Anda di halaman 1dari 15

Critical Book Review

ANALISIS WACANA

OLEH KELOMPOK 5

1. Arna Adestra Sidabutar


2. Dicky Alpandi Bangun
3. Mariana Sitohang
4. Olivia Febriola Br.Karo
5. Tommi Syaputra Simorangkir

PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, atas
Berkat dan Rahmat-Nya penulis masih bisa menyelesaikan tugas Critical Book
Report (CBR) ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisi tentang CBR Analisis
Wacana Bahasa Indonesia. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
pokok mata kuliah Analisis Wacana bahasa Indonesia.

Dalam penulisan makalah ini tentunya penulis tidaklah seorang diri, namun
penulis banyak mendapat dukungan dari orang tua, dosen, dan teman-teman juga.
Maka dari itu atas bantuan dan partisipasi nya penulisan sangat mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya.

Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa
menjadi sebuah referensi bila mana ingin membuat sebuah ringkasan dari buku
serta memberi saran dan penilaian tentang sebuah buku. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari Kesempurnaan maka dari itu penulis berharap Kritik
dan saran yang dapat membangun untuk lebih baiknya makalah ini. Akhir kata
penulis ucapkan Terima kasih.

Simalungun, 20 Desember 2020

Kelompok 5

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1

Rasionalisasi pentingnya CBR..........................................................................1


Tujuan Menulis CBR................................................................................................................ 1
Manfaat CBR............................................................................................................................. 1
Identitas Buku Yang di Review............................................................................................... 1

BAB II RINGKASAN BUKU............................................................................................... 2

Ringkasan Buku......................................................................................................................... 2

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................................... 4

Kelebihan dan Kekurangan Buku............................................................................................ 4

BAB IV PENUTUP................................................................................................................. 5

Simpulan..................................................................................................................................... 5
Rekomendasi.............................................................................................................................. 5

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 6

BAB I

PENDAHULUAN

Rasionalisasi Pentingnya CBR


Dalam melakukan CBR ini sering sekali kita bingung dalam pemilihan
buku sebagai referensi saya. Misalnya dari segi pemahaman,penulisan,serta
pembahasannya. Oleh karena itu, penulis membuat CBR ini untuk
mempermudah pembaca dalam pemilihan buku referensi,dan mempermudah
pemahaman pembaca.

Tujuan Penulisan CBR


Untuk mempermudah pembaca dalam pemilihan buku referensi.
Untuk mempermudah pembaca memahami suatu tulisan.
Memenuhi salah satu tugas pokok mata kuliah manajemen sekolah.

Manfaat CBR
Mempermudah Pembaca Untuk Mengkritik Buku
Menambah Wawasan Pembaca Mengenai analisis wacana bahasa
Indonesia

Identitas buku

Buku I

Judul Buku : Analisis Wacana (Pengantar Analisis Teks Media)

Penulis : Eriyanto

Kata Pengantar : Dr. Deddy N Hidayat


Cetakan X : 2012

Penerbit : LKiS Yogyakarta

Tebal Buku : 370 halaman termasuk index, lampiran dan data penulis

Peresensi : Toni Ervianto (alumnus pasca sarjana KSI, Universitas


Indonesia)

Buku II

Judul buku : Analisis Wacana

Pengarang : Praptomo Baryadi

Penerbit : Sanata Darma

Kota terbit : Malang

ISBN :-
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

Buku I

Di era digitalisasi dan keterbukaan informasi saat ini, masyarakat harus semakin jeli
dalam memilih berita agar tidak mudah terprovokasi, tidak mengikuti agenda setting
media serta masih dapat mempertahankan “netralitas”nya sebagai pembaca. Untuk itu,
pembaca harus mencoba menelisik lebih jauh “bagaimana” dan “mengapa” berita-berita
itu dihadirkan, maka kita akan segera mengetahui bahwa terdapat motif politik dan
ideologis tertentu yang tersembunyi di balik teks-teks berita tersebut. Cara membaca
yang lebih mendalam dan jauh ini disebut dengan analisis wacana. Analisis wacana
adalah alternatif terhadap kebuntuan-kebuntuan dalam analisis media yang selama ini
lebih didominasi analisis isi konvensional dengan paradigm positivis atau
kontruktivisnya. Melalui analisis wacana, kita akan tahu bukan hanya bagaimana isi teks
berita, tetapi bagaimana dan mengapa pesan itu dihadirkan. Bahkan, kita bisa lebih jauh
membongkar penyalahgunaan kekuasaan, dominasi, dan ketidakadilan yang dijalankan
dan diproduksi secara samar melalui teks-teks berita.

Menurut Dr. Deddy N Hidayat dalam kata pengantar buku ini, analisis wacana atau
critical discourse analysis tidak saja untuk melakukan textual interrogation tetapi juga
untuk mempertautkan hasil interograsi tersebut dengan konteks makro yang
“tersembunyi” di balik teks, sehingga suatu academic exercise ataupun dalam rangka
upaya penyadaran, pemberdayaan dan transformasi sosial (halaman ix).

Analisa wacana memperhatikan dan menganalisis teks berita melalui kata, frasa,
kalimat, metafora macam apa berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan
struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna tersembunyi
dari suatu teks. Salah satu kekuatan dari analisis wacana adalah kemampuannya untuk
melihat dan membongkar praktik ideologi dalam media.

Paling tidak ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana yaitu :Pertama,
pandangan kaum positivismeempiris, dimana bahasa dilihat sebagai jembatan antara
manusia dengan obyek di luar dirinya.Menurut kelompok ini, wacana diukur dengan
mempertimbangkan kebenaran atau ketidakbenaran menurut sintaksis dan
semantik.Kedua, pandangan konstruktivisme yang banyak dipengaruhi pemikiran
fenomenologi. Menurut kelompok ini, analisis wacana dimaksudkan sebagai analisis
untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu.Ketiga, pandangan
kritis. Menurut pandangan ini, analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor
penting yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan
dalam masyarakat terjadi.Karakteristik dari analisis wacana kritis mengandung lima
prinsip yaitu tindakan, konteks, historis, kekuasaan dan ideologi. Terkait dengan
tindakan, ada dua konsekuensi dalam memandang wacana yaitu wacana dipandang
sebagai sesuatu yang bertujuan untuk mempengaruhi, mendebat, menyangga,
membujuk, bereaksi dll dan wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara
sadar atau terkontrol.Terkait dengan konteks, menurut Guy Cook dalam bukunya The
Discourse of Advertising (1994), ada tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana :
teks, konteks dan wacana.

Teks adalah semua bentuk bahasa (kata, ekspresi komunikasi, ucapan, music, gambar,
efek suara, citra dll).Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada diluar
konteks.Wacana kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks bersama-sama. Terkait
dengan historis, analisis wacana memerlukan tinjauan mengapa wacana yang
berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu
dst.Terkait dengan kekuasaan, pemilik atau politisi yang kuat menentukan sumber mana
atau bagian mana yang harus diliput dan sumber dan bagian mana yang tidak perlu
diliput. Terkait dengan ideologi, analisis wacana dalam konteks berita untuk mengetahui
apakah teks yang muncul pencerminan dari ideologi seseorang, apakah dia feminis,
antifeminis, kapitalis, sosialis dll (hal 14).

Analisis wacana kritis berutang budi kepada beberapa intelektual dan pemikir seperti
Michael Faucoult yang terkenal dengan teori wacana, Antonio Gramsci, sekolah
Frankfurt dan Louis Althousser. Gramsci dikenal dengan teori hegemoninya. Althausser
dikenal dengan teori ideologinya, sedangkan orang yang berhasil menerjemahkan
dengan baik teori Gramsci di satu sisi dan teori Althusser di pihak lain dalam
hubungannya dengan media adalah Stuart Hall dan koleganya dari Center for
Contemporary Cultural Studies di Brimingham, Inggris.

Setidaknya ada beberapa pendekatan dalam analisis wacana kritis yaitu : pertama,
analisis bahasa kritis (critical linguistics) yang diperkenalkan Halliday dari Universitas
East Anglia pada tahun 1970-an.Intisari dari critical linguistics adalah melihat bagaimana
gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu atau dengan kata lain
pilihan bahasa dan struktur tata bahasa yang dipakai mencerminkan ideologi
tertentu.Kedua, analisis wacana pendekatan Perancis dikembangkan Pecheux yang
banyak dipengaruhi Faucoult dan Althusser. Menurut Pecheaux, bahasa dan ideologi
bertemu pada pemakaian bahasa dan materialisasi bahasa pada ideologi.Ketiga,
pendekatan kognisi sosial yang dikembangkan Teun Van Dijk dari Universias Amsterdam,
Belanda. Menurut Van Dijk, wacana cenderung memarjinalkan kelompok minoritas
dalam pembicaraan publik. Keempat, pendekatan perubahan sosial yang memusatkan
perhatian pada bagaimana wacana dan perubahan sosial.Fairclough banyak dipengaruhi
Foucault dan pemikiran intertekstualitas Julia Kristeva dan Bakhtin. Menurutnya,
wacana melekat dalam situasi, institusi dan kelas sosial tertentu. Kelima, pendekatan
wacana sejarah yang dikembangkan di Universitas Vienna, Austria dibawah Ruth Wodak
yang banyak dipengaruhi sekolah Frankfurt, khususnya Juergen Habermas.

Menurut Wodak, analisis wacana harus menyertakan konteks sejarah bagaimana


wacana tentang suatu kelompok atau komunitas digambarkan.Menurut Tonny Bennet
dalam Media, Reality and Signification (1982), media dipandang sebagai agen konstruksi
sosial yang mendefinisikan realitas sesuai dengan kepentingannya. Sedangkan, Robert A
Hacket dalam “Declime of A Paradigm ?: Bias and Objectivity in News Media Studies”,
Critical Studies in Mass Communication (1984) menyatakan, bahasa tidaklah mungkin
bebas nilai, karena itu realitas hendak dibahasakan, selalu terkandung ideologi dan
penilaian.

Buku II

2.1 Pengertian Wacana


Pengertian wacana sekurang-kurangnya dapat dilihat dari empat sudut
pandang, yaitu penggunaannya oleh masyarakat umum, asal usul katanya,
kedudukannya dalam satuan kebahasaan, dan kaitannya dengan konsep tentang
bahasa. Dalam penggunaannya oleh masyarakat umum, kata wacana mengandung
arti “gagasan awal yang belum matang dan dengan sengaja dilontarkan untuk
memperoleh tanggapan” atau “percakapan atau obrolan” (Ayatrohaedi 2002:12).
Istilah “wacana” berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/vak, artinya
‘berkata’, ‘berucap’ (Douglas dalam Mulyana, 2005:3). Mulyana (2005:1)
menyatakan bahwa wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling
kompleks dan paling lengkap. Satuan kebahasaannya meliputi fonem, morfem,
kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Tarigan (1987:27)
menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, tertinggi, atau
terbesar di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi yang
berkesinambungan, mempunyai awal akhir yang nyata baik disampaikan secara
lisan maupun tulis.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana
adalah satuan bahasa yang lengkap yang di dalamnya terdapat konsep atau
gagasan yang utuh. Sebagai satuan bahasa yang lengkap sebuah wacana akan
dapat dipahami isinya apabila sudah terbaca secara keseluruhan karena jika
terbaca sebagian atau bagian kecil saja kemungkinan besar akan terjadi perbedaan
pemahaman antara penulis dan pembaca.
Kajian wacana berkaitan dengan pemahaman tentang tindakan manusia
yang dilakukan dengan bahasa (verbal) dan bukan bahasa (nonverbal). Hal ini
menunjukkan bahwa untuk memahami wacana dengan baik dan tepat, diperlukan
bekal kemampuan kebahasaan dan bekal kemampuan nonkebahasaan (umum).

2.2 Jenis Wacana Berdasarkan Tujuan Komunikasi


Rani (2006:37) membedakan wacana berdasarkan tujuan berkomunikasi
menjadi 5, yaitu wacana deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi dan narasi:
1. Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi merupakan jenis wacana yang ditujukan kepada
penerima pesan agar dapat membentuk suatu citra (imajinasi) tentang
suatu hal. Wacana deskripsi banyak digunakan dalam katalog penjuala dan
juga data-data kepolisian. Kalimat yang digunakan dalam wacana
deskripsi umumnya kalimat deklaratif dan kata-kata yang digunakan
bersifat objektif.
2. Wacana Eksposisi
Wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada
penarima (pembaca) agar yang bersangkutan memahaminya. Wacana
eksposisi dapat berisi konsep-konsep dan logika yang harus diikuti oleh
penerima (pembaca) agar ang bersangkutan memahaminya. Wacana
eksposisi digunakan untuk menerangkan proses atau prosedur aktivitas.
3. Wacana Argumentasi
Sebuah wacana dikategorikan argumentasi apabila bertolak dari adanya isu
yang sifatnya kontroversi antara penutur dan mitra tuturnya. Dalam
kaitannya dengan isu tersebut, penutur berusaha menjelaskan alasan-alasan
yang logis dan meyakinkan mitra tuturnya (pembaca/pendengar).
4. Wacana Persuasi
Wacana persuasi merupakan wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra
tutur untuk melakukan tindakan sesuatu yang diharapkan penuturnya.
Untuk empengaruhi tersebut, biasanya digunakan segala upaya yang
memungkinkan mitra tutur terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut,
wacana persuasi kadang meggunakan alasan yang tidak rasional. Contoh
jeni wacana persuasi adalah kampanya dan iklan.
5. Wacana Narasi
Wacana narasi merupakan suatu jenis wacana yang berisi cerita. Dalam
narasi terdapat unsur-unsur cerita yang penting misalnya unsur waktu,
pelaku, dan peristiwa. Dalam wacana narasi harus ada unsur waktu,
bahkan pergeseran waktu itu sangat penting.

2.3 Analisis Wacana


Mulyana (2005:69) menyatakan bahwa analisis wacana adalah kajian
tentang kata, kalimat, makna, pemakaian, dan interpretasinya. Analisis wacana
berusaha mencari makna yang persis sama atau paling tidak sangat dekat dengan
makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan, atau penulis dalam
wacana tulis. Analisis wacana dapat dilakukan dengan beragai macam
pendekatan. Ada lima macam pendekatan dalam mengkaji wacana, yakni
pendekatan (a) struktur, (b) sosiolinguistik, (c) pragmatik, (d) tindak tutur, dan (e)
kritis atau dikenal dengan analisis wacana kritis (AWK) (Sukatman, 2011).

2.4 Iklan Sebagai Wacana


Disadari atau tidak saat ini iklan sudah mampu menyihir kesadaran orang
untuk mengikuti yang ditawarkannya. Iklan merasuki semua kehidupan orang.
Hal itu terbukti dari seseorang mengonsumsi produk tidak pada pertimbangan
terhadap nilai guna, akan tetapi pada mimpi terhadap citra seperti yang
digambarkan iklan. Produk dalam hal ini hanya dipandang sebagai komoditas
yang dapat memenuhi impian seseorang tampil seperti bintang. Semua itu dapat
tercipta karena iklan merupakan proses komunikasi sebagai sarana pemasaran,
membantu layanan, serta gagasan atau ide melalui saluran tertentu dalam bentuk
informasi yang bersifat persuasif (Wrigh dalam mulyana, 2005:63). Pendapat
tersebut diperkuat oleh pendapat (Wiranti dalam Habsari, 2012: 42) yang
menyatakan bahwa iklan merupakan bentuk komunikasi persuasif yang
menyampaikan pesan dengan tampilan bahasa yang menarik dan sentuhan cita
rasa estetik yang atraktif sehingga mampu membujuk atau memengaruhi orang.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa iklan merupakan bentuk
komunikasi persuasif yang bersifat masal dilakukan melalui saluran tertentu dapat
berupa pemasaran, pelayanan publik, atau informasi dengan tujuan-tujuan
tertentu. Wacana merupakan suatu penggunaan bahasa dalam komunikasi, baik
secara lisan maupun tulisan (Cook dalam Rani, 2006:5). Wacana adalah segala
bentuk komunikasi yang realisasinya bergantung pada konteks sosial yang
melingkupi praktik komunikasi tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
diketahui bahwa iklan adalah sebuah bentuk komunikasi, sedangkan wacana
adalah segala bentuk komunikasi. Jadi, kesimpulannya adalah iklan merupakan
sebuah wacana. Hal tersebut sejalan dengan pendapat (Wiranti dalam Habsari,
2012:43) mengatakan bahwa iklan sebagai wacana merupakan sistem tanda yang
berstruktur menurut kode-kode yang merefleksikan nilai-nilai tertentu, sikap dan
keyakinan tertentu. Sebagi wacana, iklan memiliki kekhasan yang sangat
menonjol yitu mengomuikasikan citra secara maksimum dalam waktu yang
minimum, sehingga dapat mencapai sasaran dan memberi keuntungan produsen
(Tofler dalam Habsari, 2012:43)

2.5 Struktur Wacana Iklan


Berkenaan dengan struktur wacana, Bolen dalam (Rani, 2006:67)
memandang struktur wacana iklan dari segi proporsinya. Menurut pendapatnya,
wacana iklan mempunyai tiga unsur pembentuk struktur wacana, yaitu (1) butir
utama (headline) atau sering disebut dengan judul, (2) badan (body), dan (3)
penutup (close). Dikaitkan dengan tahap-tahap pencapaian tujuan, struktur wacana
iklan dapat digambarkan sebagai berikut.
Tabel 2.1 Struktur wacana iklan
Struktur
Butir Utama Badan Iklan Penutup
Tujuan Menarik Pesan Berkomunikasi Mengubah Perilakau
Isi Perhatian Minat Kesadaran Tindakan

2.6 Fungsi Bahas dalam Iklan


Widyatama (2011:43) menyatakan bahwa iklan menempati posisi yang
sangat strategis karena mampu ikut mengerakkan dan menggairahkan dunia
industri. Iklan bagaikan minyak pelumas yang menjalankan roda industri agar
tetap berputar. Tanpa iklan, roda industri berputar perlahan, macet, bahkan tidak
bergerak sama sekali. Dengan kata lain, iklan mempunyai fungsi yang sangat
penting. Fungsi iklan dapat digolongkan menjadi 3 kelompok besar, yaitu:
1. Fungsi komunikasi, artinya bahwa iklan mampu menjadi sasaran
penyampai pesan dari pihak produsen kepada konsumen.
2. Fungsi pendidikan, yaitu iklan mampu digunakan oleh komunikator untuk
mengajarkan nilai-nilai tertentu sebgaimana dikehendaki komunikator.
3. Fungsi ekonomi, dengan iklan banyak masyarakat yang mengetahui dan
mengonsumsi produk sehingga pada gilirannya mendatangkan keuntungan
bagi produsen.
BAB III
PEMBAHASAN

Wacana itu ada berbagai jenis. Berbagai jenis wacana itu dapat
dikelompokkan menurut dasar tertentu. Dasar pengelompokan itu antara lain (i)
media yang dipakai untuk mewujudkannya, (ii) keaktifan partisipan komunikasi,
(iii) tujuan pembuatan wacana, (iv) bentuk wacana, (v) langsung tidaknya
pengungkapan wacana, (vi) genre sastra, (vii) isi wacana, dan (viii) dunia maya
(periksa Baryadi 2002). Berdasarkan media yang dipakai untuk mewujudkannya,
dapat dikemukakan dua jenis wacana, yaitu (i) wacana lisan (spoken discourse)
dan (ii) wacana tertulis (writen discourse). Wacana lisan adalah wacana yang
dihasilkan dengan diucapkan.
Wacana lisan diterima dan dipahami dengan cara mendengarkannya.
Wacana lisan sering dikaitkan dengan wacana interaktif (interactive discourse)
karena wacana lisan dihasilkan dari proses interaksi atau hubungan komunikatif
secara verbal antarpartisipan komunikasi (Tarigan 1987: 52).
Wacana tertulis adalah wacana yang diwujudkan secara tertulis. Untuk
menerima dan memahami wacana tertulis, si penerima harus membacanya.
Wacana ini sering dikaitkan dengan wacana noninterkatif (noninteractive
discourse) karena proses pemroduksian wacana ini tidak dapat langsung
ditanggapi oleh penerimanya (Baryadi 1989: 4). Contoh jenis wacana tertulis
adalah surat, pengumuman tertulis, berita di surat kabar, tajuk rencana, iklan
cetak, cerita pendek, novel, naskah drama, wacana prosedural, dan undang-
undang.
Berdasarkan keaktifan partisipan komunikasi, wacana dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu (i) wacana monolog (monologue discourse), wacana
dialog (dialogue discourse), dan wacana polilog (polylogue discourse) atau
percakapan (conversation atau exchange). Wacana monolog adalah wacana yang
pemroduksiannya hanya melibatkan pihak pembicara. Wacana monolog dapat
dibedakan menjadi wacana monolog lisan seperti ceramah, khotbah, kampanye,
petuah dan wacana monolog tertulis seperti wacana berita, pengumuman tertulis,
wacana prosedural, dan wacana narasi tertulis. Wacana dialog adalah wacana
yang pemroduksiannya melibatkan dua pihak yang bergantian sebagai pembicara
dan pendengar. Contoh wacana dialog adalah tegur sapa, tanya jawab guru dengan
murid, dialog dokter dan pasien, tawar-menawar dalam peristiwa jual-beli, dan
interogasi polisi dengan pesakitan.

BAB IV
PENUTUP
SIMPULAN
Analisa wacana memperhatikan dan menganalisis teks berita melalui kata, frasa,
kalimat, metafora macam apa berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana
bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna
tersembunyi dari suatu teks. Salah satu kekuatan dari analisis wacana adalah
kemampuannya untuk melihat dan membongkar praktik ideologi dalam media.
Dalam tulisan ini telah diuraian perihal pengertian wacana, jenis wacana,
analisis wacana, dan pendekatan dalam analisis wacana. Pembahasan mengenai
wacana dalam tulisan ini masih dangkal dan kurang lengkap. Pembahasan tentang
pendekatan dalam analisis wacana masih terbatas pada pendekatan formal,
analisis wacana kritis, dan fungsional, padahal masih banyak pendekatan yang
lain yang juga penting untuk didalami.
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap yang di dalamnya terdapat
konsep atau gagasan yang utuh. Sebagai satuan bahasa yang lengkap sebuah
wacana akan dapat dipahami isinya apabila sudah terbaca secara keseluruhan
karena jika terbaca sebagian atau bagian kecil saja kemungkinan besar akan
terjadi perbedaan pemahaman antara penulis dan pembaca.

SARAN

Buku utama sangat cocok digunakan sebagai buku pendamping dalam mata kuliah
manajemen sekolah , dimana materi yang ada lebih jelas dengan contoh-contoh
yang mudah dimengerti, buku kedua juga bisa dijadikan buku pegangan
mahasiswa terkait dengan Analisis Wacana bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Eriyanto.2012.Analisis Wacana (Pengantar Analisis Teks Media).Yogayakarta:


LKiS.

Baryadi, Praptomo. Analisis Wacana. Malang: Sanata Darma.

Anda mungkin juga menyukai