Dosen Pembimbing:
1. Nurhayati Hasibuan
2. Nurul syaidah fitri
3. Efridayana ritonga
4. Tia andini
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Belajar
Bahasa. Tak lupa juga tim penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen selaku
pembimbing mata kuliah ini serta segala pihak dan sumber yang telah membantu
terwujudnya makalah ini. Tim penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat baik bagi
diri penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para
pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 12
3.2 Saran................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa bayi atau masa balita (di bawah lima tahun) adalah masa yang paling signifikan
dalam kehidupan manusia. Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami perkembangan
bahasa dan kemampuan bicara, namun tentunya tiap anak tidak sama persis perncapaiannya,
ada yang cepat berbicara dan ada pula yang membutuhkan waktu yang agak lama. Untuk
membantu perkembangannya, ibu dapat membantu memberikan stimulasi yang disesuaikan
dengan keunikan masing-masing anak. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta
kematangan jasmani terutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut
makin meningkat dan meluas.
Perkembangan bahasa terbagi atas beberapa teori dan dalam perkembangannya pun
melewati tahap-tahap tertentu. Perkembangan bahasa selalu terkait dengan perkembangan
kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan
kemampuan berbahasa. Seseorang yang tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih
sangat sederhana, bahasa yang digunakannya juga sangat sederhana.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi pokok permasalahan
dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan bahasa?
2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan bahasa?
3. Apa saja teori-teori perkembangan bahasa?
4. Apa saja tahap-tahap perkembangan bahasa anak?
5. Apa saja fungsi bahasa?
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
c) Perkembangan sintaksis, berkaitan dengan penguasaan tata bahasa.
d) Perkembangan leksikal, berkaitan dengan penguasaan dan perluasan kekayaan kata-kata
serta pengetahuan mengenai arti kata-kata.
e) Perkembangan semantis, berkaitan dengan penguasaan arti bahasa.
f) Perkembangan pragmatik, berkaitan dengan penguasaan aturan-aturan berbicara.
4
Bukti dari pendapat tersebut adalah bahwa seorang anak dalam menyusun kata-kata sesuai
dengan aturan-aturannya sendiri yang terkadang tidak terdapat dalam aturan orang dewasa.
Sejak lahir anak manusia sudah di bekali dengan alat yang disebut alat penguasaan /
pemerolehan bahasa (language acquisation device, LAD), dan hanya manusia yang
mempunyai LAD. LAD ini mendapatkan inputnya dari data bahasa dari lingkungan.
Kemudian LAD menjabarkan aturan tata bahasa dari data bahasa ini. Penjabaran ini dapat
dilakukan karena LAD memiliki struktur yang sama dalam semua bahasa, dan yang juga ada
dalam data bahasa yang masuk tadi. Dengan perkataan lain, sistem LAD tadi mempunyai
sifat-sifat yang diperlukan untuk dapat mengadakan penjabaran atau ekstrasi. Perlu dpahami
bahwa LAD dari Chomsky ini hanyalah konstruksi teoretis, bukan bagian fisik yang ada di
dalam organ otak (Christiana, 2012:205).
c. Teori Kognitif
Perkembangan bahasa tergantung pada kemampuan kognitif tertentu, kemampuan
pengolahan informasi, dan motivasi. Piaget dan pengikutnya menyatakan bahwa
perkembangan kognitif mengarahkan kemampuan berbahasa, dan perkembangan bahasa
tergantung pada kemampuan kognitif (Christiana, 2012:206).
5
Anak mulai bereaksi terhadap perintah. Dia gemar mengeluarkan suara-suara dan bisa
diamati, adanya beberapa kata tertentu yang diucapkannya untuk mendapatkan sesuatu.
e) Umur 18 bulan
Anak mulai mengikuti petunjuk. Kosakatanya sudah mencapai sekitar dua puluhan. Dalam
tahap ini komunikasi dengan menggunakan bahasa sudah mulai tampak. Kalimat dengan satu
kata sudah digantinya dengan kalimat dengan dua kata.
f) Umur 2-3 tahun
Anak sudah bisa memahami pertanyaan dan perintah sederhana. Kosakatanya (baik yang
pasif maupun yang aktif) sudah mencapai beberapa ratus. Anak sudah bisa mengutarakan isi
hatinya dengan kalimat sederhana.
g) Umur 4-5 tahun
Pemahaman anak makin mantap, walaupun masih sering bingung dalam hal-hal yang
menyangkut waktu (konsep waktu belum bisa dipahaminya dengan jelas). Kosakata aktif bisa
mencapai dua ribuan, sedangkan yang pasif sudah makin banyak jumlahnya. Anak mulai
belajar berhitung dan kalimat-kalimat yang agak rumit mulai digunakannya.
h) Umur 6-8 tahun
Tidak ada kesukaran untuk memahami kalimat yang biasa dipakai orang dewasa sehari-hari.
Mulai belajar membaca dan aktifitas ini dengan sendirinya menambah perbendaharaan
katanya. Mulai membiasakan diri dengan pola kalimat yang agak rumit dan B1 pada dasarnya
sudah dikuasainya sebagai alat untuk berkomunikasi.
Berkaitan dengan perkembangan semantik anak, menurut Rice (Christiana, 2012:206) ketika
anak-anak melalui tahap dua kata, pengetahuan mereka tentang makna juga bertambah
dengan pesat. Dan dari penelitian yang dilakukan Core menunjukkan hasil bahwa
perbendaharaan kata saat anak berusia enam tahun terentang dari 8.000 – 14.000 kata.
Dari beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa ternayata walaupun terdapat banyak
perbedaan antara bahasa seorang anak yang berusia dua tahun dengan anak yang berusia
enam tahun, yang lebih menonjol adalah perbedaan yang menyangkut pragmatik. Pada usia
tiga tahun, anak-anak meningkatkan kemampuan berbicaranya tentang sesuatu yang tidak ada
secara fisik, yaitu mereka mengembangkan penguasaan karakteristik bahasa yang dikenal
sebagai pemindahan (displacement). Sebagai contoh : pada anak usia dua tahun sudah
mengetahui kata “meja”, tetapi tidak mungkin menggunakan kata itu untuk mengacu pada
suatu meja imajiner yang ia anggap berdiri didepannya. Namun pada anak yang berusia lebih
tiga tahun kemungkinan telah memiliki kemampuan ini, walaupun ia belum sering
menggunakan kata tersebut(Christiana, 2012:206-207).
6
Pada masa kanak-kanak awal ini, penguasaan kata juga bertambah. Pada usia tiga tahun,
perbendaharaan katanya sekitar 1.000 kata dan sekitar 80 persen diucapkan dengan jelas
bahkan untuk yang masih asing. Tata bahasa yang lebih kompleks juga dapat diucapkan
walaupun tidak seperti pada orang dewasa dan masih sering terjadi kesalahan. Ciri lain, anak
sudah dapat mengatakan kata-kata yang menggambarkan waktu yang akan datang, misalnya
“nanti aku akan sekolah”, “besok kalau besar aku akan menjadi pilot pesawat terbang”.
Setelah anak mencapai usia tiga tahun, anak sudah mengetahui perbedaan kata ganti,
misalnya saya, kamu, dan kita (Christiana, 2012:207).
Antara usia 4 – 5 tahun kalimat anak sudah terdiri dari 4 – 5 kata, juga mereka sudah mampu
menggunakan kata depan,seperti “di bawah”, “di atas”, “di samping”. Mereka lebih banyak
menggunakan kata kerja daripada kata benda. Dapat dikatakan pada usia kurang lebih empat
tahun ini. Menurut Mussen dkk, pembicaraan anak lebih lama dan kompleks, dapat
menggunakan dua ide dalam satu kalimat, kata-kata saling berhubungan, serta lebih
menyerupai pembicaraan orang dewasa. Misalnya “Ani mau makan, dan aku enggak mau”.
Perbedaan dengan orang dewasa terletak pada gaya pengucapannya saja. Anak juga sudah
mulai menggunakan kata : “di sini”, “di sana”, “jarang”,”kadang-kadang”, serta telah dapat
menggunakan kata benda dan kata kerja sebagaimana mestinya (Christiana, 2012:207-208).
Pada usia 5 – 6 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai dengan delapan kata.
Anak-anak ini biasanya memiliki kosakata pembicaraan sekitar 2.600 kata dan memahami
lebih dari 20.000 kata. Mereka sudah dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana,
mengetahui lawan kata, serta sudah dapat menggunakan kata penghubung, kata depan, dan
kata sandang. Hetherington dan Park, menyatakan bahwa pada masa prasekolah ini anak
mempunyai kemampuan mempelajari setiap bahasa dengan lebih mudah dibandingkan usia
sebelum maupun bila ia telah dewasa. Menurut Carey dan Clark (Christiana, 2012:208), pada
usia enam tahun kosakata pembicaraannya berkisar antara 8.000 sampai dengan 14.000 kata,
dan rata-rata mereka mempelajari 22 kata baru perhari.
7
Melalui bahasa anak dapat mengontrol perilaku orang lain, karena itu disebut dengan fungsi
“kerjakan itu”.
c. Fungsi interpersonal.
Bahasa digunakan untuk berinteraksi satu sama lainnya dalam dunia sosial anak. Disebut juga
fungsi “saya dan kamu”.
d. Fungsi pribadi.
Anak mengekspresikan pandangannya yang unik, perasaan, dan sikap melalui bahasa.
Melalui bahasa anak mengembangkan identitas pribadi.
e. Fungsi heuristik.
Setelah anak dapat membedakan dirinya dari lingkungan, anak menggunakan bahasa untuk
menjelajahi dan memahami lingkungannya. Hal ini disebut pula fungsi “ceritakan padaku
mengapa”.
f. Fungsi imajinasi.
Bahasa memperlancar anak untuk lari dari realitas dan masuk dalam dunia yang dibuatnya.
Hal ini disebut pula fungsi “mari pura-pura”.
g. Fungsi informatif.
Anak dapat mengkombinasikan informasi-informasi baru melalui bahasa, karena itu disebut
“saya mempunyai sesuatu untuk diceritakan padamu”.
8
Perkembangan bahasa sebagian besar anak-anak dapat diprediksi karena mempunyai pola
perkembangan bahasa yang serupa. Kata pertama biasanya muncul pada tahun kedua. Pada
usia dua tahun, umumnya anak sudah mempunyai perbendaharaan kata sebanyak 50 kata dan
dapat mengombinasikan dalam kalimat pendek. Pada saat memasuki sekolah, anak-anak
sudah mampu menggunakan perbendaharaan kata dan struktur gramatikal yang lebih
kompleks.
Namun ada sebagian anak yang mengalami hambatan perkembangan bahasa. Di Amerika dan
Kanada, sebanyak 8 hingga 12 persen anak prasekolah mengalami hambatan dalam
keterampilan bicara dan mendengarkan dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Riset
melaporkan akibatnya pada anak-anak, yaitu dapat mengalami peningkatan risiko mengalami
problem-problem perilaku ( khususnya attention deficit disorder atau ADHD ), academic
difficulties, learning disabilities, rasa malu, dan gangguan kecemasan. Juga, anak-anak ini
mengalami kesulitan berteman dan bergaul dengan orang-orang di luar keluarganya
(Christiana, 2012:213).
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah banyak belajar dari
lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan.
Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan
teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang
berkembang di dalam keluarga atau bahasa itu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana
mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan
masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan
kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah.
Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai
dengan kaidah-kaedah yang benar.
9
Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus,
seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan
atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan sekolah dalam
perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang
lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata sesuai dengan tingkat sosial
keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan pendidikan rendah atau buta huruf, akan
banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar.
Masyarakat terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan
istilah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu perkembangannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Umur anak
2) Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk cukup besar dalam
berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan
pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah
terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada dasarnya bahasa dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk
lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan
kelompok sosial lainnya.
10
3) Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan
motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru,
memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan
baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi
oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik
bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat
ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan
keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa
bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain
pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.
5) Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya
untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna akan
mengganggu perkembangan alam berbahasa.
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu sama lain.
Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya
kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang rendah
kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis
dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi.
Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang lain. seseorang menyampaikan ide dan
gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui bahasa.
Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses berpikir yang
abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan
persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi
tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil pemprosesan pikir ini diakibatkan kekurangmampuan
dalam bahasa.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
& Rosda
13