Anda di halaman 1dari 25

BAHASA INDONESIA

STANDAR ATAU BAKU


Ragam Baku adalah ragam yang
dilembagakan dan diakui oleh
sebagian besar warga masyarakat
pemakainya sebagai bahasa resmi
dan sebagai kerangka rujukan norma
bahasa dalam penggunaannya.

Fungsi Bahasa Indonesia


Standar atau Baku
Dipergunakan dalam wacana
teknis.
Sebagai alat komunikasi
resmi.
Dipakai dalam
pembicaraan dengan
orang-orang yang
dihormati.
Sebagai pemersatu.
Sebagai pemberi
kekhasan.
Sebagai pembawa
kewibawaan.

Ciri-ciri Bahasa Standar atau Baku

1. Memakai ucapan
baku (pada bahasa
lisan).
2. Memakai ejaan
resmi.
3. Terbatasnya unsur
daerah.

Ciri-ciri bahasa baku

Tidak dipengaruhi bahasa daerah


Baku

Tidak Baku

saya

gua

mengapa

kenapa

dilihat

dilihatin

bertemu

ketemu

Tidak dipengaruhi bahasa asing


Baku

Tidak Baku

kantor tempat

kantor di mana

sudah banyak sarjana

sudah banyak sarjanasarjana

itu benar

itu adalah benar

kesempatan lain

lain kesempatan

Ciri-ciri bahasa baku

Bukan bahasa percakapan


Baku

Tidak Baku

dengan

sama

mengapa

kenapa

memberi

kasih

tetapi

tapi

Pemakaian imbuhan secara eksplisit


Baku

Tidak Baku

Ia bekerja keras

Ia kerja keras

Budi memukul Edi

Budi pukul Edi

Mengantar makanan

Antar makanan

Saya membeli koran

Ciri-ciri bahasa baku

Pemakaian sesuai konteks kalimat


Baku

Tidak Baku

suka akan

suka dengan

disebabkan oleh

disebabkan karena

lebih besar daripada

lebih besar dari

Tidak terkontaminasi, tidak rancu


Baku

Tidak Baku

berkali-kali

berulang kali

mengajar siswa

mengajari siswa-siswa

Tidak mengandung arti pleonasme


Baku

Tidak Baku

para tamu

para tamu-tamu

hadirin

para hadirin

pada zaman dahulu

pada zaman dahulu


kala

Tidak mengandung hiperkorek


Baku

Tidak Baku

insaf

insyaf

sah

syah

syukur

sukur

akhir

ahir

pihak

fihak

anggota

anggauta

ahli

akhli

Berikut ini disajikan beberapa contoh


kesalahan pemakaian bahasa Indonesia
1. Mobilnya orang itu
mewah
2. Asmah benci sama
Tendy.
3. Fitri pandai sendiri di
kelasnya
4. Mahmud tidak tahu
kalau hari ini ada ujian.
5. Dina datang sendirian
tadi pagi.
6. Sepatunya kebesaran.

1. Mobil orang itu mewah.


2. Asmah benci kepada Tendy.
3. Fitri paling pandai di kelasnya.
4. Mahmud tidak tahu bahwa hari ini ada
ujian.
5. Dina datang seorang diri tadi pagi.
6. Sepatunya terlalu besar.

Kata Baku dan Tidak Baku


Juang
lubang
kantung
ubah
sadar
saksama
cacat
mantap
ungkap
bejat
sekadar
hakikat
nasihat
kempis
ahli
masjid
beduk
gubuk
gerobak
aktif

joang
lobang
kantong
robah
sedar
seksama
cacad
mantab
ungkab
bejad
sekedar
hakekat
nasehat
kempes
akhli
mesjid
bedug
gubug
gerobag
aktip
aktiv

aktivitas
ekstrem
hierarki
insaf
karier
khawatir
korps
metode
manajemen
analisis
sutera
nakhoda
kualitas
kuitansi
jadwal
teknik
terampil
wakaf
wasalam
wujud

aktifitas
ekstrim
hirarki
insap
karir
hawatir
korp
metoda
menejemen
analisa
sutra
nakoda
kwalitas
kwitansi
jadual
tekhnik
trampil
wakap
wassalam
ujud

sistem
khotbah
prangko
baut
semifinal
antarnegara
mancanegar
a
narasumber
faksimile
November
zaman
ziarah
salat
aerobik
akuntan
arkais
geladi
kompleks
kurva
misi
stasiun
syahdu
tata bahasa
antre
atlet

sistim
khutbah
perangko
baud
semi final
antar
negara
manca
negara
nara
sumber
faximile
Nopember
jaman
jiarah
shalat
erobik
akountan
arkhais
gladi
komplek
kurve
missi
setasiun
sahdu
tatabahasa
antri
atlit

azimat
Februari
film
frekuensi
Jumat
kabar
kanker
konkret
lembap
paruh
tenteram
adikuasa
swasembada
narapidana
ekabahasa
dwifungsi
dwiwarna

jimat
Pebruari
filem
frekwensi
Jumat
khabar
kangker
kongkret
lembab
paro
tentram
adi kuasa
swa
sembada
nara
pidana
eka bahasa
dwi fungsi
dwi warna

KALIMAT
EFEKTIF

Kalimat Efektif
Kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar atau sengaja
disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik;
yang susunan kalimatnya didukung oleh kesepadanan,
kepararelan, ketegasan, kehematan, dan kevariasian. (Farera,
1991: 42)

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan


gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara
tepat pula. (Depdiknas, 2000: 81)
Kalimat Efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar
atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara
atau penulis.
(Arifin dan Tassai, 1991: 111)

Beberapa keterangan dalam kalimat

1.Kata benda (nomina)


2.Kata Kerja (verba)
3.Kata sifat (adjektifa)
4.Kata bilangan (numeralia)
5.Kata depan (preposisi)

el

Kehematan
Ketegasan/peneka
nan

Kecermatan

lan/kesej
ran

Kepaduan

Ciriciri
kalim
at

Kelogisan

1. Kesepadanan

adalah keseimbangan antara pikiran


(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.

Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas.


Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindari
pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, dan sebagainya di depan
subjek.
Contoh:
(1) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (salah)
Ket.
P
O

Pemakaian kata bagi di awal kalimat tidak tepat. Hal itu menyebabkan kalimat di
atas tidak memiliki subjek (S). Kalimat itu seharusnya:
Semua mahasiswa perguruan tinngi ini harus membayar uang kuliah. (benar)
S
P
O
(2) Kepada hadirin yang masih ada di luar harap memasuki ruangan sebelah kanan.
Ket.
P
O
Seperti halnya kalimat pertama, pemakaian kata kepada pada awal kalimat tidak
tepat.
Penulisan kalimat itu seharusnya:
Hadirin yang masih ada di luar harap memasuki ruangan sebelah kanan.
S
P
O

b. Tidak memunyai subjek yang ganda


Contoh:
(1) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh teman saya.
S
S
P
O
Seharusnya

Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh teman saya


Ket
S
P
O
c. Kata penghubung sehingga tidak dipakai pada kalimat
tunggal
(1) Dia tidak pernah memperhatikan diriku. Sehingga aku lari
dari pangkuannya.
(2) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat
mengikuti perkuliahan itu.
d. Predikat kalimat tidak didahuli oleh kata yang
Contoh:
Rumah saya yang terletak di depan gelanggang olahraga.
S
P
Ket.

2. Kepararelan/kesejajaran

Kepararelan adalah kesamaan bentuk kata yang


digunakan dalam suatu kalimat. Artinya bila bentuk
pertama menggunakan nomina (kata benda), bentuk
kedua dan seterusnya harus pula menggunakan nomina.
Begitu pula bila bentuk pertama verba (kata kerja), bentuk
kedua dan seterusnya pun harus berbentuk verba.
Contoh:
(1) Harga minyak tanah dibekukan atau naik secara luwes.
(2) Cara pengobatan dan menyembuhkan penyakit itu
belum ditemukan sampai saat ini.
Kalimat yang benar
(1) Harga minyak tanah dibekukan atau dinaikkan secara
luwes.

(2) Cara pengobatan dan penyembuhan penyakit itu


belum ditemukan sampai saat ini..

3. Ketegasan
/penekanan

Ketegasan adalah perlakuan


penonjolan pada ide pokok kalimat.
Ada beberapa cara untuk membentuk
penekanan ide pokok dalam kalimat.

a. Meletakkan ide pokok yang ditonjolkan itu di


depan/di awal kalimat:
Contoh:
(1) Harapan presiden agar masyarakat Indonesia membaca
satu jam dalam sehari.
Penekanannya pada harapan presiden.
(2) Pemuda itu diminta menikahi gadis malang itu sekarang
juga.
Penekanannya pada pemuda itu.

b. Membuat urutan kata yang logis atau bertahap.


Contoh:
(1) Bukan seribu, sejuta, atau seratus, melainkan berjuta-juta
rupiah ia membantu anak yatim dan anak terlantar.
(2) Jangankan berdua atau sendiri, bertiga pun dia tidak
pernah berani menghadapi orang
itu.

c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).


Contoh:
(1) Saya suka akan kecantikannya. Saya suka akan
keramahannya.
(2) Gadis itu sangat sopan dan santun terhadap lelaki. Gadis
itu tidak pernah mengecewakan lelaki mana pun.
Kalimat kedua merupakan kalimat penegasan.

d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang


ditonjolkan.
Contoh:
(1) Mahasiswa itu tidak malas dan sombong, tetapi rajin dan
baik sekali.
(2) Orang itu bukan pencuri, melainkan polisi.
e. Mempergunakan partikel lah sebagai penekanan
atau penegasan.
Contoh:
(1) Saudaralah yang bertanggung jawab dalam peristiwa itu.
(2) Andalah yang menjalankan tugas ini.

Yang dimaksud dengan kehematan di


sini adalah hemat dalam menggunakan
kata, dapat
frase, atau
bentuk dengan
lain yang
(1) Penghematan
dilakukan
dianggap
tidak perlu.
menghilangkan
subjek.
Contoh:
Karena dia tidak diundang, dia tidak datang ke
tempat itu.

4. Kehematan

(2) Menghindarkan pemakaian superordinat


pada hiponim kata.
Contoh:
Ia memakai baju warna merah.
Saya menangkap burung pipit.
(3) Menghindarkan kesinoniman dalam satu
kalimat
Contoh:
Kata naik bersinonim dengan kata ke atas.
Kata turun bersinonim dengan kata ke bawah

(4) Tidak menjamakkan kata-kata yang


sudah bermakna jamak.
Perhatikan kalimat berikut:
(a) Banyak para koruptor yang belum
terjamah oleh hukum.
(b) Para ibu-ibu di tempat kami selalu salat
berjamaah di masjid.
(c) Banyak rumah-rumah yang tergenang oleh
air akibat tanggul itu jebol.
(d) Beberapa orang-orang sedang duduk di
halte.
(e) Banyak para alay-alay sedang
bergentayangan di Taman Kencana.

5. Kecermatan

Yang dimaksud dengan


kecermatan dalam kalimat adalah
bahwa kalimat itu tidak
menimbulkan tafsiran ganda atau
ambiguitas (multi interpretasi).

a.Mahasiswa perguruan tinggi


yang terkenal itu memperoleh
penghargaan dari menteri.
b. Tahun ini SPP mahasiswa baru
dinaikkan.

6. Kepaduan

Yang dimaksud kepaduan adalah


kepaduan pernyataan dalam
kalimat sehingga informasi yang
disampaikan tidak terpecahpecah.

(1) Surat itu saya sudah


baca.
(2) Saran yang
disampaikannya kami
akan pertimbangkan.

7. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan adalah ide
kalimat dapat diterima oleh akal sehat dan
sesuai dengan ejaan yang berlaku.

Acara berikutnya sambutan Camat


Situudik, kepada waktu dan tempat
dipersilakan!

Terima Kasih
Masa depan Anda
ditentukan dengan
apa yang dikerjakan
pada hari ini.
Berjuanglah Nak!

Anda mungkin juga menyukai