Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

TEORI PERTUMBUHAN FISIK DAN PERKEMBANGAN INTELEK SOSIAL


DAN BAHASA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekembangan Peserta Didik

DOSEN PENGAMPU : Rifa’atussalwa Hayati., M.Pd.,

KODE : UN03138

Disusun Oleh :

1. Muhammad Shofi Alfiyani (2210310010)


2. Zenita Cilvia Holila (2210310020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANGERANG RAYA

2023
KATA PENGANTAR

Bismillahir-Rahmannnir-Rahim

Puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. Yang telah memberi rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kita dapat menyusun makalah Perkembangan Peserta Didik.
Adapun judul makalah ini adalah “Teori Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan
Intelek Sosial dan Bahasa.”

Menyusun makalah ini sebagai memenuhi salah satu tugas matakuliah


Perekembangan Peserta Didik. Di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Tangerang Raya.

Dalam penyusunan makalah ini pengkaji menyampaikan banyak berterimakasih


kepada :

1. Ibu Rifa’atussalwa Hayati., M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Sintaksis
yang telah memberikan bimbingan yang sangat membantu kami dalam menyusun
makalah ini.
2. Rekan – rekan kelas 3(A) sekalian yang telah memberikan banyak dukungannya
sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.

Dalam penyusunan makalah ini pengkaji merasa banyak kekurangan baik dalam
teknik penuisan dan mmateri yang di sampaikan. Mengingat kelemahan yang di miliki
pengkaji untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
menyempurnakan pembuatan makalah ini.

Tangerang, 24 Oktober 2023

Pengkaji

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI…………….................………………………………………...................... ii
BAB I : PENDAHULUAN….......…………………………………………...................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.…………………………….......……………………....................... 2
1.3 Tujuan Penulisan…………...……………………………………………..................... 2
1.4 Manfaat Penulisan...………………………………………………................................ 2
BAB II: PEMBAHASAN................................................................................................... 3
2.1 Penyebab Perubahan Fisik.............................................................................................. 3
2.2 Perekembanganan Intelek................…..…………......................................................... 7
2.3 Bakat Khusus...........……......................………………………………………………. 14
2.4 Perkembangan Social...................................................................................................... 18
2.5 Perekembangan Bahasa…...............................................................................………... 21
2.6 Perkembangan Social Dan Bahasa…………………………….……………………… 25
BAB III PENUTUP .................…...……………………….......................………………. 27
3.1 Kesimpulan.........………………………………......................……………………….. 27
3.2 Saran.........................…………………………......................………………………… 27
BAB III DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 28

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah perkembangan dan pertumbuhan anak sangatlah penting untuk di


perhatikan. Orang tua pasti akan bangga jika anaknya tumbuh menjadi anak yang pintar
dan cerdas. Untuk bisa menjadikan anak kita pandai, membekali dan membimbing
mereka sejak usia dini sangatlah membantu. Perlu kita ketahui bahwa perekembangan
intelektual pada anak usia dini akan sangat membeantu. Perlu kita ketahui bahwa
perkembangan intelektual pada anak usia dini sangat berpotensi untuk menyerap
berbagai macam hal baru. Untuk itu, maka kita harus membimbing anak kita untuk bisa
mengembangkan intelektualnya dengan berbagai cara.

Perekembangan intelektual pada anak dapat kita kembangkan dengan musik.


Dengan mendengarkan musik klasik pada anak sejak usia dini bahkan dari masa
kandungan akan membantu anak mengembangkan kognitifitasnya. Telah banyak ilmuan
yang mengadakan penelitian mengenai hal ini dan dari penelitian tersebut, musik
kelasik memang bisa merangsang intelektual anak dari usia dini. Selanjutnya,
perekembangan kognitif atau intelektual anak juga mengarahkan anak untuk menirukan
hal – hal disekitarnya. Oleh karena itu, berperilaku yang baik di depan anak akan
membuat anak menirukan perilaku kita.

Selain itu, intrlektual pada seorang anak usia dini juga sangat kuat untuk menyerap
bidang kesenian dan bahsa. Dengan mengajarkan kesenian pada anak dari usia dini akan
lebih mudah terserap dari pada saat usia dewasa. Kemudian, mengajarkan anak untuk
mempelajari Bahasa juga lebih mudah diserap saatusianya masih dini. Melihat
kemampuan intelektual pada seorang anak sangat kuat pada usianya yang masih dini,
kita sebagai orang tua harus bisa membimbing dan memfasilitasi mereka untuk terus
belajar. Ketika baru lahir seoranng anak sudah mempunyai kecerdasan, hanya saja
bergantung pada orang lain untuk memenuhi perkembangan hidupnya. Dalam
perkembangannya sorang anak akan semakin meningkatkan berbagai kemam[uannya
untuk mengurai ketergantungan dirinya kepada oranglain dan berusaha untuk dapat
memenuhi kebetuhannya sendiri.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan lah rumusan masalah
sebagai berikut :

a. Apa itu perubahan fisik ?


b. Apa itu perkembangan intelek ?
c. Apa yang di maksud bakat khusus ?
d. Apa itu perkembangan social ?
e. Apa itu perkembangan bahaa ?
f. Apa itu perkembangan social dan Bahasa ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat di rumuskan sebuah tujuan


penulisann sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apa itu perubahan fisik.


b. Untuk mengetahui apa perkembangan intelek.
c. Untuk mengetahui apa bakat khusus.
d. Untuk mengetahui apa itu perkembangan social.
e. Untuk mengetahui apa itu perkembangan Bahasa.
f. Untuk mengetahui apa itu perkembangan social dan bahasa.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah :

a. Bagi seorang mahasiswa makalah ini bermanfaat dalam matakuliah Perkembangan


Peserta Didik agar dapat apa itu perkembangan intelek, sosial, dan bahasa.
b. Dan makalah ini di ajukan untuk tugas matakuliah Perekembangan Peserta Didik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Perubahan Fisik

Masa remaja atau yang sering di kenal dengan istilah “Adolesense” yang berarti
“tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Secara psikologis, masa remaja adalah usia
dimana individu berinteraksi dengan Masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi
merasa dibawah tingkat orang – oranh yang lebih tua melainkan berada ditingkat yang
sama, sekurang – kurangnya dalam masalah hak. Integritas dalam Masyarakat
mempunyai banyak aspek kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga
perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara
berpikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integritas dalam hubungan sosial
dengan orang dewasa, yang kenyataanya merupakan ciri khas yang umum dari periode
perkembangan ini. Masa remaja adalah masa menentukan pembentukan karakter
manusia untuk menempuh perkembangan pada masa berikutnya, sehingga Sebagian
psikolog mengetakan bahwa masa remaja dalah masa transisi yang dapat diarahkan
pada masa dewasa yang sehat. Jika saja seseorang gagal dalam mengembangkan tugas
menemukan identitas atau jati diri pada masa remaja, maka mereka akan kehilangan
arah. Mereka akan mengembangkan perilaku menyimpang atau telinquent, melakukan
kriminalitas atau bahkan menutup diri atau mengisolasi diri dari pergaulan kehidupan
Masyarakat karena tidak menduduki posisi yang harmonis dalam masyarakat.

Diantara faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan pada masa remaja


adalah hereditas, keturunan dan lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan disini
adalah mengenai lingkungan sosial teman sebaya atau teman dalam pergaulan. Faktor
utama yang menentukan daya tarik hubungan interpersonal diantara remaja adalah
adanya kesamaan dalam minat, nilai – nilai pendapat serta sifat – sifat keperibadian.
Masa remaja memiliki sifat kontinutias dan diskontinuitas dengan masa kanak – kanak.
Salah satu bentuk dari kontinuitasnya adalah gen yang diwariskan orang tua masih
mempengaruhi pemikiran dan perilaku remaja, tetapi pada masa remaja, gen
berinteraksi dengan kondisi sosial dunia remaja seperti keluarga, teman sebaya,
persahabatan, pengalaman bbersekolah, dan lain – lain (Santrock, 1995). Kemudian,
bentuk diskontinuitas masa remaja dengan anak – anak terletak pada rangsangan yang
membangkitkan emosi dan derajat individu, khususnya pengendalian latihan individu
terhadap ungkapan emosi mereka (Hurlock, 1980). Jika pada masa kanak – kanak kita
dapat mengamati seorang anak memperlihatkan bentuk emosi kepada perilaku Nampak
(merengek, marah dan lain – lain), dimasa remaja kita akan melihat individu meluapkan
emosinya dengan perilaku yang berbeda dari masa kanak – kanaknya seperti
menggerutu, mengalihkan emosi dengan bercerita pada teman sebayanya.

3
Pemikiran individu pada saat mereka masuk ke dalam tahap perkembangan remaja
menjadi semakin abstrak, logis dan idealistis. Remaja lebih mampu menguji pemikiran
diri mereka sendiri maupun orang lain dan apa yang dipikirkan oleh orang lain
mengenai diri mereka serta cenderung menginterprestasikan dan memantau dunia sosial.
Satu hal yang pasti tentang aspek psikologis dari dari peburabahan fisik remaja adalah
bahwa remaja disibukan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra individual
mengenai gambaran tubuh mereka. Kemudian, hal yang perlu kita ingat adalah dunia
seorang anak remaja meliputi perubahan social, kognitif dan perubahan fisik. Sama
seperti semua periode perkembangan, (Amien, 1996) peroses – peroses ini bekerja sama
untuk menghasilkan siapa kita dimasa remaja.

c. Tahap perubahan fisik pada remaja

Perubahan fisik selama masa remaja dibagi menjadi beberapa tahapan :

Perubahan Eksternal, perubahan yang terjadi selama masa remaja dibagi menjadi
beberapa tahapan :
a. Tinggi badan

Rata – rata anak perempuan mencapai tingkat matang pada usia antara 17 dan 18
tahun. Rata – rata anak laki – laki kira – kira setahun setelahnya. Perubahan tinggi
badan remaja dipengaruhi asupan makanan yang diberikan, pada anak yang diberikan
imunisasi pada masa bayi cenderung lebih tinggi daripada anak yang tidak mendapatkan
imunisasi. Anak yang tidak diberikan imunisasi lebih banyak menderita sakit sehingga
pertumbuhannya terlambat.

b. Berat badan

Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi badan,
perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran lemak pada bagian – bagian tubuh
yang hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak. Ketidak
seimbangan perubahan tinggi badan dengan berat badan menimbulkan ketidak idealan
badan anak, jika perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjdi gemuk gilik
(gemuk pendek).

c. Proposi tubuh

Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan yang tumbuh baik.
Misalnya, badan melebar dan memanjang sehingga anggotabadan tidak lagi kelihatan
telalu pandang.

4
d. Organ seks

Baik laki – laki maupun Perempuan, orga seks mengalami ukuran matang pada
akhir remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai bebrspa tahun kemudian.

Perubahan Internal, perubahan yang terjadi dalam organ tubuh remaja dan tidak tampak
dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja.
Perubahan tersebut adalah :

a. Sistem pencernaan

Perut menjadi lebih Panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah
Panjang dan bertambah besar, otot – otot diperut dan dinding – dinding usur menjadi
lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.

b. Sistem predaran darah

Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia 17 atau 18, beratnya 12 kali
berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan
mencapai tingkat kematangan bila mana jantung sudah matang.

c. Sistem pernafasan

Kapasitas paru paru anak peremuan hampir matang pada usia 17 tahun anak laki - laki
mencapai tingkat kamtangan baru beberapa tahun kemudian.

d. Sistem endokrin

Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan ketidakseimbangan


sementara dari seluruh sistem endrokrin pada masa awal puoer. Kelenjar - kelenjar seks
berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang
samapai sampai akhir masa remaja atau awal masa dewasa.

e. Jaringan tubuh

Perkembangan kerangka berhenti rata - rata pada usia 18 tahun. Jaringan selain
tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang mencapai
ukuran yang matang.

5
d. faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik remaja

Perkembangan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja. Kondisi yang baik
berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula sebaliknya.

Adapun kondisi - kondisi yang mempengaruhinya sebgai berikut :

1. Pengaruh Keluarga

Pengaruh keluarga meliputi faktor keturunan maupun faktor lingkungan. Karena


faktor keturunan seorang anak dapay lebih tinggi atau panjang dari anak lainnya,
sehingga ia lebih berat tubuhnya, jika ayah dan ibunya atau kakeknya tinggi dan
panjang.

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan


potensi keturunan yang dibawa dari orang tuanya. Lingkungan juga dapat memberikan
pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat
potensi untuk pertumbuhan di masa remaja.

3. Pengaruh Gizi

Anak yang mendapatkan gizi yang cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan
sedikit lebih cepat mencapai taraf dewasa dibandingkan dengan mereka yang tidak
mendapat gizi culup.

4. Ganguan Emosional

Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya


sreroid adrenal yang berlebihan dan ini akan membawa akibat berkurangnya
pembentukan hormon pertumbuhan dikelenjar piyuitary.

5. Jenis Kelamin

Anak laki - laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak peremuan,
kecuali pada usia 12 - 15 tahun. Anak perempuan biasnya akan sedikit lebih tinggi dan
lebih berat dari anak laki - laki. Hal ini terjadi karena bentuk tulang dan otot pada anak
laki - laki berbeda dengan perempuan. Anak peremuan lebih cepat kematanganya dari
pada laki - laki.

6
6. Sifat Sosial Ekonomi

Anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonimi rendah, cenderung
lebih kecil deri pada anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi yang
tinggi.

7. Kesehatan

Kesehatan amat berpengaruh terdapat pertumbuhan fisik remaja. Remaja yang


berbadan sehat dan jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat
dibandingkan yang sering sakit.

8. Pengaruh bentuk tubuh

Pengaruh bentuk psikologis muncul antara lain disebabkan oleh perubahan -


perubahan fisik. Diantara perubahan fisik yang sangat berpengaruh adalah pertumbuhan
tubuh (badan makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat - alat reproduks
(ditandai dengan haid pada perempuan dan “mimpi pertama” pada laki - laki), dan
tanda - tanda kelamin kedua yang tumbuh.

2.2 Perkembangan Intelek

Definisi intelektual adalah akal budi atau inteigensi yang berarti kemampuan untuk
meletakkan hubungan - hubungan dari proses berpikir. Selanjutnya dikatakan bahwa
orang yang inteligent adalah orang yang dapat menyelaikan persoalan dalam tempo
yang lebih singkat, memahami masalah lebih cepat dan cermat, serta mampu bertindak
cepat ( Ali dan Asrori, 2009).

Menurut English dan English dalam bukunya “A Comprehensive Dictionary of


Psychological Terms”, istilah intellect berarti suatu rumpuh nama untuk proses kognitif,
terutama untuk aktivitas yang berkenaan dengan berpikir (misalnya menghubungkan,
menimbang, dan memahami).

Menurut kamus Websrter New World Dictonary of the American Language, Istilah
intellect berarti :

1) Kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti ; kecakapan untuk mengamati


hubungan - hubungan, perbedaan - perbedaan, dan sebagaianya.

2) Kecakapan mental yang besar, sangat intelligance; dan

7
3) Pikiran atau intelegensi.

Intelegensi menurut yang dikemukakan oleh singgih gunarsa dalam bukunya yang
berjudul Psikologi Remaja (1991), ia mengajukan beberapa rumus intelegensi sebagai
berikut :

1) Intelegensi merupakan suatu kumpulan seseorang yang memungkinkan mempeloleh


ilmu pengetahaun dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungannya dengan
lingkungan dan masalah masalah.

2) Intelegensi adalah suatu bentuk tingkah laku tertentu yang tampil dalam kelancaran
tingkah laku.

3) Intelegensi meliputi pengalaman - pengalaman dan kemampuan bertambahannya


pengertian dan tingkah laku dengan pola - pola baru dan mempergunakan secara efektif.

4) William Stem mengemukan bahwa intelegensi merupakan suatu kemampuan untuk


menyesuaikan diri pada tuntutan baru dibantu dengan penggunaan fungsi berpikir.

5) Binet berpendapat bahwa intelegensi merupakan kemampuan yang diperoleh melalui


keturunan, kemampuan yang diwarisi dan dimiliki sejak lahir dan tidak terlalu benyak
dipengaruhi oleh lingkungan.

Wechler (1958) merumuskan intelegensi sebagai “keseluruhan kemampuan individu


untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengelolah dan
menguasai lingkungan secara efektif. Intelek mengambarkan kemampuan seseorang
dalam berpikir / bertindak. Salah satu tes intelegensi yang terkenal adalah yang
dikembangkan oleh A Ferd Binet (1857 - 1911). Binet seorang ahli ilmu jiwa
(psyholog) Prancis, merintis mengembangkan tes intelegensi yang agak umum.
Sedangkan pengukuran tingkat intelegensi dalam bentuk perbandingan ini diajukan oleh
William Stern (1871 - 1938), seorang ilmu jiwa berkebangsaan jerman, dengan sebutan
Intelligence Quotient yang disingkat IQ artinya perbandingan kecerdasan.

2. Hubungan Antara Interlek Dan Tingkah Laku

Kemampuan abstraksi seseorang akan berperan dalam perkembangan


kepribadiannya. Pemikiran yang muncul terwujud dalam refleksi diri, yang sering
mengarah ke penilaian diri dan kritik diri. Pikiran remaja sering dipengaruh oleh ide -
ide dan teori - teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang tua. Sikap
kritis dalam hal - hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata

8
cara dan adat istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga sering terasa terjadi /ada
pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya. Kemampuan abstraksi
mempermasalahkan kenyataan dan peristiwa - peristiwa dengan kadaan bagaimana
yang semestinya menurut alam pikirannya. Situasi ini (yang di akibatkan kemampuan
abstraksi) dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa. Di samping itu
pengaruh egosentris masih pada pikiranya :

 Cita - cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri tanpa
memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungan kesulitan praktis yang
mungkin menyebabkan tidak berhasil dalam menyelesaikan masalah.
 Kemampuan berpikir dengan berpandapat sendiri belum disertai pendapat orang lain
dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain dari pada
tujuan perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama
dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.

Egosentrisme menyebabkan “kekakuan” para remaja dalam cara berpikir maupun


bertingkat laku. Egosentrisme dapat menimbulkan reaksi lain, dimana remaja justru
melebih - lebihkan diri dalam penilaian sendiri. Melalui benyak pengalaman dan
banyak penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka
egosentrisme makin berkurang. Pada akhirnya, pengaruh egosentrisme pada remaja
sudah sedimikiran kecilnya, sehingga berarti remaja sudah dapat berpikir abstrak
dengan mengikutsertakan pendapat dan pandangan orang lain.

3. Karakteristik perkembangan intelek remaja

Intelegensi pada remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan
kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada masa remaja kemampuan untuk
mengatasi masalah yang majemuk bertambah. Pada awal masa remaja, kira – kira pada
mumur 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut “masa oprasi formal” atau
berpikir abstrak. Pada masa ini remaja telah berpikir dengan mempertimbangkan hal
yang “mungkin” di samping hal yang nyata atau real (Gleitman 1986 : 475 – 476). Pada
usia remaja ini anak sudah dapat berpikir abstrak dan nipotek. Dalam berpikir
oprasional formal setidak – tidaknya mempunyai dua sifat yang penting yaitu :

a. Sifat deduktif hipotesis

Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawali dengan


pemikiran teoretik. Analisis teoritik ini dapat dilakukan secara verbal. Anak lalu
mengajukan pendapat – pendapat atau prediksi tertentu yang juga disebut proporsi –
proporsi, kemudian mencari hubungan antara proporsi yang berbeda – beda.

9
b. Berpikir oprasional juga berpikir kombinarotis

Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara
bagaimana melakukan analisis. Anak yang beroprasional lebih dahulu secara teoretik
membuat matriksnya mengenai segala macam kombinasi yang mungkin, kemudian
secara sistematik mencoba mengisi setiap sel matriks tersebut secara empiris. Jadi,
dengan berpikir secaraa oprasional formal memungkinkan orang untuk mempunyai
tingkah lakku problem solving yang betul – betul ilmiah, serta memungkinkan untuk
mengadakan pengujian hipotesis dengan variable – variable tergantung yang mungkin
ada.

Cara berpikir dari tempat dan waktu, dengan cara yang hipotesis, deduktif yang
sistematis, tidak terlalu dicapai oleh semua remaja. Seorang remaja yang dengan
kemampuan intelegensi terletak di bawah normal atau IQ kurang dari 90%, tidak akan
mencapai taraf berpikir yang abstrak. Seorang remaja dengan kemampuan berpikir
normal tetapi hidup dalam lingkungan atau kebudayaan yang tidak merangsang cara
berpikir, maka remaja itu sampai dewasa pun tidak akan pernah sampai pada taraf
berpikir abstrak.

4. Faktor – factor yang mempengaruhi perkembangan intelek

Menurut Andi Mappiare (1982 : 80) hal – hal yang mempengaruhi perkembangan
intelektual itu antara lain :

1) Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang sehingga ia mampu


untuk berpikir secara reflektif.
2) Banyaknya pengalaman dan latihan – latihan memecahkan masalah sehingga
seseorang dapat berpikir proporsional.
3) Adanya kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam Menyusun
hipotesis – hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan,
dan menjungjung keberanian untuk memecahkan maslah dan menarik kesimpulan
yang baru dan benar.

Ketiga kondisi di atas sesuai dengan dasar – dasar teori Piaget mengenai intlegensi,
yakni :

1) Fungsi intlegensi termasuk proses adaptasi yang bersifat biologis.


2) Bertambahnya usia menyebabkan perkembangan struktur intlegensi baru, sehingga
pengaruh pula terjadinya perubahan kualikatif.

10
Wechsler berpendapat bahwa keseluruhan intelegensi seseorang tidak dapat diukur.
IQ adalah suatu nilai yang hanya dapat ditentukan secara kira – kira karena selalu dapat
terjadi suatu perubahan – perubahan berdasarkan faktor – faktor individual dan
situasional. Ditemukan bahwa perubahan – perubahan intraindividual dalam nilai lebih
merupakan hal yang umum biasa daripada perkecualian.

a. Peranan pengalaman dari sekolah terhadap intelegensi

Rata – rata tingkat IQ asal mereka adalah diatas 110. Mereka yang mengalami
prasekolah sebelum sekolah dasar, menunjukan perbedaan kemajuan “gained”, dalam
rata – rata IQ mereka lebih besar daripada mereka yang tidak mengalami prasekolah.
Perbedaan kemajuan nilai rata – rata IQ bagi mereka yang baru 1 tahun saja belajar
adalah sebesar 5,4 skala IQ per seorang siswa. Siswa – siswa yang selama 2 atau 3
tahun belajar di prasekolah, menunjukan kenaikan perkembangan intelegensinya masing
– masing sebesar 10,5 skala IQ. Dengan demikian, pengalaman yang di peroleh di
sekolah menyumbang secara positif terhadap peningkatan IQ anak.

b. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan intelegensi

Pengaruh belajar dalam arti lingkungan terhadap perkembangan intelegensi cukup besar
seperti telah dibuktikan berbagai korelasi IQ yang juga menggambarkan bagaimana
peranan belajar terhadap perkembangan intelegensi (Rochman Natawijaya dan M.
Musa, 1992 : 45). Studi penting lainnya dilakukan oleh Garber dan Ware (1970)
Rohchman Natawijaya dam M. Musa, (1992 : 45) yang menghubungkan antara
“kualitas lingkunganrumah anak” dan perkembangan “intelegensi” anak. Semakin
tinggi kualitas lingkungan rumah , maka cenderung semakin tinggi juga IQ anak.
Penelitian ini menemukan tiga unsur penting dalam keluarga yang amat berpengaruh,
yaitu :

a. Jumlah buku, majalah, dan materi belajar lainnya yang terdapat dalam lingkungan
keluarga.
b. Jumlah ganjaran dan pengakuan yang diterima anak dari orang tua atas prestasi
akademiknya.
c. Harapan orang tua akan prestasi akademik anaknya.

Pengalaman yang padat pada awal pertumbuhan menurut Bloom, adalah kunci
untuk mencapai perkembangan intelegensi. Banyak bukti – bukti yang menunjukan
bahwa tingkah laku orang, juga tingkah laku intlegensi tidak seluruhnya ditentukan.
Ada kemungkinan – kemungkinan untuk dapat dipengaruhi.

11
5. Perbedaan individu dalam kemampuan dan perkembangan intelek

Intelegensi menurut David Wechler (1958) didefinisikan sebagai “kesterarah


kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengelolah dan
menguasai lingkungan secara efektif. Berdasarkan nilai IQ atau kecerdasannya manusia
dapat dikategorikan menjadi 6 kelompok yaitu :

1) Di bawah 70, anak akan mengalami kelainan mental.


2) 71 – 85, anak di bawah normal (bodoh).
3) 86 – 115, anak yang normal.
4) 116 – 130, anak di atas normal (pandai).
5) 131 – 145, anak yang superior. (cerdas).
6) 145 keatas anak genius (istimewa).

Wechler dan Bellevue (Sarlito, 199 : 78), mereka menyatakan bahwa kalua semua
orang di dunia diukur intelegensinya maka akan terdapat orang – orang yang sangat
cerdas yang sama banyaknya dengan orang – orang yang sangat rendah tingkat
berpikirnya (terbelakngan), orang – orang yang superior sama banyaknya dengan orang
– orang yang tergolon perbatasa (borderline). Sedangkan yang terbanyak adalah orang –
orang yang tergolong berintelegensi rata – rata atau normal. Pengukuran seperti yang
dilakukan oleh Wechler dan Bellevue tersebut diarahkan pada suatu teori bahw ada
yang dinamakan faktor umum (General Faktor) pada intelegensi itu. General faktor
inilah yang di ukur dengan IQ tersebut. Pada seseorang yang memiliki IQ sama,
misalnya akan memilki penampilan yang sama juga tidak terkecuali orang tersebut akan
memiliki perbedaan jika kalua ada perbedaan maka hal itu disebabkan oleh faktor –
faktor lain di luar intelegensi seperti minat, pengalama, sikap, dan sebagai.

Thurstone mengatakan bahwa faktor umum itu tidak ada yang ada hanya
sekelompok faktor khusus yang diberi nama Kemampuan Mental Primer yang terdiri
dari 7 faktor yaitu : (i) kemampuan verbal (verbal comprehention), (ii) kemampuan
angka – angka (numerical ability), (iii) tilikan kerugian, (iv) kemampuan pengindreaan,
(v) ingatan, (vi) penalaran, dan (vii) kelancaran berbahasa. Thomson tidak setuu dengan
faktor – faktor yang di sebutkan Thurstone. Ia berpendapat bahwa faktor umum dalam
intelegensi tidak ada, tetapi yang ada hanyalah sejumlah faktor khusus yang berbeda
dari orang ke orang dari waktu ke waktu pada yang sama. Menurut Piaget intelegensi
mempunyai beberapa sifat :

1. Intelegensi adalah interaksi aktif dengan lingkungan.


2. Intelegensi meliputi struktur organisasi perbuatan dan pikiran, dan interaksi yang
bersangkutan antara individu dan lingkungannya.

12
3. Struktur tersebut dalam perkembangannya mengalami perubahan kualitatif.
4. Dengan bertambahnya usia, penyesuaian diri lebih mudah karena peroses
keseimbangan yang bertambah luas.
5. Perubahan kualitatif pada intelegensi timbul pada masa yang mengikuti suatu
rangkaian tertentu.

Sebagai kesimpulan dari bergai pendekatan atau teori psikologi yang telah
dikemukakan, menunjukan bahwa intelegensi itu bersifat individual, artinya antara satu
dan lainnya tidak sama persis kualitas akhirnya.

6. Usaha – usaha dalam membantu mengembangkan intelek remaja dalam proses


pembelajaran

Usaha dalam membantu mengembangkan intelek remaja di dalam proses


pembelajran perlu adanya suatu dukungan dari seorang guru. Para remaja mungkin
mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami konsep – konsep yang abstrak
dan mungkin tidak mampu memahami sepenuhnya emosi – emosi yang telah dilukiskan
dalam pembelajaran. Karena itu oada tingkatan ini diperlukan metode diskusi dan
informasi untuk menentukan kedalaman pengertian siswa. Apabila guru dihadapkan
pada perbedaan – perbedaan interprestasi tentang konsep – konsep yang abstrak, guru
hendaknya menjelaskan konsep – konsep tersebut dengan sabar, simpati, dan dengan
hati yang terbuka.

Motivasi untuk belajar sering diusahakan melalui angka – angka kenaikan kelas dan
ujian – ujian. Namun hal ini sebenarnya tidak terlalu memotivasi para remaja dalam
jangka waktu Panjang, tetapi jika untuk jangka pendek hal ini memang mudah
membangkitkan minat dan berabagai alat audiovisual pada siswa yang sudah biasa
menonton secara pasif. Tetapi dalam kasus seperti ini yang perlu di usahakan adalah
timbulnya mminat jangka Panjang yang bersifat intrisik. Menimbulkan minat serupa itu
di Tengah – Tengah Masyarakat yang menyajikan rangsangan yang lebih menarik bagi
siswa remaja seperti tontonan, permainan, dan bentuk rekreasi lain. Untuk itu, perlu
diusahakan agar bahan Pelajaran itu sendiri mempunyai nilai intrinsic, yang
mengandung nilai atau makna bagi remaja. Para pendidik berusaha agar dalam sebuah
proses belajar mengajar para siswa turut terlibat secara aktif. Pendekatan semacam itu di
kenal sebagai pendekatan keterampilan proses atau metode penemuan dan inkuiri.

13
2.3 Bakat Khusus

1. Pengertian bakat khusus

Guilford (simadi S. 1991: 169) mengemukan bahwa bakat itu mencakup 2 dimensi
psikologis yaitu :

a. Dimensi perseptual, meliputi kemampuan dalam mengadakan prsepsi, dan ini


meliputi faktor faktor sebagai berikut :
a) Kepekaan indra
b) Perhatian
c) Orientasi wktu
d) Luasnya daerah presepsi
e) Kecepatan presepsi, dsb.

b. Dimensi prikomotor, dimensi ini mencakup enam faktor yaitu sebagai berikut :
a) Kekuatan
b) Implus
c) Kecepatan gerak
d) Ketelitian
e) Koordinasi
f) Keluwesan

c. Dimensi intelektual, dimensi inilah yang umumnya mendapat sorotan luas, karena
memang dimensi inilah yang mempunyai implikasi sangat luas. Dimensi ini meliputi
5 faktor yaitu :

a) Faktor ingatan, yang mencakup faktor ingatan yaitu


a. Substansi
b. Relasi
c. Sistem

b) Faktor ingatan, mengenai pengenalan terhadap :


a. Keleluruhan informasi
b. Golongan (kelas)
c. Hubungan - hubungan
d. Bentuk atau struktur
e. Kesimpulan

14
c) Faktor evaluatif, yang meliputi evaluasi mengenai :
a. Identitas
b. Relasi - relasi
c. Sitem
d. Penting tidaknya program (kepekaan terhadap problem yang dihadapi)

d) Faktor konuergen, yang meliputi faktor untuk menghasilkan :


a. Nama - nama
b. Hubungan - hubungan
c. Sistem - sistem
d. Transformasi
e. Implikasi - implikasi yang unik

e) Faktor berfikir divergen, yang meliputi faktor :

a. Untuk menghasilkan unit – unit

b. Untuk pengalihan kelas - kelas secara spontan

c. Untuk menghasilkan system

d. Untuk transformasi divergen

e. Kelancaran dalam menghasilkan hubungan - hubungan

f. Untuk menyusun bagian - bagian menjadi kerangka

Dari ilustrasi di atas menunjukan beberapa rumitnya kualitas manusia yang disebut
bakat. Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang
masih perlu dikembangkan atau dilatih. Kemampuan adalah daya untuk melakukan
suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Jadi bakat adalah kemapuan
alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang relatif bersifat umum
(misalnya bakat intelektual umum) atau khusus ( bakat akademis khusus). bakat khusus
di sebut Talent Talent adalah seseorang yang mempunyai kemampuan bawaan untuk
bidang tertentu, misalnya :

f. Bakat mengambar
g. Bakat menulis dsb

2. Jenis - jenis bakat khusus


Setiap orang mempunyai bakat tertentu, masing - masing dalam bidang dan derajat
yang berbeda - beda. Usaha pengenalan bakat mula - mula terjadi pada bidang

15
pekerjaan, tetapi kemudian juga bidang pendidikan. Dalam praktek hampir semua para
ahli yang menyusun tes untuk mengukap bakat bertolak dari dasar pemikiran analisis
faktor. Seperti yang dikemukakan oleh Guilford. Menurut Guilford, setiap aktivitas
diperlukan sebagainya faktor - faktor tersebut. Pemberian nama terhadap jenis - jenis
bakat biasanya dilakukan berdasarkan atas bidang apa bakat tersebut berfungsi, seperti
bakat matematika, bakat bahasa, bakat olaraga, bakat seni, bakat musik, bakat klerikat,
bakat guru, bakat dokter, dan sebagainya. Dengan demikian maka macam bakat sangat
tergantung pada konteks kebudayaan, dimana seorang individu hidup dan dibesarkan.
Mungkin penanaman itu bersangkutan dengan bidang studi mungkin pula dengan
bidang kerja.

3. Kaitan antara bakat dan prestasi

Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan
tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau motivasi agar
bakat itu dapat terwujud. Misalnya seseorang mempunyai bakat menggambar, jika ia
tidak pernah diberi menyadari bahwa ia mempunyai bakat menggambarkan bakatnya,
dan anak itu juga mununjukan minat yang besar untuk mengikuti pendidikan
menggambar, maka ia akan dapat mencapai prestasi yang unggul akan dapat menjadi
pelukis terkenal. Sebaliknya,seorang anak yang mendapatkan pendidikan
menggambarkan dengan baik, namun tidak memiliki bakat menggambar, maka ia tidak
akan pernah mencapai prestasi unggul untuk bidang tersebut.

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus

Adapun sebab atau faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus
atau seseorang tidak dapat mewujudkan bakatnya secara optimal, dengan kata lain
prestasinya dibawah potensinya dapat terletak pada anak itu sendiri dan lingkungan.

a. Anak itu sendiri : misalnya anak itu tidak tahu atau kurang berminat untuk
mengembangkan bakat – bakat yang ia miliki, atau kurang termotivasi untuk
mencapai inovasi yang lebih tinggi, atau mungkin pula mempunyai kesulitan atau
masalah pribadi sehingga ia mengalami hambatan dan pengembagan diri dan
berprestasi sesuai dengan bakatnya.
b. Lingkungan anak : misalnya orang tuanya kurang mampu untuk menyediakan
kesempatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan, atau ekonominya cukup tinggi
tapi kurang memberi perhatian terhadap pendidikan anak.

16
5. Perbedaan individu dalam bakat khusus

Pada dasarnya sertiap orang mempunyai bakat – bakat tertentu. Dua anak bisa sama –
sama mempunyai bakat melukis akan tetapi yang satu lebih menonjol daripada yang
lain, bahkan saudara sekandung dalam keluarga bisa mempunyai bakat yang berbeda –
beda. Sekali lagi perlu ditekankah bahwa setiap anak memounyai bakat – bakat tertentu,
hanya berbeda dalam jenis derajatnya. Yang dimaksud dengan anak berbakat ialah
mereka yang mempunyai bakat – bakat dalam derajat tinggi dan bakat – bakat yang
unggul.

Ada anak yang berbakat intelektual namun, biasanya mereka mempunyai taraf
intelegensi yang tinnggi dan menunjukan prestasi sekolah yang menonjol. Adapun yang
mempunyai bakat akademi khusus misalnya dalam matematika atau dalam bahasa.
Sedangkan dalam mata Pelajaran lainnya belum tentu menonjol. Ada anak yang
intelegenisnya mungkin tidak terlalu tinggi tapi unggul dalam kemampuan berpikir
kreatif produktif. Ada pula anak yang bakatnya dalam bidang olahraga dalam salah satu
bidang seni seperti melukis atau music. Ada anak yang di sekolah tidak termasuk siswa
yang pandai, tetapi menonjol dalam keterampilan Teknik. Kita juga mengenal anak –
anak yanhg oleh lama temannya atau guru selalu dipilih menjadi pemimpin, karena
mereka berbakat dalam bidang psikologi sosial.

6. Upaya pengembangan bakat khusus remaja dan implikasi – implikasi dalam


penyelenggaraan Pendidikan

Sampai sekarang bisa dikatakan belum ada tes bakat yang cukup luas di daerah
pemakaiannya (seperti misalnya tes intelegensi). Berbagai tes bakat yang lain sudah ada
misalnya :

a. FACT yang disusun oleh Flanagen.


b. DAT yang disusun oleh Binnet.
c. M-Test yang disusun oleh Lurning Park, tetapi masih sangat terbatas daerah
berlakunya.

Hal ini disebabkan tes bakat sangat terkait kepada konteks kebudayaan dimana tes
itu disusun sedangkan macam – macam bakat juga terikat kepada konteks kebudayaan
dimana klasifikasi bakat itu dibuat. Yang harus diukur oleh alat identifikasi adalah baik
potensi maupun bakat yang sudah terwujud dalam prestasi yang tinggi. Sekolah
mengirim daftar atau ciri – ciri perilaku kepada orang tua dengan penjelasan bahwa
sekolah perlu mengetahui sifat – sifat siswa agar dapat merencanakan pengalaman
Pendidikan yang sesuai bagiannya. Sebagai contoh, orang tua diminta memberi
keterangan mengenai butir – butir berikut ini :

17
a) Hobi dan minat anak yang khusus.

b) Jenis buku yang disenangi.

c) Masalah dan kebutuhan khusus.

d) Prestasi unggul yang pernah dicapai.

e) Pengalaman – pengalaman khusus.

f) Kegiatan kelompok yang disenangi.

g) Kegiatan mandiri yang disenangi.

h) Sikap anak terhadap sekolah atau guru.

i) Cita – cita untuk masa depan.

Adapun kondisi lingkungan yang bersifat menumpuk bakat anak adalah kemampuan
psikologis dan kebebasan psikologis anak akan merasa aman secara psikologis apabila :

a) Pendidik dapat menerimanya sebagaimana adanya.


b) Pendidik mengusahakan suasana dimana anak tidak merasa dinilai oleh orang lain.
c) Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran perasaan
dan perilaku anak dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melihat dari sudut
pandang anak.

Pada akhirnya masa remaja anak sudah bannyak memikirkan tentang apa yang ingin
ia lakukan dan apa yang ingin ia mampu lakukan makin banyak mendengar tentang
macam – macam kemungkinan, baik dalam bidang Pendidikan maupun dalam
pekerjaan, dapat membuatnya ragu – ragu mengenai apa yang sebetulnya paling cocok
baginya. Dengan pengalaman bakat yang dimilikinya dan Upaya pengembangan dapat
membantu remaja untuk dapat menentukan pilihan yang tepat untuk menyiapkan
dirinya untuk dapat mencapai tujuan – tujuannya.

2.4 Perkembangan Social

Manusia sebagai makhluk sosial,senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya


dalam masyarakat. Peroses sosialisasi dan interaksi sosial dimulai sejak lahir dan
berlangsung terus hingga dewasa atau tua. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang
sederhana dan terbatas hingga tingkat yang luas dan kompleks. Semakin dewasa dan
bertambah umur, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi sangat luas dan
kompleks. Pada jenjeng perkembangn remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan

18
orang lain untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi untuk berpartisipasi dan
berkontribusi memajukan kehidupan Masyarakat.

1. Karakteristik perkembangan sosial remaja

Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan, remaja mulai memperhatikan berbagai


nilai dan memahami norma pergaulan dalam kelompok remaja, anak – anak, dewasa,
orang tua yang berbeda dengan norma yang berlaku dikeluarganya. Kehidupan sosial
pada jenjang usia remaja ditandai oleh menonjolnya fungsi intelektual dan emosional.
Erik Erickson menyatakan perkembangan pada usia remaja adalah masa menemukan
jati diri dan memilih kawan akrab. Sering anak menemukan jati dirinya sesuai dengan
situasi kehidupan yang mereka alami. Penemuan jati diri seseorang didorong oleh
pengaruh sosiokultural. Sedangkan Signmund Freud memandang bahwa kehidupan
sosial remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksualnya.

Pergaulan remaja banyak didominasi dalam bentuk kelompok yang penetapan


pilihannya didasari oleh berbagai pertimbangan seperti moral, ekonomi, minat, dan
kesamaan bakat serta kemampuan. Disini masalah yang umum dihadapi adalah faktor
penyesuaian diri dari remaja. Nilai positif pergaulan secara kelompok dalam
perkembangan sosial remaja adalah tiap – tiap remaja belajar berorganisasi, memilih
pemimpin, mematuhi peraturan kelompok, menumbuhkan rasa solidaritas serta
semangat persatuan dan ketuhanan. Nilai negative pergaulan secara kelompok dalam
perkembangan sosial remaja adalah dalam hal – hal tertentu ada Tindakan yang kurang
mengindahkan nilai dan norma sosial serta tidak memperdulikan obyektifitas
kebenaran.

Dalam hal hubungan sosial remaja yang lebih khusus, mengarah pada pemilihan
pacar dan pasangan hidup dengan mempertimbangkan faktor agama dan suku bangsa.
Pertimbangan ini bukan saja menjadi kepentingan masing – masing individu tetapi juga
menyangkut kepentingankeluarga dan kelompok Masyarakat yang lebih besar, sehingga
dapat menjadi masalah yang rumit jika tidak di imbangi dengan Tindakan intelektual
yang tepat dan pengendalian emosional.

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja


a) Faktor keluarga : Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan
sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang
kondusif bagi sosialisasi anak.
b) Kematangan : Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk
mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat

19
orang lain, memerlukan kematangan emosional, disamping itu, kemampuan
berbahasa ikut pula menentukan.
c) Status soial ekonomi : Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluargab dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan
memandang anak, bukan sebagai anak yang independent, akan tetapi akan
dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu, “ia anak siapa”.
Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya
akan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
d) Pendidikan : Pendidikan merupakan peroses sosialisasi anak yang terarah.
Hakekatnya pedidikan sebagai proses pengoprasian ilmu yang normatif, akan
memberi warna kehidupan sosial anak di dalam Masyarakat dan luas harus diartikan
bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan
kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan Pendidikan atau sekolah.
e) Kapasitas mental (emosi dan intelegensi) : Kemampuan berpikir mempengaruhi
banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak
yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan bahasa secara baik, dan
pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasialan dalam
perkembangan sosial anak.
3. Pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku

Dalam perkembangan sosial para remaja dapat memikirkan perihal dapat


memikirkan perihal dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri,
yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang
lain. Hasil penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui orang lain, bahkan sering
terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikan atau merahasiakannya. Dengan
refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak sepenuhnya diterima,
karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep dirinya yang tercermin
sebagai suatu kemugkinan bentuk tingkah laku sehari – hari.

4. Perbedaan individu dalam perkembangan sosial

Bergaul dengan sesame manusia atau bersosialisai dilakukan oleh setiap orang, baik
secara individual maupun bekelompok. Dilihat dari berbagai aspek, terdapat perbedaan
individual manusia, yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya. Remaja
yang telah memulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah
mempelajari pola – pola sosial yang sesuai dengan keperibadiannya.

20
5. Upaya pengembangan hubungan sosial remaja dan implikasinya dalam
penyelenggaraan Pendidikan

Remaja dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang
terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Ia atau mereka belum memahami benar
tentang norma – norma sosial yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat. Keduanya
dapat menimbulkan hubungan sosial yang kurang serasi, karena ia (mereka) sukar untuk
menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Penciptaan
kelompok sosial remaja perlu di kembangkan untuk memberikan rangsangan kepada
mereka kearah perilaku yang bermanfaat dan dapat di terima khalayak. Kelompok
olahraga koperasi, kesenian dan semacamnya di bawah asuhan para pendidik di sekolah
atau para tokoh masyarakat di dalam kehidupan masyarakat perlu banyak dibentuk.
Khusus di dalam sekolah perlu sering diadakan kegiatan bakti sosial, bakti karya, dan
kelompok – kelompok belajar di bawah asuhan para guru pembimbing kegiatan ini
hendaknya dikembangkan.

2.5 Perkembangan Bahasa

Semua manusia yang normal dapat menguasai bahasa, sebeb sejak lahir manusia
mempunyai kesiapan dan kemempuan untuik mempeljari bahasa dengan sendirinya.
Hal ini terlihat bahwa manusia tidak memerlukan banyak usaha untuk mampu
berbicara. Orang yang dalam jangka waktu lama terus-menerus mendengar suatu
uacapan bahasa, bianaya ia dapat mengucapkan bahas tersebut tanpa instruksi khusus
atau direncanakan. Bahkan peneliti mengenai penguasaaan bahasa meyakini bahwa
anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas dapat menguasai bahas ibu mereka
tanpa diajarkan secara khusus dan tanpa penguatan yang jelas (Rice, 1993 dakam
santrock, 1995)

Kemampuan dalam kesiapan belajar bahasa pada manusia ini segera mengalami
perkembang setelah kelahiranya. Bahkan menurut Havighurst (1984), kemampuan
menguasai bahasa, dalam arti membuat suara suara yang berarti dan berhubungan
dengan orang lain menggunakan suara-suara itu, merupakan suatau tugas yang harus
dicapai pada masa bayi. Hal ini disebebkan oleh urat-urat dan saraf-saraf otot alat bicara
harus berkembangbiak sejak lahir. Oleh karena itu, jauh sebelum bayai berbicara, dia
telah mampu meniru secra efektif nada pembicaraan tertentu. Bahkan bayi yang baru
lahir dapat mensinkronkan gerakan tubuhnya dengan nada pembicraan orang dewasa
(haterington & parke, 1979). Sejak akhir bulan pertama, bayi dapat membedakan suuara
manusia dengan suara-suara lainya, dan pada usia dua bulan mereka merespon secara
berbeda terhadap suara yang berasal dari ibunya dan dari wanita lain yang belum
dikanalnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa bayi, seperti halnya orang dewasa,

21
sudah dapat membedakan antara huruf mati dan huruf konsonan, seperti “pah” dan
“bah” kemampuan ini muncul dari bayi muncul kira-kira satu bulan (Eimas, 1975)

Jadi, bayi sudah menunjukkan kemampuan khusus berbahasa, termasuk menyeleksi


perhatian, membedakan suara, meniru aspek-aspek pembicaraa, mensinkronkan nada
pembicaraan dengan nada yang lebih khusus lagi kemampuan memahami fonem. Bayi
yang berusia satu bulan dapat degan mudah membedakan antar bunyi yang sama dengan
fonem yang berbeda, dan anak-anak dengan mudah mempelajari fonem mana yang
relevan dengan bahasanya. Namun dibutuhkan bagi anak bertahun-tahun untuk
mempelajari bagaimana fonem dapat digabung membentuk suatu kata (Atkinson, et al
1991)(Desmita, 2005).

Perkembangan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan fungsi otak.


Sebgai mana diketahui, otak memeiliki dasar yang fundamental dalam struktur biologis
manusia(Erika Holf, 2009) menyebutnya functional architecture of human brain.
Penelitian neurolinguistics ternyata menyimpulkan bahwa otak memiliki dasar yang
fundamental dalam perkembangan kemampuan berbehasa. Dalam konteks inilah
perkembangan bahasa berkaitan dengan perkembangan manusia sejak dari rentang usia
dini. Menurut Hoff (2009) terdapat empat komponen dalam perkembangan bahasa ujar
anak usia dini, yaitu (1) phonology, (2) lexicon, (3) morphology, (4) syntax, dan (5)
communication.

Phonology adalah suara atau sistem suara yang digunakan dalam bahasa. Lexicon
adalah kosa kata yang memiliki kaitan dengan pengetahuan tertentu. Morphology adalah
sistem yang menggabungkan unit-unit menjadi sebuah makna yang berarti, yaitu kata
dasar yang diberi imbuhan sehingga memiliki arti tertentu. Syntax adalah sebuah sistem
yang menggabungkan kata-kata menjadi sebuah kalimat. Communication adalah
penyampaian pesan secra dialogis. Perkembangan bahas terjadi sangat cepat pada usia
dini, terutama pad usia dua tahun, yang disebut masa keemasan.

Perkembangan bahasa menurut Seelfeld dan Barbour (1990) juga terjadi secara
bersamaan dengan perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan fisik anak terutama pada
masa anak usia dini, menurut Selfeed dan barbour adalah:

1. Infancy (sejak lahir-1 tahun)


2. Toodler (1-3 tahun )
3. Preschooler (3-4 tahun)
4. Early primary (5-6 tahun)
5. Late primary (7-8 tahun)

(surna & panderiot, 2014)

22
1. Faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa

Berbahasa terkait erat dengan pergaulan.oleh karena itu, perkembanganya


dipengaruhi dengan beberapa faktor,pada perkembangan bahasa terdapat 2 faktor yang
mempengaruhinya, yaitu faktor biologis, umur dan kecerdasan anak, dan faktor
lingkungan.

1. Faktor biologis

Ada beberapa faktor komponen dalam membahas faktor biologis diperkembangan


bahasa diantaranya:

 Evolusi Biologis

Para ahali percaya bahwa evolusi biologis membentuk manusia dalam makhluk
linguistik.berkenaan dengan evolusi biologis, otak, sistem saraf dan sitem vokal berubah
selama beratus-ratus ribu tahun. Diperkirakan manusia mendapat bahasa berfariasi
selama beribu-ribu tahun lalu.

 Ikatan Biologis

Anak-anak dilahirkan didunia dilengkapai dengan alat pemerolehan bahasa


(languageacqustion device=LAD) yaitu ikatan biologis yang memungkinkan anak
mendeteksi bahasa tertentu. LAD adalah suatu kemampuan gramatikal yang dibawa
sejak lahir yang mendasari semua bahasa manusia.

 Peranan Otak dalam perkembangan bahasa

Berdasarkan hasil penelitian Gazzaniaga dan Sperry bahwa proses bahasa itu
dikontrol oleh belahan otak sebelah kiri. Jadi apanila ada manusia yang mengalami
gangguan otak terutama bagian kiri, pasti dia akan sulit untuk melakukan
perkembangan bahasa. Karena pada otak kiri manusia terdapat suatu area yangbernama
“wernick`s area” yang berfunsi untuk pemhaman bahasa. Dan apabila kerusakan otak
pada seseorang terjadi pada area ini sering terjadi pembicaraan yang tidak berarti atau
mengoceh.

 Periode Kritis belajar bahasa

Masa yang sangat penting untuk mengembangkan bahasa adalah pada usia sebelum
12 tahun. Untuk memahami periode kritis ini belajar bahasa kita dapat melihat contoh
dimana ada seorang anak yang dari kecil dibesarkan dilingkungan yang salah. Dia
dibesarkan oleh keluarga dengan cara kekerasan dan tidak diajarkan bahasa sama sekali,

23
sehingga dia tidak bisa berbicara dalam umur 12 tahun lebih. Dan ketika ditemukan dan
anak itu diberikan latihan untuk berbicara, dia hanya mampu mengucapkan beberapa
kata saja.

Dengan kejadian ini kita tahu mengajar bahasa pada anak-anak harus pada usia dini,dan
tidak hanya melihat dari faktor biologis saja, tetapi harus melihat faktor lingkungan,
karena merupakan faktor penting dalam pengembangan bahasa.

2. Umur dan Kecerdasan anak

Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambah


pengalaman dan meningkat kebutuhanya. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan
dengan pertemabahan pengalamn dan kebutuhanya. Faktor fisik akan mempengaruhi
sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara kerja otot-otot untuk
melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang
menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan
dibarengi dengan tingkat intelektual anak akan mampu menunjukkan cara
berkomunikasi dengan baik.

Untuk menuri lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan, dan mengenal tanda-
tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan motorik
seseorangberkorelasi positif dengan kemampuan intelektual atau tingkat berfikir.
Ketetapan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan
menyusun kalimat.

1. Faktor Lingkungan

Seperti yang kita tahu bahwa belajar bahasa kita tidak dapat melakukan dalam
keadaan sepi tetapi kita membutuhkan interaksi dengan orang lain. Terdapat beberapa
hal yang penting dalam perkembangan bahasa yaitu perubahan kultural dan konteks
sosiokultural bahasa, dukungan terhadap bahasa dan pandangan behavioral.

 Perubhan kultural dan konteks sosiokultural bahasa

Kekuatan sosial membuat manusia untuk lebih mengembangkan cara kumunikasi


dengan orang lain. Konteks sosiokultural terus-menerus memainkan suatu peranan
penting dalam perkembangan bahasa pada akhir-akhir ini. Vygosky mengemukakan
bahwa peranan orang dewasa sangat penting untuk membantu perkembangan bahasa
anak. Serta psikologi lain, jadi begitu besar peranan orang tua, atau guru dalam
perkembangan bahasa anak, agar anak mencapai perkembangan yang optimal.

24
 Dukungan sosial untuk perkembangan bahasa

Terdapat dukungan sosial dalam perkebangan bahasa anak yaitu:

a) Motherese yaitu cara seorang ibu dalam berkomunikasi dengan bayi. Serta dengan
kata-kata dan kalimat-kalimat sederhana.motherese sulit dilakukan tanpa
adanyabayi, tetapi motherese mempunyai peranan penting dalammempermudah
perkembangan bahasa anak sejak usia dini.
b) Recasting yaitu membuat frase yang sama dari suatu kalimat dengan cara berbeda,
mungkin dengan cara mengemukakanya dalam pertanyaan.
c) Echoing yaitu mengulang apa yang akan dikatakan dengan kita, terutama jika kata-
kata tersebut belum benar.
d) Expanding yaitu menyakan kembali apa yang anak katakan kepada kita dengan
linguistik yang lebih baik.

Orang tua dan guru merupakan komponen penting dalam perkembangan bahasa
anak, karena perananya sebagai model bahasa dan mengoreksi atas kesalahan anak. Jadi
apanila orang tua dan guru dapat berperan aktif, maka anak akan mengalami
perkembangan bahasa yang positif.

2.6 Perkembangan Social Dan Bahasa

Perkembangan sosial dan bahasa pada peserta didik adalah dua aspek yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan sosial sendiri
melibatkan kemampuan peserta didik untuk berinteraksi dengan orang lain dan
menggembangkan hubungan sosial yang sehat. Pada tahap awal perkembanganya,
peserta didik biasanya berfokus pada hubuangan dengan keluarga terdekat, seperti orang
tua dan saudara. Namun, seiring bertambahnya usia, mereka mulai mengembangkan
hubungan dengan teman sebaya, guru, dan orang-orang disekitarnya.

Peserta didik belajar mengenali peran dan norma sosial melalui interaksi dengan
orang lain. Mereka belajar tentang kebiasaan, nilai dan aturan yang berlaku pada
masyarakat. Kemampuan berempati dan berbagi perasaan juga berkembang pada tahap
ini. Selain itu, peserta didik juag belajar mengelola konflik dan belajar bekerja sama
dalam situasi kelompok.

Seiring bertambahnya usia, peserta didik mengembangkan ketrampilan berbahasa


yang lebih kompleks,seperti pemhaman kata-kata yang lebih abstrak, penggunaan tata
bahasa yang lebih tepat, dan kemampuan berbicara dengan konteks yang lebih luas.
Mereka juga belajar membaca dan menulis, yang membuka kemungkinan komunikasi
yang lebih luas dan lebih mendalam.

25
Oleh karena itu perkembangan sosial dan bahasa saling mempengaruhi. Kemampuan
komunikasi yang baik memfasilitasi interaksi sosial yang sehat, sementara interaksi
sosial yang positif juga mendukung perkembangan bahasa yang baik. Manusia tumbauh
dan berkembang di dlama lingkungan. Lingkunagan itu dapat dibedakan atas
lingkunagn fisik dan lingkungan sosial, lingkungan sosial banyak mempengaruhi
terhadap pembentuka aspek kehidupan, tarutama kehidupan sosiopsokologis. Manusia
sebagai makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan sesama manusia. Bersosialisasi
pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan
sosial, bagaimana seseorang hidup dalam kelompoknya, baik dalam kelompok kecil
maupun kelompok masyarakat luas. Interaksi seseorang dengan orang lain di awali
sejak saat bayi lahir, dengan cara yang amat sederhana, sepanjang kehidupanya pola
aktivitas sosial anak sudah terbentuk. Menurut Piaget interaksi sosial anak pada tahun
pertama sangat terbatas, terutama hanyan dengan ibunya, kebutuhan bergaul dan
berhubungan dengan orang lain, telah mulai dirasakan sejak umur enam bulan, disaat
anak itu telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya
anak mulai menganal dan membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti
marah (tidak senang mendengar suara keras)dan kasih sayang. Akhirnya setiap orang
menyadari bahwa manusia saling membutuhkan.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat kita simpulkan mengenai penyebab perubahan fisik mengartikan bahwa telah
terjadi tumbuh kembang pada anak, hubungan intelek, pekembangan sosial, bakat
khusus, perkembangan bahasa dan, perkembangan sosial dan bahasa, intelek adalah
kecakapan mental yang menggambarkan kemampuan berpikir. Perkembangan sosial
adalah peroses penyesuaian diri yang mempengaruhi tingkah laku, bakat khusus adalah
merupakan salah satu kemampuan seseorang, perkembanagn bahasa adalah sebuah
peroses berkembangnya kemampuan seseorang untuk memahami dan mengucapkan
sebuah kata perkembangan sosial dan perkembangan bahasa kaitannya sangat erat
keduannya karena bahasa mengalami hubungan sosial berinteraksi dengan orang lain.

Jadi kesimpulannya dari pembahasan tersebut dari perubahasan fisik, hubungan


intelek, perkembangan sosial, bakat khusus, perkembangan bahasa, perkembangan
sosial dan bahasa sangat erat satu sama lain kaitannya.

3.2 Saran

Saran dari kelompok kami bahwa seorang orang tua beserta seorang guru harus
dapat mengenali ciri – ciri perubahan fisik, hubungan intelek, perkembangan sosial,
bakat khusus, perkembangan bahasa, perkembangan sosial dan bahasa agar suatu saat
dapat mengatasi masalah yang timbul.

27
DAFTAR PUSTAKA

(Ali.M., & Asrosiri, n.d.)Ali.M., & Asrosiri, M. (2009). Psikologi Remaja


Perkembangan Peserta Didik. PT Bumi Aksara.

(Amalia et al., 2019)Amalia, E. R., Rahmawati, A., & Farida, S. (2019). Meningkatkan
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Dengan Metode bercerita. Ikhac, 1(1), 1–
12.

Anggraini, N. (2021). Peranan Orang Tua Dalam Perkembangan Bahasa Anak Usia
Dini. Metafora: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra, 7(1), 43.
https://doi.org/10.30595/mtf.v7i1.9741.

(Desmita., n.d.)Desmita. (2005). Psikologi perkembangan. PT. Remaja Rosdakarya.

Djaali. (2007). Psikologi Pendidikan. PT. Bumi Aksara.

Sunarto, H., dan N. B. A. H. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Rineka Cipta.

28

Anda mungkin juga menyukai