Oleh Kelompok 1 :
i
KATA PENGANTAR
Dengan segala rasa syukur kami awali dengan memanjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat, kesehatan dan hidayah sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Doa dan salam kami panjatkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang memberikan petunjuk dalam Al-Qur'an dan
Sunnah, sebagai pedoman hidup demi keselamatan setiap orang di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang harus kami selesaikan pada mata kuliah
Bahasa Indonesia, Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Riau dengan judul “Diksi dan Kalimat Efektif”. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada, selaku pembimbing mata kuliah
bahasa Indonesia Ibu Perawati dan seluruh pihak yang memberikan saran dan bimbingan
kepada kami selama penulisan makalah ini. Kami tahu makalah ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
kami nantikan guna meningkatkan kualitas makalah.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1[2.2] Diksi
2.1.1 Pengertian Diksi
Menurut KBBI, diksi adalah pemilihan kata yang bermakna tepat dan selaras
(cocok penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan dengan pokok pembicaraan,
pristiwa dan khalayak pembaca atau pendengar atau pilihan kata - kata. Diksi atau
pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna sesuai dengan gagagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan
tersebut hendaknya di sesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
sekelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca. Diksi atau pilihan kata selalu
mengandung ketepatan makna dan kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada
pembaca atau pendengar.
Menurut Susilo Mansurudin pengertian diksi adalah pilihan kata. Pemakaian diksi
yang tepat, cermat, dan benar dapat membantu memberi nilai pada suatu kata. Pilihan
kata yang sesuai dalam kata lain adalah tepat untuk mencegah kesalahan penafsiran
yang berbeda. Mengacu pada pengertian diksi di atas, fungsi diksi adalah agar
pemilihan kata dan cara penyampaiannya dapat dilakukan dengan tepat sehingga
orang lain mengerti maksud yang disampaikan.
Diksi juga berfungsi untuk memperindah suatu kalimat. Misalnya diksi dalam
suatu cerita, dengan diksi yang baik maka penyampaian cerita dapat dilakukan secara
runtut, menjelaskan tokoh-tokoh, mendeskripsi-kan latar dan waktu, dan lain
sebagainya.
2. Penggunaan kata sinonim atau hampir sama maknanya se- cara cermat.
Contoh :
“Saya merasa senang melihat kamu.”
“Saya merasa gembira melihat kamu.”
vi
4. Penggunaan kata kerja pada kata depan harus secara idio- matis.
Contoh :
“Saya tertarik dalam belajar bahasa Prancis” (bukan “Saya tertarik pada
belajar bahasa Prancis
5. Harus dapat membedakan kata khusus dan umum dalam tulisan atau pidato
agar ketepatan diksi terjamin
Contoh :
“Perlindungan terhadap flora dan fauna yang unik di hutan hujan tropis sangat
penting untuk menjaga keanekaragaman hayati.”
vii
Makin luas ruang lingkup dari suatu kata, maka makin umum sifatnya.
Makin umum suatu kata maka semakin terbuka terjadinya kesalahan dalam
pemaknaanya. Seperti penggunaan kata umum pada rubrik konsultasi
hukum berikut, “Anda terlebih dahulu mengajukan permohonan ke
pengadilan”.
2 Kata Khusus
Kata khusus merupakan sebuah kata yang mengungkapkan suatu
makna yang merujuk ke hal yang lebih spesifik atau ungkapan yang khas
terhadap suatu hal. Makin sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya,
dan semakin sedikit terjadinya kesalahan dalam pemahaman atau
pengertiannya.
Pemilihan kata khusus dalam rubrik konsultasi dalam tabloid Nyata seperti
dalam rubrik konsultasi rambut yaitu “Mengeringkan rambut dengan
hairdryer usai keramas”. Kalimat tersebut menggunakan kata khusus yang
merupakan kata serapan dari bahasa inggris, yaitu hairdryer yang berarti
alat pengering rambut. Kalimat tersebut jelas menggunakan kata khusus
yang sesuai dengan rubrik konsultasi rambut, sehingga pembaca bisa
dengan mudah untuk memahami alat apa saya digunakan untuk perawatan
rambut.
2.1.5 Kata Konkret dan Kata Abstrak
1. Kata Konkret
Kata konkret adalaha kata yang acuannya nyata atau dapat diserap oleh
pancaindera. Kata konkret memiliki makna secara langsung, apa adanya.
Manfaat dari kata konkret adalah untuk memperjelas penggambaran suasana,
peristiwa, kejadian, ataupun keadaan yang dilukiskan pengarang.
Penggunaan kata konkret contohnya terdapat didalam novel Ayah
karya Andrea Hirata. “Di sebelah radio diapjang vas bungan plastik berisi
lima tangkai bunga mawar, juga dari plastik (Ayah, 2015:7).”
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa radio merupakan barang
mewah di rumah Amirza. Kata radio dalam kutipan tersebut memiliki arti
viii
benda yang dapat menerima siaran suara atau bunyi melalu udara. Dalam hal
ini radio merupakan suatu benda yang jelas dan dapat dilihat bentuk maupun
wujudnya.
2. Kata Abstrak
Kata abstrak menurut Sabarti (1994: 87) ialah kata yang mempunyai
referen berupa konsep. Kata abstrak memiliki indicator di antaranya tidak
mudah diserap oleh pancaindra karena tidak dapat diamati wujudnya,
digunakan untuk mengungkapkan gagasan yang rumit, serta dapat
membedakan gagasan secara teknis dan khusus.
Penggunaan kata abstrak dalam karangan berita siswa kelas 8 SMPN
16 Surakarta tahun ajaran 2015/2016. “Pemkot berusaha memberikan fasilitas
umum yang baik bagi masyarakat.” (B1.Pr.2.K4)
Kalimat di atas mengandung kata abstrak, karena kata baik dalam frase
fasilitas umum yang baik tidak memiliki kriteria yang pasti. Seharusnya
penulis menambahkan kriteria yang pasti untuk mengukur kondisi baik pada
fasilitas umum tersebut, misalnya bersih dari sampah, bersih dari vandalisme,
berfungsi sebagaimana mestinya serta berguna bagi banyak pihak.
ix
makna yang timbul karena peristiwa gramatikal (Hardiyanto, 2008:21). Makna
gramatikal ada jika terjadi proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan
komposisi.
Makna gramatikal yaitu makna katanya berubah-ubah karena
mengalami proses pengimbuhan, pengulangan, pemanajemukan yang
disesuaikan menurut tanda bahasa serta terikat dengan konteks (tempat, waktu
dan lingkungan). Kata tersebut tidak memiliki referensi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008: 461),
gramatikal diartikan sesuai dengan tata bahasa. Di mana makna katanya
mengalami proses afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi.
Misalnya kata amplop ‘sampul surat’ mengandung makna leksikal
sampul surat. Namun setelah kata amplop ‘sampul surat’ ditempatkan dalam
kalimat, seperti “Wehehana amplop urusanmu methi beres” (“ Berilah amplop
pasti urusanmu beres”) kata amplop ‘sampul surat’ tidak lagi mengacu pada
makna sampul surat melainkan menunjukkan bahwa suatu masalah akan
selesai dengan cara dikasih amplop atau suap.
x
Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (Bena
r)
xi
asa daerah (Jawa/Sunda). Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentu
k benar dalam pemakaian awalan.
Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini. (Sal
ah)
Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini.(Be
nar)
9. Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhada
p
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada se
ring dipertukarkan. Di bawah ini dipaparkan bentuk benar dan bentuk sala
h dalam pemakaian kata depan.
Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (Salah)
Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (Benar)
xii
11. Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemukiman
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata
keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan; kata pemukiman b
ersaing dengan kata permukiman; kata penalaran bersaing dengan kata per
nalaran. Lalu, bentukan yang manakah yang sebenarnya paling tepat? Apa
kah yang tepat kesimpulan dan yang salah simpulan, ataukah sebaliknya.
Apakah yang tepat keputusan dan yang salah putusan, ataukah sebaliknya.
Mana yang benar penalaran ataukah pernalaran; kata pemukiman ataukah
permukiman?
13. Analogi
Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkorelasi d
engan kata bertinju. Kata petinju berarti ‘orang yang (biasa) bertinju’, buka
n ‘orang yang (biasa) meninju. Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yan
g sekelompok dengan petinju, seperti pesenam, pesilat, pegolf, peterjun, pe
tenis, dan peboling. Akan tetapi, apakah semua kata dibentuk dengan cara
yang sama dengan pembentukan kata petinju?
xiii
Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata di mana
tersebut harus diubah menjadi yang, bahwa,
tempat, dan sebagainya.
xiv
Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Menghindarkan kesinoniman kata dalam kalimat.
5 Ketepatan
Ketepatan ialah pemakaian diksi atau pilihan
kata harus tepat.
Pemakaian kata harus tepat
Kata berpasangan harus sesuai
Menghindari peniadaan preposisi
6 Kecermatan
Cermat ialah kalimat yang dihasilkan tidak menimbulkan tafsir ganda dan
harus tepat diksinya. Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat
menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan dan ketepatan diksi, harus
memperhatika pernyataan-pernyataan berikut ini.
Hindari penanggalan awalan
Hindari peluluhan bunyi / c /
Hindari bunyi / s /, / p /, / t /, dan / k / yang tidak luluh
Hindari pemakaian kata ambigu.
7 Kepaduan
Kepaduan ialah informasi yang disampaikan itu tidak terpecah-pecah.
Kallimat tidak bertele-tele dan harus sistematis.
Kalimat yang padu menggunakan pola aspek-agen-verbal atau aspek-
verbal-pasien.
Diantara predikat kata kerja dan objek penderita tidak
Disisipkan kata daripada/tentang.
8 Kesejajaran
Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-kata
yang paralel. Agar kalimat terlihat rapi dan bermakna sama, kesejajaran
dalam kalimat diperlukan.
Contoh :
Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen,
kerusakan barang, busuknya makanan, dan jika hewan yang diletakkan di
dalam bagasi tiba-tiba mati. (Salah)
Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen,
kerusakan barang, kebusukan makanan, dan kematian hewan.(Benar)
9 Keharmonisan
Keharmonisan kalimat artinya setiap kalimat yang kita buat harus
harmonis antara pola berpikir dan struktur bahasa.
Subjek
Subjek (S) ialah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh,
sosok, benda, sesuatu hal.
Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan apa
xv
atau dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa
sifat, situasi, status, cirri, atau jatidiri subjek.
Objek dan Pelengkap
Objek dan Pelengkapadalah bagian kalimat yang melengkapi predikat.
Keterangan
Keterangan (Ket) ialah bagian kaliamat yang menerangkan berbagaihal
mengenai bagian yang lainnya.
Agar kalimat itu efektif maka ada yang sangat perlu diperhatikan dalam
membuat kalimat efektif, yaitu kalimat dasar yang mana seperti pondasi
utama dari sebuah pembentuk kalimat yang setelah itu bisa dibuat menjadi
kalimat
xvi
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan
pelengkap. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat.
S P O Pel
e) Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan keterangan.
Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya
S P K
f) Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan
keterangan. Misalnya:
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
S P O K
2.2.4 Jenis Kalimat
Secara umum, ada empat jenis kalimat yang perlu dipahami. Kalimat
dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi kalimat simpleks, kompleks,
majemuk, dan majemuk campuran.
a. Kalimat Simpleks
Kalimat simpleks atau sering disebut dengan kalimat tunggal adalah
kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa atau satu struktur predikat. Satu
struktur predikat di dalam kalimat dapat berupa:
subjek dan predikat (S-P)
subjek, predikat, dan objek (S-P-O)
Subjek, predikat, dan pelengkap (S-P-Pel)
subjek, predikat, objek, dan pelengkap (S-P-O-Pel)
Subjek, predikat, dan keterangan (S-P-K).
b. Kalimat Kompleks
Kalimat kompleks atau sering disebut kalimat majemuk bertingkat adalah
kalimat yang terdiri atas klausa utama dan klausa subordinatif. Klausa
utama tersebut disebut induk kalimat, sedangkan klausa subordinatif
xvii
disebut anak kalimat. Klausa utama dapat berdiri sendiri sebagai kalimat
yang lepas yang tidak bergantung pada klausa yang lain, sedangkan klausa
subordinatif selalu bergantung pada klausa utama. Tanpa kehadiran klausa
utama, klausa subordinatif tidak dapat mengungkapkan apa-apa karena
informasinya belum jelas. Selain itu, klausa subordinatif merupakan
pengembangan dari satu di antara fungsi yang ada dalam kalimat.
Oleh karena itu, hubungan antarkedua klausa dalam kalimat kompleks ini
tidak sederajat atau tidak sejajar. Berikut ini contoh kalimat kompleks:
Supriyati tetap berangkat meskipun hari telah gelap.
Ketika hujan turun, Hermawan masih berada di atas bus.
c. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa utama atau
lebih, dan dapat berdiri sendiri sebagai kalimat yang lepas. Klausa yang
satu dalam kalimat majemuk bukan merupakan bagian atau pengembangan
dari klausa yang lain. Hubungan antara klausa yang satu dengan yang lain
dalam kalimat menyatakan hubungan koordinatif. Berikut ini contoh
kalimat majemuk:
Yanto membaca stilistika dan istrinya membuatkan susu jahe.
Giyarti memesan bakso, tetapi suaminya memesan sate sapi.
Gandung sedang belajar atau malah tidur di kamar depan.
Peserta dilarang makan atau minum serta dilarang bergurau.
Adikku bekerja di Medan, sedangkan kakakku bekerja di
Yogyakarta.
xviii
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam makalah ini, telah dijelaskan betapa pentingnya pemilihan kata dan penyusunan
kalimat yang tepat dalam komunikasi, memengaruhi persepsi pembaca atau pendengar
terhadap pesan yang disampaikan, serta dalam mempengaruhi pemahaman mereka terhadap
informasi yang disajikan. Melalui pemilihan kata dan penyusunan kalimat yang sesuai
dengan konteks dan tujuan komunikasi, pengguna diksi dapat mencapai efektivitas
maksimum dalam menyampaikan pesan mereka. Oleh karena itu, penting bagi penulis,
pembicara, dan komunikator secara umum untuk memahami pentingnya diksi dan berusaha
untuk meningkatkan keahlian mereka dalam memilih kata-kata dengan tepat.
3.2 Saran
Pemilihan kata (diksi) yang tepat dalam sebuah proses komunikasi bisa membantu
mengungkapkan sebuah ide secara verbal dengan baik, sehingga penutur harus
memperhatikan penggunaan diksi dan menyesuaikan diksi dengan situasi dan identitas lawan
tuturnya. Oleh karena itu, hendaknya mahasiswa mampu mengetahui dan memahami diksi
dan kalimat aktif, sehingga dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar
xix
DAFTAR PUSTAKA
T. W, dkk. (2021). Bahasa Indonesia Kebidanan. Jawa Barat: CV Jejak, anggota IKAPI.
Fitri Amelia, A. W. (2017). SEMANTIK Konsep dan Contoh Analisis. Jawa Timur: MADANI.
Kosasih, dkk. (2016). Cerdas Berbahasa dan Bersastra Indonesia Edisi Revisi untuk
SMA/MAKelas XI Kelompok Peminatan. Jakarta: Erlangga.
Rizki Dwi Nuradita, A. S. (2022). Struktur Kalimat Dasar Bahasa Indonesia dalam Materi
Aplikasi Duolingo (Kajian Sintaksis), 6.
Prasojo, R. (2013). Diksi dan gaya bahasa dalam rubrik konsultasi tabloid nyata edisi januari-
maret 2012. Jusnal Sapala, 1(1), 1-11.
Rizqi, A. K., Suwandi, S., & Suhita, R. (2018). Aspek Diksi serta Nilai-Nilai Pendidikan
Karakter dalam Novel Ayah Karya Andrea Hirata. BASASTRA, 6(1), 19-37.
Sari, H. A., Sofyan, A., Hariyadi, E., Asrumi, A., & Suyanto, B. (2024). PENGGUNAAN
DIKSI DAN GAYA BAHASA KONTEN VIDEO MOTIVASI MERRY RIANA DALAM
MEDIA TIKTOK. SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik, 25(1), 87-103.
xx
KUIS
1. Berikut ini yang tidak termasuk syarat-syarat kalimat aktif yaitu…
a. Kelogisan
b. Ketegasan
c. Kehematan
d. Kecepatan
e. Kepaduan
xxi
DOKUMENTASI
LINK YOUTUBE:
https://youtu.be/CQf8H3za1EU?si=4fFXXh1N0akBoTp2
xxii