Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENAMAAN DALAM KAJIAN SEMANTIK

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah semantik

Dosen Pengampu : Widya Gusvita M. Pd,.


Kode : SBI1123

Oleh:
Muhammad Shofi Alfiyani 2210310010

KELAS 4A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANGERANG RAYA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Widya Gusvita M.Pd,. Sebagai
dosen pengampu mata kuliah semantik yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Tangerang,20 Maret 2024

Penulis

II
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 2
1.4 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 2
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Penamaan …………………..................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Penamaan ………………………………………………. 3
2.2 Sebab-Sebab dan Latar Belakang Penamaan ………………………....... 4
2.2.1 Peniruan Bunyi……………………………………………………… 4
2.2.2 Penyebutan Bagian………………………………………………….. 4
2.2.3 Penyebutan sifat Khas ……………………………………………… 4
2.2.4 Penemu dan Pembuat……………………………………………….. 5
2.2.5 Tempat Asal………………………………………………………… 6
2.2.6 Bahan……………………………………………………………….. 6
2.2.7 Keserupaan………………………………………………………….. 6
2.2.8 Pemendekan………………………………………………………… 7
2.2.9 Penamaan Baru……………………………………………………... 7
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 8
3.2 Saran……………………………………………………………………. 8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 9

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia bahasa, kita sering menggunakan kata-kata untuk menyampaikan
suatu ucapan yang mengandung makna, maka dari itu karena seringnya menggunakan
itu, perlu kita ketahui dengan benar apa yang sepatutnya kita ucapkan itu sudah sesuai
dengan tatanan bahasa atau ilmu bahasanya, dan ilmu semantik ini adalah ilmu yang
dimana sangat sesuai untuk membahasa itu. Semantik merupakan cabang ilmu
linguistik yang mempelajari makna kata-kata tersebut. Salah satu dari pembahasan
ilmu semnatik ini adalah penamaan yang nantinya saya akan jelaskan dengan terperinci
dalam tulisan makalah ini.
Penamaan mengacu pada cara kita memebari label atau nama pada objek,
konsep, atau fenomena disekitar kita, sementara pendefinisian bagaimana kita
menjelaskan atau merumuskan makna dari katakata tersebut. Penamaan, pengistilahan,
dan pendefinisian adalah proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada suatu
referen (KBBI, 1990: 939). Referen adalah benda atau orang tertentu yang diacu oleh kata atau
untaian kata dalam kalimat atau konteks tertentu. Penamaan atau pemberian nama adalah soal
konvensi atau perjanjian belaka di antara sesama anggota suatu masyarakat bahasa
(Aristoteles).
Dalam ilmu semnatik, penamaan dan pendefinisian memiliki peran penting guna
memahami bagaimana makna yang kita ucapkan atau makna yang sedang kita fahamidalam
suatu bahasa. Oleh karena itu, penelitian tentang penamaan dan pendefinisian kata-kata dapat
memberikan kita wawasan atau pengetahuan yang berharga tentang proses bahasa Indonesia.
Dengan memahmi lebih mendalam tentang bagaimana kita mengetahui nama dan
mendefinikian sesuatu, dan kita dapat mempebanyak ilmu serta memahami komunikasi kita
dalam sehari-hari.

1
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul, dan latar belakang yang sudah tertera diatas, maka
permasalahanya dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksut penamaan?
b. Latar belakang dan sebab-sebab penamaan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tentang penamaan dalam ilmu semantik
b. Untuk memahami tentang sebab-sebab dan latar belakang penamaan

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penamaan
2.1.1 Pengertian penamaan
Penamaan adalah proses menyelidiki lambang untuk mendeskripsikan proses, objek
konsep, atau yang lainnya. Penamaan terkait perjanjian belaka atau konvensional dengan
masyarakat sosial. Penamaan atau pendefinisian adalah proses pelambangan suatu konsep yang
mengacu pada suatu referen yang berbeda diluar bahasa(Rosa, 2016: 8).Bahasa bersifat arbitrer
maka pemberian nama pun bersifat arbitrer atau manasuka. Hal ini sesuai dengan pandangan
Aristoteles (384-322 SM). Seperti disebutkan di atas, bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang bersifat arbitrer. Bahwa tidak ada hubungan wajib antara suatu bahasa
dengan dengan suatu benda atau hal yang dilambangkannya.
Plato dalam suatu percakapanya yang berrjudul “cratylos “ menyatakn bahwa
lambang itu adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang
dihayati didunia nyata berupa rujukan, acuan, atau sesuatu yang ditunjukkan oleh
lambang itu. Oleh karena itu lambang-lambang atau kata-kata itu tidak lain daripada
nama atau label yang di lambangkanya mungkin berupa benda, konsep, aktivitas atau
peristiwa.
Jadi kesimpulan dari penamaan ini bahwa sangat penting kita ketahui untuk
memahami makna kata-kata dalam bahasa karean penamaan ini membantu kita untuk
membarikan label atau lambang serta proses sutau barang atau apapun yang belum kita
ketahui maknanya.

3
2.2 Sebab-sebab dan latar belakang penamaan
2.2.1 Penuruan Bunyi
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil
peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk berdasarkan
bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut.
Misalnya, binatang sejenis reptil kecil yang melata di dinding
disebut cecak karena bunyinya “cak, cak, cak“. Begitu juga dengan tokek diberi nama
seperti itu karena bunyinya “tokek, tokek”. Contoh lain meong nama untuk
kucing, gukguk nama untuk anjing, menurut bahasa kanak-kanak, karena bunyinya
begitu.
Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini disebut kata peniru bunyi
atau onomatope. Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini tidak semuanya
sama persis, hanya mirip saja, mengapa? Pertama, karena benda atau binatang yang
mengeluarkan bunyi tidak memiliki alat fisiologis seperti manusia. Kedua, karena
fonologi setiap bahasa tidak sama. Itulah sebabnya, mengapa orang Sunda menirukan
kokok ayam jantan sebagai kongkorongok, orang Melayu Jakarta sebagai kukuruyuk,
sedangkan orang Belanda sebagai kukeleku.

2.2.2 Penyebutan Bagian


Penamaan suatu benda atau konsep berdasarkan bagian dari benda itu, biasanya
berdasarkan ciri khas yang dari benda tersebut dan yang sudah diketahui umum.
Misalnya kata kepala dalam kalimat Setiap kepala menerima
bantuan sebesar 10 kg. Bukanlah dalam arti “kepala“ itu saja, melainkan seluruh
orangnya sebagai satu kesatuan (pars pro toto, menyebut sebagian untuk
keseluruhan). Contoh lainnya yaitu kata Indonesia dalam kalimat Indonesia
memenangkan medali emas di olimpiade. Yang dimaksud adalah tiga orang atlet
panahan putra (totem pro parte, menyebut keseluruhan untuk sebagian.)

2.2.3 Penyebutan Sifat Khas

Penyebutan sifat khas adalah penamaan sesuatu benda berdasarkan sifat yang
khas yang ada pada benda itu yang hampir sama dengan pars pro toto. Gejala ini
merupakan peristiwa semantik karena dalam peristiwa ini terjadi transposisi makna
dalam pemakaian yakni perubahan dari kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi
perkembangan yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak
kata bendanya karena sifatnya yang amat menonjol itu, sehingga akhirnya, kata
4
sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya. Umpamanya, orang yang sangat kikir
lazim disebut si kikir atau si bakhil. Yang kulitnya hitam disebut si hitam, dan yang
kepalanya botak disebut si botak.

Di dalam dunia politik dulu ada istilah golongan kanan dan golongan
kiri. Maksudnya, golongan golongan kanan untuk menyebut golongan agama dan
golongan kiri untuk menyebut golongan komunis.

2.2.4 Penemu dan Pembuat


Nama benda dalam kosa kata bahasa Indonesia yang dibuat berdasarkan nama
penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah disebut
dengan istilah appelativa. Nama-nama benda yang berasal dari nama orang, antara
lain Badan Golgi yaitu sejenis alat kontrasepsi yang dibuat
oleh Golgi; mujahir atau mujair yaitu nama sejenis ikan air tawar yang mula-mula
ditemukan dan diternakkan oleh seorang petani yang bernama Mujair di Kediri, Jawa
Timur. Selanjutnya, dalam dunia ilmu pengetahuan kita kenal juga nama dalil, kaidah,
atau aturan yang didasarkan pada nama ahli yang membuatnya. Misalnya, dalil
arkhimides, hukum kepler, hukum van der tunk, dan sebagainya.

Dari peristiwa sejarah banyak juga kita dapati nama orang atau nama kejadian
yang kemudian menjadi kata umum. Misalnya kata boikot, bayangkara, laksamana,
Lloyd, dan sandwich. Pada mulanya kata bayangkara adalah nama pasukan pengawal
keselamatan raja pada zaman Majapahit. Lalu, nama ini kini dipakai sebagai nama
korps kepolisian R.I. Kata laksamana yang kini dipakai sebagai nama dalam jenjang
kepangkatan pada mulanya adalah nama salah seorang tokoh dalam wiracarita
Ramayana. Laksamana adik Rama dalam cerita itu memang terkenal sebagai seorang
pahlawan. Kata boikot berasal dari nama seorang tuan tanah di Iggris Boycott, yang
karena tindakannya yang terlalu keras pada tahun 1880 oleh perserikatan tuan tanah
Irlandia tidak diikutsertakan dalam suatu kegiatan dikatakan orang itu diboikot,
diperlakukan seperti tuan Boycott. Kata Llyoid seperti yang terdapat pada nama
perusahaan pelayaran seperti Djakarta Lloyd dan Rotterdamse Lloyd diturunkan dari
nama seorang pengusaha warung kopi di kota London pada abad XVII, yaitu Edward
Lloyd. Warung kopi itu banyak dikunjungi oleh para pelaut dan makelar perkapalan.
Maka dari itu namanya dipakai sebagai atribut nama perusahaan pelayaran yang searti
dengan kata kompeni atau perserikatan, khususnya perserikatan pelayaran.

5
Kata Sandwich, yaitu roti dengan mentega dan daging di dalamnya, berasal dari
nama seorang bangsawan Inggris Sandwich. Dia seorang penjudi berat, yang selalu
membawa bekal berupa roti seperti di atas agar dia bisa tetap sambil tetap bermain.

2.2.5 Tempat Asal


Sejumlah nama benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda
tersebut. Misalnya kata magnit berasal dari nama tempat Magnesia; kata kenari, yaitu
nama sejenis burung, berasal dari nama pulau kenari di Afrika; kata sarden atau ikan
sarden, berasal dari nama pulau Sardinia di Italia; kata klonyo berasal dari Au De
Cologne artinya air dari kuelen, yaitu nama kota di Jerman Barat.
Banyak juga nama piagam atau prasasti yang disebut berdasarkan nama tempat
penemuannya seperti Piagam Kota Kapur, Prasasti Kedukan Bukit, Piagam Telaga
Batu dan Piagam Jakarta. Selain itu ada juga kata kerja yang dibentuk dari nama
tempat, misalnya, didigulkan yang berarti di buang ke Digul di Irian
jaya; dinusakambangankan, yang berarti di bawa atau dipenjarakan di Pulau
Nusakambangan.

2.2.6 Bahan
Ada sejumlah benda yang namanya diambil dari nama bahan pokok benda itu.
Misalnya, karung yang dibuat dari goni yaitu sejenis serat tumbuh-tumbuhan yang
dalam bahasa latin disebut Corchorus capsularis, disebut juga goni atau guni. Contoh
lain, kaca adalah nama bahan. Lalu barang-barang lain yang dibuat dari kaca seperti
kaca mata, kaca jendela, dan kaca spion. Bambu runcing adalah nama senjata yang
digunakan rakyat Indonesia dalam perang kemerdekaan dulu. Bambu runcing dibuat
dari bambu yang ujungnya diruncingi sampai tajam. Maka di sini nama bahan itu, yaitu
bambu, menjadi nama alat senjata itu.

2.2.7 Keserupaan
Dalam praktik berbahasa banyak kata yang digunakan secara metaforis. Artinya
kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau
diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu.

6
Misalnya kata kaki pada frase kaki meja dan kaki kursi dan ciri “terletak pada
bagian bawah”. Contoh lain kata kepala pada kepala kantor, kepala surat, dan kepala
meja. Di sini kata kepala memiliki kesamaan makna dengan salah satu komponen
makna leksikal dari kata kepala itu, yaitu “bagian yang sangat penting pada manusia”
yakni pada kepala kantor, “terletak sebelah atas” yakni pada kepala surat, dan
“berbentuk bulat” yakni pada kepala paku. Malah kemudian, kata-kata seperti kepala
ini dianggap sebagai kata yang polisemii, kata yang memiliki banyak makna.

2.2.8 Pemendekan
Penamaan yang didasarkan pada hasil penggabungan unsur-unsur huruf dan
beberapa suku kata yang digabungkan menjadi satu. Misalnya rudal untuk peluru
kendali, iptek untuk ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tipikor untuk tindak pidana
korupsi. Kata-kata yang terbentuk sebagai hasil pemendekan ini lazim disebut
akronim.

2.2.9 Penamaan Baru


Penamaan baru dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah
ada karena kata atau istilah lama yang sudah ada dianggap kurang tepat, kurang
rasional, tidak halus atau kurang ilmiah. Misalnya, kata pariwisata untuk
menggantikan kata turisme, dan karyawan untuk menggnati kata kuli atau buruh. Kata
gelandangan menjadi tuna wisma, pelacur menjadi tunasusila, dan buta huruf menjadi
tuna aksara adalah karena kata-kata tersebut dianggap kurang halus; kurang sopan
menurut pandangan dan norma sosial. Proses penggantian nama atau penyebutan baru
masih akan terus berlangsung sesuai dengan perkembangan pandangan dan norma
budaya yang ada di dalam masyarakat.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan penamaan merupakan aspek penting dalam bahasa karean
penamaan ini melibatkan proses memberi label atau nama pada objek sehingga
memudahkan kita untuk berkomunikasi secara efektif, selanjutnya penamaan
bersifat arbriter itu berarti tidak ada keterkaitan yang wajib anatar kata dalam suatu
bahasa dengan objek atau konsep yang dilambangkan. Hal ini menunjukkan bahwa
penamaan tergantung pada kesepakatan sosial. Proses penamaan ini juga terjadi
karena ada sebab atau latar belakinginya sehingga kita tau kepana namanya di sebut
sebagai itu, diantara aspeknya yang menyebabkan dan melatar belakangi adalah
berdasrkan bunyi, berdasrkan penemu, tempat asal dan pemendekan kata. Seiring
perkembangan zaman, penamaan benda atau apapun akan terus berubah dan
berkembang sesui dengan perubahan pada masyarakat.

3.2 Saran
Dari semua isi makalah yang saya buat ini, tentunya penulis sadar diri bahwa
penulisan makalah ini masih banyak kurang dan salahnya dan merasa sangat
jauh dari kata sempurna, maka dari itu kalian yang membaca saya menyarankan
untuk mencari referensi atau pandangan dari buku ataupun sumber yang lain
supaya sudut pandang atau wawsan yang kau terima itu semakin kompleks dan
luas.

8
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.
Tantrapuan. 2009 Penamaan, Pengistilhan, Dan Pendefinisian. Yogyakarta: CV
karyono
http://repository.syekhnurjati.ac.id/5505/3/BAB%20II%20Lisa.pdf.
Debdikbud. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Muliono, anto. Dkk. 2007 Pedoman Umum Pembantukan istilah. Jakarta; pusat
bahasa departemn pendidikan nasional.

Anda mungkin juga menyukai