Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KETERAMPILAN BERBICARA

KECEMASAN DALAM BERBICARA


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Yang Di Ampuh Oleh Ibu Widya
Gusvita

kode matakuliah : UNO3110

Disusun Oleh

Kelompok 3

Muhammad Heru Adriansyah (2210310009)


Muhammad Shofi Alfiyani (2210310010)
Qikal Istika Azkia (2210310013)

UNIVERSITAS TANGGERANG RAYA


JURUSAN SASTRA INDONESIA
KOTA TANGERANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “kecemasan dalam berbicra”
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah keterampilan berbicara selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang kecemasaan dalam berbicara bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu widya gusvita , selaku Kuliah
keterampilan berbicara . Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 9 maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….. i
kata pengantar………………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...iii

BAB I………………………………………………………………………………... 1
Pendahuluan………………………………………………………………..………... 1
1.1 Latar belakang…………………………………………………………..……….. 1
1.2 Rumus masalah ………………………………………………………..………… 1
1.3 Maksud dan tujuan………………………………………………………….…… 1

BAB II…………………………………………………………………………….…. 2
2.1 pengertian kecemasan berbicara ………..……………………………………... 2
2.2 jenis jenis ganguan kecemasan …………………………………………….....3
2.3 Ciri - ciri ganguan kecemasan………..…..………………………………….4
2.4 Sebab Sebab Kecemasan Berbicara……………………………………….5
2.5 Macam-macam gangguan kecemasan . ………..……………….…………….6
2.6 aspek aspek kecemasan berbicara ……………………. ……………………7
2.7 Faktor faktor kecemasan berbicara …………………….………………... 8
2.8 Cara Mengatasi Gangguan Kecemasan……………………………….. 9

BAB III……………………………………………………………………………..… 10
3.1 Kesimpulan………………..…………………………………………………….... 10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 11

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Setiap orang bisa berbicara, tetapi tidak setiap orang dapat berbicara baik dan
komunikatif di depan umum. Berbicara adalah cara seseorang berkomunikasi
dengan orang lain untuk menyampaikan sesuatu yang diinginkan. Komunikasi
adalah cara manusia berinteraksi dengan manusia lain. Berkomunikasi dengan
orang lain merupakan situasi yang hampir terjadi di seluruh proses kehidupan.
Komunikasi menentukan kualitas kehidupan manusia, dan memiliki kemampuan
berkomunikasi yang efektif sangatlah diperlukan, untuk menyam– paikan ide,
gagasan dan pengetahuan kepada masyarakat. Kenyataan yang terjadi selama ini
berbeda, kemampuan berkomunikasi kurang dimiliki oleh banyak mahasiswa,
mereka masih takut bila mendapatkan kesempatan berkomunikasi tampil di depan
umum. Salah satu skill yang harus dikuasai mahasiswa adalah kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain. Rakhmat (2008) mengungkapkan bahwa tidak
ada individu yang mampu hidup normal tanpa adanya proses komunikasi atau
berbicara dengan orang lain.

1.2 Rumus Masalah

a) Apa itu kemasan berbicara ?


b) Apa jenis jenis kecemasan berbicara ?
c) Apa saja ciri ciri keganguan kecemasan berbicara ?
d) Sebab Sebab Kecemasan Berbicara ?
e) Macam-macam gangguan kecemasan ?

1.3 maksud dan tujuan

a) Untuk memahami kecemasan berbicara


b) Untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang mempengaruhi kecemasan
berbicra
c) Untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat membantu kita dalam
menghadapi kecemasan dalam berbicara

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keemasan berbicara

Kecemasan berbicara di depan umum merupakan keadaan tidak nyaman yang


sifatnya tidak menetap pada individu. Keadaan tidak nyaman tersebut dialami
ketika membayangkan akan tampil berbicara di depan umum, saat menjelang
berbicara di depan umum dan pada saat sedang melaksanakan berbicara di depan
orang banyak. Davidoff (1991) menjelaskan kecemasan adalah emosi yang
ditandai oleh pera– saan bahaya, ketegangan dan distres yang diantisipasikan oleh
timbul– nya sistem saraf yang simpatetik. Chaplin (2000) mendefinisikan
kecemasan sebagai perasaan campuran berisi ketakutan dan kepriha– tinan
mengenai rasa-rasa mendatang tanpa sebab khusus terjadinya ketakutan tersebut.

Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu
tertentu dalam kehidupannya. Menurut Ramaiah (2003) kecemasan merupakan
reaksi normal terhadap situasi yang sangat me– nekan kehidupan seseorang dan
hal tersebut tidak berlangsung lama. Rogers mendefinisikan kecemasan sebagai
keadaan tidak nyaman atau ketegangan yang sebabnya tidak diketahui. Alwisol
(2009) mengemu– kakan bahwa kecemasan akan berubah menjadi ancaman dan
mencip– takan ketegangan dan rasa tidak menyenangkan. Dan menurut Ima– wati
(2011) bahwa kecemasan adalah kondisi perasaan tertekan dan cemas pada saat
berbicara di muka umum atau di depan banyak orang.

Pada umumnya, kecemasan menurut Hartono (2012) bersifat subyektif yang


ditandai dengan adanya perasaan tegang, khawatir, ta– kut dan disertai adanya
perubahan fisiologis, seperti peningkatan de– nyut nadi, perubahan pernafasan dan
tekanan darah. Mahasiswa mengalami kecemasan bila menghadapi situasi yang
membahayakan dirinya, seperti saat menghadapi ujian yang dianggap sulit, belum
mendapatkan persetujuan pada saat revisi skripsi dan sebagainya.
Kecemasan tidak selalu berdampak negatif pada diri individu, tetapi kecemasan
dapat juga berdampak positif bagi individu. Kecemasan yang berdampak positif
bagi individu, apabila kecemasan bermanfaat untuk memotivasi kita
meningkatkan semangat belajar dengan baik. Sebaliknya kecemasaan yang
berdampak negatif apabila, tingkat– annya tidak sesuai dengan proporsi ancaman.

Kecemasan yang datangnya tiba-tiba, membuat rasa tidak nyaman dan


menimbulkan kegelisahan, kegundahan dan kegusaran. Perasaan cemas tersebut,
terkadang membuat individu ingin lari menghindar dari permasalahan atau
keadaan yang sedang dialami. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rosjidan
(1988) yang mengungkap– kan kecemasan berdasarkan pada fenomenologi,
merupakan keadaan yang dirasa menggusarkan atau ketegangan yang sebabnya
tidak diketahui.

2
2.2 jenis jenis ganguan kecemasan

1. Gangguan Kecemasan Berpisah (Separation Anxiety Disorder)


Gangguan Kecemasan Berpisah Adalah Salah Satu Gangguan Kecemasan Pada Anak-
Anak Yang Sering Terjadi. Meski Begitu, Kondisi Ini Juga Bisa Dialami Oleh Orang
Dewasa. Kondisi Yang Juga Disebut Separation Anxiety Disorder Ini Ditandai Dengan
Rasa Takut Yang Terus-Menerus Saat Berada Jauh Dari Rumah Atau Orang Terdekat,
Seperti Orangtua. Biasanya, Pengidap Gangguan Kecemasan Ini Merasa Sangat Tertekan
Dan Kesulitan Untuk Pergi Ke Sekolah Atau Tempat Kerja Karena Perpisahan Yang
Dialaminya.

2. Bisu Selektif ( Selective Mutism )


Pernahkah Anda melihat seseorang tiba-tiba tidak dapat berbicara pada situasi
sosial tertentu? Kondisi ini mungkin disebabkan oleh bisu selektif atau selective
mutism.Pengidap selective mutism akan memilih untuk diam ketika harus
berbicara dengan orang baru. Namun, ia mungkin tidak bermasalah saat berbicara
dengan orangtua atau teman dekatnya.Bisu selektif lebih umum terjadi pada anak-
anak daripada orang dewasa. Kondisi ini biasanya muncul dalam tahapan penting
kehidupan anak, misalnya masa prasekolah.

3. Agorafobia (Agoraphobia)
Rasa takut dan kecemasan berlebih pada situasi yang membuat Anda
sulit melarikan diri atau tidak bisa meminta pertolongan disebut
agorafobia. Agoraphobia sering dikaitkan dengan gangguan kecemasan
yang timbul saat berada di tempat yang ramai dan terbuka, seperti lift,
mal, bioskop, dan transportasi umum. Kondisi ini membuat pengidapnya
merasa tidak aman sehingga butuh kerabat atau teman untuk
mendampingi. Pada kasus parah, ia mungkin tidak mau meninggalkan
rumah.
4. Fobia spesifik (fobia)

Seseorang bisa menunjukkan rasa takut berlebihan pada hewan, benda,


atau situasi tertentu. Jenis gangguan kecemasan ini disebut fobia
spesifik. Fobia bisa memengaruhi berbagai aspek kehidupan Anda.
Pasalnya, orang yang mengidap penyakit mental ini akan terus mencoba
menghindari hal-hal yang memicu rasa takutnya. Fobia spesifik biasanya
terbentuk saat masih anak-anak atau remaja. Kondisi ini mungkin
memburuk saat dewasa bila tidak ditangani dengan baik.

2.3 Ciri - ciri ganguan kecemasan


1. Memiliki Kecemasan Berlebih

Salah satu gejala gangguan kecemasan yang paling khas ditandai dengan
timbulnya rasa cemas berlebih. Dimana kecemasan yang dirasakan ini
berlangsung setiap hari, setidaknya selama 6 bulan hingga membuat penderitanya
sangat sulit berkonsentrasi dan menyelesaikan tugas hariannya.

2. Agitasi

Seseorang dengan gangguan kecemasan sering mengalami agitasi, yakni suatu


bentuk gangguan psikomotor yang memiliki karakterisasi berupa gerakan yang
tidak jelas.

Misalnya seperti berjalan bolak-balik dalam satu ruangan tanpa alasan, mengetuk
jari-jari kaki, memeras-meras tangan hingga yang dapat membahayakan seperti
menggigit dan merobek kulit bibir.

3. Bergulat dengan Gangguan Tidur

Kerap bangun di tengah malam dan kesulitan tidur menjadi dua hal yang sering
dilaporkan sebagai gejala gangguan kecemasan pada banyak penderitanya.
Kondisi ini berlangsung secara kronis dan hanya akan membaik bila saja
penderitanya melakukan pengobatan.

4. Cenderung Menghindari Kehidupan Sosial

Seseorang dimungkinkan memiliki gangguan kecemasan bila didalam dirinya


ditemukan tanda-tanda seperti merasa khawatir atau takut selama berhari-hari
menjelang peristiwa tertentu, takut dinilai/dikritik oleh orang lain, berpikir akan
dipermalukan atau dihakimi dan berbagai perasaan sejenis yang membuatnya
ingin menjauh dari kehidupan sosial.

Orang dengan kecemasan sosial juga cenderung nampak sangat pemalu


dan pendiam ketika berada dalam suatu kelompok atau ketika bertemu
dengan orang baru. Terlihat biasa saja dari luar, meski di dalam dirinya
merasakan ketakutan dan ketidaknyamanan yang cukup ekstrem.

5. Kerap Merasakan Serangan Panik

Serangan panik dapat menghasilkan perasaan takut yang sangat intens


selama beberapa menit disertai dengan gejala fisik yang tak
menyenangkan seperti jantung berdebar, sesak napas, tangan
kesemutan atau mati rasa, mual, lemas, pusing dan berkeringat dingin.
Bila serangan panik ini kerap berulang kali dirasakan, maka penderitanya
dapat didiagnosis dengan gangguan kecemasan.

2.4 Sebab Sebab Kecemasan Berbicara

Penyebab kecemasan berlebih hingga kini memang belum diketahui dengan pasti.
Namun, ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab cemas berlebihan.

 Faktor keturunan

Rasa kecemasan berlebih dapat disebabkan oleh faktor keturunan. Psikolog dari
University of Cleveland menyebutkan bahwa 30-40% gangguan kecemasan sosial
terkait dengan faktor genetik.

 Pernah mengalami bullying atau kekerasan

Penelitian menunjukkan bahwa gejala kecemasan berlebih bisa dimulai sejak usia
8 tahun. Jika ditarik garis ke belakang, biasanya terkait dengan pelecehan,
kekerasan, atau perundungan (bullying) yang dialami seseorang.

 Stres

Stres dan faktor lingkungan yang tidak mendukung juga bisa memicu perasaan
kecemasan berlebih. Contohnya, ketika seorang anak kerap mengalami tekanan
saat sekolah atau bahkan di lingkungan keluarga. Selain itu, mengalami beban
berat yang berkepanjangan, misalnya akibat tekanan batin, masalah keluarga, atau
kesulitan keuangan, juga dapat menjadi penyebab kecemasan berlebih.

5
2.5 Macam-macam gangguan kecemasan

1. Generalized anxiety disorder (GAD)


GAD merupakan gangguan yang kronis dengan melibatkan rasa cemas berlarut
dan berkepanjangan atas peristiwa, benda, bahkan kondisi yang tidak spesifik.
Gejala gangguan kecemasan ini paling umum terjadi dan biasanya pengidap tidak
dapat mengetahui penyebab gangguan kecemasan yang mereka alami. Berikut
adalah beberapa gejala GAD yang perlu Anda pahami: Gemetar dan keringat
dingin Otot tegang Pusing dan sakit kepala Sering merasa lelah Sesak napas
Mudah marah Susah tidur Dada berdebar-debar Merasa sering ingin berkemih
Tidak nafsu makan

2. Gangguan panik/panic disorder Serangan

singkat atau teror yang berkelanjutan merupakan salah satu ciri dari panic
disorder. Pengidapnya akan mengalami rasa gemetar, kebingungan, pusing, mual,
bahkan kesulitan bernapas. Panic disorder atau sering merasa panik ini dapat
dengan cepat meningkat setelah 10 menit terjadi, bahkan dapat berlangsung
selama berjam-jam. Berikut adalah beberapa gejala yang umumnya muncul saat
terjadi gangguan panik: Berkeringat Palpitasi (berdebar-debar) Merasa seperti
tersedak atau sesak di dada Gemetar Nyeri dada Merasa seperti mengalami
serangan jantung Ketakutan Merasa seperti tidak berdaya.

3. fobia.

Fobia adalah salah satu gangguan kecemasan yang umum kita dengar. Ini
merupakan rasa ketakutan yang tidak rasional dan respons untuk menghindari
suatu objek atau keadaan. Fobia tentunya berbeda dari bentuk gangguan lainnya,
karena berhubungan dengan penyebab yang lebih spesifik. Ketakutan pengidap
fobia biasanya dianggap tidak penting bagi orang lain. Misalnya, ketakutan pada
seekor kucing atau sebuah balon. Ketika melihat atau berada di dekat objek
tersebut, Anda bisa mengalami serangan panik atau rasa takut yang hebat.

4. Gangguan kecemasan sosial

Gangguan kecemasan sosial atau disebut juga fobia sosial merupakan salah satu
gangguan pada seseorang yang merasa takut dianggap negatif oleh lingkungan
sekitarnya. Gejala gangguan kecemasan ini bisa berupa demam panggung,
ketakutan akan keakraban dengan orang lain, atau takut mendapatkan hinaan.
Berikut adalah gejala gangguan kecemasan sosial yang perlu kita ketahui Takut
atau enggan untuk berinteraksi dengan orang lain, terutama orang yang tidak
dikenal Merasa malu dan takut untuk bepergian ke luar rumah atau berada di
tempat umum.

6
2.6 aspek aspek kecemasan berbicara
Menurut david sue, ddk (2019 : 117 ) membagi kecemasan membagi kecemasan
dalam bentuk reaksi kecemasan, yang dibagi menjadi empat aspek yang merujuk
pada gejala gejala yang mungkin dihadapi oleh pelajar saat mereka cemasan
menghadapi ujian , yaitu :

a) Reaksi konektif , bentuk sangat bervariasi mulai dari rasa khawatir yang
ringan sampai dengan rasa panik reaksi ini muncul berupa kesukaran dalam
konsentrasi, sukar membuat keputusan dan sulit tidur

b) Reaksi motorik, berupa rasa gelisa, melangkah tidak menentukan atau modar
mandir ,menekan nekan ruas ruas jari .

c) Reaksi somantik, meliputi reaksi fisik dan biologis seperti nafas tersendat
sendat , mulut kering , tanfan dann kaki dingin, sakit perut sering buang air
kecil, pusing, jantung berdebar, tenakan darah meningkat.

d) Reaksi efektif , berupa kegelisaan dan kekhawatiran kecemasan menghadapi


ujian akan mempengaruhi keadaaan seseorang yang ditujukan dengan
tibulnya reaksi reaksi fisik maupun psikis yang menyebabkan hilangnya
konsentrasi dan tergangunya performa sesorang siswa saat mempersiapkan
dan mengerjakan tugas.

7
2.7 Faktor faktor kecemasan berbicara
Faktor Penyebab Kecemasan Brbicara Horwitz (1986: 127) menyebutkan bahwa
ada empat faktor penyebab kecemasan berbicara dalam bahasa asing, yaitu
sebagai berikut.

1. Ketakutan berkomunikasi

Ketakutan dalam berkomunikasi seperti perasaan malu, segan, dan takut, adalah
suatu keadaan dimana kita lebih banyak merasa dugaan negatif yang mengisi
pikiran kita ketika berkomunikasi dengan orang lain.

2. Kecemasan akan tes

Kecemasan ini berdasarkan ketakutan seseorang apabila melakukan suatu


kesalahan dalam tes.

3. Ketakutan pada evaluasi negatif

Perasaan ini muncul karena cemas dan takut terhadap evaluasi dari orang lain,
menghindari evaluasi, dan pemikiran bahwa orang lain akan berpendapat negatif
pada setiap hal yang dilakukan oleh diri sendiri.

4. Kecemasan dalam kegiatan kelas

Kecemaan dalam kegiatan kelas meliputi pendapat pembelajar akan kegiatan kelas
secara umum

8
2.8 Cara Mengatasi Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan ada bermacam-macam, mulai dari gangguan kecemasan
menyeluruh, serangan panik, hingga fobia. Meski masing-masing gangguan
kecemasan memiliki karakteristik yang berbeda, secara umum kondisi ini dapat
ditangani dengan psikoterapi dan obat-obatan. obat dapat bereaksi, ada beberapa
cara sederhana yang dapat dilakukan secara mandiri dan telah terbukti dapat
mengurangi gejala gangguan kecemasan yang muncul, yaitu:
1. Menarik napas dalam
Saat menarik napas dalam-dalam, tubuh menjadi lebih rileks dan aktivitas saraf
penyebab kecemasan di otak dapat berkurang. Ada pula teknik pernapasan yang
bisa Anda lakukan sebagai cara mengatasi gangguan kecemasan. Caranya, tarik
napas selama 4 detik, kemudian tahan selama 7 detik, lalu lepaskan kembali
perlahan-lahan dalam 8 detik. Lakukan beberapa kali hingga pikiran lebih tenang.

2. Memusatkan pikiran pada aktivitas yang dijalani


Ketika merasa cemas, fokus Anda akan terganggu. Jika ini terjadi, cobalah untuk
kembali fokus pada hal yang akan dilakukan, misalnya jika ada jadwal
membersihkan rumah, lakukanlah. Jika ada jadwal berkumpul dengan teman-
teman, pergilah. Duduk diam tanpa melakukan apa pun dan hanya fokus pada
kekhawatiran tentang hal-hal yang mungkin terjadi justru akan memperburuk rasa
cemas.

3. Menerapkan metode 5-4-3-2-1


Saat gangguan kecemasan menyerang, lihatlah lingkungan sekitar dan sebutkan 5
benda yang ada di sekeliling Anda. Selanjutnya, sebutkan 4 benda yang bisa Anda
sentuh. Setelah itu, diam sejenak dan sebutkan 3 suara yang Anda dengar.
Lanjutkan dengan menyebutkan 2 bau yang bisa Anda hirup. Terakhir, kenali 1
rasa yang ada di lidah Anda. Cara mengatasi gangguan kecemasan yang satu ini
diyakini dapat menghentikan pikiran negatif yang membuat Anda gelisah.

4. Menghindari minuman berkafein dan beralkohol


Cara mengatasi gangguan kecemasan berikutnya adalah dengan menghindari
konsumsi minuman beralkohol dan berkafein. Alkohol memang dapat
memberikan efek rileks dalam jangka pendek. Namun, jika dikonsumsi terlalu
sering atau berlebihan, alkohol justru dapat memperparah gangguan kecemasan.
Tidak hanya alkohol, konsumsi kafein dalam bentuk kopi maupun teh juga dapat
memicu dan memperburuk gejala kecemasan.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulannya

Konsep diri berpengaruh secara signifikan terhadap kecemasan berbicara di depan


umum pada mahasiswa KKN ke-64 tahun 2015 Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Walisongo Semarang. Artinya, semakin tinggi konsep diri maka semakin
rendah kecemasan berbicara di depan umum. Sebaliknya, semakin rendah konsep
diri maka semakin tinggi kecemasan berbicara di depan umum. Sumbangan
pengaruh konsep diri terhadap kecemasan berbicara di depan umum sebesar
51,9%, sedangkan sisanya 48,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar
penelitian. Kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kecemasan
berbicara di depan umum pada mahasiswa KKN ke-64 tahun 2015 Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang. Artinya, semakin tinggi
kecerdasan emosional maka semakin rendah kecemasan berbicara di depan
umum. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosional maka semakin tinggi
kecemasan berbicara di depan umum.

3.2 Saran

Untuk para dosen iharapkan bisa membantu mahasiswa meningkatkan konsep diri
dan kecerdasan emosionalnya dengan memberi pemahaman pentingnya konsep
diri dan kecerdasan emosional dalam mengurangi kecemasan berbicara di depan
umum. pada umumnya diharapkan untuk meningkatkan konsep diri dan
kecerdasan emosionalnya dalam menunjang keberhasilan komunikasi dan
mengatasi kecemasan berbicara di depan umum.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2009, Psikologi Kepribadian, UMM, Press. Malang.

Andrianto, B. 2008, Kecemasan Presentasi ditinjau dari Ketrampilan Komunikasi


dan Kepercayaan Diri pada Mahasiswa, Skripsi Tidak dipublikasikan Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta.

Anwar, A.I.D. 2009, Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Berbicara


di Depan Umum pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara.
Sumatra Utara: Skripsi Tidak dipublikasikan Universitas Sumatra Utara.

Apollo. 2007, Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasan Berkomunikasi


Secara Lisan pada Remaja. Manasa . Vol 1, No 1, Juni 2007 (17-32).

Arikunto, S. 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka


Cipta, Jakarta. Aryati, L. 2004, Panduan untuk Menjadi MC Profesional.

Gramedia Pustaka, Jakarta. Azwar, S. 2012, Penyusunan Skala Psikologi. Edisi 2.


Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Azwar, S. 2012, Reliabilitas dan Validitas. Edisi 4. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.


Bandura, A. 1986, Social foundation of Thought and Action: A Social Cognitive
Teory.

Prentice Hall, Englewood Cliffs, NJ. Bandura, A. 1997, Self-Efficacy. The


Exercise of Control. US, New York. Baron, R.A and Byrne, P. 2000, Social
Psychology: Understanding Human Interaktion.

Allyn and Bacon Inc, Boston. Carlos, M; Zamralita dan Nisfiannoor, M. 2006,
Hubungan antara Self Efficacy dan Prestasi Kerja Karyawan Marketing.

Phronesis . Vol 8, No 2 (196-206). Chapel, V. 2004, 50 Tip Menjadi Pembicara


Profesional. Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai