Anda di halaman 1dari 4

TEKNIK MESIN 18

KELOMPOK 2
PENATAAN KALIMAT

Dikerjakan Oleh:
PUTRI NOVA F33121102
MUHAMMAD REZA SYAPUTRA F33121038
MOH RIDHA F33121044
RIVALDO MATEORI F33121023
DION LUCKY SETIAWAN F33118137
WAHYU RAMADHAN F33121061
HENDRIK F33121008
VIKRA FERDIANSYAH F33121053
MOH KADRI GALUS F33121024
CLAUDYO F33121097
YUDISTIRA DWI SAPUTRA F33121075
ALIF ABDUL FATTAH F33121 050
EEP FADIL GOBEL F33121036
MOH SAEFULLAH F33121073

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN (S1)
UNIVERSITAS TADULAKO
Palu – Sulawesi Tengah
A. Pengantar
Apabila ingin berbahasa dengan meyakinkan dan mudah dipahami oleh lawan bicara,
aklimat-kalimat yang dipergunakan haruslah ditata secara efektif. Atrinya, kalimat yang
digunakan itu tepat mengenai sasarannya, yang perlu diingat bahwa kalimat dikatakan efektif
apabila kalimat tersebut mampu mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan pesan
berlangsung secara sempurna; artinya, iformasi yang disampaikan tergambar lengakap dalam
pikiran si penenrima, perseis seperti yang disampaikan atau yang dimaksudkan si penutur.
Berikut ini dipaparkan beberapa ragam kesalahan penataan kalimat dan kemungkinan
perbaikannya.

1. Klimat Kontaminasi
Istiah kontaminasi dipungut dari bahasa inggris contamination (pencemaran). Dalam ilmu
bahasa, kata itu deterjemahkan dengan ‘kerancauan’. Rancau artinya ‘kacau’ dan kerancauan
artinya ‘kekacauan’. Kontaminasi dapat terjadi dalam tataran bentuk kata, susunan kata, dan
kalimat. Kekacauan terjadi karena dua pikiran yang masing-masing berdiri sendiri (dan benar)
dijadikan satu perserangkaian baru yang tidak berpadanan. Oleh karena itu, betukan bahasa yang
kacau ini dapat dikembalikan menjadi dua bentukan yang benar.
Gejala kontaminasi timbul karena dua kemungkinan, yaitu:
a) Orang kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat, baik dalam menyusun kalimat,
frase atau dalam mempergunakan beberapa imbuhan sekaligus untuk membentuk kata.
b) Kontaminasi terjadi tak dengan sengaja karena ketika seseorang akan menuliskan atau
mengucapkan sesuatu, dua pengertian atau dua bentukan yang sejajar tibul sekaligus
dalama pikirannya sehingga yang diahirkannya itu sebagian diambilnya dari yang
pertama dan bagian yang lain diambilnya dari yang kedua. Gabungan ini melahirkan
susunan yang kacau (Badudu, 1981).
Pada contoh berikut ini segera dapat diidentifikasi bahwa butir a merupakan bentukan yang
rancau, sedangkan butir b dan c adalah perbaikannya.
Contoh kontaminasi berntukan kata:
a) Mereka mengenyampingkan pendapat orang tuanya.
b) Mereka menyampingkan pendapat orang tuanya.
c) Mereka mengesampingkan pendapat orang tuanya.
(bentuk yang sama untuk memperlebarkan [yang benar; memperlebar dan melebarkan],
dipertinggikan [dipertinggi dan ditinggikan])
Contoh kontaminasi susunan kata:
a) Dia seringkali membolos.
b) Dia sering membolos.
c) Dia berkali-kali memboloh.
(susunan kata yang sama untuk acapkali [acap dan berkali-kali], berulangkali [berulang-
ulang dan berkali-kali], dan lain sebagainya [dan lain-lain dan dan sebagainya])
Contoh kontaminasi kalimat:
a) Di sekolah murid-murid dilarang tidak boleh merokok.
b) Di sekolah murid-murid dilarang merokok.
c) Di sekolah murid-murid tidak boleh merokok.

2. Kalimat Pleonastis
Suatu kalimat dikatakan pleonastis jika kalimat itu mengandung sifat berlebih-lebihan.
Setidaknya ada empat penyebab terjadinya kalimat pleonastis, yaitu:
1) Dalam satu frase terdapat dua atau lebih ungkapan kata yang bersinonim;
2) Bentuk jamak yang dinyatakan dua kali;
3) Pengerian satu kata sudah terkandung dalam kata yang lain pembentuk frase itu; dan
4) Kata penanda jamak diikuti oleh bentuk jamak.
Contoh:
a)  Demi untuk kekasihnya, dia mau melakukan apa saja.        (tidak baku)
b) Demi kekasihya, dia mau melakukan apa saja.                    (baku)
c) Untuk kekasihnya, dia mau melakukan apa saja.                 (baku)
d) Para hadirin dimohon berdiri.                                              (tidak baku)
e) Hadirin dimohon berdiri.                                                       (baku)
f) Para undangan dimohon berdiri.                                           (baku)
g) Mereka menabung di Bank BNI.                                           (tidak baku)
h) Merka menabung di BNI.                                                      (baku)
3. Kalimat Tidak Logis
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan sesuai
dengan kaidah yng berlaku. Kelogisan berhubungan dengan penalaran, yaitu proses berpikir
intuk menghubung-hubungkan fakta yang ada segingga sampai pada suatu simpulan. Dengan
perkataan lain, penalaran (reasoning) ialah proses mengambil simpulan (conclicusion,
interference) dan bahan bukti atau petunuk (Moelinono, 1988: 124-125).

Contoh:
a) Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut.
Jika kita bertanya, “siapa yang mondar-mandir?”, tentu jawabannya mayat wanita.
Jelaslah bahwa kalimat tersebut salah nalar. Kalimat itu bersal dari dua pernyataan yaitu (1)
Mayat wanita ditemukan di kompleks itu dan (2) Sebelum menjadi mayat, wanita itu sering
mondar-mandir. Penulis menggabungkan kedua kalimat tersebut tanpa mengindahkan
pikiran yang jernih sehingga lahirlah kalimat yang tidak logis. Untuk memperjelas
pemahaman kita mengenai kalimat tidak logis dapat diperhatikan contoh berikut ini.
b) Bapak pemakalah, waktu dan tempak kami silakan.
c) Untuk menyingkat waktu, kita lanjukan acara ini.

Kalimat (2) tersebut tidak logis karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak
dapat dipersilakan. Sementara itu, pada klaimat (3), ketidaklogisannya terletak
pada menyingkat waktu. Waktu tidak dapat disingkat namun dapat dihemat. Oleh karena itu,
kedua kalimat tersebut akan menjadi logis jika diubah sebagai berikut.
d) Bapak, kami persilakan untuk menyampaikan makalah.
e) Untuk menghemat waktu, kita lanjutkan acara ini.

Anda mungkin juga menyukai