Anda di halaman 1dari 25

CJR SINTAKSIS

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA ANAK USIA 2 TAHUN 8


BULAN DALAM TATARAN SINTAKSIS DAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA 7 TAHUN 3 BULAN
DALAM BIDANG SINTAKSIS

NAMA : Siti Zaleha

NIM : 2191210001

DOSEN PENGAMPU : Mara Untung, S.S., M.hum., P.hd

MATAKULIAH : Sintaksis

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas BerkatNYA
saya dapat menyelesaikan tugas Critical Jurnal Review. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada Bapak Mara Untung, S.S., M.Hum., P.hd. selaku dosen pembimbing
mata kuliah SINTAKSIS saya. Beliau yang telah banyak memberikan bimbingan dan
nasihat yang membantu dalam pengerjaan tugas Critical Jurnal Review. Terima kasih
juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu dalam mengerjekan
tugas tersebut.

Dalam Penulisan Critical Jurnal Review ini semoga materi tugas yang di sampaikan
dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dalam penulisan
Critical Jurnal Review, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga
penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.

Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga dapat bermanfaat untuk segala
pihak yang membutuhkan dan untuk saya sendiri khususnya.

MEDAN, November 2020

Penulis

Siti Zaleha
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A.Rasionalisasi pentingnya Critical Jurnal


Review……………………………………………. 3

B.Tujuan penulisan……………………………………………………………………………….
6

C.Manfaat penulisan……………………………………………………………………...........8

BAB II ISI

A.Indetitas jurnal…………………………………………………………………………………
9

B.Ringkasan
jurnal……………………………………………………………………………..11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………………………………..14

Saran…………………………………………………………………………………………….1
6

Daftar pustaka……………………………………………………………………………………
18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya Critical Jurnal Review

Sintaksis merupakan salah satu yang dipelajari di Indonesia, khususnya di beberapa


UNIVERSITAS di Indonesia. Dalam Bahasa ada beberapa yang harus dapat dikuasai
yaitu, mendengar,berbicara, membaca dan menulis.
Pada CriticalJurnal Review mahasiswa dituntut untuk dapat mengkritik sebuah jurnal
atau membandingkan Jurnal yang satu dengan yang lain dan mampu untuk memahami
dan mempelajari jurnal tersebut sehingga mahasiswa/I dapat paham mengenai Critical
Jurnal Review tersebut. Dan masiswa/i juga mengerti tentang kelebihan dan
kekurangan pada jurnal yang sudah dikritik.

B. Tujuan Penulisan
- Mampu mengkritisi atau membandingkan sebuah buku serta membandingkan dengan
dua buku yang berbeda dengan topik yang sama.
- Meningkatkan kemampuan dalam membandingkan buku tersebut yaitu kelengkapan
pembahasannya, keterkaitan antar babnya, dan kelemahan dan kelebihan pada buku-buku
yang dianalisis.
- Menambah wawasan dan pengetahuan dalam penulisan dan membaca mengenai strategi
belajar

C. Manfaat Jurnal

- Mampu meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam membuat laporan yang baik dan
benar.

- Mampu meningkatkan kempapuan mahasiswa dari teori dan aplikasi hasil gagasan
sehingga dapat menjadi inspirasi baru bagi mahasiswa dalam menyusun atau mendesain
pembelajaran yang efektif nantinya.

- Lebih bisa berpikir kritis terhadap masalah yang sama dengan masalah yang dibahasa
dalam jurnal

- Mengerti akan pentingnya jurnal

- Mengenal apa itu jurnal


BAB II

PEMBAHASAN

ISI

A. INDESTITAS JURNAL

JURNAL UTAMA : 1. PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA ANAK USIA
2 TAHUN 8 BULAN DALAM TATARAN SINTAKSIS (PENA JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA)

E-ISSN : 2614-8226

Website : https//jurnal.umj.ac.id/Index.Php/Penaliterasi

Penulis dan Penerbit : Mutiara Citra Abdullah ( mutiara.citra17@mhs.uinjkt.ac.id )

Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaFakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Jalan Ir H. Juanda, Cempaka Putih, Ciputat, Kota Tanggerang Selatan, Banten
15412.

Tahun : 2020

JURNAL KE-DUA : 2. PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA 7 TAHUN 3 BULAN DALAM BIDANG SINTAKSIS (
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ( PPs Universitas Negeri Medan )
Penulis dan Penerbit : Chairul Bachri Siregar & Rizka Maya Sari
e-mail: rizkamaya_s@yahoo.com &chairulbachri@gmail.com
E-ISSN : -

B. RINGKASAN JURNAL

1. JURNAL UTAMA

ABSTRAK
Penilitan ini dilakukan untuk mendeskripsikan hasil analisis pemerolehan bahasa anak usia 2
tahun 8 bulan sesuai dengan tahapan pemerolehan bahasa secara sintaksis dan menentukan
bentuk-bentuk kalimatnya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan
menggunakan teknik catat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
kualitatif dengan menggunakan teknik simak catat. Sumber data penelitian ini adalah tuturan-
tuturan yang dihasilkan anak yang ditranskripkan. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak
dapat membuat ujaran dalam bentuk satu kata, dua kata, rangkaian kata yang kemudian
dibentuk ke dalam kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif serta terdapat pengaruh
lingkungan terhadap pemerolehan bahasa yang diterima oleh anak.

Kata Kunci : Pemerolehan Bahasa, Bahasa Pertama, Sintaksis.

PENDAHULUAN

Bahasa memiliki peran penting dalam melakukan kegiatan berkomunikasi. Manusia dalam
kesehariannya berkomunikasi menggunakan bahasa. Setiap manusia dibekali dengan
pengetahuan dan penguasaan berbahasa. Oleh karena itu, penguasaan bahasa bagi setiap
manusia menjadi hal yang paling mendasar, tetapi perannya sangat penting dalam menjalankan
sebuah kegiatan berkomunikasi. Bahasa menurut Bloomfiled dalam Yendra (2018) adalah
sistem arbitrari dalam lambang bunyi yang memungkinkan manusia membangun budaya atau
mempelajari sistem dari budaya untuk berkomunikasi atau berinteraksi. Sitem arbitrari ini yang
menyebabkan bahasa dalam setiap kelompok masyarakat berbeda-beda. Bahasa yang
digunakanditentukan atas kesepakatan bersama.

Penggunaan bahasa itulah yang akan diperoleh dan dikuasai oleh setiap manusia.Clark dan
Clark dalam Dardjowidjodjo (2010) mengatakan bahwa psikologi bahasa berkaitan dengan tiga
hal utama: komprehensi, produksi dan pemerolehan bahasa. Penjabaran berikut dapat
menyimpulkan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mengkaji segala prosesyang dilalui oleh
manusia dalam berbahasa.Penguasaan bahasa memiliki relevansi dengan pemerolehan bahasa.
Pemerolehan bahasa merupakan suatu proses yang dialami oleh manusia dalam penguasaan
bahasa. Pemerolehan didapat oleh setiap manusia dengan tidak sadar, bahkan, kita sebagai
manusia dalam memperoleh suatu bahasa hanya sadar bahwa sedang menggunakan bahasa
sebagai alat berkomunikasi.Pemerolehan bahasa didapat sejak manusia lahir ke bumi. Saat bayi
lahir ke bumi, bayi tersebut akan melakukan kegiatan komunikasi pertamanya dengan
orangtua. Orang tua akan memperkenalkan bahasa pertama kepada anaknya. Bahasa itulah
yang akan diperoleh sang anak.Menurut Sigel dan Cocking, dalam Nuryani dan Putra (2013)
pemerolehan bahasa sebagai proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan
serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tata bahasa yang
paling baik dan sederhana dari bahasa yang bersangkutan.
Menurut ahli bahasa, pemerolehan bahasa secara umum memiliki komponen yang terdiri dari
tiga unsur utama, yaitu, komponen fonologi, sintaksis dan semantik. Pemerolehan fonologi
mengacu kepada pemerolehan bunyi, sintaksis mengacu kepada penyusunan kata ke dalam
bentuk kalimat, dan semantik mengacu kepada makna bahasa. Penelitian ini hanya akan fokus
kepda pemerolehan bahasa sintaksis.
Sintaksis adalah bidang ilmu bahasa yang mempelajari aturan-aturan tentang penyusunan kata,
frasa, dan klausa antara satu dengan yang lain. (Siregar dan Rizka Maya Sari).Pemerolehan
bahasa anak pada bidang sintaksis memiliki beberapa tahapan. Puncak tahap anak dalam
memperoleh bahasa dalam bidang sintaksis pada usia tiga tahun. Berikut beberapa tahapan
dalam bidanng sintaksis :
(1) Masa pra-lingual terjadi pada saat berusia 0-1 tahun.

(2) Ujaran satu kata (one-word utterance) terjadi pada saat berusia 1-1,5 tahun.

(3) Kalimat rangkaian kata (strings of words) terjadi pada saat berusia 1,5-2 tahun.

(4) Bentuk sederhana dan kompleks (simple and complex contruction) terjadi pada saat berusia
3 tahun.
(Sudarwati, dkk, 2017: 42—43) Dalam bidang sintaksis, pemerolehan bahasa dalam bentuk
kalimat dibagi menjadi empat bagian, yaitu; (1) kalimatdeklaratif/kalimat pernyataan, (2)
kalimat interogatif/kalimat tanya, (3) kalimatimperatif/kalimat perintah, dan (4) kalimat
ekslamatif/kalimat seru (Siregar dan Rizka Maya Sari ). Pemerolehan bahasa pada anak
jugadipengaruhi oleh beberapa fakor, yaitu: 1) orang tua, 2) lingkungan, 3) teman sebaya, dan 4)
kegiatan komunikasi.Faktor lingkungan menjadi faktor yang bisa dikatakan sangat mempengaruhi
seorang anak dalam memperoleh sebuah bahasa. Hal ini didasari oleh teori pemerolehan behavioristik
yang dikemukakan oleh Brown. Brown lewat Nuryani dan Putra (2013) mengatakan bahwa anak lahir ke
dunia ini seperti kain putih tanpa catatan-catatan dan lingkungan yang akan membentuknya secara
perlahan-lahan dikondisikan oleh lingkungan dan pengukuhan terhadap tingkah lakunya.Lingkungan
yang mempengaruhi seseorang dalam memperoleh sebuah bahasa disebut sebagai lingkungan bahasa.
Lingkungan bahasa adalah segala hal yang dapat didengar dan dilihat yang turut mempengaruhi proses
komunikasi berbahasa (Purba, 2013). Lingkungan bahasa inilah yang mempengaruhi anak dalam
membentuk bahasa yang digunakannya.Seorang anak dalam membentuk sebuah bahasa lebih bersifat
meniru. Anak cenderung mengeluarkan ujaran sesuai apa yang didengarnya dari orang-orang yang
berada di lingkungannya tinggal.Lingkungan bahasa juga sering dikatakan sebagai penentu baik
buruknya kepribadian dan karakter anak. Kepribadian tersebut tercemin dari bahasa yang
digunakannya. Bagaimana anak dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dalam lingkungannya jugadapat
ditentukan oleh lingkungan bahasa.
Berdasarkan penjabaran mengenai lingkungan bahasa, dapat dikatakan bahwa lingkungan berperan
penting bagi seorang anak dalam memperoleh suatu bahasa.Sesuai dengan definisi-definisi yang sudah
dipaparkan, penelitian ini akan membahas pemerolehan bahasa anak usia 2 tahun 8 bulan dalam bidang
sintaksis sesuai dengan bentuk-bentuk kalimat dan tahapan pemerolehan bahasa secara sintaksis serta
pengaruh lingkungan terhadap pemerolehan bahasa anak.

METODE PENELITIAN

enis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik simak
catat. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Muhammad, 2014). Penilitian
kualitatif cukup tepat untuk melakukan penelitian tentang gejala-gejala berbahasa dan komunikasi,
karena dapat mendeskripsikan mengenai bagaimana bahasa diperoleh oleh anak.
Penelitian ini dilakukan di sebuah perkampungan di Kota Bekasi. Tempat ini merupakan rumah dimana
objek penelitian tinggal dan mendapatkan pemerolehan bahasanya. Peneliti merupakan tante dari Davi.
Objek dalam penelitian ini adalah seorang anak laki-laki berusia 2 tahun 8 bulan bernama Sultan
Eldavian Maulana dan biasa dipanggil babang davi. Davi tinggal di sebuah perkampungan di Bekasi, yaitu
Jl. Pisang Batu Kel. Pejuang Kec. Medan Satria Kota Bekasi. Ayah dan ibu Davi menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa keseharian, maka bahasa yang diperoleh oleh Davi adalah bahasa Indonesia.
Penelitian ini akan meneliti apakah pemerolehan bahasa pada objek penelitian ini dipengaruhi oleh
lingkungannya atau tidak ?

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ranskrip data Berikut transkrip data dari beberapa percakapan singkat yang dilakukan oleh peneliti
dengan Davi. Data 1 terjadi pada siang hari ketika Davi sedang bermain di kamarnya.
Data 1
Mutiara : kemarin yang ulang tahun siapa bang?
Davi : dede ayan ama babang.
Mutiara : haa? Berdua?
Davi : ama capah?

Mutiara : babang nanti ulang tahunnya.


Davi : haaaa aaaa (marah)
Mutiara : nanti babang beli kado ngga buat dede? Beli kadonya berapa?
Davi : jauh beli kadonya. Jan ikut, ada olang.
Mutiara : aku gak boleh ikut?

Mutiara : dede disuntik ya bang?


Davi : iya, cama mamah.

Mutiara : kenapa disuntik bang?


Davi : yah, ada yambut di kini.
Mutiara : bang, apanya yang disuntik?
Davi : ininya. Didat (jidat). Itu apah? Tuh?
Mutiara : alis bang.
Davi : coba pedang (pegang). Coba, yang belah.
Mutiara : ohh yang sebelah? Nih.
Davi : kedip ngedip coba.
Kata-kata yang diucapkan oleh Davi sudah dapat membentuk sebuah kalimat sedeerhana, tetapi
terkadang dalam pengucapannya masih ada yang salah. Misal, kata “rambut” diucapkan dengan
“yambut”. Terdapat sebuah kalimat yang dinamakan Ujaran Dua Kata (UDK) yang katanya tidak utuh
diucapkan, seperti “coba belah”, maksudnya adalah “coba sebelahnya”. Anak sudah benar dalam
memilih kata yang menunjukkan maksud menyuruh, hanya saja kata yang digunakan tidak utuh.
Terdapat juga bentuk kalimat kompleks seperti “jauh beli kadonya. Jan ikut, ada olang”, anak sudah
dapat menyusun beberapa kata dan membentuk sebuah kalimat imperatif larangan. Kemudian, kalimat
“yah, ada yambut di kini”. Kalimat itu juga menunjukkan bahwa anak sudah dapat memilih kata-kata
yang kemudian terbentuk menjadi sebuah kalimat kompleks. Kalimat sudah mengandung unsur objek
dan keterangan tempat dalam menyampaikan kalimat deklaratif. Maksud kalimat itu sudah jelas
terlihat, bahwa ada rambut yang berserakkan di dekatnya.

Data 2
Percakapan ini lakukan di pagi hari setelah percakapan di data 1.
Davi : ncing atih
Mutiara : mana cing atih?
Davi : tasah ncing atih.
Mutiara : ohh, tasnya cing atih bang?
Davi : manah? Dimanah?

Mutiara : siapa bang?


Davi : nting.
Mutiara : anting?
Davi : enncing. Cing atih, manah?

Tuturan anak pada data di atas terdapat kalimat sederhana yang disusun menggunakan kata yang tepat.
Terlihat pada tuturan “tasah ncing atih”. Anak menempatkan kata dengan benar, kata “tas”diiringi
dengan kata “nya” yang menunjukkan bahwa tas itu adalah kepunyaan ncing atih. Terdapat ujaran
Ujaran Satu Kata (USK) dan Ujaran Dua Kata pada data 2 ini, yaitu “ncing atih manah” dan “nting”. Pada
ujaran dua kata, anak menggunakan kata “manah” untuk menyampaikan maksud pertanyaan (kalimat
interogatif), yaitu “mana?”
Data 3

Data 3 terjadi di sore hari dan cuaca sedang hujan lebat.

Mutiara : yaya mau pulang tapi ujan bang.

Davi : ujaan yaya, di kini (sini) aja.


Mutiara : tapi yaya mau mandi bang.

Mandi di sini boleh ngga?


Davi : engga. Pulang.
Mutiara : pulang? kenapa gaboleh? Tapi di luar ujan bang.
Davi : macih ujan? Di kini aja ya?
Mutiara : iya. Di sini aja yaa. Boleh ya aku mandi di sini?

Davi : iya boleh.

Mutiara : tapi ada sabunnya ngga bang?


Davi : ada, tabun (sabun) babang.
Tuturan pada data tiga terlihat juga anak sudah mampu menyusun kata menjadi sebuah kalimat
imperatif. Hal ini terlihat pada tuturan “ujaan yaya, di kini (sini) aja”. Anak sudah dapat membuat sebuah
kalimat dengan melihat keadaan. Sebelum anak mengeluarkan tuturan, anak sudah memahami keadaan
yang sedang terjadi. Cuaca yang sedang hujan membuat anak mengeluaran tuturan tersebut. Anak
memerintah untuk tetap berada di tempat itu karena di luar sedang hujan.

Data 4

Data 4 Merupakan percakapan yang dilakukan pada malam hari dan cuaca masih hujan. Peneliti
menemui Davi dengan keadaan baju yang basah karena kehujanan.

Davi : bacah. Mandi konoh. (sonoh)


Mutiara : gaboleh bang mandi malem-malem, nanti masuk angin.
Data 5

Data dilakukan pada saat peneliti bermain


“suit” dengan Davi.

Davi : tuuuuit. Tuu, ini.

Mutiara : belum bang, ini masih sama.


Davi : tuuit. Tuu, menang aku gini.

Mutiara : engga bang. Kalo ini sama ini lebih menang ini.
Davi : yang menang aku. Yang ini akuu.

Terdapat kalimat deklaratif yang dituturkan oleh anak menggunakan tiga kata. Anak menyatakan bahwa
dirinyalah yang menang dalam permainan suit,
Data 6

Percakapan pada data 6 dilakukan antara Ibu Davi dan Davi. Percakapan ini dilakukan pada saat Davi
sedang minum susu kemasan yang sudah dibelinya bersama mamahnya.
Mamah : davi minum apa, sayang? Beli dimana?
Davi : jauh.
Mamah : jauh? Siapa yang beliin?
Davi : mamah.
Mamah : ohh mamah. Emang davi doyan? Ini kan asemm.
Davi : engga.

Mamah : Davi lebih suka susu ini

Davi : susu babang.


Mamah : mamah mau dong, boleh minta ngga?
Davi : wat babang.
Mamah : oh buat babang. Tapi mamah boleh minta ngga?
Davi : acemmm. wat babang aja.
Mamah : tapi mamah suka.
Davi : babang doyann.

Pada data ini, terdapat tiga data ujaran satu kata (USK), yaitu pada kata “jauh”, “mamah”, dan “engga”.
Anak menjawab pertanyaan hanya dengan satu kata.Tuturan pada data terakhir ini juga menunjukan
bahwa anak sudah dapat menyusun kata-kata dan membentuknya menjadi sebuah kalimat. Kalimat
“acemmm. Uwat babang aja” memiliki maksud, “ini susunya asem, untuk babang aja ya” dan bisa juga
bermaksud “ngga boleh minta, ini punya babang”. Anak memilih kata-kata yang halus untuk menolak
permintaan mamahnya.Berdasarkan hasil transkip percakapan di atas, Davi yang berusia 2 tahun 8 bulan

sudah dapat menghasilkan banyak kata-kata dan membentuknya menjadi sebuah kalimat, walaupun
penyebutan kata-kata masih belum jelas pelafalannya. Hal tersebut dapat dilihat dari bahasa yang
digunakan Davi dalam berkomunikasi. Pemerolehan bahasa yang didapat dalam bidang sintaksis ini
termasuk pada tahap menghasilkan kalimat rangkian kata.
Tabel struktur sintaksis ujaran Davi berdasarkan
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa Davi mampu merangkai kata-kata dan membentuknya
menjadi sebuah kalimat deklaratif, interogati dan imperatif. Jika dilihat dari jumlah data yang sebanyak
15 data, Davi lebih dapat menguasai kalimat deklaratif.

Pengaruh Lingkungan Terhadap Pemerolehan Bahasa AnakLingkungan yang mempengaruhi bahasa yang
diperoleh anak dalam penelitian ini adalah lingkungan bahasa betawi Bekasi. Sesuai dengan tempat
penelitian, yaitu di sebuah perkampungan di Kota Bekasi, Jl. Pisang Batu Kel. Pejuan Kec. Medan Satria.
Masyarakat di perkampungan ini didominasi oleh masyarakat penutur bahasa betawi Bekasi.Davi dalam
kesehariannya mendengarkan orang-orang di sekitarnya yang menggunakan bahasa betawi Bekasi
dengan secara tidak sadar hal itu mempengaruhi pemerolehan bahasa pada setiap anak. Pada diri Davi,
bahasa betawi Bekasi ini merupakan bahasa pertama / bahasa itu, karena orang tua Davi dalam
kesehariannya juga menggunakan bahasa betawi Bekasi. Terlihat pada transkrip data dari rekaman-
rekaman pembicaraan yang dilakukan peneliti dengan Davi. Davi menyelipkan beberapa kata-kata yang
merupakan ciri khas dari orang-orang Bekasi.

Pada data 1, 2 dan dan 4, Davi menyelipkan kata-kata dasar yang biasa digunakan oleh penutur bahasa
betawi Bekasi di lingkungan bahasanya. Data 1 terdapat kata “ama” pada kalimat “dede ayan ama
babang”. Anak menggunakan kata “ama” bukan karena tidak dapat menyebut huruf s pada kata “sama”,
tetapi karena anak sering mendengarkan orang disekitarnya menggunakan kata “sama” digantikan
dengan kata “ama”. Misalnya pada kalimat “ama siapa dia pergih?”. Kemudian terdapat kata “jan” pada
kalimat “ikut, ada olang”. Kata “jan” sering digunakan oleh penutur bahasa betawi Bekasi untuk
menggantikan kata “jangan”. Misalnya, “lu jan ikut ya, sempit”.
Pada data 2, anak memilih kata “tasah” yang seharusnya adalah “tasnya”. Hal ini dipengaruhi oleh
lingkungan bahasa pada anak. Penutur bahasa betawi Bekasisering melesapkan kata ”nya” pada setiap
kata yang merujuk arti kepunyaan, misalnya pada kalimat “itu sendokah punya dia”. Pada data ini, anak
juga cenderung menambahkan fonem /h/ pada beberapa kata, seperti “tasah”,”manah”, dan
”dimanah”.
Pengaruh lingkungan yang terakhir terlihat pada data 4. Anak menggunakan kata “sonoh” untuk
menunjukan keberadaan/tempat. Kata “sonoh’ merupakan kata yang hampir digunakan oleh setiap
penutur bahasa betawi Bekasi.

2. JURNAL KE-DUA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemerolehan bahasa anak usia 7 tahun 3 bulan yang
bernama Jefri Andana dalam bidang sintaksis. Sumber data dalam penelitian ini adalah ucapan lisan
anak usia 7 tahun 3 bulan yang bernama Jefri Andana dalam bidang sintaksis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemerolehan bahasa anak usia 7 tahun 3 bulan sudah banyak menghasilkan kata
dalam setiap aktivitasnya. Hal tersebut dapat dilihat dari pembicaraannya sehari-hari yang sudah lancar.
Kalimat yang diucapkan Jefri sudah mulai mengarah ke kalimat kompleks. Jefri sudah mampu membuat
kalimat deklaratif (kalimat berita) dan imperatif (kalimat perintah). Hal tersebut terlihat dari banyaknya
ujaran Jefri dalam pembentukan kalimat deklaratif sebanyak 15 kalimat dan kalimat imperatif sebanyak
8 kalimat. Sedangkan dalam pembentukan kalimat interogatif, Jefri kurang mampu. Hal tersebut dapat
terlihat dari banyaknya ujaran Jefri dalam pembentukan kalimat interogatif sebanyak 1 kalimat. Dan Jefri
tidak mampu membuat kalimat ekslamatif (kalimat seru). Hal tersebut dapat dilihat dalam ujaran Jefri
dalam pembentukan kalimat ekslamatif sebanyak 0 kalimat.

Kata Kunci : Pemerolehan Bahasa, Sintaksis


PENDAHULUAN
Telah dikukuhkan oleh para ahli bahasa bahwa bahasa sebagai alat komunikasi secara genetis hanya ada
pada manusia tidak terdapat pada makhluk hidup lainnya. Manusia berinteraksi satu dengan yang lain
melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal maupun non
verbal yaitu dengan tulisan, bacaan dan tanda atau simbol. Bahkan menurut Boeree (2008), bahasa
merupakan salah satu hal paling menakjubkan yang mampu kita lakukan.Sebagai manusia yang
diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk Homo Sapiens, kita adalah satu-satunya makhluk di planet ini
yang mempunyai bahasa.

Berbahasa itu merupakan proses kompleks yang tidak terjadi begitu saja.Manusia berkomunikasi lewat
bahasa memerlukan proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya. Bagaimana manusia bisa
menggunakan bahasa sebagai cara berkomunikasi selalu menjadi pertanyaan yang menarik untuk
dibahas sehingga memunculkan banyak teori tentang pemerolehan bahasa. Lebih rumit dan luas
mengingat ada lebih dari seribu bahasa yang ada di seluruh dunia.

Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan
beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa
bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga
diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi
nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim.
Perkembangan komunikasi anak sesungguhnya sudah dimulai sejak dini, pertama-tama dari tangisannya
bila bayi merasa tidak nyaman, misalnya karena lapar, popok basah. Dari sini bayi akan belajar bahwa ia
akan mendapat perhatian ibunya atau orang lain saat ia menangis sehingga kemudian bayi akan
menangis bila meminta orang dewasa melakukan sesuatu buatnya karena memang sebagian besar
pasangan berkomunikasi anak adalah orang dewasa, biasanya orang tua. Saat anak mulai membangun
jaringan sosial melibatkan orang di luar keluarga, mereka akan memodifikasi pemahaman diri dan
bayangan diri dan menjadi lebih sadar akan standar sosial. Lingkungan linguistik memiliki pengaruh
bermakna pada proses belajar berbahasa. Ibu memegang kontrol dalam membangun dan
mempertahankan dialog yang benar.
Proses pemerolehan bahasa pada anak-anak merupakan satu hal yang perlu diteliti lebih mendalam.
Bagaimana manusia memeroleh bahasa merupakan satu masalah yang amat mengagumkan dan sukar
dibuktikan. Berbagai teori dari bidang disiplin yang berbeda telah dikemukakan oleh para pengkaji untuk
menerangkan bagaimana proses ini berlaku dalam kalangan anak-anak. Memang diakui bahwa disadari
ataupun tidak, sistem-sistem linguistik dikuasai dengan pantas oleh individu kanak-kanak walaupun
umumnya tidak dalam pengajaran formal.
Pemerolehan bahasa merupakan satu proses perkembangan bahasa manusia. Ada dua proses yang
terlibat dalam pemerolehan bahasa dalam kalangan anak, yaitu pemerolehan bahasa dan pembelajaran
bahasa. Dua faktor utama yang sering dikaitkan dengan pemerolehan bahasa ialah faktor nurture dan
faktor nature. Nature merupakan pemerolehan bahasa yang sudah ada sejak lahir sedangkan
nurturemerupakan pemerolehan bahasa yang dipengaruhi oleh lingkungan secara alami.
Pemerolehan bahasa dikaitkan dengan penguasaan sesuatu bahasa tanpa disadari atau dipelajari secara
langsung, yaitu tanpa melalui pendidikan secara formal untuk mempelajarinya. Pengkajian tentang
pemerolehan bahasa sangat penting terutamanya dalam bidang pengajaran bahasa. Pengetahuan yang
cukup tentang proses dan hakikat pemerolehan bahasa akan membantu menentukan keberhasilan
dalam bidang pengajaran bahasa.
Pemerolehan bahasa pertama ialah bahasa yang pertama kali dikuasai oleh anak yang biasa disebut
bahasa ibu. Dalam usia 6-10 tahun pada umumnya anak-anak telah menguasai sistem fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik dari bahasa pertamanya.
Penguasaan atau perkembangan bahasa anak diperoleh secara bertahap.Salah satu perkembangan
bahasa yang khas dialami anak adalah perkembangan sintaksis. Pada periode awal anak menggunakan
kalimat satu kata, kalimat dua kata, kalimat tiga kata, dan seterusnya sampai tahap kalimat lengkap
strukturnya (agent-action-object-location).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini terhadap
pemerolehan bahasa anak, terutama anak usia 7 tahun 3 bulan yang bernama Ahmad Jefri Andana yaitu
keluarga dari salah seorang anggota kelompok kami. Adapun fokus penelitian ini adalah dari segi
pemerolehan bahasa dalam bidang sintaksis.
Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia
memeroleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran
bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak mempelajari bahasa
kedua setelah dia mempelajari bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan
bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua.Setiap anak yang
normal akan belajar bahasa pertama (bahasa ibu) dalam tahun-tahun pertamanya dan proses itu terjadi
hingga kira-kira umur lima tahun (Nababan, 1992: 72). Dalam proses perkembangan, semua anak
manusia yang normal paling sedikit memeroleh satu bahasa alamiah. Dengan kata lain, setiap anak yang
normal atau mengalami pertumbuhan yang wajar memeroleh sesuatu bahasa, yaitu bahasa pertama
atau bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama kehidupannya, kecuali ada gangguan pada anak tersebut.

Proses pemerolehan bahasa merupakan suatu hal yang kontroversialantara para ahli bahasa.
Permasalahan yang diperdebatan antara para ahli adalah pemerolehan bahasa yang bersifat nuture dan
nature (Dardjowidjojo, 2010: 235). Ahli bahasa yang menganut aliran behaviorisme mengatakan bahwa
pemerolehan bahasa bersifat nurture, yakni pemerolehan ditentukan oleh alam lingkungan. Ahli bahasa
lain mengatakan manusia dilahirkan dengan suatu tabula rasa, yakni semacam piring kosong tanpa apa
pun. Piring tersebut kemudian diisi oleh alam termasuk bahasanya.
Berbeda dengan ahli-ahli bahasa tersebut, Chomsky berpandangan bahwa pemerolehan bahasa tidak
hanya didasarkan pada nurture, tetapi nature. Anak tidak dilahirkan sebagai piring kosong atau tabula
rasa, tetapi anak telah dibekali dengan sebuah alat yang dinamakan peranti pemerolehan bahasa. Setiap
anak terbukti memiliki kesamaan dalam pemerolehan bahasa dan melewati proses yang sama dalam
menguasai bahasa masing-masing. (Dardjowidjojo, 2010: 236).
Kontroversi tersebut terus berlanjut walaupun sebagian ahli ada yang sependapat dengan Chomsky,
tetapi faktor nurture juga tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Nature diperlukan karena bekal
kodrati makhluk tidak mungkin dapat berbahasa. Nurture juga diperlukan karena tanpa adanya input
dari alam sekitar bekal yang kodrati itu tidak akan terwujud.

Sintaksis adalah bidang ilmu bahasa yang mempelajari aturan-aturan tentang penyusunan kata, frasa,
dan klausa antara yang satu dengan yang lain atau antara sesamanya dalam membentuk suatu
konstruksi yang mengandung suatu pengertian. Sintaksis mencakup pembahasan tentang frasa, klausa,
dan kalimat atau dengan kata lain bertolak dari satuan terkecil berupa kata dan yang terbesar berupa
kalimat (Maksan, 1994: 58). Tarigan (dalam Maksan, 1994: 63-64) mengemukakan bahwa dari segi reaksi
yang diharapkan baik dari pembaca atau pendengarnya, maka kalimat dibagi menjadi: (a) kalimat berita,
mengharapkan tanggapan dari pembaca atau pendengar berupa perhatian, (b) kalimat tanya, yang
mengharapkan tanggapan berupa ujaran, dan (c) kalimat perintah, yang mengharapkan tanggapan
berupa perbuatan atau tindakan.Pemerolehan sintaksis merupakan salah satu bagian pemerolehan
bahasa disamping pemerolehan fonologi dan semantik.
Pemerolehan fonologi berhubungan dengan pemerolehan bunyi, semantik mengenai makna, sedangkan
sintaksis berhubungan dengan pemerolehan tata bahasa. Pemerolehan sintaksis ini sebenarnya sudah
dimulai sejak anak lahir, yaitu pada masa pralingual. Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia
kira-kira 18 bulan walaupun pada beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun.
Awalnya berupa kalimat dua kata.
Rangkaian dua kata, berbeda dengan masa “kalimat satu kata” sebelumnya yang disebut masa
holofrastis. Kalimat satu kata bisa ditafsirkn dengan mempertimbangkan konteks penggunaannya.
Hanya mempertimbangkan arti kata semata-mata tidaklah mungkin kita menangkap makna dari kalimat
satu kata tersebut. Peralihan dari kalimat satu kata menjadi kalimat yang merupakan rangkaian kata
terjadi secara bertahap.
Pada waktu kalimat pertama terbentuk yaitu penggabugan dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata
tersebut berada pada jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata memberi makna lebih dari satu maka anak
membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang berbeda. Perkembangan pemerolehan
sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun dan mencapai puncaknya pada akhir
usia 2 tahun.
Sementara itu, Maksan (1994: 48) mengemukakan bahwa secara traditional tahap dari pemerolehan
sintaksis pada anak terbagi atas 4 tahap:

1. Masa pra-lingual yang berlangsung ketika anak berusia 0 sampai 1 tahun. Anak berada dalam tahapan
pasif, anak baru mendengar ucapan orang dewasa tapi belum bisa mengucapkannya lagi.

2. Masa kalimat satu kata (holofrasa) yang berlangsung pada usia 1 sampai 2 tahun. Pada masa ini anak
hanya mengucapkan maksud yng terkandung dalam pikiran dan hatinya dengan mengucapkan sebuah
kata karena keterbatasan kemampuan secara fisik.
3. Masa kalimat dengan rangkaian kata singkat (kalimat telegram) yang berlangsung pada usia 2 sampai
3 tahun. Pada saat ini anak mampu mengucapkan beberapa kata dalam bentuk kalimat singkat.

4. Masa konstruksi sederhana dan kompleks yang berlangsung waktu anak berusia 3 sampai 5 tahun.
Pada masa ini anak sudah mulai dengan kalimat-kalimat yang sederhana dan berangsur-angsur menjadi
kalimat kompleks.

Jika dilihat dari bentuk sintaksisnya, dapat dibagi atas :

1. Kalimat deklaratif/ kalimat berita

Dalam pemakaian bahasa bentuk kalimat ini umumnya digunakan oleh pembicara atau penulis untuk
membuat pertanyaan sehingga isinya merupakan berita bagi pendengar atau pembacanya.
Kalimat berita dapat berupa bentuk apa saja, asalkan isinya merupakan pemberitaan. Dalam bentuk
tulisnya, kalimat berita diakhiri dengan titik. Dalam bentuk lisan, suara berakhir dengan nada turun.
2. Kalimat interogatif/kalimat tanya

Secara formal ditandai oleh kehadiran kata tanya seperti apa, siapa, beberapa, kapan, dan bagaimana
dengan atau tanpa partikel-kah sebagai penegas.
Kalimat interogatif diakhiri dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis dan pada bahasa lisan dengan
suara naik.

Bentuk kalimat ini biasanya digunakan untuk meminta jawaban “ya” atau “tidak”, atau informasi
mengenai sesuatu atau seseorang dari lawan bicara atau pembaca. Ada empat cara untuk membentuk
kalimat interogatif dari kalimat deklaratif : (1) menambahkan partikel penanya apa, (2) membalikkan
susunan kata, (3) menggunakan kata bukan (kah) atau tidak (kah), dan (4) mengubah intonasi menjadi
naik.
3. Kalimat imperatif/kalimat perintah
Perintah atau suruhan dan permintaan jika ditinjau dari isinya, dapat diperinci menjadi
perintah/suruhan, perintah halus, permohonan, ajakan, larangan, dan pembiaran. Kalimat ini biasanya
menggunakan partikel penegas, penghalus, dan kata tugas ajakan,harapan, permohonan, dan larangan.
Dalam bentuk lisan, intonasi ditandai nada rendah di akhir tuturan.
4. Kalimat ekslamatif/ kalimat seru

Secara formal ditandai oleh kata alangkah, betapa, atau bukan main pada kalimat berpredikat adjektival.
Kalimat ini dinamakan kalimat interjeksi dan biasa digunakan untuk menyatakan perasaan kagum atau
heran. Pada umumnya, kalimat-kalimat yang diujarkan oleh anak usia 2-3 tahun adalah kalimat
deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat imperatif.
Kalimat ekslamatif/ kalimat seru jarang atau bahkan tidak ditemukan dalam kalimat-kalimat yang
diujarakan oleh anak-anak karena kalimat yang mereka ujarkan masih sederhana dan tidak kompleks
seperti yang diujarkan orang dewasa.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Binjai. Tempat tersebut merupakan rumah tempat tinggal Jefri. Di rumah
tersebut Jefri tinggal bersama saudara, ayah dan ibu kandung. Peneliti merupakan Tante dari Jefri yang
letak rumahnya bersebelahan dengan peneliti.Objek penelitian dalam penelitian ini adalah seorang anak
laki-laki berusia 7 tahun 3 bulan bernama Ahmad Jefri Andana. Ayah dan Ibu Jefri menggunakan bahasa
Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Dapat dikatakan

Jefri seorang pemerolehan bahasa Jefri berupa bahasa Indonesia. Penelitian ini akan meneliti
pemerolehan bahasa Indonesianya.Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012).

Arikunto (1999: 126-127) mengemukakan bahwa metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan
dalam memperoleh dan mengumpulkan data dari beberapa informan. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif.
Penggunaan metode deskriptif dengan tujuan untuk memberikan gambaran secara lengkap tentang
pemerolehan kalimat bentuk interogatif, imperatif, dan deklaratif pada anak usia 7 tahun 3 bulanUntuk
memperoleh data, peneliti merekam situasi objek menggunakan metode observasi (metode simak),
metode cakap (wawancara), dan catat.
Metode simak yang dilakukan dengan cara merekam kemudian mentranskripsikan hasil simakan yang
diperoleh. Sedangkan metode cakap dilakukan dengan peneliti terlibat percakapan dengan Jefri selaku
objek penelitian secara langsung. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam menganalisis data
adalah (a) mendeskripsikan data rekaman perbincangan antara Jefri dengan orang tuanya, saudaranya,
maupun lingkungannya, (b) memilah-milah jenis kalimat yang telah diucapkan Jefri dengan
mengkategorikan kalimat yang berbentuk deklaratif, imperatif, dan introgatif, (c) menginterpretasikan
data yang telah didapat sesuai dengan permasalahan yang dianalisis, (d) merumuskan dan
menyimpulkan hasil analisis yang telah diperoleh.

PEMBAHASAN

Transkripsi Data
Berikut ini adalah beberapa percakapan singkat yang terekam antara Jefri, Anto, Ani dan Mama yang
terdirii atas 5 data. Pada data 1, terjadi di siang hari ketika kakak (Ani, kakak kandung Jefri) melihat Jefri
sedang menonton televisi di ruang tamu.

Data 1
Kakak : Di sekolah adek ngapain aja?
Jefri : Tadi adek jajan trus main ama Firman

Kakak :Jajan apa di sekolah?

Jefri :Jajan gorengan.

Kakak : Main apa ama Firman.

Jefri : Adek main yoyo.


Kakak : Siapa guru adek sekarang?

Jefri :Buk Hawa.

Kakak : Adek suka ama Buk Hawa?


Jefri : Suka, Buk Hawa baik.

Data 2
Percakapan berikut terjadi ketika sore hari, setelah mandi sore Jefri

bermain di teras rumah dan kakak (Ani, kakak kandung Jefri) menghampiri adiknya yang sedang
bermain.

Jefri : Tadi adek beli yoyo.


Kakak : Di mana adek beli yoyo itu?
Jefri : Di sekolah, ama Wak Min.
Kakak : Berapa harganya?
Jefri : Ada 3 ribu, 4 ribu, 5 ribu
Kakak : Adek beli yang mana?

Jefri : 3 ribu.

Data 3
Pada percakapan berikut terjadi di siang hari ketika Jefri baru pulang dari sekolah.
Jefri : Ma... lapar...
Mama : Iya,, mama goreng telor dulu yah.
Jefri : Emmm.... cepat adek uda lapar.
Mama : Iya, bentar, makannya di kasih kecap kan...?

Jefri : Iya. di sini makannya.

Data 4

Pada percakapan berikut terjadi ketika Mama (Ibu Jefri) pergi keluar rumah dikarenakan hendak
menjemput Anto ( abang kandung Jefri) ke sekolah.
Jefri : Ma…mau ke mana?

Mama : Mama mau belanja.


Jefri : Adek ikut….
Mama : Gak boleh, adek di rumah aja ya!
Jefri : Nggak …ikut...(sambil nangis).

Mama : Jangan nangis, kan uda besar.


Jefri : Emmmm,,, ikut ma... (masih nangis).

Mama : Adek di rumah aja dengan abang ya?

Jefri : Gak mau, ikut…(masih nangis).


Mama : ya udah tapi jangan nangis lagi ya?
Jefri : Iya….

Data 5

Pada data (5) berikut ini, konteks tuturannya adalah Abang (Anto) menghampiri Jefri karena melihatnya
sedang memainkan mainan mobil-mobilan milik Anto. Anto marah, dan pertengkaran terjadi di antara
Anto dan
Jefri. Mama (Ibu kandung Jefri dan Anto) yang melihat meleraikan pertengkaran tersebut.
Abang : Itu mobil abang.
Jefri : Adek pinjam

Abang : Gak boleh, abang mau main.


Jefri : Pinjam bentar.
Abang : Sini mobilnya.
Jefri : (Sambil nangis)Pinjam….Bang.
Abang : Gak boleh (lari).
Jefri : (Nangis) Ma…..Abang...
Mama : Kenapa Adek?

Jefri : Abang…(sambil nangis)


Mama : Kenapa abang?
Jefri : Adek pinjam mobil tapi gak dikasih (sambil nangis).
Mama : Ya uda jangan nangis, nanti kita beli mobil untuk adek.
Jefri : Sekarang ya Ma…(nangis).
Mama :Iya…jangan nangis lagi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan di atas, Jefri yang berumur 7 tahun 3 bulan sudah banyak
menghasilkan kata dalam setiap aktivitasnya. Hal tersebut dapat dilihat dari pembicaraannya sehari-hari.
Dari ujaran yang dipaparkan di atas, kalimat yang diucapkan Jefri sudah lancar. Kalimat yang diucapkan
Jefri sudah mulai mengarah ke kalimat kompleks.

Analisis struktur sintaksis ujaran Jefri berdasarkan bentuknya adalah sebagai

berikut ini.
Keterangan:
Kalimat deklaratif = kalimat berita
Kalimat interogatif = kalimat tanya
Kalimat imperatif = kalimat perintah
Kalimat Ekslamatif = kalimat seru
Berdasarkan analisis di atas, Jefri sudah mampu membuat kalimat deklaratif (kalimat berita) dan
imperatif (kalimat perintah). Hal tersebut terlihat dari banyaknya ujaran Jefri dalam pembentukan
kalimat deklaratif sebanyak 15 kalimat dan kalimat imperatif sebanyak 8 kalimat. Sedangkan dalam
pembentukan kalimat interogatif,
Jefri kurang mampu. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya ujaran Jefri dalam pembentukan kalimat
interogatif sebanyak 1 kalimat. Dan Jefri tidak mampu membuat kalimat ekslamatif (kalimat seru). Hal
tersebut dapat dilihat dalam ujaran Jefri dalam pembentukan kalimat ekslamatif sebanyak 0 kalimat.

BAB III

PENUTUP

SIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN JURNAL UTAMA
Brdasarkan hasil analisis data dipembahasan, dapat disimpulkan bahwa Davi dapat membuat ujaran
dalam bentuk satu kata, dua kata, rangkaian kata yang kemudian dibentuk ke dalam kalimat deklaratif,
interogatif, dan imperatif.Pemerolehan bahasa yang diterima Davi cenderung dipengaruhi
olehlingkungan bahasa, yaitu bahasa betawi Bekasi. Davi dalam setiap tuturannya menyelipkan kata-
kata yang merupakan ciri khas penutur bahasa betawi Bekasi.
KESIMPULAN JURNAL KEDUA

Simpulan yang dapat dibuat berdasarkan dapatan analisis terhadap Jefri yang berusia 7 tahun 3 bulan
adalah
sebagai berikut ini.
1. Jefri mampu membuat kalimat deklaratif (kalimat berita) yaitu sebanyak 15 kalimat.
2. Jefri mampu membuat kalimat imperatif (kalimat perintah) yaitu sebanyak 8 kalimat.
3. Jefri kurang mampu membuat kalimat interogatif (kalimat tanya) yaitu sebanyak 1 kalimat.

4. Jefri tidak mampu membuat kalimat ekslamatif (kalimat seru) yaitu sebanyak 0 kalimat.

SARAN

Adapun saran dalam penelitian

ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan terutama mengenai pemerolehan bahasa anak usia 6-10
tahun dalam bidang sintaksis.

DAFTAR PUSTAKA

1. JURNAL UTAMA DAFTAR PUSTAKA

Yendra, 2010. Mengenal Ilmu Bahasa,Yogyakarta: Deepublish.Darjowidjojo, Soejono. 2010.


Psikolinguistik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.Nuryani dan Dona Aji Kurnia. 2013. Psikolinguistik.
Ciputat: Mazhab Ciputat.Siregar, Chairul Bachri dan Rizka Maya

Sari. Pemerolehan Bahasa Anak Usia 7 Tahun 3 Bulan dalam Bidang Sintaksis. Jurnal
EdukasiKultura.Sudarwati, Emy, dkk. 2017. Pengantar Psikolinguistik. Malang: Universitas Brawijaya
Press.Hastuti, Sri. 1996. Tentang Pendidikan Akuisisi Bahasa Anak Kita. Jakarta:

Kedaulatan Rakyat.Purba, Andiopenta. 2013. Peranan Lingkungan Bahasa dalam Pemerolehan Bahasa
Kedua. Vol. 3 No. 1

2. JURNAL KEDUA DAFTAR PUSTAKA


Darjowodjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik : Pengatar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.Maksan, Marjusman. 1994.

Psikolinguistik. Padang : IKIP Padang Press.Nababan dan Sri Utari Subyakto. 1992.
Psikolinguistik: Suatu Pengatar.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai