatasi berbagai ancaman bangsa dan kesadaran diri untuk terus bekerja
mengisi pembangunan menuju cita-cita nasional Indonesia.

B. Hakikat Ketahanan Nasional


1. Munculnya Istilah Ketahanan Nasional Indonesia

Pada tahun 1969 lahirlah istilah Ketahanan Nasional. Konsepsi ketahanan nasioal
saat itu dirumuskan sebagai keuletan dan daya tahan suatu bangsa yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional yang ditujukan untuk menghadapi segala
ancaman yang membahayakan kelangsung hidup negara dan bangsa Indonesia.

2. Pengertian dan Hakikat Ketahanan Nasional

Ketahanan nasional tahun 1969, adalah keuletan dan daya tahan kita dalam
menghadapi segala ancaman baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang
langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup negara dan bangsa
Indonesia. Sednagkan ketahanan nasional meliputi ketahanan ideologim ketahanan
politik, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya, dan ketahanan pertahanan
keamanan.

Critical Book Review | 35


3. Unsur-unsur Ketahanan Nasional

Yang dimaksud unsur-unsur ketahanan nasional adalah aspek-aspek kehidupan


bangsa yang menjadi pendukung ketahanan nasional Indonesia. Aspek atau unsur-unsur
ketahanan nasional itu disebut sebagai gatra yang meliputi 8 aspek (8 gatra) dinamakan
asta gatra. 8 gatra itu terbagi atas 3 gatra aspek alamiah dan 5 gatra aspek sosial
kemasyarakatan.

C. Dimensi Ancaman Di Era Global


1. Hakikat Ancaman

Ancaman adalah suatu hal atau upaya yang bersifat dan bertujuan mengubah dan
merombak kebijakan yang dilaksanakan secara konsepsional. Dalam UU No. 3 thn 2002
ttg Pertahanan Negara, definisi ancaman adalah “setiap usaha dan kegiatan baik dari
dalam maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.”

2. Ancaman Militer dan Nirmiliter

Menurut buku Putih Pertahanan Thn 2008 yang diterbitkan Dephankam RI,
ancaman yang membahayakan keamanan dan kelangsungan hidup bernegara dan
berbangsa ada 2, yaitu :

a. Ancaman Militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang


terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
b. Ancaman Nirmiliter adalah ancaman yang menggunakan faktor-faktro nirmiliter,
yang dinilai mempunya kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

D. Bela Negara

Menurut Kamus Maya Wikipedia, bela negara adalah sebuah konsep yang disusun
oleh perangkat perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu
kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan
eksistensi negara tersebut.

Critical Book Review | 36


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Keunggulan Buku

A. Materi Identitas Nasional


Buku Utama
1. Di buku ini, lebih memaparkan mengenai capaian pembelajran, kompetensi,
indikator serta peta konsep dibandingkan buku pembanding.
2. Di buku ini terdapat soal latihan.
3. Di buku ini lebih mencantumkan gambar, bahan diskusi sedangkan di buku
pembanding tidak ada.
Buku Pembanding
1. Di buku pembanding setiap bab terdapat analisis kasus, rangkuman serta
pengembangan sikap sesuai dengan materi.
2. Di sub-bab materi ini, materi integrasi dan disintegrasi disatukan dalam materi ini
sedangkan di buku utama di pisahkan.
3. Sub-bab di buku ini jauh lebih rinci, banyak, dibandingkan buku utama.

B. Materi Negara dan Konstitusi


Buku Utama
1. Di buku ini, lebih memaparkan mengenai capaian pembelajran, kompetensi,
indikator serta peta konsep dibandingkan buku pembanding.
2. Sub-bab yang terdapat dalam materi ini di buku utama lebih banyak dijelaskan
dibandingkan buku pembanding.
3. Buku ini terdapat soal latihan.
Buku Pembanding
1. Di buku pembanding setiap bab terdapat analisis kasus.
2. Di buku ini terdapat rangkuman serta pengembangan sikap sesuai dengan materi.

C. Materi HAM
Buku Utama

Critical Book Review | 37


1. Sub-bab materi ini di buku utama lebih banyak dipaparkan dibandingkan di buku
pembanding.
2. Di buku ini, lebih memaparkan mengenai capaian pembelajran, kompetensi,
indikator serta peta konsep dibandingkan buku pembanding.
3. Terdapat soal latihan di akhir bab.
Buku Pembanding
1. Sub-bab di buku pembanding lebih mengarah kepada contoh, sedangkan di buku
utama tidak.
2. Di buku pembanding setiap bab terdapat analisis kasus, rangkuman serta
pengembangan sikap sesuai dengan materi.

D. Materi Demokrasi
Buku Utama
1. Sub-bab materi dalam buku utama lebih jelas dan banyak dipaparkan
dibandingkan buku utama.
2. Terdapat sub-bab yang membedakan antara demokrasi indonesia dengan
pendidikan demokrasi.
3. Di buku ini, lebih memaparkan mengenai capaian pembelajaran, kompetensi,
indikator serta peta konsep dibandingkan buku pembanding.
Buku Pembanding
1. Sub-bab di buku lebih mengarah kepada sikap demokrasi dan menghargai
perbedaan.
2. Kemudian mencantumkan analasis kasus yang sesuai dengan materi.
3. Di buku pembanding setiap bab terdapat rangkuman serta pengembangan sikap
sesuai dengan materi.

E. Materi Wawasan Nusantara


Buku Utama
1. Sub-bab materi di buku utama jauh lebih terperinci dikarenakan membahas hingga
faktor kewilayakan yang memperngaruhi wawasan nusantara.
2. Di buku ini, lebih memaparkan mengenai capaian pembelajaran, kompetensi,
indikator serta peta konsep dibandingkan buku pembanding.
3. Terdapat soal latihan di akhir bab.

Critical Book Review | 38


Buku Pembanding
1. Di buku pembanding setiap bab terdapat rangkuman serta pengembangan sikap
sesuai dengan materi.
2. Kemudian mencantumkan analasis kasus yang sesuai dengan materi.

F. Materi Ketahanan Nasional


Buku Utama
1. Sub-bab materi dalam buku utama jauh lebih banyak dipaparkan dibandingkan
buku pembanding.
2. Terdapat soal latihan di setiap akhir bab.
Buku Pembanding
1. Sub-bab materi di buku pembanding ada yang membahas mengenai dimensi
ancaman di era global, sedangkan di buku uatam dia hanya membahas unsur
intrinsik nya saja.
2. Di buku pembanding setiap bab terdapat rangkuman serta pengembangan sikap
sesuai dengan materi.

3.2 Kelemahan Buku

A. Materi Identitas Nasional


Buku Utama
1. Tidak terdapat analisis kasus mengenai materi tersebut.
2. Tiap akhir bab dalam buku ini tidak ada ringkasan atau kesimpulan dari tiap bab.
Buku Pembanding
1. Tiap akhir bab dalam buku ini tidak ada soal latihan.
2. Kemudian di buku ini pemaparannya hanya sekilas tidak seperti buku utama.
3. Buku pembanding tidak memaparkan mengenai capaian pembelajran, kompetensi,
indikator serta peta konsep dibandingkan buku utama.

B. Materi Negara dan Konstitusi


Buku Utama
1. Tiap akhir bab dalam buku ini tidak ada ringkasan atau kesimpulan dari tiap bab.

Critical Book Review | 39


2. Buku ini juga tiap bab tidak ada mencantumkan satu analisis kasus yang sesuai
dengan materi.
3. Buku ini memiliki beberapa kata yang salah pengetikan
Buku Pembanding
1. Tiap akhir bab, tidak ada mencantumkan bahan diskusi maupun soal latihan.
2. Pemaparan sub-bab lebih rinci buku utama dibandingkan buku pembanding.
3. Di buku ini, tidak memaparkan mengenai capaian pembelajran, kompetensi,
indikator serta peta konsep dibandingkan buku utama.

C. Materi HAM
Buku Utama
1. Dalam buku ini tidak ada dicantumkan sebuah analisis kasus.
2. Terdapat pengetikan kata beberapa yang salah dan sulit dipahami.
Buku Pembanding
1. Pemaparan sub-bab dalam buku pembanding jauh lebih sedikit dibandingkan buku
utama.
2. Tidak ada soal latihan di setiap akhir bab, indikator, capaian, dll.

D. Materi Demokrasi
Buku Utama
1. Dalam buku utama tidak ada mencantumkan analisis kasus di setiap bab.
2. Sub-bab materi dalam buku utama tidak ada memaparkan mengenai sikap
demokrasi dan menghargai perbedaan seperti di buku pembanding.
3. Tidak terdapat rangkuman di setiap akhir bab.
Buku Pembanding
1. Di buku ini, tidak memaparkan mengenai capaian pembelajaran, kompetensi,
indikator serta peta konsep dibandingkan buku utama.
2. Sub-bab dalam materi yang ada pada bab ini, tidak terlalu banyak seperti di buku
utama.

E. Materi Wawasan Nusantara


Buku Utama

Critical Book Review | 40


1. Dalam buku ini, tidak ada sama sekali membahas suatu analisis kasus sesuai
materi.
2. Setiap akhir bab tidak ada menyertakan pengembangan sikap yang harus
ditempuh.
Buku Pembanding
1. Tidak ada mencantumkan soal latihan di setiap akhir bab.
2. Tidak ada pemahaman mengenai peta konsep, dll.

F. Materi Ketahanan Nasional


Buku Utama
1. Di buku utama tidak ada menganalisis kasus yang sesuai materi.
2. Pemaparan mengenai materi ini di buku utama tidak terlalu mendalam
dibandingkan buku pembanding.
Buku Pembanding
1. Di buku ini, tidak memaparkan mengenai capaian pembelajaran, kompetensi,
indikator serta peta konsep dibandingkan buku utama.
2. Serta di setiap akhir bab tidak ada soal latihan seperti di buku utama.

BAB IV

Critical Book Review | 41


PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan


dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang
diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik
sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuan
diadakannya pembelajaran ini tidak lain karena ingin menciptakan generasi yang berkarakter
dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Hal ini jelas seperti yang disebutkan dalam
landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Kita di Indonesia yang berhubungan dengan
Pendidikan Kewarganegaraan ini kembali terjadi di masa depan.

Tidak adalagi masalah sosial seperti kemiskinan dan kualitas pendidikan yang rendah,
hilangnya identitas nasional dalam diri, malunya mengakui negara nya sendiri, banyaknya
pemakaian produk dari luar daripada produk dari dalam negeri. Jadi, butub partisipasi dari
masyarakat khususnya mahasiswa sebagai bagian dari pendidikan tinggi negeri ini untuk
dapat mengamalkan pembelajaran yang dipelajari dari Pendidikan Kewarganegaraan.

4.2 Saran

Adapun saran daripada saya ialah, agar kita bisa menggunakan metode ini untuk
mengambil suatu data apapun, guna penarikan suatu keputusan. Tak lepas dari itu semua,
saya sebagai pembuat CBR ini juga mengharapkan saran-saran, kritik dan masukan dari
Pembaca sekalian guna membangun hasil yang jauh lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Critical Book Review | 42


Gandamana, Apiek. 2019. “Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi”. CV.
Harapan Verdas, Medan.

Narmoatmojo, Winarno. Dkk. 2015. “Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi”. PT Ombak (Anggota IKAPI), Yogyakarta.

Critical Book Review | 43

Anda mungkin juga menyukai