Anda di halaman 1dari 16

KOMPOSISI ATAU PEMAJEMUKAN DALAM MORFOLOGI

Makalah ini disusun guna memenuhi nilai tugas kelompok pada mata kuliah
Morfologi Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Ade Anggraini Kartika Devi, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Cici Suci Yanti (2222200018)

Dalilah (2222200061)

Walianti Dinata (2222200062)

Dinda Fhatimatun Hidayah (2222200082)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

BANTEN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanallahu wa ta‟ala atas nikmat jasmani maupun
rohani serta nikmat iman, islam, dan ihsan yang tercurahkan kepada kami.
Sholawat dan salam tak luput kami haturkan kepada Baginda Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam atas tuntunannya menuju arah yang benar sehingga
kami bisa hidup sesuai dengan naungan syariat islam.

Kami juga berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Morfologi
Bahasa Indonesia dan juga kawan-kawan seperjuangan yang turut membantu
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan topik mengenai
“Komposisi atau Pemajemukan dalam Morfologi” pada kesempatan kali ini.
Setelah menyelesaikan pembuatan makalah ini, kami bersedia menerima saran
bahkan kritik bila terdapat kesalahan penjabaran materi ini. Atas perhatian para
pembaca, kami dari tim penyusun mengucapkan terima kasih.

Tangerang, 05 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

Daftar Isi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

1.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

1.3 Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

1.4 Manfaat Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

A. Komposisi atau Pemajemukan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

B. Ciri-ciri Kompositum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

C. Jenis-jenis Kompositum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

BAB III PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

2.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

2.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses morfologis adalah suatu proses pembentukan kata dengan cara


menggabungkan morfem yang satu dengan morfem lainnya sehingga menciptakan
suatu kata. Proses gramatikal dikatakan berhasil apabila muncul makna gramatikal
atau makna gramatis. Yang dimaksud makna gramatis itu adalah makna yang
timbul akibat bertemunya sebuah morfem yang satu dengan morfem lain. Kata
yang mengalami proses morfologis itu mempunyai dua ciri khas, yakni: (1) terdiri
dari satu morfem; dan (2) mempunyai makna gramatis atau makna gramatikal.
Dalam proses morfologis sendiri terdapat tiga cara yang digunakan dalam proses
morfologi. Ketiga cara tersebut antara lain: (a) afiksasi, yaitu proses pembentukan
kata dengan cara menggabungkan bentuk dasar dengan afiks sehingga
menghasilkan kata berimbuhan; (b) reduplikasi, yaitu proses pembentukan kata
dengan cara menggabungkan bentuk dasar morfem ulang {R}; serta (3)
pemajemukan, yaitu proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan
bentuk dasar yang satu dengan bentuk dasar lain. Ketiga cara tersebut melahirkan
makna gramatikal baru. Dalam pemajemukan ini, kerap kali terjadi permasalahan
baik dalam bentuk perlakuan terhadap kata majemuk maupun keambiguan
terhadap bentuk lain seperti frasa, idiom, dan reduplikasi perubahan bunyi.

Ketika berkomunikasi juga tak jarang penggunaan kata majemuk kerap kali
dijumpai di kehidupan sehari-hari. Seperti kata rumah sakit, rumah makan, besar
kepala, dan lain sebagainya. Dalam padanan Bahasa Indonesia, kata-kata tersebut
disebut dengan istilah kata majemuk. Kata majemuk adalah kata yang terdiri dari
dua kata sebagai unsurnya (Ramlan, 2009:76). Di sisi lain kata majemuk ada yang
terdiri dari satu kata maupun satu pokok kata. Pokok kata sendiri merupakan
satuan kata yang tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu, pembahasan terhadap
komposisi atau pemajemukan akan dikupas tuntas dalam makalah ini.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dimuat, masalah pokok yang menjadi acuan
dalam pembuatan makalah ini yakni:

a. Apa yang dimaksud dengan komposisi atau pemajemukan?


b. Bagaimana ciri-ciri pada kompositum?
c. Apa saja jenis-jenis pada kompositum?

1.3 Tujuan Penulisan

Berikut beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini.

a. Untuk mengetahui definisi dari komposisi atau pemajemukan


b. Untuk mengetahui ciri-ciri kompositum yang dijabarkan pada makalah ini
c. Untuk mengetahui jenis-jenis pada kompositum.

1.4 Manfaat Penulisan

Berikut manfaat yang bisa didapatkan dalam penyusunan makalah ini.

a. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang


morfologi terkait definisi sub-kajian komposisi atau pemajemukan
b. Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi untuk
penyusunan maupun penelitian yang sedang mengkaji terkait topik tentang
morfologi
c. Bagi pembaca, diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan ciri-ciri
serta ragam jenis yang ada pada sub-kajian komposisi atau pemajemukan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Komposisi atau Pemajemukan

Komposisi adalah sebuah proses pembentukan kata melalui kombinasi morfem


dasar yang hasil keseluruhannya berstatus sebagai kata dan mempunyai pola
fonologis, gramatikal, serta semantik menurut kaidah bahasa bukan pemajemukan
(Harimurti Kridaklasana, 2010:65). Komposisi adalah sebuah proses
penggabungan morfem dasar dengan morfem bebas maupun terikat. Dari proses
tersebut maka terbentuklah sebuah kontruksi dengan identitas leksikal berbeda.
Dalam istilah tata bahasa tradisonal sendiri istilah pemaduan lebih dikenal dengan
nama pemajemukan.

Pemajemukan ialah proses pembentukan kata melalui penggabungan dua kata


sehingga menimbulkan suatu kata baru (M. Ramlan, 1985:69). Menurut Samsuri
(1978:199) pemajemukan diartikan sebagai proses pembentukan suatu konstruksi
melalui penggabungan dua buah morfem atau kata atau lebih (Samsuri,
1978:199). Pemajemukan juga dapat dipahami sebagai proses pembentukan kata
melalui penggabungan morfem dengan kata atau kata dengan kata yang
melahirkan pengertian baru (TBBI, 1988:168).

Dapat dipahami bahwa pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui


penggabungan morfem dasar yang hasil keseluruhannya berstatus sebagai kata
yang mempunyai pola fonologis, gramatikal dan semantik menurut kaidah bahasa
yang bersangkutan. Pola tersebut membedakannya dari gabungan morfem dasar
yang bukan pemajemukan; misalnya dalam Bahasa Inggris kata blackbird adalah
hasil pemajemukan, sedangkan kata black bird bukan hasil pemajemukan
(Harimurti, 1982:77). Dalam Bahasa Indonesia sendiri pemaduan satuan-satuan
kata untuk membentuk satu kata baru tergolong produktif, khususnya dalam
pembentukan istilah- istilah baru.

3
B. Ciri-ciri Kompositum

Berdasarkan bentuknya, kompositum/kata majemuk memiliki ciri-ciri, seperti


yang dituangkan oleh Mulyono (2013: 135) sebagai berikut.

a) Tidak bisa disisipi kata apapun

Maksudnya antarkomponen kata majemuk itu tidak bisa disisipkan kata atau
partikel apapun. Cincin kawin merupakan kata majemuk karena tidak sama
maknanya dengan cincin untuk kawin, cincin yang kawin, maupun cincin
orang kawin. Rumah sakit berbeda artinya dengan rumah untuk orang sakit.
Kaki tangan dalam konstruksi kaki tangan musuh. Begitu pula kata majemuk
orang tua (ibu-bapak) tidak sama artinya dengan konstruksi orang yang tua.
Sama halnya dengan kata majemuk kaki tangan (spion), konstruksi mata
telinga (penyelidik) tidak sama artinya dengan konstruksi mata dan telinga
(anggota badan) seperti dalam kalimat “Akhirnya diketahui juga bahwa dia
merupakan kaki tangan dan mata telinga musuh”.

b) Perluasan tidak bisa dikenakan pada unsur-unsurnya semata

Apabila kata majemuk itu memperoleh imbuhan maka harus dikenakan


keseluruhannya. Misal: pengimbuhan kata majemuk salah guna, olahraga,
kereta api, dan tanggung jawab tidak bisa menjadi penyalahan guna,
pengolahan raga, perkeretaan api, dan pertanggungan jawab. Melainkan harus
menjadi penyalahgunaan, pengolahragaan, perkeretaapian, dan
pertanggungjawaban.

c) Susunan kata majemuk tidak bisa dipertukarkan

Posisi unsur komponen kata majemuk yang memiliki hubungan setara tidak
bisa dipertukarkan. Kata majemuk sepak terjang, bujuk rayu, hutan rimba,
kurang lebih, sunyi senyap, gegap gempita, dan pulang pergi tidak bisa diubah
menjadi terjang sepak, rayu bujuk, rimba hutan, lebih kurang, senyap sunyi,
gempita gegap, dan pergi pulang. Bandingkan dengan konstruksi kakak adik (
kami), kakek nenek (mereka), dan ibu bapak (beliau) yang bisa diubah

4
susunan komponennya menjadi adik kakak (kami), nenek kakek (mereka),
serta bapak ibu (beliau).

d) Konstruksi kata majemuk tidak bisa diubah

Konstruksi seperti bermakna hubungan milik tidak bisa diubah. Misal,


konstruksi daun telinga, buah baju, buah bibir, kepala suku, anak tangga, dan
mata air tidak bisa diubah menjadi telinga itu daunnya, baju itu buahnya, bibir
itu buahnya, tangga itu anaknya, dan air itu matanya. Sedangkan konstruksi
frasa daun jambu, buah manggis, kepala ular, anak ayam, dan mata kambing
bisa diubah menjadi konstruksi jambu itu daunnya, manggis itu buahnya, ular
itu kepalanya, dan seterusnya.

e) Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata

Seperti contoh berikut.

 Salah satu unsurnya pokok kata:


- alih bahasa
- alih nama
- angkat kaki
- angkat sumpah
- banting tulang
- gantung diri
- turun tangan
 Semua unsurnya pokok kata:
- angkat bicara
- baca tulis
- dengar ucap
- kaji banding
- lepas landas
- lomba baca
- uji petik

5
f) Bersusun balik dari kelaziman susunan frase

Misal:

- daun gugur → gugur daun


- ginjal gagal → gagal ginjal
- lima segi „lima sisi‟→ segi lima
- panen gagal → gagal panen
- studi gagal → gagal studi
- tiga persimpangan → simpang tiga
- tiga segi „tiga sisi‟ → segitiga
g) Salah satu unsurnya morfem unik

Misal:

- harta karun
- kelapa sawit
- beras petas
- gelap gulita
- sunyi senyap
- tua renta
- gegap gempita
h) Salah satu atau semua unsurnya berupa unsur serapan

Misal:

- Caturtunggal
- Dasasila
- caturwarga
- dasawarsa
- dwifungsi
- dwitrasitif
- dwiwarna
- ekatransitif

6
- multiguna
- saptamarga

Hasil kompositum itu adalah kata majemuk atau komposium. Wujud kompositum
itu adalah sebuah kata yang terungkap dalam kandungan satu kesatuan arti.
Dengan begitu dapatlah dirumuskan secara lengkap bahwa kata majemuk
merupakan perpaduan dua buah kata yang mengandung satu kesatuan arti.

C. Jenis-jenis Kompositum

Berdasarkan unsur-unsurnya, Mulyono (2013:138) mengklasifikasikan kata


majemuk/kompositum ke dalam sembilan bagian sebagai berikut.

a) Kata benda + kata benda

Misal:

- buah baju
- buah tangan
- jantung hati
- mata kepala
- tanah air
b) Kata benda + kata sifat

Misal:

- kursi malas
- orang tua
- rumah sakit
- tangan hampa
- tangan kosong
c) Kata benda + kata kerja

Misal:

7
- kamar mandi
- meja makan
- meja tulis
- ruang kuliah
- sabun mandi
d) Kata sifat + kata benda

Misal:

- besar kepala
- besar mulut
- kuning langsat
- lapang dada
- ringan kaki
e) Kata bilangan + kata benda

Misal:

- caturkarya
- dasawarsa
- ekatransitif
- multiguna
- saptapesona
f) Kata kerja +kata kerja

Misal:

- keluar masuk
- naik turun
- pulang pergi
- sembah sujud
g) Kata sifat + kata sifat

Misal:

8
- basah kuyup
- gundah gulana
- hitam lebam
- lemah lunglai
h) Kata benda + kata sifat

Misal:

- segienam
- segitiga
- simpang lima
- simpang tiga
i) Berunsur pokok kata

Misal:

- kaji banding
- kaji ulang
- lepas landas
- medan juang
- pukul mundur
- tembak jatuh

Berdasarkan kepaduan artinya Mulyono (2013: 138) mengklasifikasikan kata


majemuk/ kompositum ke dalam tiga bagian sebagai berikut.

a) Kata majemuk senyawa adalah kata majemuk yang tidak lagi berhubungan
dengan arti unsur-unsurnya. Kata majemuk kiasan termasuk ke dalam
kelompok ini. Contoh:
- Buah bibir
- Intrakulikuler
- Kaki tangan (musuh)
- Kumis kucing (sejenis tanaman)
- Matahari

9
- Paranormal
- Sapu tangan
- Tahi lalat (sejenis ciri pada kulit)
b) Kata majemuk semisenyawa adalah kata majemuk yang artinya masih
berhubungan dengan arti salah satu unsurnya. Contoh:
- Daun telinga
- Kaki gunung
- Kaki langit
- Mata air
c) Kata majemuk tidak senyawa (renggang) adalah kata majemuk yang
artinya masih berhubungan dengan arti semua unsurnya. Contoh:
- Anak tiri
- Kursi tamu
- Lepas landas
- Meja makan
- Ruang tamu
- Rumah panggung

Berbeda halnya dengan Sukri (2008:62—66) yang membagi jenis kata majemuk
ke dalam lima tipe. Kelima tipe kata majemuk tersebut yaitu: tipe kata majemuk
Bahasa Indonesia kelas kata pertama nomina; tipe kata majemuk kelas kata
pertama adjektiva; tipe kata majemuk kelas kata pertama verba; tipe kata
majemuk kelas kata pertama numeralia; serta kata majemuk kelas kata pertama
adverbial. Adapun penjelasannya sebagai berikut.

a) Kata majemuk kelas kata pertama nomina

Kata majemuk tipe ini mengacu kepada manusia, binatang, benda, lokasi,
waktu, konsep, dan pengertian. Kata majemuk seperti laki bini (suami istri),
rumah sakit (rumah sakit), ayam panggang, dan kacamata tergolong dalam
tipe ini.

b) Kompositum (kata majemuk) kelas kata pertama ajektiva

10
Kata majemuk tipe ini berfungsi mengungkapkan sifat dan keadaan suatu
benda atau orang. Pada umumnya, kata majemuk tipe ini terdiri atas adjektiva
pada konstituen sebelah kiri berperan menerangkan konstituen sebelah
kanannya seperti nomina, verba, dan kompositum (kata majemuk) tipe ini.
Contoh: panas hari, sakit hati, salah asuh, enak hati.

c) Kompositum (kata majemuk) kelas kata pertama verba

Tipe ini mengandung makna dasar perbuatan, aksi, proses, pencapaian, dan
penyelesaian. Kata majemuk verba ini memberi peran kasus komplemen pada
objeknya. Pada umumnya kata majemuk ini terbentuk dari konstituen-
konstituen verba sebagai kata pertama dan nomina, verba, adjektiva, adverbia,
serta sebagai kata kedua (sebelah kanan). Adapun contoh kata majemuk tipe
ini: datang bulan, mandi besar, lipat dua, tidur siang, talak tiga, sumpah
serapah, dan lain-lain.

d) Kompositum (kata majemuk) dengan kelas kata pertama numeralia.

Tipe ini umumnya berfungsi menghitung banyaknya manusia, barang,


binatang, benda, lokasi, waktu, konsep, dan pengertian. Pada umumnya, kata
majemuk ini terbentuk dari konstituen-konstituen numeralia sebagai kata
pertama dan nomina, verba, dan numeralia sebagai kata kedua (sebelah
kanan). Adapun contohnya seperti: satu hati, dua pikul, satu dua, dan
sebagainya.

e) Kompositum (kata majemuk) kelas kata pertama adverbial

Kata majemuk tipe ini biasanya memberi keterangan pada verba atau
keseluruhan kalimat. Di dalam kalimat “fajar bekerja siang malam”, kata
siang malam menerangkan fajar bekerja secara keseluruhan.

11
BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Dari penjabaran yang telah disampaikan, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa


proses komposisi atau pemajemukan dikatakan berhasil apabila menghasilkan
makna gramatis baru. Pemajemukan terjadi apabila morfem dasar bertemu dengan
morfem lainnya (bebas atau terikat) yang nantinya akan melahirkan kata majemuk
dengan makna yang berbeda. Berdasarkan bentuknya, ciri dari kompositum
sendiri antara lain: tidak bisa disisipi kata apapun; perluasan tidak bisa dikenakan
pada unsur-unsurnya semata; susunan kata majemuk tidak bisa dipertukarkan;
konstruksi kata majemuk tidak bisa diubah; salah satu atau semua unsurnya
berupa pokok kata; dan lain sebagainya. Untuk jenis-jenis pada diri kompositum
antara lain: kata pertama nomina; kata pertama ajektiva; kata pertama verba; kata
pertama numeralia; serta kata pertama adverbial.

2.2 Saran

Terkait dengan kesimpulan di atas, kami dari tim penyusun menyarankan kepada
para pembaca beberapa hal dalam memahami lebih jauh mengenai sub-kajian
komposisi atau pemajemukan sebagai berikut.

a. Mencari buku maupun jurnal yang memuat banyak hal mengenai sub-
kajian dalam morfologi ini, seperti buku karya Jos Daniel Parera berjudul
Morfologi (2007)
b. Mendiskusikan perihal perkembangan pemajemukan dalam Bahasa
Indonesia dengan komunitas yang memuat topik khusus tentang bahasa.

12
DAFTAR PUSTAKA

Basyaruddin. 2015. Kata Majemuk Bahasa Indonesia Suatu Kajian Linguistik

Transformasional Generatif. Jurnal Bahasa Unimed, 26(2), 127—141.

Ikawati, Erna. 2016. Komposisi Atau Pemajemukan dalam Bahasa Indonesia.

Forum Paedagogik, 8(2), 136—153.

Naning, Julia Setia Ayu Dwis. 2019. “Bentuk Dan Makna Kompositum Bahasa

Sasak Dialek Meriaq-Meruku Di Desa Gapura Kecamatan Pujut

Kabupaten Lombok Tengah”. Skripsi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Mataram: Nusa Tenggara Barat.

Parera, Jos Daniel. 2007. Morfologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wiyanto, Asul. 2012. Kitab Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit

Publisher.

13

Anda mungkin juga menyukai