Anda di halaman 1dari 20

TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA DAN KEMAMPUAN BERFIKIR

MATEMATIS

MAKALAH

Oleh
KELOMPOK 3

1. ATIKATUL MAULA NIM. 858863972


2. AGNIS MILA LISTANTI NIM. 858867378
3. LEVIKA YUSLIANITA NIM. 858867647

PROGRAM STUDI S1 – PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
NOVEMBER 2023
TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA DAN KEMAMPUAN BERFIKIR
MATEMATIS

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Mata


Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Yang dibina Oleh Ajar Dirgantoro, M.Pd.

Oleh
KELOMPOK 3
4. ATIKATUL MAULA NIM. 858863972
5. AGNIS MILA LISTANTI NIM. 858867378
6. LEVIKA YUSLIANITA NIM. 858867647

PROGRAM STUDI S1 – PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
NOVEMBER 2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT Tuhan yang maha esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah dengan judul “ Tahap perkembangan Bahasa dan kemampuan
berfikir matematis” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah Perkembangan Peserta Didik. Selainitu, pembuatan makalah ini juga bertujuan
agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Kediri, 01 November 2023

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ....................................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1

C. Tujuan .................................................................................................................. 2

D. Manfaat ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

A. Tahap Perkembangan Bahasa .............................................................................. 3

1. Bahasa dan Komponen Penyusunnya ............................................................ 3

2. Tahap Perkembangan Bahasa ........................................................................ 6

3. Bilingualisme ................................................................................................. 7

B. Kemampuan Berpikir Matematis ........................................................................ 9

1. Pandangan Terhadap Kemampuan Berpikir Matematis ................................ 9

2. Pandangan Teori Kemampuan Matematika ................................................ 11

3. Penalaran dan Penyelesaian Masalah Secara Matematis ............................. 12

BAB III SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam seluruh jangka kehidupan manusia, semenjak dalam kandungan
sampai meninggal di dalamnya terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun
psikis. Perubahan- perubahan tersebut terjadi karena pertumbuhan dan
perkembangan dalam dirinya.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua istilah yang senantiasa
digunakan secara bergantian. Keduanya tidak bisa dipisah-pisah, akan tetapi
saling bergantung satu dengan lainnya bahkan bisa dibedakan untuk maksud
lebih memperjelas penggunaannya.
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu,
yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah
“pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini
berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain.
Kedua proses ini tidak bias dipisahkan dalam bentuk- bentuk yang secara pilah
berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih
memperjelas penggunaannya.
Dalam hal ini, kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan, diantaranya
tahap secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan
penting untuk dibahas, maka kita menguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas
baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah adalah sebagai berikut :

1
1) Apa sajakah tahap perkembangan bahasa?

2) Bagaimana kemapuan berfikir matematis sejak usia dini hingga remaja


serta pengaruhnya terhadap pendidikan?

C. Tujuan

1) Mengetahui tahap perkembangan bahasa.

2) Memahami kemapuan berfikir matematis sejak usia dini hingga remaja


serta pengaruhnya terhadap pendidikan.

D. Manfaat

1) Menambah wawasan pada guru terhadap tahap perkembangan bahasa pada


peserta didik.

2) Menambah wawasan pada guru terhadap pemahaman kemampuan berfikir


matematis sejak usia dini hingga remaja serta pengaruhnya terhadap
pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahap Perkembangan Bahasa

1. Bahasa dan Komponen Penyusunnya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sebuah sistem


kata, simbol, atau lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota
suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan
diri. Bahasa tidak hanya sebatas kata-kata, tetapi lebih dari itu. Bahasa juga
mencakup sesuatu yang abstrak, tetapi mengandung pesan sehingga
seseorang dapat menerjemahkan dan menangkap pesan tersebut.
1) Komponen Penyusun Bahasa
Sebelum Anda mengetahui perkembangan bahasa kepada anak hingga
remaja, hal yang terlebih dahulu untuk dipahami adalah mengetahui
komponen penyusun bahasa. Hal ini penting untuk dimengerti karena
pembahasan selanjutnya akan berkaitan dengan komponen penyusun
bahasa tersebut. Terdapat lima buah komponen bahasa yang akan dibahas
pada modul ini, yaitu fonologi, morfologi, semantik, sintax, dan pragmatik.
a. Fonologi

Fonologi adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang


mengkaji bunyi ujar dalam bahasa tertentu. Adapun pembahasan yang
dijelaskan dalam fonologi adalah mengkaji bunyi- bunyi bahasa
sebagai satuan terkecil dari ujaran beserta dengan gabungan antarbunyi
yang membentuk silabel atau suku kata (Chaer 2009: 5). Dalam
fonologi, terdapat dua pandangan dalam mempelajari bunyi, yaitu
fonetik dan fonemik. Fonetik adalah cabang fonologi yang membahas
bunyi ujar tanpa memperhatikan fungsi bunyi tersebut, contohnya kata

3
“bebek” (unggas) dan kata “bebek” (rujak yang ditumbuk) . Sementara
itu, fonemik adalah cabang fonologi yang membahas bunyi dengan
memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna,
contohnya penggunaan bunyi “s” pada kata “sari”, dan bunyi “d” pada
kata “dari”. Perbedaan 1 bunyi akan membedakan arti.
b. Morfologi

Morfologi adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang


mengkaji pembentukan kata atau morfem-morfem dalam suatu bahasa.
Cabang ilmu ini tidak hanya membahas bagaimana kata itu terbentuk,
tetapi juga membahas seluk-beluk bentuk kata dan fungsi perubahan-
perubahan bentuk kata.Seperti yang sudah dikatakan bahwa
morfologi adalah ilmu yang membahas pembentukan kata. Dalam
pembentukan kata, terdapat unsur terkecil yang disebut dengan
morfem. Dalam bahasa Indonesia, morfem dapat ditemukan pada
kata yang menggunakan imbuhan, seperti membaca maka morfem
dalam kata tersebut adalah “meN”; pada kata mempelajari, maka
morfem imbuhannya adalah awalan “meN” dan akhiran “i”.
c. Semantik

Semantik adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang


mengkaji makna yang terkandung dalam bahasa, kode, atau jenis lain
dari representasi. Semantik akan memiliki hubungan yang erat
kaitannya dengan sintax dan pragmatik yang akan dibahas selanjutnya.
d. Sintax

Sintax adalah aturan dalam pembentukan kalimat agar mampu


dimengerti dengan benar. Sebagai contoh, Ani berkata kepada ibunya,
“Aku sedang buah dan sayur makan”. Kalimat tersebut tidak
dituliskan/diucapkan dengan tata kata yang baik sehingga makna yang
akan disampaikan tidak ditangkap oleh orang lain. Maka dari itu,

4
sintax berfungsi dalam menata kata hingga membentuk kalimat yang
utuh.
e. Pragmatik

Pragmatik adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang


mengkaji penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan konteks
pemakaiannya.

2) Teori Perkembangan Bahasa

a. Teori empiris
Teori empiris atau yang biasa dikenal dengan teori belajar
menunjukkan bahwa ketika bayi dilahirkan, mereka dikelilingi oleh
bahasa. Kita berbicara dengannya setiap waktu walaupun kita tahu
kalau mereka tidak dapat mengerti dan merespons apa yang kita
sedang bicarakan. Ketika seseorang mengajak bayi berbicara, itu
merupakan salah satu cara bagaimana bayi belajar memproduksi
bahasa. Pada tahap awal, bayi akan mengikuti suara yang sering mereka
dengar, kemudian mereka belajar untuk menangkap makna kata dan
meniru peraturan tata bahasa berdasarkan apa yang mereka dengar.
b. Teori Nativisme
Noam Comsky adalah ahli bahasa terkemuka yang mengatakan
bahwa manusia terlahir dengan perangkat akuisisi bahasa atau language
acquisition device (LAD). Chomsky tidak memercayai jika bayi belajar
mengembangkan bahasa dengan cara mengikuti perkataan orang
dewasa di sekitarnya karena orang dewasa sangat jarang berbicara
dengan menggunakan tata bahasa yang benar. Hal tersebut tidak
memungkinkan anak belajar mengembangkan bahasa dari orang
dewasa.

5
c. Teori Interaksi
Teori ini menjelaskan interaksi antara perkembangan bahasa,
perkembangan kognitif, dan kemampuan berpikir secara umum. Teori
ini banyak terkait mengenai teori kognitivitas dari Piaget. Menurut
Piaget, perkembangan kognitif adalah sebuah proses genetik yang
didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf.
Dengan semakin bertambahnya umur seseorang, semakin komplek
susunan sel syarafnya dan semakin meningkat pula kemampuannya.
Oleh karena itu, kemampuan anak umur 1 dan 3 berbeda dalam proses
belajar. Berikut adalah tahapan pemerolehan bahasa yang terjadi. Ada
seseorang berbicara → didengar oleh orang lain → diingat oleh orang
tersebut → diingat kembali kata-kata yang memiliki arti → terjadi
proses berpikir → mengucapkan apa yang telah disampaikan dalam
ingatan.

2. Tahap Perkembangan Bahasa

1) Periode Pralinguistik

Tahap perkembangan bahasa sudah terjadi sejak bayi. Walaupun


mereka belum dapat bicara atau mengatakan apa yang mereka mau,
mereka mengirimkan pesan dengan berbagai cara, seperti ekspresi wajah
dan suara (menangis, berteriak, tertawa, dan sebagainya).
2) Periode Holophrase
Tahap ini dikenal dengan one-word period atau tahap satu kata. Pada
tahap ini, anak belum memulai mengombinasikan kata-kata, tetapi mereka
sedang belajar untuk menangkap makna yang lebih sulit dari pada tahap
sebelumnya. Contohnya, pada tahap pralinguistik, anak akan menangis jika
ia haus. Namun, pada tahap ini, anak akan mulai membentuk makna dari
satu kata, seperti susu. Maka kemungkinan anak ingin minum susu

6
walaupun ia tidak mengatakan dengan kalimat yang lengkap, “Aku mau
susu.”
3) Periode Telegrafis
Jika pada tahap holophrase, anak mencoba menyampaikan pesan
melalui satu kata, pada tahap telegrafis, anak mencoba membentuk makna
dengan mengombinasikan dua kata. Contohnya, anak mengatakan “mam
nasi” yang sebenarnya anak itu ingin sampaikan adalah ia sedang makan nasi
atau ia ingin makan nasi. Namun, kemampuannya masih terbatas sehingga
iahanya mengatakan dua kata.
4) Perkembangan Bahasa Usia Dini, Kanak-kanak dan Remaja
Perkembangan Bahasa Usia Dini, Kanak-Kanak, dan Remaja Sebagai
pendidik, penting untuk mengetahui tahap perkembangan bahasa anak. Selain
untuk berkomunikasi, bahasa juga digunakan sebagai alat pendeteksi gejala-
gejala yang terjadi pada anak dalam proses perkembangannya. Sebagai
contoh, anak dengan keterlambatan berbicara atau speech delay dengan
kondisi yang serius dapat menunjukkan adanya gangguan pendengaran.
Mereka sulit berkomunikasi dan mengekspresikan keinginannya. Oleh karena
itu, penting untuk Anda mengetahui tahapan perkembangan bahasa pada anak
agar tetap dapat memahami kondisi peserta didik.

3. Bilingualisme
Pemerolehan bahasa kedua dilakukan setelah seseorang sudah
menguasai bahasa pertamanya. Elis (Maharani dan Astuti, 2018) berpendapat
bahwa pembelajaran bahasa kedua akan lebih mudah jika seseorang telah
menguasai bahasa pertamanya dengan baik karena kemampuan bahasa pertama
dapat berguna dalam proses pembelajaran bahasa kedua. Berbeda dengan
proses pemerolehan bahasa pertama, bahasa kedua pada umumnya diperoleh
dari proses sadar melalui pembelajaran. Bambang Kaswanti Purwo (1989)

7
meneliti pemerolehan bahasa kedua, khususnya bahasa Inggris oleh anak
sekolah dasar (SD). Dari penelitian tersebut disimpulkan hal berikut:
1) Masa emas seseorang belajar bahasa kedua adalah saat ia berusia 6 - 12
tahun sehingga pembelajaran bahasa kedua pada masa ini harus dilakukan
dengan maksimal Walaupun pada masa ini pembelajaran bahasa kedua
sebaiknya dilakukan dengan maksimal, pengajar sebaiknya tidak
memforsir keadaan ini mengingat usia anak yang masih muda.
2) Pada pembelajaran usia 6 - 8 tahun, kemampuan yang lebih ditonjolkan
adalah penguasaan fonologi (tata bunyi/pelafalan) Hal ini terjadi karena
kondisi psikologi yang belum matang sehingga belum bisa berpikir
tentang tata kalimat.
3) Pada usia 9 - 12 tahun, kemampuan anak ditonjolkan pada penguasaan
morfologi dan sintaksisnya karena fonologi sudah dikuasai saat mereka
berada pada usia 6 - 8 tahun Pada usia ini, kondisi psikologi anak lebih
siap untuk mengonstruksi kata dan kalimat.
Dengan mengetahui perkembangan bahasa kedua sesuai dengan umur
dan kapasitas yang ditonjolkan, Anda diharapkan bisa menentukan
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa. Selain itu, penelitian
di atas juga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam proses belajar
mengajar bahasa kedua.

8
B. Kemampuan Berfikir Matematis

1. Pandangan Terhadap Kemampuan Berpikir Matematis

1) Definisi Berpikir Matematis

Perkembangan pemikiran matematis pada anak memiliki


kemiripan dengan perkembangan bahasa yang telah dibahas
sebelumnya. Sebelum anak mampu berpikir matematis, mereka harus
mengetahui simbol dan makna dari simbol tersebut. Selain itu, anak
juga harus bisa mengombinasikan antarsimbol matematika dengan tepat
sebagaimana mereka mengombinasikan kata demi kata yang membentuk
sebuah kalimat yang jelas. Menurut Fajri (2017), dalam proses berpikir
matematis, pembelajaran yang dilaksanakan tidak hanya berlangsung
dalam arah (one way communication), tetapi harus melalui proses
interaksi yang bersifat dua arah (two way communication), yaitu antara
sesama siswa, siswa dengan guru, serta siswa dengan lingkungan dan
sumber belajar. Dalam prosesnya, pelaksanaan pembelajaran harus
dapat memberikan tantangan bagi siswa untuk secara kompleks terkait
konsep materi yang sedang dipelajari.Sebagai seorang calon pendidik,
Anda juga perlu mengetahui macam-macam siswa dalam memecahkan
masalah matematis. Menurut Stoltz (2000: 14) dalam Widyastuti, Usodo,
dan Riyadi (2015), terdapat tiga macam cara manusia dalam
memecahkan masalah sebagai berikut:
a. Climbers
Merupakan sekelompok orang yang selalu berupaya mencapai
puncak kesuksesan, siap menghadapi rintangan yang ada, dan selalu
membangkitkan dirinya pada kesuksesan.
b. Campers
Merupakan sekelompok orang yang masih ada keinginan untuk

9
menanggapi tantangan yang ada, tetapi tidak mencapai puncak
kesuksesan dan mudah puas dengan apa yang sudah dicapai.
c. Quitters
Merupakan sekelompok orang yang lebih memilih menghindar
dan menolak kesempatan yang ada, mudah putus asa, mudah
menyerah, cenderung pasif, dan tidak bergairah untuk mencapai
puncak keberhasilan.Dengan mengetahui macam-macam cara
manusia dalam memecahkan masalah, diharapkan Anda dapat
mengidentifikasi siswa berdasarkan cara mereka memecahkan
masalah, kali ini dalam konteks berpikir matematis.

2) Memahami Konsep Bilangan

a. Memahami konsep bilangan kardinal

Bilangan kardinal adalah bilangan yang menunjukkan


sebuah kuantitas. Contoh, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan seterusnya.
Beberapa peneliti (seperti Gelman dan Gallistel, 1978) mengatakan
bahwa anak dikatakan paham tentang pengetahuan tentang angka
ketika mereka dapat:
1) menggunakan semua label nomor dengan urutan yang benar;

2) menggunakan semua label nomor dalam dengan objek yang mereka


hitung;

3) mengatakan angka akhir dalam urutan perhitungan


untuk mengatakan berapa banyak benda dalam satu
himpunan.
Namun, di sisi lain, Piaget (1952a) mengatakan, kita dapat
mengecek kepahaman anak mengenai konsep bilangan dengan
mengetes kemampuan kesetaraan antarhimpunan. Contohnya, Sandra

10
memiliki tiga buah pensil dan Heni memiliki tiga buah permen.
Kemudian, ibu meminta Sandra dan Heni untuk saling bertukar
barang yang mereka miliki. Pada akhirnya, kita mengekspektasikan
Sandra untuk mengetahui bahwa jumlah pensil dan permen adalah
sama tanpa menghitungnya.

b. Memahami konsep bilangan ordinal (asli)

Dalam memahami konsep bilangan ordinal, seorang anak harus


mengenal terlebih dahulu sistem numerik. Sistem numerik adalah
simbol atau kumpulan dari simbol yang merepresentasikan sebuah
bilangan. Contoh, simbol dari bilangan sebelas adalah 11. Namun,
jika seorang anak telah memahami sistem numerik, bukan berarti
mereka sudah dikatakan bisa berpikir secara matematis. Ada hal yang
tidak kalah penting untuk anak dapat mencapai titik tersebut, yaitu
anak perlu memahami konsep bilangan ordinal. Bilangan ordinal atau
yang biasa dikenal dengan bilangan asli adalah bilangan yang
digunakan untuk mengindikasikan aturan dalam satu hubungan
dengan hubungan yang lain.

2. Pandangan Teori Kemampuan Matematika

1) Pandangan Teori Interaksi

Teori interaksi berpandangan tentang kemampuan matematika.


Seseorang dikatakan paham mengenai numerik ketika ia dapat
menyamakan antara angka dan jumlah. Contoh, seorang ibu
memberikan angka lima maka anaknya akan memberikan lima buah
jeruk.

11
2) Pandangan Teori Nativisme
Teori nativisme mengungkapkan bahwa setiap manusia memiliki
sistem bawaan yang memberi kita kemampuan untuk membuat
perkiraan penilaian tentang jumlah angka. Sistem ini memungkinkan
kita untuk memetakan label nomor agar digunakan dalam menghitung
dengan jumlah yang sesuai, contohnya penggunaan angka pada jam.

3) Pandangan Teori Empirisme

Teori empirisme berpendapat bahwa hal yang harus diketahui


oleh anak dalam belajar matematika adalah membedakan antara angka
dan jumlah. Angka bisa saja digunakan untuk mewakili jumlah, tetapi
ini tidak disampaikan dengan jelas kepada anak- anak sejak mereka
dapat menghitung.

3. Penalaran dan Penyelesaian Masalah Secara Matematis


1) Penalaran Aditif

Penalaran aditif adalah penalaran yang biasa digunakan untuk


memecahkan masalah dalam operasi penjumlahan dan pengurangan
pada matematika. Kata “penalaran aditif” lebih dipilih daripada
“penyelesaian penjumlahan dan pengurangan” karena banyaknya
kemungkinan untuk menyelesaikan permasalahan yang sama dengan
menjumlahkan atau mengurangi.

2) Penalaran Multiplikatif

Penalaran multiplikatif biasa digunakan untuk menyelesaikan


permasalahan dalam operasi perkalian atau pembagian. Jika penalaran
aditif menggunakan satu variabel, tetapi ini tidak terjadi pada penalaran
multiplikatif.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang ada pada bab sebelumnya maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan bahwa dalam hal ini banyak sekali faktor yang
mendukung seseorang anak untuk berfikir secara matematis dengan
mengembangkan cara mengajar. Selain itu, banyak juga faktor yang
mempengaruhi perkembangan penalaran dalam pemecahan masalah..

B. Saran
Makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan dari para pembaca sekalian demi
tercapainya kesempurnaan dari makalah kami ini untuk kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, A. (2009). Fonologi bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Fajri, M. (2017). Kemampuan berpikir matematis dalam konteks pembelajaran abad


21 di sekolahdasar.Dikutip dari
https://media.neliti.com/media/publications/232878-kemampuan-berpikir-
matematis-
dalam-konte-d16721dd.pdf.

Gelman, R., & Gallistel, C.R. (1978). The child’s understanding of number.
Cambridge,
MA: Harvard University Press.

Gillibrand, R., dkk. (2016). Developmental psychology (edisi kedua). United


Kingdom: Pearson.

Martin, C.L., & Halverson, C.F. (1981). A schematic processing model of sex typing
and stereotyping in children. Child Development, 52, 1119—1134

Palupi,Y. (2015). Perkembangan bahasa pada anak. Dikutip dari


http://repository.upy.ac.id/421/1/artikel%20yulia.pdf.

Piaget, J. (1952a). The child’s conception of number. London: Routledge.

Purwo, B.K. (1989). PELLBA 2, pertemuan linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya
kedua:Neurolinguistik, sosiolinguistik, humanistik, tipologi, aliran praha, tata

14
bahasa kasus, pemerolehan bahasa. Jakarta: Unika Atma Jaya.

Shaffer, D., & Kipp, K. (2014). Developmental psychology chilhood and


adolescence(edisi kesembilan). Belmont, USA: Cengage Learning.

Widyastuti, R., Usodo, B., & Riyadi. (2015). Proses berpikir siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika berdasarkan teori polya ditinjau dari
adversity quotient tipe climber. https://doi.org/10.24042/ajpm.v6i2.48

15

Anda mungkin juga menyukai