Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MATA KULIAH SEMANTIK

SEMANTIK DALAM PERUBAHAN MAKNA

Dosen Pengampu : Sholikhin, M.Pd.

Disusun oleh :

kelompok 8

1. Indri rahayu (2020406403023)


2. Khoirunnisa (2020406403025)
3. Jumyati (2020406403056)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah Mata Kuliah
Semantik, “Semantik dalam perubahan makna”. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Semantik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya serta semoga dapat
menjadi bahan pertimbangan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga dari makalah ini, kita
dapat menambah pengetahuan dan member manfaat bagi semua.

Pringsewu, 20 Mei 2022

Penyusun,

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL/COVER.......................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1


B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan Pembuatan makalah...............................................................................1
D. Manfaat..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat perubahan makna.................................................................................3


B. Penyebab perubahan makna...............................................................................3
C. Jenis perubahan makna......................................................................................5
D. Pergeseran makna..............................................................................................21

BAB III PENUTUP

A. Keimpulan.........................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan berkembangnya zaman, bahasa pun ikut berkembang dan mengalami
pergeseran-pergeseran makna.Pergeseran makna bahasa memang tidak dapat dihindari,
karena hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam pembicaraan terdahulu sudah
disebutkan bahwa makna sebuah kata secara sinkronis tidak akan berubah. Pernyataan ini
menyiratkan juga pengertian bahwa kalau secara sinkronis makna sebuah kata tidak akan
berubah maka makna kata secara diakronis ada kemungkinan bisa berubah. Jadi, sebuah kata
yang pada suatu waktu dulu bermakna ‘A’, misalnya, maka pada waktu sekarang bisa
bermakna ‘B’, dan pada suatu waktu kelak mungkin bermakna ‘C’ atau bermakna ‘D’.
Sebagai contoh dahulu kata Bapak dan Ibu hanya dipakai dalam hubungan biologis, sekarang
semua orang yang lebih tua disebut Bapak atau Ibu.

Atas dasar itu, tidak mengherankan muncul berbagai kata yang memiliki banyak
makna baru.Meski demikian makna yang melekat terlebih dahulu tidak serta-merta hilang
begitu saja.Perubahan makna suatu kata yang terjadi, terkadang hampir tidak disadari oleh
pengguna bahasa itu sendiri.Untuk itu perlu bagi kita sebagai calon guru Bahasa Indonesia
untuk mengetahui dan memahami ilmu kebahasaan secara utuh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan perubahan makna?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan makna?

3. Apa saja yang termasuk jenis perubahan makna ?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui hakikat perubahan makna.

1
2. Mengetahui faktor yangmempengaruhi perubahan makna

3. Mengetahui berbagai jenis yang termasuk dalam perubahan makna.

D. Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini antara lain:

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca.

2. Memahami tentang perubahan makna kata .

3. Memotivasi guru atau calon pendidik terutama jurusan Bahasa Indonesia untuk
lebih memahami perkembangan bahasa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Perubahan Makna

Dalam perubahan makna selalu ada hubungan (asosiasi) antara makna lama dan
makna baru, tidak peduli apapun yang menyebabkan perubahan itu terjadi. Dalam beberapa
hal, asosiasi bisa begitu kuat untuk mengubah makna dengan sendirinya, sebagian lagi
asosiasi itu hanyalah suatu wahana untuk suatu perubahan yang ditentukan oleh sebab-sebab
lain tetapi bagaimanapun suatu jenis asosiasi akan selalu mengalami proses. Dalam
pengertian ini asosiasi dapat dianggap sebagai suatu syarat mutlak bagi perubahan makna
( Stephen, 2007 : 263-264 )

Dalam sejarah ilmu semantik, teori asosiasi muncul dalam dua bentuk.Beberapa dari
ahli semantik awal mengakui suatu asosiasinisme yang sederhana, mereka mencoba
menjelaskan perubahan makna sebagai hasil asosiasi antara kata-kata yang diisolasikan
(berdiri sendiri). Pada beberapa dekade terakhir suatu pandangan yang lebih maju
berdasarkan prinsip-prinsip struktural telah meluas, perhatian telah berubah dari kata-kata
tunggal menjadi satuan-satuan yang lebih luas yaitu yang disebut “medan asosiatif” yang
mencakupi kata-kata tersebut.

B. Penyebab Perubahan Makna

Chaer (1990: 136-145) menjelaskan bahwa faktor-faktor penyebab perubahan makna


antara lain disebabkan oleh perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi, perkembangan
sosial dan budaya, perbedaan bidang pemakaian, adanya asosiasi, pertukaran tanggapan
indera, perbedaan, tanggapan, adanya penyingkatan, dan pengembangan istilah.

1) Perkembangan dalam Bidang Imu dan Teknologi

Perubahan makna sebuah kata dapat disebabkan oleh perkembangan bidang ilmu dan
kemajuan teknologi. Sebuah kata yang asalnya mengandung konsep makna mengenai
sesuatu yang sederhana tetap digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah
berubah sebagai akibat dari pandangan baru atau atau teori baru dalam suatu bidang

3
keilmuan, kata ‘sastra’ yang pada awalnya bermakna tulisan atau buku yang baik isi dan
bahasanya berubah makna menjadi karya yang bersifat imajinatif kreatif.

2) Perkembangan Sosial dan Budaya

Perubahan makna dapat pula disebabkan oleh perkembangan sosial kemasyarakatan.


Dalam hal ini hampir sama dengan apa yang terjadi sebagai akibat dalam perkembangan
ilmu dan teknologi. Sebuah kata yang mulanya bermakna A lalu berubah menjadi
bermakna B dan C. Jadi, bentuk katanya tetap sama, tetapi makna yang dikandungnya
sudah berubah.

3) Perbedaan Bidang Pemakaian

Setiap kehidupan atau kegiatan memiliki kosakata tersendiri yang hanya dikenal dan
digunakan dengan makna tertentu dalam bidang tersebut.misalnya, dalam bidang
pertanian dikenal kata-kata benih, menuai, panen, menggarap, membajak, Kata-kata yang
menjadi kosakata dalam bidang-bidang tertentu itu dalam kehidupan dan pemakaian
sehari-hari dapat diambil dari bidangnya dan digunakan di bidang lain atau menjadi
kosakata umum. Oleh karena itu, kata-kata tersebut menjadi makna baru atau makna lain
di samping makna asalnya.

4) Adanya Asosiasi

Perubahan makma dapat terjadi karena adanya persamaam sofat.Makna baru yang
muncul berkaitan dengan hal atau peristiwa yang berkenaan dengan kata tersebut.

5) Pertukaran Tanggapan Indera

Sebenarnya alat indera sudah mempunyai tugas masing-masing untuk menangkap


gejala-gejalayang terjadi di dunia ini.

6) Perbedaan Tanggap

Setiap unsur leksikal atau kata sebenernya sebenarnya secara lebih sinkronis telah
mempunyai unsur leksikal yang tetap. Namun, karena pandangan hidup dan ukuran
norma kehidupan di masyarakat, banyak kata yang memiliki nilai rasa rendah atau kurang
menyenangkan disebut istilah peyoratif sedangkankata-kata yang memiliki nila rasa yang
tinggi atau yang mengenakkan disebut dengan istilah ameliorasi.

4
7) Adanya Penyingkitan

Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata atau ungkapan yang karena sering
digunakan maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan orang
sudah mengerti maksudnya.Oleh karena itu kemudian banyak orang menggunakan
singkatannya saja daripada menggunakan bentukya secara utuh. Sebagai contoh ada yang
berkata “ ayahnya meninggal” tentu maksudnya meninggal dunia tapi hanya disebutkan
meninggal saja. Hal ini terjadi pula pada kata berpulang yang maksudnya berpulang ke
rahmatullah, ke perpus yang maksudnya ke perpustakaan, ke lab yang maksudnya ke
laboratarium dan sebagainya.Kalau disimak sebenarnya dalam kasus penyingkatan kata
ini bukanlah peristiwa perubahan makna yang terjadi sebab makna atau konsep itu
tetap.Yang terjadi adalah perubahan bentuk kata.Kata yang semula berbentuk utuh
disingkat menjadi bentuk yang lebih pendek.

8) Proses Gramatikal

Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi akan menyebabkan pula
terjadinya perubahan makna. Tetapi dalam hal ini yang terjadi sebenarnya bukan
perubahan makna sebab bentuk kata itu sudah berubah sebagai hasil proses gramatikal
dan proses tersebut telah melahirkan makna-makna gramatikal.

9) Pengembangan Istilah

Salah satu upaya dalam pengembangan atau pembentukan istilah baru adalah dengan
memanfaatkan kosa ata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan member makna baru baik
dengan menyempitkan, meluaskan maupun memberi makna baru. Seperti pada kata papan
yang semula bermakna lempengan kayu tipis kini diangkat menjadi istilah untuk makna
perumahan, kata teras yang semula bermakna inti atau saripati kayu sekarang memiliki
makna yang baru yaitu utama atau pimpinan.

C. Jenis Perubahan Makna

Dalam bagian ini akan diuraikan beberapa jenis perubahan makna yang terjadi dalam
bahasa Indonesia. Berikut pemaparannya :

1. Perubahan Meluas
Yang dimaksud perubahan yang meluas adalah gejala yang terjadi pada
sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna tetapi

5
kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna yang lain. Makna-
makna lain yang terjadi sebagai hasil perluasan makna itu masih berada dalam
lingkup poliseminya, artinya masih ada hubungan dengan makna asalnya.

Contoh kata berlayar dulu bermakna mengarungi lautan dengan kapal layar sekarang
berganti menjadi pergi kelaut dengan berbagai macam kapal (Darmawati, 2008).Begitu pula
dengan kata saudara yang dahulu hanya mempunyai satu makna yaitu seperut atau
sekandungan sekarang berkembang maknanya menjadi siapa saja yang sepertalian darah.
Bahkan semua orang yang sama derajatnya disebut saudara. Demikian pula halnya dengan
kata putera-puteridahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja, sekarang semua ana laki-laki
dan wanita disebut putera dan puteri.

Contoh lain, kata baju pada mulanya hanya bermakna pakaian sebelah atas dari
pinggang sampai ke bahu seperti pada frasa baju batik, baju sapari, baju lengan pendek. Akan
tetapi, pada kalimat “Murid-murid memakai baju seragam,” kata baju maknanya menjadi luas
sebab dapat termasuk celana, baju, topi, dasi, dan sepatu.Kata ikan pada mulanya bermakna
lauk-pauk, sekarang maknanya lebih luas lagi, yaitu bermakna kawan nasi, tida terbatas pada
ikan saja. Kata mencetak pada mulanya hanya digunakan pada bidang penerbitan buku,
majalah, atau koran, sekarang maknanya berubah menjadi membuat, menghasilkan,
memperoleh, mencari, atau mengumpulkan.

Berikut contoh dalam kalimat:

(1) Persib tidak berhasil mencetak satu gol pun.

(2) Pemerintah akan mencetak rumah-rumah baru.

(3) Kabarnya dokter dapat mencetak uang dengan cepat.

2. Perubahan Menyempit

Perubahan menyempit merupakan suatu gejala yang terjadi pada sebuah kata
yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas namun kemudian berubah
menjadi terbatas hanya memiliki sebuah makna saja (Chaer, 1990: 147). Dengan kata
lain, cakupan makna yang dulu lebih luas daripada makna sekarang. Kata sarjana
yang pada mulanya berarti orang pandai atau cendekiawan dan sekarang kata itu

6
hanya memiliki sebuah makna saja yaitu orang yang lulus dari perguruan tinggi.
Sehingga sepandai apapun seseorang sebagai hasil dari belajar sendiri, kalau bukan
tamatan perguruan tinggi maka tidak bisa disebut sebagai sarjana. Sebaliknya
serendah berapapun indeks prestasi seseorang kalau dia sudah lulus dari perguruan
tinggi dia akan disebut sebagai sarjana.

Contoh lain, kata ahli pada mulanya berarti ‘orang yang termasuk dalam suatu
golongan atau keluarga’ seperti dalam frase ahli waris yang berarti ‘orang yang termasuk
dalam satu kehidupan keluarga’, dan juga ahli kubur yang berarti ’orang-orang yang sudah
dikubur’. Kini kata ahli sudah menyempit maknanya Karena hanya berarti ‘orang yang
pandai dalam satu cabang ilmu atau kepandaian seperti tampak dalam frase ahli sejarah, ahli
purbakala, ahli bedah, dan sebagainya.

Selain itu, kata pembantu dulu dipakai untuk semua orang yang memberi bantuan,
sekarang hanya digunakan untuk pembanturumah tangga.Kata pendeta dulu dipakai untuk
menyebut semua orang yang berilmu, sekarang dipakai untuk menyebut guru agama Kristen.

3. Perubahan Total

Yang dimaksud perubahan total yaitu suatu makna sebuah kata yang berubah
total atau berubah sama sekali dari makna asalnya. Memang ada kemungkinan makna
yang dimiliki sekarang masih ada sangkut pautnya dengan makna asal tapi
keterkaitannya tampak sudah jauh sekali. Misalnya, kata ceramah pada mulanya
berarti ‘cerewe’ atau banyak cakap, tetapi sekarang berarti ‘pidato’ atau ‘uraian
engena suatu hal yang disampaikan di depan orang banyak’. Kata seni yang mulanya
bermakna air seni atau kencing.Namun sekarang kata seni digunakan sebagai istilah
untuk mengartikan karya atau ciptaan yang bernilai halus, misalnya digunakan dalam
frasa seni lukis, seni tari, dan seni suara.Orangnya disebut seniman kalau laki-laki dan
seniwati apabila perempuan.

Contoh lain terdapat pada kata pena yang dulu berarti ‘bulu’, tapi sekarang maknanya
berubah total karena pena berarti ‘alat tulis yang menggunakan tinta’. Memang sejarahnya
ada, yaitu dulu orang menulis dengan tinta menggunakan bulu ayam atau bulu angsa sebagai

7
alatya; sedangkan bulu ini di dalam bahasa Sansekerta disebut pena. Kata canggih dengan
makna seperti yang digunakan sekarang ini merupakan contoh lain dari kata-kata yang
maknanya telah berubah total. Dalam kamus Poerwadarminta, kamus Sutan Mohamad Zain,
dan kamus Pusat Bahasa (terbit 1983) kata canggih adalah bermakna ‘banyak cakap, bawel,
cerewet’.Tidak ada makna seperti yang didapati dalam frasa peralatan canggih, teknologi
canggih, dan mesin-mesin canggih.Tetapi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata canggih
sudah memuat makna seperti pada frasa tersebut di atas.

4. Penghalusan (ufemia)

Penghalusan dalam perubahan makna ini maksudnya adalah suatu gejala


ditampilkannya kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna yang
lebih halus atau lebih sopan daripada yang akan digantikan. Kecenderungan untuk
menghaluskan makna kata tampaknya merupakan gejala umum dalam masyarakat
bahasa Indonesia. Misalnya,frasa pembantu rumah tangga menggantikankata babu.
Kata penjaraatau bui diganti dengan kata atau ungkapan yang maknanya dianggap
lebih halus, yaitulembaga pemasyarakatan.Kata pemecatan diganti dengan
katapemutusan hubungan kerja.Kata pengangguran diganti dengan tunakarya.Kata
buta diganti dengan tunanetra.Kata gelandangan diganti dengan kata tunawisma.

Dalam bahasa Indonesia penghalusan makna ini sebenarnya bukan hal baru.
Karena kepercayaan atau sebab-sebab lain, orang-orang zaman dulu akan mengganti
kata buaya atau harimau dengan kata nenek; kata ular diganti dengan kata akar atau
oyod; kata tikus diganti dengan kata den bagus.

5. Pengasaran (disfemia)

Kebalikan dari penghalusan adalah pengasaran (disfemia), yaitu usaha untuk


mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang
maknanya kasar.Usaha atau gejala pengasaran ini biasanya dilakukan oleh orang
dalam situasi yang tidak ramah atau menunjukkan kejengkelan.Seperti pada kata
menjebloskan untuk menggantikan kata memasukkan, kata mendepak untuk
menggantikan kata mengeluarkan.

8
Contoh lain kata atau ungkapan masuk kotak dipakai untuk mengganti kata kalah
seperti dalam kalimat Liem Swie King sudah masuk kotak; kata mencaplok dipakai untuk
mengganti mengambil dengan begitu saja seperti dalam kalimat Dengan enaknya Israel
mencaplok wilayah Palestina, dan kata mendepak dipakai untuk mengganti kata
mengeluarkan seperti dalam kalimat Dia berhasil mendepak bapak A dari kedudukannya.
Begitu juga dengan kata menjebloskan yang dipakai untuk menggantikan kata memasukan
seperti dalam kalimat polisi menjebloskannya ke dalam sel.

6. Amelioratif

Yang dimaksud perubahan makna amelioratif adalah suatu proses perubahan


makna yang pada mulanya memiliki makna lebih rendah daripada makna sekarang.
Dengan kata lain, makna baru lebih tinggi atau lebih baik daripada makna dahulu.
Misalnya, kata wanita, sekarang maknanya dirasakan lebih tinggi daripada kata
perempuan.Kata isteri dan nyonya, maknanya dirasakan lebih tinggi daripada kata
bini.Kata suamimaknanya lebih tinggi daripada kata laki.

Contoh lain, kata gambaran yang semula hanya mengandung makna ‘hasil kegiatan
menggambar’ dengan maksud kata abstraksi, kata gambaran akhirnya dapat mengandung
pengertian ‘pembayangan secara imajinatif’. Kata Anda lebih baik daripada kata kau.Kata
tunanetra lebih baik daripada kata buta.Kata narapidanalebih baik daripada kata orang
hukuman.Kata hamil lebih baik daripada kata bunting.Kata pembantu lebih baik daripada
kata jongos atau babu.Kata melahirkan lebih baik daripada kata beranak.Kata tunasusila lebih
baik daripada kata pelacur.Kata tunarungu lebih baik daripada kata tuli.

7. Peyoratif

Peyoratif adalah perubahan makna yang mengakibatkan sebuah kata atau


ungkapan menggambarkan sesuatu yang kurang baik, kurang enak, kurang
menyenangkan, atau kurang bermutu dibandingkan dengan makna semula
(dulu).Dalam peyoratif, makna baru dirasakan lebih rendah nilainya daripada makna
yang lama.Misalnya, kata tuli mengalami peyorasi karena dulu tidak dirasakan
mengandung makna yang jelek.Sekarang maknanya dirasa kurang baik, kurang sopan,

9
dan terasa kasar.Ungkapan kaki tangan dulu dipakai dalam arti yang baik, yaitu
‘pembantu’.Sekarang kaki tangan dipakai dalam arti yang kurang baik, yaitu
‘pembantu dalam kejahatan atau pembantu pihak yang tidak disukai’ seperti tampak
dalam kaki tangan musuh, kaki tangan imperalis. Kata bini yang mulanya dianggap
lebih baik yang berarti ‘perempuan’ kemudian berarti ‘perempuan yang telah
menikah’ sekarang dirasakan kurang hormat. Ungkapan laki-bini dulu setingkat
dengan suami-isteri, sekarang dalam hubungan yang baik umpamanya dalam surat
undangan tidak pernah dipakai laki-bini, tetapisuami-isteri. Kata ngamar semula
mengandung makna ‘berada di kamar’, tetapi akhirnya mengandung pengertian
negatid sehingga pemakaiannya pun berusaha dihindari.

8. Asosiasi

Asosiasi adalah perubahan makna yang terjadi katena adanya persamaan sifat
sehingga suatu kata atau istilah dapat dipakai untuk pengertian yang lain. Misalnya,
kata lintah darat dipakai untuk menyebut orang yang mepunya sifat sepeeti lintah,
yaitu yang menghisap harta benda orang lain. Kata biang keladi dipakai untuk
menyebut orang yang menjadi penyebab atau pemimpin suatu perbuatan jahat. Kata
benalu digunakan untuk orang yang mempunyai sifat seperti benalu, yaitu yang selalu
ikut menumpang pada keluarga yang lain secara cuma-cuma. Agar lebih jelas makna
kata-kata tersebut, berikut pemakaiannya pada kalimat:

(a) Orang yang tinggi besar itu menjadi lintah darat di kampungnya.

(b) Siapa yang menjadi biang keladi dalam keributan ini?

(c) Apa kerja benalu itu di sini?

9. Sinestesia

Sinsestesia berasal dari bahasa Yunani, sun artinya ‘sama dan aisthetikas
artinya ‘nampak’. Jadi sinsestesia adalah perubahan makna akibat adanya
kecenderungan untuk mengubah tanggapan dengan tujuan untuk menegaskan maksud.
Dengan kata lain sinestesia adalah pertukaran tanggapan antara indera yang satu

10
dengan indera yang lain. Misalnya, rasa pedas yang seharusnya ditanggap dengan alat
indera perasa pada lidah tertukar menjadi ditanggap oleh alat indera pendengaran
seperti tampak dalam ujaran kata-katanya cukup pedas.

Berikut contoh lain:

(a) Warnanya enak dipandang.

(b) Suaranya sedap didengar.

(c) Mukanya manis sekali.

(d) Senyumnya sangat masam.

(e) Kedengarannya memang nikmat.

(f) Pandangannya sangat tajam.

(g) Wajahnya dingin sekali.

(h) Hatimu jelek benar.

(i) Kata-katanya pedih sekali.

(j) Ceritamu menggelikan.

(k) Nama guru kami harum benar.

D.PERGESERAN MAKNA

Makna berkembang dengan melalui perubahan, perluasan, penyempitan, atau


pergeseran. Pergeseran makna terjadi pada kata-kata (frase) bahasa indonesia yang disebut
eufemisme (melemahkan makna). Caranya dapat dengan mengganti simbolnya (kata, frase)
dengan yang baru dan maknanya bergeser, biasanya terjadi bagi kata-kata yang dianggap
memiliki makna yang menyinggung perasaan orang yang mengalaminya. Perhatikanlah
contoh berikut:

(1) Bui, tahanan, atau tutupan ‘tempat orang ditahan atau dipenjara setelah mendapat putusan
hakim untuk menjalani hukuman’, sekarang muncul lembaga pemasyarakatan, dan maknanya

11
bergeser ‘selain tempat untuk menahan terpidana menjadi tempat untuk mengubah tingkah
laku terpidana agar kelak dapat diterima kembali oleh masyarakat.

(2) Dipecat, dirasakan terlalu keras, dengan demikian muncul diberhentikan dengan hormat
atau dipensiunkan.

(3) Ditahan, dirasakan menyinggung perasaan orang yang mengalaminya dengan


pertimbangan tertentu maka muncul dirumahkan dan maknanya bergeser ditahan di rumah
bukan tempat tahanan umum.

(4) Sogok-menyogok dirasa terlalu mencolok mata, oleh karena itu muncul pungli (pungutan
liar), menyalahgunakan wewenang, komersialisasi jabatan, upeti, dan seterusnya.

Pergeseran makna terjadi di dalam bentuk imperatif seperti pada segera laksanakan
yang bergeser maknanya menjadi harap dilaksanakan atau mohon dilaksanakan terjadi
eufemisme.Modalitas keharusan yang muncul dengan kontruksi harus untuk prinsip
eufemisme, misalnya harus datang menjadi mohon hadir, mohon datang.Kata berpidato atau
memberi instruksi dirasakan terlalu kasar dan biasanya diganti dengan memberikan
pengarahan, memberikan pembinaan, mengadakan seresehan, dan sebagainya.

Pergeseran makna terjadi pada kata-kata atau frase yang bermakna terlalu
menyinggung perasaan orang yang mengalaminya, oleh karena itu kita tidak mengatakan
orang sudah tua di depan mereka yang sudah tua bila dirasakan menyinggung perasaan, maka
muncullah orang lanjut usia. Demikian pula terjadi pergeseran makna pada kata-kata atau
frase berikut:

(1) Tuna netra ‘buta’

(2) Tuna rungu ‘tuli’

(3) Tuna wisma ‘gelandangan’

(4) Tuna susila ‘pelacur’

(5) Cacat mental ‘orang gila’

(6) Pramusiwi ‘pelayan (bayi)’

(7) Pramuwisma ‘pelayan (pembantu)’

12
(8) Prmuniaga ‘pelayan toko’

(9) Menyesuaikan harga ‘menaikkan harga’

(10) Dipetiaskan ‘masuk kotak’, dan seterusnya.

Pemakai bahasan dalam hal ini selalu memanfaatkan potensinya untuk memakai
semua unsur yang terdapat di dalam bahasanya.Pemakai bahasa berusaha agar kawan bicara
tidak terganggu secara psikologis, oleh karena itu muncul pergeseran makna.Dikatakan
pergeseran makna bukan pembatasan makna, karena dengan penggantian lambang (simbol)
makna semula masih berkaitan erat tetapi ada makna tambahan (eufemisme) menghaluskan
(pertimbangan akibat psikologis bagi kawan bicara atau orang yang mengalami makna yang
diungkapkan kata atau frase yang disebutkan).

13
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Perubahan makna adalah sebagai akibat perkembangan bahasa. Perubahan makna


terjadi dapat pula sebagai akibat:

1. Faktor kebahasaan (linguistic causes)

2. Faktor kesejarahan (historical cause), yang dapat diuraikan di atas: objek, institusi, ide, dan
konsep ilmiah

3. Sebab sosial (social cause)

4. Faktor psikologis (psycological causes) yang berupa: fakor emutif, kata-kata tabu: (1) tabu
karena takut (2) tabu karena kehalusan (3) tabu karena kesopanan.

5. Pengaruh bahasa asing

6. Karen kebutuhan akan kata-kata baru.

Sebab lain linguistis berhubungan dengan faktor kebahasaan, baik yang ada
hubungannya dengan fonologi, morfologi, atau sintaksis. Bahasa yang berkembang sejalan
dengan bahasa Indonesia selain bahasa daerah, terdapat pula bahasa asing. Perubahan makna
dari bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia.

Lingkungan masyarakat dapat menyebabkan perubahan makna suatu kata. Kata yang
dipakai di dalam lingkungan tertentu belum tentu sama maknanya dengan kata yang dipakai
di lingkungan lain. Perubahan makna dapat dianggap sebagai akibat hasil proses yang
disebabkan oleh (1) hubungan sintagmatik, (2) rumpang di dalam kosa kata, (3) peraliahan
dari pengacuan yang kongkret ke pengacuan abstrak, (4) timbulnya gejala sinestesia dan (5)
penerjemahan harfiah. Makna berkembang dengan melalui perubahan, perluasan,
penyempitan, atau pergeseran. Pergeseran makna terjadi pada kata-kata (frase) bahasa
indonesia yang disebut eufemisme (melemahkan makna). Caranya dapat dengan mengganti
simbolnya (kata, frase) dengan yang baru dan maknanya bergeser, biasanya terjadi bagi kata-
kata yang dianggap memiliki makna yang menyinggung perasaan orang yang mengalaminya.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://tricahyananugraha1993.blogspot.com/2013/06/makalah-semantik-penyebab-
perubahan.html?m=1

Djajasudarma, Fatimah. 1993. Semantik 2 Pemahaman Makna. Bandung: Refika Aditama.

https://lenggiirawan.blogspot.com/2016/08/perubahan-makna.html?m=1

15

Anda mungkin juga menyukai