Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENATAAN KALIMAT

DOSEN PENGAMPU : AFRIYANSYAH S.Pd,M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. NUR JIHAN (C10122019)
2. MIFTAHUL JANNAH (C10122020)
3. FAUSIA (C10122024)
4. SRI WULANDARI (C10122004)
5. NURLAILA (C10122023)
6. MOH RIFKI (C10122011)
7. IJAL ALFARISI (C10122026)

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari makalah ini adalah “ Penataan Kalimat ”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen mata kuliah Bahasa Indonesia, Pak Afriansyah S.Pd,M.Pd
yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum
kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik baik dari dosen maupun
teman-teman, demi tercapainya makalah yang sempurna.

Palu, April 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
2.1 Kalimat Kontaminasi.................................................................................6
2.2 Kalimat Pleonastis.....................................................................................7
2.3 Kalimat Tidak Logis..................................................................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
3.1 Kesimpulan..............................................................................................10
3.2 Saran........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa adalah sarana berpikir baik untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Pikiran yang
disampaikan dalam pembicaraan atau tulisan digunakan melalui rangkaian
kata yang terpilih dan tersusun menurut kaidah tertentu. Bahasa sebagai
symbol yang bermakna terdiri atas satuan-satuan tertentu yang secara
fungsional saling berhubungan sebagai suatu system. Satuan terkecil yang
mengandung makna berupa kata atau frasa (kelompok kata), sedangkan
satuan yang lebih besar yang mengandung pikiran berupa kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek
(S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukan bagian ujaran itu sudah
lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah
beruba tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur
minimal S dan P dalam hal ini menunjukan bahwa kalimat bukanlah semata-
mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk.
Lengkap dengan makna menunjukan sebuah kalimat yang didukung oleh
kosakata yang memadai.
Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana
pengertian kalimat, bagian-bagiannya dan jenis kalimat tunggal . Oleh
karena itu penulis berusaha untuk memberikan pemahaman tentang
pertanyaan tersebut dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi
jawaban dan memberikan pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kalimat kontaminasi?
2. Apa pengertian kalimat pleonastis?
3. Apa pengertian kalimat tidak logis?

4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang kalimat kontaminas.
2. Untuk mengetahui tentang kalimat pleonastis.
3. Untuk mengetahui tentang kalimat tidak logis.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kalimat Kontaminasi


Istiah kontaminasi dipungut dari bahasa
inggris contamination (pencemaran). Dalam ilmu bahasa, kata itu
deterjemahkan dengan ‘kerancauan’. Rancau artinya ‘kacau’ dan
kerancauan artinya ‘kekacauan’. Kontaminasi dapat terjadi dalam tataran
bentuk kata, susunan kata, dan kalimat. Kekacauan terjadi karena dua
pikiran yang masing-masing berdiri sendiri (dan benar) dijadikan satu
perserangkaian baru yang tidak berpadanan. Oleh karena itu, betukan bahasa
yang kacau ini dapat dikembalikan menjadi dua bentukan yang benar.

Gejala kontaminasi timbul karena dua kemungkinan, yaitu:


1. Orang kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat, baik dalam
menyusun kalimat, frase atau dalam mempergunakan beberapa imbuhan
sekaligus untuk membentuk kata.
2. Kontaminasi terjadi tak dengan sengaja karena ketika seseorang akan
menuliskan atau mengucapkan sesuatu, dua pengertian atau dua
bentukan yang sejajar tibul sekaligus dalama pikirannya sehingga yang
diahirkannya itu sebagian diambilnya dari yang pertama dan bagian
yang lain diambilnya dari yang kedua. Gabungan ini melahirkan
susunan yang kacau (Badudu, 1981).

Pada contoh berikut ini segera dapat diidentifikasi bahwa butir a merupakan


bentukan yang rancau, sedangkan butir b dan c adalah perbaikannya.
Contoh kontaminasi berntukan kata:
a. Mereka mengenyampingkan pendapat orang tuanya
b. Mereka menyampingkan pendapat orang tuanya.

6
c. Mereka mengesampingkan pendapat orang tuanya.
(bentuk yang sama untuk memperlebarkan  [yang benar:
memperlebar dan melebarkan],
dipertinggikan [dipertinggi dan ditinggikan])

Contoh kontaminasi susunan kata:


1) Dia seringkali membolos.
2) Dia sering membolos.
3) Dia berkali-kali memboloh.
(susunan kata yang sama untuk acapkali [acap dan berkali-kali],
berulangkali [berulang-ulang dan berkali-kali], dan lain
sebagainya [dan lain-lain dan dan sebagainya])
Contoh kontaminasi kalimat:
a) Di sekolah murid-murid dilarang tidak boleh merokok.
b) Di sekolah murid-murid dilarang merokok.
c) Di sekolah murid-murid tidak boleh merokok.

2.2 Kalimat Pleonastis


Suatu kalimat dikatakan pleonastis jika kalimat itu mengandung sifat
berlebih-lebihan. Setidaknya ada empat penyebab terjadinya kalimat
pleonastis, yaitu:
1) Dalam satu frase terdapat dua atau lebih ungkapan kata yang
bersinonim
2) Bentuk jamak yang dinyatakan dua kali;
3) Pengerian satu kata sudah terkandung dalam kata yang lain pembentuk
frase itu; dan
4) Kata penanda jamak diikuti oleh bentuk jamak.
Contoh:
a) Demi untuk kekasihnya, dia mau melakukan apa saja.        (tidak baku)

7
b) Demi kekasihya, dia mau melakukan apa saja.                    (baku)
c) Untuk kekasihnya, dia mau melakukan apa saja.                 (baku)
d) Para hadirin dimohon berdiri.                                              (tidak baku)
e) Hadirin dimohon berdiri.                                                       (baku)
f) Para undangan dimohon berdiri.                                           (baku)
g) Mereka menabung di Bank BNI.                                           (tidak baku)
h) Merka menabung di BNI.                                                      (baku)

2.3 Kalimat Tidak Logis


Yang dimaksud dengan kelogisan ialah ide kalimat itu dapat diterima
oleh akal dan sesuai dengan kaidah yng berlaku. Kelogisan berhubungan
dengan penalaran, yaitu proses berpikir intuk menghubung-hubungkan fakta
yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Dengan perkataan lain,
penalaran (reasoning) ialah proses mengambil simpulan (conclicusion,
interference) dan bahan bukti atau petunjuk (Moelinono, 1988: 124-125).

Contoh:
(1) Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-
mandir di daerah tersebut. Jika kita bertanya, “siapa yang mondar-mandir?”,
tentu jawabannya mayat wanita. Jelaslah bahwa kalimat tersebut salah nalar.
Kalimat itu berasal dari dua pernyataan yaitu (1) Mayat wanita ditemukan di
kompleks itu dan (2) Sebelum menjadi mayat, wanita itu sering mondar-
mandir. Penulis menggabungkan kedua kalimat tersebut tanpa
mengindahkan pikiran yang jernih sehingga lahirlah kalimat yang tidak
logis.
Untuk memperjelas pemahaman kita mengenai kalimat tidak logis
dapat diperhatikan contoh berikut ini.
(2)    Bapak pemakalah, waktu dan tempat kami silakan.
(3)    Untuk menyingkat waktu, kita lanjukan acara ini.

8
Kalimat (2) tersebut tidak logis karena waktu dan tempat adalah benda
mati yang tidak dapat dipersilakan. Sementara itu, pada klaimat (3),
ketidaklogisannya terletak pada menyingkat waktu. Waktu tidak dapat
disingkat namun dapat dihemat. Oleh karena itu, kedua kalimat tersebut
akan menjadi logis jika diubah sebagai berikut.
(4)    Bapak, kami persilakan untuk menyampaikan makalah.
(5)    Untuk menghemat waktu, kita lanjutkan acara ini.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kalimat dikatakan tidak efektif apabila proses penyampaian dan penerima
pesan tidak berlangsung secara sempurna. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif, seperti (1) kalimat kontaminasi,
(2) kalimat pleonastis, (3) kalimat tidk logis.

3.2 Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini di harapkan agar teman-teman
dapat lebih mengetahui dan memahami dasar-dasar kalimat bahasa
Indonesia. Dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

10
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Mulyono, Iyo. 2012. Ihwal Kalimat Bahasa Indonesia dan Problematik


Penggunaannya.

Bandung: Yrama Widya.

Parera,J.D. 2009. Dasar-dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga

11

Anda mungkin juga menyukai