Anda di halaman 1dari 37

CRITICAL BOOK

PENCASILA

Dosen Pengampu : Putra Kaslin Hutabarat S.Pd., M.Pd.

Nama : Laisa Lahum Simatupang


Npm : 2061201103
Critical Book : Negara Kebangsaan Pancasila
( Prof. Dr. H. Kaelan, M.S.)

PROGRAM STUDY PANCASILA


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AL-WASHLIYAH
SIBOLGA TAPANULI TENGAH
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam
penulis sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Critical Book ini.
Dalam penulisan Critical Book ini disadari sepenuhnya masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Kekurangan-kekurangan yang ada dalam penulisan ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Maka dari itu dengan segala
kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya konstruktif
dari dosen, rekan mahasiswa dan pembaca guna kesempurnaan di masa yang akan datang.
Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang salah.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.

Sibolga,

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila satu-satunya ideology yang dianut bangsa Indonesia tak ada yang mampu
membantahnya. Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dapat dipersatukan oleh
pancasila. Itu sebabnya pancasila sering kali disebut sebagai ideology yang sakti. Maka dari
itu Buku Negara Kebangsaan Pancasila yang ditulis oleh Prpf. Dr. H. Kaelan, M. S.
Merupakan salah satu buku yang membahasnya. Oleh sebab itu saya sebagai mahasiswi
menulis laporan critical book review sebagai hasil membaca dan menganalisa buku tersebut.
Laporan ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan yang didalamnya berisi keunggulan dan
kelemahan buku.

B. Rumusan Masalah
1. Ringkasan Buku
2. Tata Bahasa Buku
3. Substansi Buku

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan critical book review ini adalah untuk mengetahui keunggulan dan
kelemahan serta ringkasan dari buku yang berjudul Neegara Kebangsaan Pancasila oleh Prof.
Dr. H. Kaelan, M. S.

D. Informasi Buku
Judul : Negara Kebangsaan Pancasila
Penulis : Prof. Dr. H. Kaelan, M. S.
Penerbit : PARADIGMA (Perum. Nogotirto III Jl. Bromo, C 97) Trihanggo, Sleman,
Yogyakarta
ISBN : 978-979-8658-24-8
Tahun Terbit : 2013
Urutan Cetakan : -
Dimensi Buku : -
Tebal Buku : 725 Halaman
BAB II
RINGKASAN, TATA BAHASA, SUBSTANSI

BAB I
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
(KAUSA MATERIALIS PANCASILA)
A. Pengantar
Suatu bangsa dalam mewujudkan cita-cita kehidupannya dalam suatu negara modern,
secara objektif memiliki karakteristik sendiri-sendiri, dan melalui suatu proses serta
perkembangan sesuai latar belakang sejarah, raelitas social, budaya, etnis, kehidupan
beragama, dan konstelasi geografis yang dimiliki oleh bangsa tersebut.
A. Nilai-Nilai Pancasila Dalam Sejarah Bangsa Indonesia
 Zaman Kutai
Bentuk kerajaan dengan agama sebagai tali pengikat kewibawaan raja ini tampak
dalam kerajaan-kerajaan yang muncul kemudian di jawa dan sumatera.
 Zaman Sriwijaya
Sebagai suatu kerajaan yang besar sriwijaya sudah mengembangkan tata negara dan
tata pemerintahan yang mampu menciptakan peraturan-peraturan yang ditaati oleh
rakyat yang berada di wilayah kekuasaannya.
 Zaman Kerajaan Sebelum Majapahit
Sebelum kerajaan majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang memancangkan
nilai-nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di jawa tengah dan jawa
timur silih berganti.
 Kerajaan Majapahit
Pada tahun 1293 berdirilah kerjaaan majapahit yang mencapai zaman keemasannya
pada pemerintahan raja hayam wuruk dengan mahapatih gajah mada yang dibantu
oleh laksamana nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai nusantara.
B. Zaman Penjajahan
Beberapa saat setelah Sultan Agung mangkat maka Mataram menjadi bagian kekuasaan
kompeni. Bangsa belanda mulai memainkan peranan politiknya dengan licik di Indonesia. Di
Makasar yang memiliki kedudukan yang sangat vital berhasil juga dikuasai cleh kompeni
tahun (1667) dan ambullah perlawanan dari rakyat Makasar di bawah Hasanudin. Menyusul
pula wilayah Banten (Sultan Ageng Tirtoyoso) dapat ditundukkan pula oleh kompeni pada
tahun 1684. Perlawanan Trunojoyo, Untung Suropati di Jawa Timur pada akhir abad ke XVII
nampaknya tidak mampu/ meruntuhkan kekuasaan kompeni pada saat itu. Demikian pula
ajakan Ibnu Iskandar pimpinan armada dari Minangkabau untuk mengadakan perlawanan
bersama terhadap kompeni juga tidak mendapat sambutan yang hangat. Perlawanan bangsa
Indonesia terhadap penjajah yang terpencar-pencar dan tidak memiliki koordinasi tersebut
banyak mengalami kegagalan sehingga banyak menimbulkan korban bagi anak-anak bangsa.
Demikianlah Belanda pada awalnya menguasai daerah-daerah yang strategis dan kaya akan
hasil rempah-rempah pada abad ke XVII dan | nampaknya semakin memperkuat
kedudukannya dengan didukung oleh kekuatan militer.
C. Kebangkitan Nasional
Pada abad ke XX di panggung politik internasional terjadilah pergolakan kebangitan
dunia timur dengan suatu kesadaran akan kekuatannya sendiri.republik philipina (1898), yang
dipelopori joze rizal, kemenangan jepang atas rusia di tsunia (1905) gerakan sun yat sen
dengan republik cinanya (1911). Perjuangan rintisan kesatuan nasional kemudian diikuti
dengan sumpah pemuda tanggal 28 oktober 1928, yang isinya satu bahasa satu bangsa dan
satu tanah air indonesia. Lagu indonesia raya pada saat itu pertama kali dikumandangkan dan
sekaligus sebagai penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa dan bernegara.
D. Zaman Penjajahan Jepang
Setelah Nederland diserbu oleh tentara Nazi Jerman pada tanggal 5 Mei 1940 dan
jatuh pada tanggal 10 Mei 1940, maka Ratu Wihelmina dengan segenap aparat
pemerintahannya mengungsi ke Inggris, sehingga pemerintahan Belanda masih dapat
berkomunikasi dengan pemerintah jajahan di Indonesia. Janji Belanda tentang Indonesta
merdeka di kelak kemudian hari dalam | kenyataannya hanya suatu kebohongan belaka
sehingga tidak pernah menjadi kenyataan. Bahkan sampai akhir pendudukan pada tanggal 10
maret 1940, kemerdekaan bangsa Indonesia itu tidak pernah terwujud.
 Sidang BPUPKI Pertama
Sidang BPUPKI dilaksanakan sealam empat hari bertutut-turut yang tampil berpidato
menyampaikan usulannya adalah : tanggal 29 mei 1945 Mr. Muhammad Yamin, tanggal 31
mei 1945 Prof. Soepomo, dan tanggal 1 juni 1945 Ir. Soekarno.
 Sidang BPUPKI Kedua (10-16 juli 1945)
Hari pertama sebelum sidang BPUPKI kedua dimulai, diumumkan oleh ketua
penambahan 6 anggota baru penyelidik yaitu : abdul fatah hasan, asikin natanegara, soerjo
hamidjodjo, muhammad noor, besar, dan abdul kaffar.
E. Proklamsi Kemerdekaan dan Sidang PPKI
Kemenangan Sekutu dalam Perang Dunia membawa hikmah bagi bangsa Indonesia.
Menurut pengumuman Nanpoo Gun (Pemerintah Tentara Jepang untuk seluruh daerah
selatan), tanggal 7 Agustus 1945 (Kan Poo No.72/2605 k.11), pada pertengahan bulan
Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau Dokuritu Zyunbi
linkai'.
Proklamasi Kemerdekaan 17 agustus 1945

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 agustus 1945

Atas nama bangsa indonesia


Soekarno Hatta
 Sidang PPKI
Sidang pertama (18 agustus 19450)
Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan sebagi berikut:
a. Mengesahkan UUD 1945 yang meliputi :
1) Setelah melakukan beberapa perubahan pada piagan jakarta yang kemudian
berfungsi sebagai pembukaan UUD 1945
2) Menetapkan rancangan hukum dasar yang telah diterima dari badan peyelidik
pada tanggal 17 juli 1945, setelah mengalami berbagai perubahan karena
berkaitan dengan perubahan piagam jakarta, kemudian berfungsi sebagi UUD
1945
b. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama
c. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagi badam musyawarah
darurat.
Sidang kedua (19 agustus 1945)
Pada sidang kedua PPKI berhasil menentukan ketetapan berikut :
a. Tentang daerah provinsi, dengan pembagian sebagai berikut :
Jawa barat, jawa tengah, jawa timur, sumatera, burneo, sulawesi, maluku, sunda kecil.
b. Untuk sementara waktu kedudukan kooti dan sebagainya diteruskan sampai sekarang
c. Untuk sementara waktu kedudukan kota diteruskan sampai sekarang.
Hasil ketiga dalam sidang tersebut dibentuknya kementerian atau departemen yang meliputi
12 separtemen yaitu :
a. Departemen Dalam Negeri
b. Departemen Luar Negeri
c. Departemen Kehakiman
d. Departemen Keuangan
e. Depaetemen Kemakmuran
f. Departemen Kesehatan
g. Departemen Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan
h. Departemen Sosial
i. Departemen Pertahanan
j. Departemen Penerangan
k. Departemen Perhubungan
l. Departemen Pekerjaan Umum (sekretariat negara)
Sidang ketiga (20 agustus 1945)
Pada sidang ketiga PPKI dilakukan perebahasan terhadap agenda tentang badan
penolong keluarga korban perang, adapun keputusan yang dihasilkan adalah terdiri atas
delapan pasal. Salah satu dari pasal tersebut yaitu pasal 2 dibentuklah suatu badan yang
disebut badan rakyat (BKR)
Sidang keempat (22 agustus 1945)
Pada sidang keempat PPKI membahas agenda tentang komite nasional partai nasional
indonesia, yang pusatnya berkedudukan di jakarta.
BAB II
KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA
A. Pengatar
Terdapat berbagai macam pengertian kedudukan dan fungsi Pancasila yang masing-
masing harus dipahami sesuai dengan konteksnya, dalam pengertian proses terbentuknya
Pancasila secara objektif. Misalnya Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia,
sebagai Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia, sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
Indonesia dan masih banyak kedudukan dan fungsi Pancasila lainnya. Seluruh kedudukan dan
fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri namun bilamana kita
kelompokkan maka akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai
Dasar Filsafat Negara dan sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
B. Pancasila Sebagai Pandanga Hidup Bangsa
Transformasi pandangan hidup masyarakat menjadi pandangan hidup bangsa dan
akhirnya menjadi dasar negara juga terjadi pada pandangan hidup Pancasila. Pancasila
sebelum dirumuskan menjadi dasar ncgara serta ideologi negara, nilai-nilainya telah terdapat
pada bangsa Indonesia dalam adat-istiadat, dalam budaya serta dalam agama-agama sebagai
pandangan hidup masyarakat Indonesia. Pandangan yang ada pada masyarakat Indonesia
tersebut kemudian menjelma menjadi pandangan hidup bangsa yang telah terintis sejak
zaman Sriwijaya, Majapahit kemudian Sumpah Pemuda 1928, Kemudian diangkat dan
dirumuskan oleh para pendiri negara dalam sidang-sidang BPUPKI, Panitia “Sembilan”, serta
sidang PPKI kemudian ditentukan dan disepakati sebagai dasar Negara Republik Indonesia,
dan dalam pengertian inilah maka Pancasila sebagai Pandangan Hidup Negara dan sekaligus
sebagai Ideologi Negara.
C. Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa dan Negara Indonesia
Negara modern yang melakukan pembaharuan dalam me. negakkan demokrasi niscaya
mengembangkan prinsip konsti-tusionalisme. Menurut Friederich, negara modern yang
melakukan proses pembaharuan demokrasi, prinsip konstitusionalisme adalah yang sangat
efektif, terutama dalam rangka mengatur dan membatasi pemerintahan negara melalui
undang-undang. Basis pokok adalah kesepakatan umum atau persctujuan (consensus) di
antara mayotitas rakyat, mengenai bangunan yang diidealkan berkenaan dengan negara
(Assiddigie, 2005: 25). Organisasi negara Itu diperlukan oleh warga masyarakat politik agar
kepentingan mereka bersama dapat dilindungi atau dipromosikan melalui pembentukan dan
penggunaan mekanisme yang disebut negara. Dalam hubungan ini sekali lagi kata kuncinya
adalah consensus atau general agreement.
D. Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara (philosofisce Grondslag)
a. Pancasila merupakan dasar filsafat negara (asa kerohanian negara), pandangan hidup dan
filsafat hidup.
b. Di atas basis (dasar) itu berdirilah negara indonesia dengan asas politik negara yaitu
berupa republik yang berkrdaulatan rakyat.
c. Kedua-duanya menjadi basis penyelenggaraan kemerdekaan kebangsaan indonesia yaitu
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara sebagaimana tercantum dalam hukum positif
indonesia.
d. Selanjutnya di atas UUD maka berdirilah bentik susunan pemerintahan dan keseluruhan
peraturan hukum positif yang lain yang mencakup segenap bangsa indonesia dalam suatu
kesatuan hidup bersama yang berasas kekeluargaan.
e. Segala sesuatu yang disebutkan diatas adalah demi tercapainya suatu tujuan bersama
yaitu tujuan bangsa indonesia dalam bernegara tersebut yaitu kebahagiaan bersama baik
jasmaniah maupun rohaniah serta tuhaniah.
E. Pancasila Sebagai Asas Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang dengan sendirinya
memiliki kebudyaan dan adat-istiadat yang berbeda-beda pula. Namun demikian bangsa
perbedaan itu harus disadari sebagai sesuatu yang memang senantiasa ada pada setiap
manusia (suku bangsa) sebagai makhluk pribadi, dan dalam masalah ini bersifat biasa.
Namun demikian dengan adanya kesatuan asas kerokhanian yang kita miliki, maka perbedaan
itu harus dibina ke arah suatu kerjasama dalam memperoleh kebahagiaan bersama. Dengan
adanya kesamaan dan kesatuan asas kerokhanian dan kesatuan ideologi, maka perbedaan itu
perlu diarahkan pada suatu persatuan. Maka di sinilah letak fungsi dan kedudukan asas,
Pancasila sebagai asas kerokhanian, sebagai asas persatuan, kesatuan dan asas kerjasama
bangsa Indonesia. Dalam masalah ini maka membina, membangkitkan, memperkuat dan
mengembangkan persatuan dalam suatu pertalian kebangsaan menjadi sangat penting artinya,
sehingga persatuan dan kesatuan tidak hanya bersifat statis namun harus bersifat dinamis.
F. Pancasila Sebagai Jatidiri Bangsa Indonesia
Pancasila yang kausa materialisnya bersumber pada nilai-nilai budaya bnagsa ini,
meminjam istilah margareth mead, ralp linton, dan abraham kardiner dalam antrhopologyto
day, disebut sebagai national character. Selanjtnya linton lebih condong dengan istilah
peoples character atau dalam suatu negra disebut sebagi national identity atau menurut istilah
populer disebut sebagai jaatidiri bangsa indonesia.
G. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata “idea” yang berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita, dan logos yang berarti ilmu. Kata idea berasal dari bahasa yunani eidos yang
artinya bentuk. Disamping itu ada kata idein yang artinya melihat. Maka secara harfiah
ideologi beratrti ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the science of ideas), atau ajaran tentang
pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari idea disamakan arinya dengan
cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan
dasar pandangan atau faham. Ideologi menjadi vocabular penting di dalam pemikiran politik
maupun ekonomi karl marx mengartikan ideologi sebagai pandangan hidup yang
dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang
politik atau sosial ekonomi.
Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan, ide,
keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut dan mengatur
tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan.

Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup


Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup. Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran
(System of thoughi), maka ideologi terbuka itu merupakan suatu sistem pemikiran terbuka.
Sedangkan ideologi tertutup itu merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Suatu ideologi
tertutup dapat dikenali dari beberapa ciri khas. Ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup
dalam masyarakat, melainkan merupakan cita-cita satu kelompok orang yang mendasari
suatu program untuk mengubah dan memperbaharui masyarakat. Dengan demikian adalah
menjadi ciri ideologi tertutup, bahwa atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-
pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat. Demi ideologi masyarakat harus
berkorban, dan kesediaan itu untuk menilai kepercayaan ideologi para warga masyarakat
serta kesetiaannya masing-masing sebagai warga masyarakat.

Hubungan Antara Filsafat dan Ideologi


Hubungan antara Filsafat dan Ideologi. Filsafat sebagai pandangan hidup pada
hakikatnya merupakan sistem rulai yang secara epistemologis kebenarannya telah diyakini
sehingga dijadikan dasar atau pedoman bagi manusia dalam memandang realitas alam
semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara, tentang makna hidup serta sebagai dasar
dan pedoman bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan
kehidupan. Filsafat dalam pengertian yang demikian ini telah menjadi suatu Sistem cita-cita
atau keyakinan-keyakinan (beke - system) yang telah menyangkut praksis, karena dijadikan
landasan — bagi cara hidup manusia atau Suatu kelompok masyarakat dalam berbagai bidang
kehidupannya. Hal itu berarti bahwa filsafat telah beralih dan menjelma menjadi ideologi
(Abdulgani, 1998).

Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun versifat
aktual, dinamis, antisipatif, dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan
zaman. Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka pancasila memilik dimensi sebagai
berikut :
Dimensi idealistis, yaitu nilai dasar yang terkandung dalam pancasila yang bersifat sistematis
dan rasional yaitu hakikat nilai yang terkandung dalam dalam lima sila pancasila.
Dimensi normatif, yaitu nilai yang terkandung dalam pancasila perlu dijabarkan dalam suatu
sistem norma, sebagaimana terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang memiliki
kedudukan tertinggi dalam tertib hukum indonesia.
Dimensi realistis, yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan ralitas yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat.
H. Pancasila Sebagai Budaya Bangsa Indonesia
Secara kausalitas asal mula pancasila dibedakan atas dua macam yaitu : asal mula yang
langsung dan asal mula yang tidak langsung.
Asal Mula Yang Langsung
Pengertian asal mula yang secara ilmiah filsafat dibedakan mejadi empat macam yaitu :
 Asal Mula Bahan (kausa materials)
 Asal Mula Bentuk (kausa formalis)
 Asal Mula Karya (kausa effisien)
 Asal Mula Tujuan (kausa finalis)
Asal Mula Yang Tidak Langsung
Secara kausalitas asal mula yang tidak langsung pancasila adalah asal mula sebelum
proklamasi kemerdekaan. Maka asal mula tidak langsung pancasila bilamana dirinci sebagai
berikut :
1) Unsur-unsur pancasila tersebut sebelum secara langsung dirumuskan menjadi dasar
filsafat negara.
2) Nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat indonesia sebelum
membentuk negara.
3) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asal mula tidak langsung pancasila pada
hakikatnya bangsa indonesia sendiri tau dengan lain perkataan bangsa indonesia
sebagai kausa materialis.
Bangsa Indonesia Berpancasila Dalam Tiga Asas
1. Bahwa unsur-unsur pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat negara secara
yudiris sudah dimiliki oleh bangsa indonesia sebagai asas dalam adat-istiadat dan
kebudayaan dalam arti luas (pancasila asas kebudayaan).
2. Demikian juga unsur pancasila telah terdapat pada bangsa indonesia sebagai asas
dalam agama (pancasila asas religius)
3. Unsur tadi kemudian diolah, dibahas dan dirumuskan secara seksama oleh para
pendiri negara dalam sidang BPUPKI, panitia sembilan. Setelah bangsa indonesia
merdeka rumusan pancasila calon dasar negara tersebut kemudian disahkan oleh PPKI
sebagai dasar filsafat nrgara indonesia dan terwujudlah pancasila sebagai asas
kenegaraan (pancasila asas kenegaraan).
BAB III
PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT
A. Pancasila Sebagai Filsafat Hidup Bangsa Indonesia
Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyatakat internasional, memiliki
sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Tatkala bangsa In. donesia akan mencapai fase nasionalisme modern, diletakkanlah prinsip-
prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam hidup ber. bangsa dan bernegara. Para pendiri
negara menyadari akan pen. tingnya dasar filosofi ini, kemudian melakukan suatu
penyelidikan yang dilakukan oleh badan yang akan meletakkan dasar filsafat bangsa dan
negara yaitu BPUPKI. Prinisp-prinsip dasar itu ditemukan oleh para peletak dasar negara
tersebut yang diangkat dari filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan
menjadi suatu prinsip dasar filsafat negara yaitu Pancasila. Hal inilah sebagai suatu alasan
ilmiah rasional dalam ilmu filsafat,bahwa salah satu lingkup pengertian filsafat adalah
fungsinya sebagai suatu pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa tettentu (Titus,
1984).
B. Pengertian Ilmu Filsafat
Interaksi antara ilmu-ilmu khusus dengan filsafat juga menyangkut tujuan yang lebih
jauh. Filsafat berusaha untuk mengatur hasil-hasil dari berbagai ilmu-ilmu khusus ke dalam
suatu pandangan hidup dan pandangan dunia yang tersatupadukan, komprehensif dan
konsisten, artinya tidak ada suatu bidang yang berada di luar jangkauan filsafat. Secara
konsisten filsafat tidak akan menyusun suatu pandangan yang saling berkontradiksi. Misalnya
dalam ilmu kimia mendasarkan ilmu pada asas kausalitas (sebabakibat), akan tetapi dalam
ilmu biologi dapat ditemukan bahwa pada organisme tidak hanya berproses secara kausalitas
seperti mesin-mesin melainkan terdapat suatu kegiatan yang mengarah pada suatu tujuan
(teleologis). Masalah proses mekanisme sebab akibat yang berbeda dengan proses teleologis
ini telah banyak dikembangkan oleh para filsuf untuk mendapat suatu pandangan yang
konperhensif dan integral (tersatupadukan).
Pengertian Filsafat
Dari Segi Etimologis, pada umumnya para filsuf maupun para ahli filsafat mempunyai
tinjauan yang senada dalam mengartikan istilah filsafat, walaupun secara harfiah mempunyai
perbedaan. Istilah filsafat dalam bahasa indonesia mempunyai padanan falsafah dalam kata
arab. Sedangkan menurut kata inggris philosopy kata latin philosopia yang kesemuanya
agmerupakan hasil dari kegiatan philosopien sebagai kata kerjanya.
Lingkup Pengertian Filsafat
Objek material filsafat yaitu objek pembahasan filsafat yang meliputi segala sesuatu baik
yang bersifat material kongrit seperti manusia, alam, benda, dan lain sebagainya, maupun
sesuatu yang bersifat abstrak misalnya nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan
lain sebagainya.
Objek formal filsafat adalah cara memandang seorang peneliti terhadap objek material
tersebut, suatu objek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang
yang berbeda.
Filsafat Sebagai Suatu Kebijakan yang Rasional dari Segala Sesuatu. Sebagaimana
dikemukakan oleh james k. Feibleman, bahwa filsafat sebagai suatu kebijaksanaan yang
rasional tentang segala sesuatu tertentu dalam kaitannya dengan hidup manusia.
Filsafat Sebagai Suatu Sikap dan Pandangan Hidup. Manusia dalam menghadapi segala
macam problema dalam hidupnya yang harus diselesaikan berdasarkan sikap dan pandangan
hidupnya.
Filsafat Sebagai Suatu Kelompok Persoalan. Manusia dalam kehidupan sehari-hari
senantiasa menghadapi persoalan yang memerlukan suatu jawaban.
Filsafat Sebagai Suatu Kelompok Teori dan Sistem Pemikiran. Perkembangan filsafat
sampai periode pertengahan bahkan aliran modern dengan munculnyasistem pemikiran dan
teori.
Filsafat Sebagai Suatu Proses Kritis dan Sistematis dari Segala Pengtahuan Manusia.
Filsafat berupaya untuk meninjau secara kritis segala pengetahuan manusia terutama ilmu
pengetahuan yang berkembang dewasa ini.
Filsafat Sebagai Usaha Untuk Memperoleh Pandangan Yang Konprenhensif. Menurut
para ahli filsafat spekualatif (yang dibedakan dengan paham filsafat kritis), yang antara lain
tokohnya C.D. Board, yang filsafat dalah berupaya menyatupadukan hasil pengalaman
manusia dalam bidang keagamaan, etika, serta ilmu pengetahuan yang dilakukan secara
menyeluruh.
Dari hasil penelitian terhadap konsep pengertian filsafat dari para filsuf, pengertian
filsafat dapat disederhanakan menjadi dua pengertian pokok yaitu :
Pertama : filsafat sebagai produk mencakup arti filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu,
konsep dari para filsuf pada zaman dahulu, teori, sistem atau tertentu, yang merupakan hasil
dari proses berfilsafat dan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas
berfilsafat.
Kedua : filsafat sebagai suatu proses yang dalam hal ini filsafat diartikan dalam bentuk
suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan
menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objek permasalahannya.
C. Ciri-ciri Berfikir dalam Ilmu Filsafat
Semua manusia hidup yang normal senantiasa ditandai dengan kegiatan-kegiatannya yang
sangat khas yaitu kegiatan berfikir. Maka kegiatan berfikir inilah yang membedakan makhluk
manusia dengan makhluk yang lainnya. Namun demikian tidak semua kegiatan berfikir
disebut kegiatan berfilsafat. Orang yang sedang berfikir untuk melunasi hutangnya pada bank
bukaniah disebut berfilsafat, demikian juga kegiatan berfikir secara kefilsafatan bukan hanya
merenung atau kontemplasi belaka yang tidak ada sangkut pautnya dengan realitas, namun
berfikir secara kefilsafatan senantiasa berkaitan dengan masalah-masalah manusia yang
bersifat aktual dan hakiki. Maka ciri-cirinya sebagai berikut:
Bersifat kritis.
Bersifat terdalam
Bersifat konseptual
Koheren (runtut)
Bersifat rasional
Bersifat menyeluruh (komprehensif)
Bersifat universal
Bersifat spekulatif
Bersifat sistematis
Bersifat bebas
D. Cabang-cabang Filsafat dan Alirannya
Metafisika
Epistemologi
Metodologi
Logika
Etika
Estetika
E. Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Agama
Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Perbedaan dan persamaaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan adalah :
Persamaan
 Baik ilmu maupun filsafat keduanya merupakan pengetahuan manusia
 Baik ilmu maupun filsafat keduanya berpangkal pada akal manusia untuk mencapai
suatu kebenaran
 Filsafat sebagai suatu ilmu dengan ilmu pengetahuan keduanya memiliki syarat ilmiah
yaitu memiliki objek, metode, sistematis, serta memiliki kriteria kebenaran
 Baik ilmu maupun filsafat keduanya merupakan suatu sistem pengetahuan manusia
yang bersifat rasional dan sistematis
Perbedaan
 Filsafat merupakan induk ilmu pengetahuan
 Filsafat bersifat refleksif
 Filsafat membahas semua yang menyeluruh dan universal
 Filsafat bersifat spekulatif
 Ilmu hanya menjelaskan fakta terutama fakta empiris
 Filsafat membahas objek secara menyeluruh
Filsafat dan Agama
Perbedaan antara filsafat dan agama adalah sebagai berikut :
 Filsafat merupakan suatu usaha manusia untuk mendapatkan suatu kebenaran yang
hakiki begitu juga dengan agama
 Filsafat dengan persamaan tersebut terdapat suatu perbedaan yaitu filsafat berpangkal
tolak pada budi beserta seluruh potensi batiniah manusia
 Filsafat bersifat rasional
 Untuk sampai pada kebenaran yang hakiki maka manusia tidak dibenarkan untuk
mempermasalahkan kebenaran yang diwahyukan oleh tuhan lewat utusannya
F. Filsafat Pancasila
Pengertian Filsafat Pancasila
Filsafat pancasila adalah pembahsan pancasila secara filsafati, yaitu pembahasan
pancasila sampai hakikatnya yang terdalam.
Filsafat Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
G. Dasar Ontologis Filsafat Pancasila
Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak
monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar antropologis.
H. Dasar Epistemologis Filsafat Pancasila
Sebagai suatu ideologi maka pencasila memiliki tiga unsur pokok agar dapat menarik
loyalitas dari pedukungnya yaitu :
 Logos
 Pathos
 Ethos
I. Dasar Aksiologis Filsafat Pancasila
Pengertian Nilai
Nilai atau value termasuk pengertian filsafat. Persoalan tentang nilai dibahas dan
dipelajari pada salah satu cabang filsafat yaitu filsafat nilai (axiology theory of value).
Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Nilai yang terkandung salam sila I sampai V pancasila merupakan cita-cita, harapan,
dambaan bangsa indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya. Sejak dahulu kala
nilai itu selalu didambakan, dicita-citakan bangsa indonesia agar terwujud dalam masyarakat
yang tata tentram, karta rahaja, gemah ripah loh jinawi,dengan penuh harapaj diupayakan
terrealisasi dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan manuisa indonesia.
BAB IV
KETUHANAN YANG MAHA ESA
A. Pengantar
Pada permulaan sidang PPKI 18 Agustus 1945, Moh. Hatta mengadakan pertemuan
dengan peserta sidang terutama dari golongan Islam, menyampaikan pesan dari saudara-
saudara Indonesia umur terutama yang berkaitan dengan rumusan sila pertama, yang
tercantum dalam Piagam Jakarta tersebut. Setelah dilakukan pembahasan kemudian
disepakatilah sila pertama Pancasila menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada perjalanan
sejarah negara, meskipun terjadi perdebatan yang panjang dalam Sidang Konstituantc
terutama pada tanggal 11 November hingga 6 Desember 1957, yang membahas tentang dasar
negara semua kelompok yaitu kelompok yang menghendaki negara berdasarkan Pancasila,
Islam dan Sosial-Ekonomi (Erwin Kusuma, 2008), udak ada yang menolak bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang religius. Negara Berketuhanan Yang Maha Esa adalah
merupakan local wisdom bangsa Indonesia dalam mendirikan negara.
Dalam membahas hubungan negara dan agama Islam tersebut kiranya layak
dipertimbangkan berbagai pemikiran dari kalangan intelektual Islam. Teori-teori yang
dikembangkan oleh kalangan intelektual Islam modern mengenai hubungan antara agama
dengan negara dapat diklasifikasikan ke dalam tiga teori utama.
Pemikiran pertama, menyatakan bahwa antara agama dan negara tidak harus dipisahkan,
karena Islam sebagai agama yang integral dan komprehensif mengatur baik kehidupan
duniawi maupun ukhrawi. Menurut pandangan ini, tidak ada aspek dari aktivitas keseharian
umat Islam termasuk dalam pengelolaan negara secara resmi harus didasarkan pada syariat
Islam. Teori ini antara lain dikemukakan oleh antara lain Abdul A’la Maududi (1903-1979),
(Khursid, 1990), Sayyid Quth (1906-1966) dan para ideolog lain dari ikhwan Al-muslimin.
Baik jamaat islami maupun ikhwan Al-muslimin dikenal sebagai gerakan fundamentalis.
Saudi Arabia, Iran dan Pakistan dapat dilihat sebagai contoh dari negara Islam dalam tipe ini.
Mereka mengembangkan ideologi bahwa kesatuan negara dan agama dimanifestasikan dalam
qhitoh politiknya bahwa Islam adalah ‘al-din wa al-daulah’ (agama dan negara).
Pemikiran kedua, negara dan agama harus dipisahkan, dan dalam hal ini agama terbatas
pada urusan pribadi. Dalam hubungan negara harus tidak ada campur tangan agama dalam
urusan politik. Konstitusi negara tidak harus didasarkan pada Islam, namun pada nilai
sekuler. Contoh dari teori ini adalah pada negara Turki Modern di bawah Kenal Attaturk.
Pemikiran ketiga, menghendaki pemisahan resmi antara negara dan agama, sehingga negara
tidak didasarkan atas Islam namun negara tetap memberikan perhatian terhadap atau
mengurusi persoalan agama. Dengan kata lain, negara terlibat dalam masalah agama yang ada
di dalam wilayahnya. Ketiga kemungkinan hubungan agama dengan negara tersebut
nampaknya dapatmenentukan semua karakteristik struktur sosial dan politik dari negara
Muslim dan bagaimana negara harus dijalankan dalam menghadapi tuntutan dan tantangan
modernitas.
Berdasarkan perkembangan respons umat Islam atas Pancasila sebagai dasar filsafat
negara, yang diaktualisasikan oleh pemerintah saat itu, maka muncullah berbagai sikap dan
penilaian terhadap Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara
Indonesia, yang hasilnya menimbulkan kerancuan pemahaman tentang Pancasila sebagai
dasar filsafat negara Indonesia.
B. Proses Perumusan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam proses perumusan Pancasila teruama yang berkaitan dengan sila pertama, muncullah
kelompok-kelompok yang dapat dibedakan menjadi kekuatan politik utama yang pada garis
besarnya terbelah ke dalam apa yang lazim disebut sebagai "golongan kebangsaan" dan
"golongan Islam". Golongan kebangsaan tergabung dalam Jawa Hokokai, sedangkan
golongan Islam tergabung dalam Masyumi. Kedua golongan ini bersepakat dalam
memandang pentingnya rulai-nilai Ketuhanan dalam negara Indonesia merdeka, namun
berselisih mengenai hubungan "negara dan agama. Hal ini tercermin dalam perdebatan-
perdebatan yang berlangsung pada persidangan BPUPK yang diketuai oleh Radjiman
Wediodiningrat.
C. Kekacauan Epistemologis Dalam Memahami Pancasila
Kekacauan pertama yang sering ditemukan adalah menyamakan antara nilai, norma dan
praksis (fakta) dalam memahami Pancasila. Pancasila adalah merupakan suatu sistem nilai
yang merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Kekacauan epistemologis yang kedua adalah pada konteks politik, yang menyamakan
nilai-nilai Pancasila dengan suatu kekuasaan, rezim atau orde. Hal ini dapat ditangkap dalam
konteks politik bahwa berbicara Pancasila seakan-akan sebagai label Orde Baru, identik
dengan kekuasaan Soeharto, dan celakanya seakan-akan terjadi suatu indoktrinasi.
Bahkan kekacauan epistemologi yang sangat fatal adalah memahami dan meletakkan
Pancasila sebagai suatu varian yang setingkat dengan agama, atau dengan lain perkataan
suatu kesesatan kategori (category mistake) menurut istilah Ryle (1983).

D. Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Pancasila adalah merupakan dasar filsafat negara Indonesia, yang nilai-nilainya telah ada
pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala, berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan
dan nilainila agama. Dengan demikian sila Ketuhanan yang Maha Esa nilai-nilainya telah ada
pada bangsa Indonesia sebagai kausa materialis.
Hakikat sila ketuhanan yang maha esa
Sebagai suatu Philosofische Grondslag, maka Pancasila bukan hanya sebagai suatu
hasil konsensus, melainkan sebagai suatu basis filosofis sehingga dalam rumusan sila tersebut
terkandung nilai filosofis yang terkandung di dalamnya.
Secara epistemologis pemahaman tentang hakikat sila ketuhanan yang maha esa ini bukan
dimaksudkan negara mendasarkanpada suatu paham agama tertentu, atau bahkan negara tidak
masuk pada ruang keimanan atau akidah para warganya dalam menjalankan ibadah sesuai
dengan ajaran agama masing-masing.

E. Hubungan Negara dan Agama


Pendekatan komparatif
Berikut ini berbagi macam pandangan tentang hubungan negara dengan agama :
1. Paham atheis
2. Paham sekulerisme
3. Paham liberal
Negara Theokrasi (negara agama)
Hubungan negara dengan agama menurut paham theokrasi, bahwa antara negara dengan
agama tidak dapat dipisahkan. Hubungan kausalitas antara negara dengan tuhan adalah
bersifat langsung.
Dampak praktek kenegaraan terdapat dua macam pengertian negara theokrasi, yaitu negara
theokrasi langsung dan negara theokrasi tidak langsung.
Dalam filsafat ketuhanan keyakinan dan keimanan tentang hakikat adanya tuhan telah
dibuktikan secara rasional karena dalam perkembangan ilmu pengetahuan, filsafat dan
agama, pengetahuan tentang adanya tuhan ini telah banyak dibuktikan secara rasional dengan
beberapa argumentasi sebagai berikut :
 Bukti adanya tuhan secara ontologis
 Bukti adanya tuhan secara kosmologis
 Bukti adanya tuhan secara teleologis
Bukti adanya tuhan secara psikologis

F. Realisasi Nilai-Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Tertib Hukum Indonesia
Berdasarkan realias pada penjabaran dalam tertib hukum Indonesia, maka sistem hukum
Indonesia berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa, bukan hanya dalam batas nilai filosofis
melainkan juga dijabarkan dalam aspek normatif dalam tertib hukum Indonesia.
BAB V
KEMANUSIAN YANG ADIL DAN BERADAB
A. Pengantar
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, sejak lahir adalah merupakan makhluk
pribadi yang tersusun atas jasmani dan rohkani. Ia memiliki akal budi dan kehendak yang
pada awalnya merupakan suatu potensi, vang harus berkembang terusmenerus untuk menjadi
pribadi yang sempurna dan mencapai tujuan eksistensinya. Sehubungan dengan itu ia diberi
hak-hak asasi, yaitu hak-hak asasi manusia sebagai manusia. Dia tidak hanya berhak
menggunakan hak-haknya itu, namun juga wajib menggunakannya karena hanya secara
demikian manusia dapat mengemban tugasnya dan mencapai eksistensinya.
B. Proses Perumusan Sila Kemausiaan Yang Adil dan Beradab
Dalam meletakkan dasar hidup berbangsa dan bernegara, para pendiri republik ini
enyadari akan pentingya dasar kemanusiaan pada filsafat bangsa dan negara indonesia.
Soekarno dalam mengemukakan pemikirannya setelah menguraikan tentang pentingnya
nasionalisme yang tatkala pidatonya diletakkan pada prinsip pertama, kemudian soekarno
menekankan pentingnya dasar kemanusiaan (internasionalisme) dalam hidup berbangsa dan
bernegara. Menurut soekarno prinsip dasar nasionalisme ini ada bahanya karena dapat
meruncing kepada sikap chauvinisme, yaitu kebangsaan yang tidak berperikemanusiaan.
Bangsa indonesia adalah hanya sebagian kecil saja dari bangsa-bangsa di dunia, sehingga
menjadi sangat penting untuk diletakkan dasar kemanusiaan. Atas pandangan ini soekarno
mengatakan dengan mengutip pernyataan Gandhi, “my nationalism is humanity”. Dalam
proses perumusan pancasila dan kursus pancasila 5 Juli 1958, soekarno menyatakan tentang
sila “kemanusiaan yang adil dan beradab” sebagai berikut :
“kita maksudkan bahwa kuta daripada republik indonesia merasakan bahwa kta ini bukanlah
bangsa yang berdiri sendiri, tetapi adalah satu bangsa dalam keluarga-keluarga bangsa-
bangsa. Bahwa umat manusia sekarang ini yang terdiri daripada pelbagai bangsa-bangsa pada
hakikatnya pun adalah satu rantai yang tiada terputus-putus. Terutama sekali dalam abad
keduapuluh ini tak dapat kita bayangkan adanya suatu bangsa yang dapat hidup dengan tiada
hubungan dengan bangsa-bangsa yang lain. Tak dapat kita bayangkan mungkin hidupnya
sesuatu bangsa yang sama sekali terasing daripada bangsa-bangsa lain. Kebangsaan yang kita
anjurkan bukan kebangsaan yang menyendiri, bukan chauvinisme. Kita harus menuju
persatuan dunia, persaudaraan dunia. Kita bukan saja harus mendirikan negara indonesia
merdeka, tetapi kita harus menuju pula kepada kekeluargaan bangsa-bangsa.

C. Hakikat dan Makna Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Hakikat
Manusia
Untuk dapat memahami hakikat sila Kemanusiaan yang adj dan beradab, maka terlebih
dahulu dibahas kedudukan manusis dalam negara. Berbagai pemikir besar tentang negara
mendeskrip. sikan bahwa, manusia dalam merealisasikan dan meningkatkan harkat dan
marttabatnya tidaklah mungkin untuk dipenuhinya sendiri, oleh karena itu manusia sebagai
makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Dalam pengertian inilah
manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara. Namun demikian dalam
kenyataannya sifat-sifat negara satu dengan lainnya memiliki perbedaan dan hal ini sangat
ditentukan oleh pemahaman ontologis hakikat manusia sebagai pendukung pokok negara,
sekaligus tujuan adanya suatu negara.

D. Hakikat “Adil dan Beradab” yang Terkandung Dalam Sila Kedua


Rumusan sila kemanusiaan yang adil dan beradab memiliki makna koheresi sifat dan
keadaan serta hakikat negara dengan hakikat manusia yang bersifat monopluralis.
Sebagaimana dijelaskan dimuka bahwa pengertian hakikat manusia monopluralis tersimpul
hubungan manusia selengkapnya yaitu meliputi hubungan :
Manusia dengan dirinya sendiri
Manusia dengan manusia lain
Manusia dengan tuhannya
Berkaitan dengan pengertian tersebut maka dapat dirumuskan pengertian adil dan beradab
sebagai berikut :
Adil : dalam kaitannya dengan kemanusiaan yang adil terhadap dirinya sendiri, terhadap
sesama manusia dan terhadap tuhannya.
Beradab : yaitu terlaksananya semua unsur-usur hakikat manusia yaitu jiwa, akal, raga,
makhluk individu, makhluk sosial, makhluk pribadi berdiri sendri, makhluk tuhan yang maha
esa.

E. Koherensi Negara Dengan Hakikat Manusia


Sebagaimana telah kita pahami pendukung pokok negara adalah manusia. Menurut istilah
Prof. Soepomo, unsur pokok negara salah satunya adalah rakyat, yang terdiri atas manusia-
manusia sekelompok manusia yang berada dalam satu wilayah tertentu, satu asas
kerokhanian, satu cita-cita dan memiliki sejarah yang sama disebut bangsa. Oleh karena itu
sifat dan keadaan negara harus koheren dengan hakikat kodrat manusia. Adapun sifat-sifat
dan keadaan negara antara lain: hakikat negara, kekuasaan negara, penguasa negara, rakyat,
bangsa, masyarakat, bentuk negara, organisasi negara, dan tujuan negara.
Hakikat manusia adalah monopluralis atau majemuk tunggal, namun demikian sebenarnya
pengertian hakikat terdiri atas tiga hal yaitu :
Hakikat abstrak atau hakikat jenis yaitu terdiri dari atas unsur-unsur yang bersama-sama
menyusun halnya atau sesuatu.
Hakikat pribadi adalah merupakan suatu penjelmaan dari hakikat abstrak (hakikat jenis).
Hakikat pribadi memilliki dua aspek yaitu sifat-sifat yang tetap dan sifat-sifat yang hakiki
yang khusus, yag juga disebut dengan ciri-ciri khusus, atau ciri-ciri pribadi yang berbeda
dengan yang lainnya.
Hakikat kongkrit adalah merupakan penjelmaan kongkrit langsung dari hakikat pribadi, atau
penjelmaan yang tidak langsung dari hakikat abstrak (hakikat jenis).

F. Moralitas Kemanusiaan
Hakikat manusia memiliki sifat dan watak yang luhur, yang sesuai dengan hakikat manusia
yang menurut istilah prof. Notonogoro disebuttabiat saleh, yang meliputi empat hal yaitu :
Moral kebijaksanaan
Moral keadilan
Moral kesederhanaan
Watak keteguhan

G. Kepribadian Indonesia Yang Terkandung Dalam Pancasila


Hakikat nilai manusia yang bersifat tetap dan terlekat pada semua orang dan sifatnya umum
universal. Sifat tersebut adalah unsur tubuh, jiwa, akal, rasa, kehendak makhluk individu dan
makhluk sosial, makhluk pribadi berdiri sendiri dan makhluk tuhan yang dalam hal ini
tersimpul dalam dalam kata pokok sila kedua yaitu kemanusiaa.
Hakikat pribadi manusia yaitu keseluruhan sifat dan ciri khusus yang tetap, yang terlekat
pada diri pribadi bangsa indoneisa sehingga menyebabkan bangsa indoneisa berbeda dengan
bangsa lain.

H. Hakikat Manusia Sebagai Dasar Ontologis Hak Asasi Manusia


Penjabaran hak-hak asasi manusia dalam UUD 1945
Hak-hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan filsofis tentang
manusia yang melatarbelakanginya. Menurut pancasila hakikat manusia adalah tersusun atas
jiwa dan raga, kedudukankodrat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
BAB VI
PERSATUAN INDONESIA
A. Pengantar
Pendiri negara bangsa ini menyadari bahwa negara Indonesia yang dibentuk tidak
mungkin mendasarkan pada prinsip individualisme sebagaimana dikembangkan di Barat.
Filsafat ind. vidualisme berkembang berdasarkan prinsip “man are created free and equal”
yang berkembang sejak Renasssance. Filsafat individua. isme ini berkembang dengan pesat
dalam berbagai bidang terutama dalam kehidupan kenegaraan. Tokoh-tokoh individualisme
antara lain Thomas Hobbes, John Locke, Hugo Grotius, JeanJagues Rousseau, Montesguieu
dan tokoh lainnya, yang menetapkan dalam bidang sosial, politik, hukum dan ekonomi
(Kartohadiprodjo, 2010: 25). Para tokoh pendiri bangsa menyadari akan kelemahan
pandangan filosofis individualisme tersebut jikalau diterapkan di negara Indonesia. Negara
Indonesia bukan merupakan hasil kontrak sosial dari individu-individu, namun merupakan
suatu manifestasi dari sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk
sosial. Local genius bangsa Indonesia tidak memiliki kausa materialis masyarakat sebagai
suatu kumpulan individu-individu yang bebas.

B. Nilai “Persatuan Indonesia” Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia


Menurut Muhammad Yamin, bangsa indonesia dalam merintis terbentuknya suatu bangsa
dalam panggung politik internasional melalui suatu proses sejarahnya sendiri, yang tidak
sama dengan bangsa lain. Dalam proses terbentuknya persatuan tersebut bangsa indonesia
menginginkan suatu bangsa yang benar-benar merdeka, mandiri, bebas menentukan nasibnya
sendiri tidak tergantung pada bangsa lain. Menurutnya terwujudnya persatuan kebangsaan
indonesia itu berlangsung pada tiga fase. Pertama, zaman kebangsaan sriwijaya, kedua,
zaman kebengsaan majapahit, dan ketiga, zaman kebangsaan indonesia merdeka (yang
diproklamasikan pada tanggal 17 agustus 1945). Kebangsaan indonesia pertama dan kedua
itu disebutnya sebagai nasionalisme lama, sedangkan fase ketiga disebutnya sebagai
nasionalisme indonesia modern, yaitu suatu nationale staat, atau etat nationale, yaitu suatu
negara kebangsaan indonesia modern menurut susunan kekeluargaan, berdasarkan atas
ketuhanan yang maha esa serta kemanusiaan. Pada masa perjuangan kemerdekaan indonesia,
pengertian persatuan indonesia adalah sebagai faktor kinci, yaitu sumber semangat, motivasi
dan penggerak perjuangan indonesia.

C. Proses Perumusan Sila Pancasila


Sila persatuan indonesia sebagai paradigma dalam kehidupan kenegaraan sangat penting
untuk dilakukan suatu pembahasan, karena selain sebagai basis nilai bagi negara indonesia,
pada akhirnya harus terumuskan secara jelas dalam norma kenegaraan yang populer disebut
bentuk negara. Mengingat konstelasi geopoltik indonesia sangat khas di dunia bahkan tidak
ada duanya, yaitu wilayah negara indonesia yang terdiri atas beribu-ribu pulau serta
wilayahnya yang sangat luas. Selain unsur wilayah geografis negara indonesia,juga unsur
rakyat yang terdiri atas beribu-ribu etnis dengan berbagai macam tradisi, budaya serta
struktur sosial. Demikian juga dalam proses perjalanan sejarah bangsa indonesia menjalin
kerjasama dengan masyarakat internasional, sehingga terjadilah akulturasi budaya dan
penyebaran agama yang hidup dan berkembang sejak dahulu kala, sehingga merupakan
kausa materialis sila ketuhanan yang maha esa. Realitas kehidupan dan kenyataan sejarah itu
maka dapat pula dikatakan bahwa indonesia terdapar kehidupan yang mulikulrural dan
pluralisme kehidupan umat beragama.

D. Hakikat dan Makna Sila Pancasila


Pengertian Hakikat Satu
Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa isi, arti sila-sila Pancasila adalah merupakan
suatu nilai yang bersifat rokhaniah, dan sebagai nilai merupakan prinsip yang sifatnya
universal. Maka struktur, sifat-sifat, keadaan, serta realitas negara harus senantiasa koheren
dengan hakikat esensi sila-sila Pancasila, yaitu: Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil. Maka
sifat mutlak kesatuan bangsa, wilayah dan susunan negara yang terkandung dalam sila
Persatuan Indonesia harus koheren dengan hakikat satu.
Segala sesuatu yang berada di dunia ini senantiasa dalam suatu keutuhan dalam
dirinya sendiri, yaitu memiliki bangun dan bentuk sendiri, sifat dan keadaan tersendiri. Maka
satu itu merupakan sifat mitlak dari suatu yang ada. Hakikat satu yaitu terdapat pada unsur-
unsur yang secara bersamaan mewujudkan sesuatu menjadi ada. Oleh karena itu bagian yang
menyusun suatu kesatuan meliputi dua macam pengertia yaitu :
Bagian kesatuan dalam arti rokhaniah (batin)
Bagian kesatuan dalam artu jasmaniah (lahir)

E. Aktualisasi Persatuan Indonesia


Pengertian persatuan indonesia terutama dalam proses mencapai indonesia merdeka,
sebagai faktor kunci, sumber semangat dan sumber motivasi, sampai tercapainya indonesia
merdeka. Dalam pengertian inilah maka persatuan indonesia adalah merupakan suatu
perwujudan dalam bentuk yang dinamis.
Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea II disebutkan suatu pengertian negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Yang dimaksud negara Indonesia yang
bersatu, yaitu suatu negara persatuan maka kesatuan dan persatuan bangsa adalah merupakan
suatu sendi negara. Negara Indonesia bukanlah negara yang terbagi-bagi dalam kalimat
'regara melindungi segenap bangsa Indonesia' dan seluruh tumpah darah Indonesia? “Tujuan
yang demikian mengandung arti bahwa negara Indonesia, bangsa Indo' nesia dan wilayah
tanah air Indonesia adalah merupakan suatu kesatuan.

F. Hakikat Negara Persatuan


Pengertian negara
Pengertian negara sebagai suatu persekutuan hidup bersama dari masyarakat adalah memiliki
kekuasaan politik, mengatur hubungan-hubungan, kerjasama dalam masyarakat untuk
mencapai suatu tujuan tertentu yang hidup dalam suatu wilayah tertentu.
G. Hakikat Negara Integralistik
Hubungan antara individu dan negara
Hubungan antara masyarakat dan negara
NKRI adalah negara kebangsaan yang berketuhanan yang maha esa
NKRI adalah negara kebangsaan yang berkemanusiaan yang adil dan beradab
NKRI adalah negara kebangsaan yang berpersatuan
NKRI adalah negara yang berkebangsaan yang berkerakyatan
NKRI adalah negara kebangsaan yang berkeadilan sosial

H. Bhineka Tunggal Ika


Kelahitan suatu bangsa memiliki karakteristik, sifat, ciri khs serta keunikan sendiri, yang
sangat ditentukan oleh faktor yang mendukung kelahiran bangsa tersebut. Adapun faktor
yang mendukung kelahiran suatu bangsa indonesia meliputi faktor objektif, faktor subjektif,
yaitu faktor historis, sosial, politik dan kebudayaan yang dimiliki bangsa indonesia.
Dasar hukum lambang negara bhineka tunggal ika
Bhineka tunggal ika sebagai local wisdom bangsa indonesia
BAB VII
KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM
PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
A. Pengantar
Suatu bangsa yang ingin hidup dalam suatu negara Modern yang melakukan
pembaharuan dalam menegakkan hak-hak Serta kebebasan warganya niscaya
mengembangkan sistem demokrasi, Menurut Friederich, negara modern yang melakukan
proses pem. baharuan demokrasi, basis pokok adalah kesepakatan umum atau persetujuan
(consensus) di antara mayoritas rakyat, mengenai bangunan yang diidealkan berkenaan
dengan negara (Assiddigie, 2005: 25). Organisasi negara itu diperlukan oleh warga
masyarakat politik agar kepentingan mereka bersama dapat dilindungi atau dipromosikan
melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme yang disebut negara. Dalam hubungan ini
sekali lagi kata kuncinya adalah consensus atau general agreement.
Sesuai dengan sifat persatuan dan kesatuan pancasila, maka sila “kerakyatan yang
dipimpin ileh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, senantiasa
merupakan suatu kesatuan denagn sial yang lainnya. Sesuai dengan susunan isi, arti sila-sila
pancasila, maka sila “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan” didasari dan dijiwai oleh ketiga sila yang lainnya yang
mendahuluinya yaitu : “ketuhanan yang maha esa”, “kemanusiaan yang adil dan beradab”,
“persatuan indonesia. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, didasari dan dijiwai oleh sila yang mendahuluinya.
Selanjutnya sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, mendasari dan menjiwai sila keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia.

B. Pandangan Tentang Demokrasi Menurut Para Tokoh Pendiri Negara


Pandangan Tan Malaka
Sebagai salah seorang bapak pendiri bangsa, tan malaka memang tidak begitu terkenal.
Namun, ialah orang pertama yang mencetuskan gagasan republik indonesia, dalam sebuah
bukunya yang ditulis pada 1925, yang berjudul naar de republiek indonesia (menuju republik
indonesia).
Pandangan Soekarno
Gagasan demokrasi dengan semnagat kekeluargaan lebih kuat diartikulasikan oleh soekarno.
Penekananya atas semangat kekeluargaan ini tercermin setidaknya sejak ia menerbitkan
tulisan pada 1926 yang berjudul nasionalisme, islam, dan marxisme.
Pandangan Mohammad Hatta
Gagasan demokrasi sosial dalam konteks indonesia mendapatkan formulasi secara lebih jelas
dari Mohammad Hatta. Pergulatannya yynag intens dengan tradisi demokrsi d eropa,
penyelidikannya atas pratkik sosiodemokrasi, terutama dinegara skandinavia, serta
penghayatn atas tradisi permusyawaratan dan gotong royong dari masyaralkat desa di
indonesia, menjadi latar yang kuat dalam mengkonseptualisasikanmodel demokrasi yang
cocok bagi masa depan bangsanya.
Pandangan Sutan Sjahir
Ia adalah seorang sosialis yang lekat dengan gagasan mengenai pentingnya kedaulatan rakyat.
C. Prespektif Pengertian Demokrasi
Hantington dalam bukunya the third wave : democratization in the late twentieth cenrury
(1991), embahas demokrasi dari segi dinamika sepanjang sejarah, yang secara sempit hanya
melihat demokrasi dari aspek politik praktis. Dalam hubungan ini demokrasi hanya nampak
dipahami identik dengan pemilu. Konstatasi hantinton ini bertolak dari pemikiran demokrasi
schumpeter, yang mengajukan metode demokrasi dalam arti prosedur kelembangan untuk
mencapai putsan politik yang didalamnya individu memperoleh kekuasaan untuk membuat
keputusan melalui perjuangan kompetitif dalam rangka memperoleh suara rakyat.
Demokrasi mempunyai arti yang penting bagi masyarakat yang menggunakannya, sebab
dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi negara
dijamin. Oleh sebab itu, hampir semua pengertian yang diberikan untuk istilah demokrasi ini
selalu memberikan posisi penting bagi rakyat kendati secara operasional implikasinya di
berbagai negara tidak selalu sama. Sekedar untuk menunjukkan betapa rakyat diletakkan pada
posisi penting dalam asas demokrasi ini berikut akan dibahas beberapa pengertian demokrasi.
Bentuk-bentuk demokrasi
Demokrasi perwakilan liberal
Demokrasi satu partai dan komunisme
Demokrasi deliberatif

D. Hakikat Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan
Negara indonesia adalah negara persatuan yang sistem demokrasinya mendasarkan pada
asas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebjaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Hal ini mengandung arti suatu negara demokrasi dari bangsa yang multikultural,
multi etnis serta pluralitasdalam kehidupan agama. Hal ini akan bertahan kokoh manakala
berlandaskan pada pengelolaan pemerintahanyang sanggup menjamin keseimbangan antara
pemenuhan prinsip kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan yang berlaku bagi segenap warga
dan elemen kebangsaan. Yang diutamakan bukan pemenuhan hak-hak individu atau hanya
hak-hak kelompok masyarakat, melainkan juga kewajiban untuk mengembangkan silodaritas
sosial dalam rangka kemaslahatan dan kebahagiaan hidup bangsa secara keseluruhan. Prinsip
dalam negara demokrasi kerakyatan adalah prinsip pemerintahan moyoritas berdasarkan
kesetaraan hak warga negara dengan menghormati hak-hak minoritas mengandaikan adanya
kedaulatan rakyat berdasarkan semangat kekeluargaan.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan, yang bersusun majemuk tunggal yaitu terdiri atas bagian-bagian yang secara
keseluruhannya merupakan suatu kesatuan. Adapun bagian-bagian tersebut pada hakikatnya
merupakan suatu bagian mutlak, yang secara bersamasama menyusun suatu kesatuan baru
(Pancasila).

E. Asas Kerakyatan Dalam Negara Proklamasi 17 Agustus 1945


Negara indonesia yang diproklamasikam pada tanggal 17 agustus 1945, memiliki suatu
dasar filsafat negara yang memiliki asas politik yang berlandaskan pada sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Pada pembukaan
UUD 1945, pengertian kerakyatan merupakan salah satu sila pada dasar filsafat negara
tersirat dengan jelas bahwa memang dikehendaki asas kebangsaan dan kenegaraan indonesia,
mengingat kerakyatan adalah merupakan aspek yang fundamental dalam negara.
Hal itu dapat diketahui dengan pembukaan UUD 1945 sebagai penjelmaan proklamsi 17
agustus 1945, dan merupakan suatu naskah proklamsi yang terinci, yang menentukan
pancasila sebagai dasar filsafat negara indonesia, yang termuat dalam alinea yang keempat.
Bentuk penjelmaannya adalah sebagai dasar politik negara yang tersirat dalam kata-kata
“negara indonesia yang berkedaulatan rakyat”. Dengan demikian secara hukum menjamin
pelaksanaan asas politik negara yang terkandung dalam dasar filsafat negara,
bagibpelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Ini terkandung dalam empat pokok pikiran,
yaitu pokok pikiran yang ketiga dalam pembukaan UUD 1945, dan termuat dalam berita
republik indonesia tahun II no. 7 yang bunyinya sebagai berikut :
“negara yang berkedaulatn rakyat, berdasarkan atas kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Konsekuensinya negara indonesia yang
ditentukan dalam UUD 1945, harus berdasarkan pada kedaulatan rakyat dan berdasarkan atas
permusyawaratan perwakilan”.
Hakikat dan sifat negara yang berkaitan dengan dasar poli. tik negara memungkinkan
terwujudnya suatu dasar demokrasi bagi negara Indonesia. Berdasarkan asas “Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan maka negara
Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 adalah negara demokrasi yang bersifat
"monoduahs'. Hal iru bersumber pada sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial, sehingga negara Indonesia pada waktu diproklamasikan, sekarang dan
untuk masa yang akan datang akan tetap merupakan negara demokrasi, karena Pembukaan
UUD 1945 adalah merupakan penjelmaan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

F. Cita-cita Filosofis Yang Terkandung Dalam Sila Keempat


Hubungan yang terkandung diantara unsur tersebut adalah sebagai berikut : kedaulatan
rakyat, adalah merupakan penjelmaan kedua unsur pokok yang lainnya yang merupakan
dasar filsafat (dasar kerokhanian) negara, yaitu sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yangterkandung dalam sila keempat,
adalah merupakan suatu cita-cita kefilsafatan atau dasar filsafat, dan kemudian dalam
kaitannya dengan pelaksanaannya dan penyelenggaran negara, dijelmakan menjadi
kedaulatan rakyat, sebagaimana yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang
merupakan suatu cita-cita politik.
Jadi dalam sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
prmusyawaratan perwakilan terkandung cita-cita sebagai berikut :
Kerakyatan
Permusyawaratan perwakilan
Hikmat kebijaksanaan
BAB VIII
KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
A. Pengantar
Sebagaimana dikemukan oleh para ahli pemikir negara mo. dern dewasa ini, untuk
mewujudkan masyarakat yang demokrats, memang tidak dapat dilepaskan dengan konteks
negara sebagai suatu negara hukum (rechisstaat). Oleh karena itu demokrasi dengan negara
hukum dengan prinsip konstitusionalismenya, sebenarnya tidak dapat dipisahkan. Carl J.
Friedrich memperkenalkan sebuah istilah negara hukum dengan nama constitutional state
atau recbtsstaat. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut maka praksis demokrasi dalam negara
harus mendasarkan pada rule of law, yang menurut Albert Van Dicey harus ditegakkan untuk
tegaknya suatu negara hukum.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara indonesia, meletakkan sila keadilan sisoal bagi
seluruh rakyat indonesia pada sila kelima. Hal ini sebagai suatu penekanan bahwa makna
yang terkandung dalam sila kelima pancasila tersebut, merupakan suatu tujuan negara yaitu
negar bertujuan mewujudkan suatu kesejahteraan rakyat yang melalui keadilan. Dengan
demikian maka sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia ini merupakan suatu “core
values” negara kesejahteraan (welfare state).

B. Proses Perumusan Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Pada masa persidangan hari kedua BPUPKI (11 juli) radjiman wediodiningrat sebagai
ketua BPUPKI membentuk tiga panitian kecil : panitia perancang hukum dasar yang diketuai
oleh soekarno, panitia perancang keuangan dan ekonomi yang diketuai oleh mohammad
hatta, panitia perancang pembelaan tanah air yang diketuai oleh abikoesno tjokrosoejoso.
Dalam panitia kecil ini terutama mohammad hatta menekankan pentingnya kesejahteraan
rakyat, kesejahteraan sosial melalui keadilan. Dalam hubungan ini mohammad hatta
memberikan masukan sebagai berikut :
 Orang indonesia hidup dalamtolong menolong
 Tiap-tiap orang indonesia berhak mendaparkan pekerjaan dan mendapat penghidupan
yang layak bagi manusia. Pemerintah menangguung biaya hidup minimum bagi
seseorang
 Perekonomian disusun sebagai usaha bersama menurut dasar kolektif
 Cabang-cabang produksi yang menguasai hidup orang banyak, dikuasai oleh oleh
pemerintah
 Tanah adalah kepunyaan masyarakat, orang-orang berhak memakai tanah sebanyak
yang perlu baginya sekeluarga
 Harta milik orang-seorang tidak boleh menjadi alat penindas orang lain
 Fakir dan miskin dipelihara oleh pemerintah

C. Negara Dan Tujuan Negara


Negara adalah organisasi masyarakat, yaitu kelompok orang yang dengan kerjasama
pembagian tugas, mengejar atau mencapai tujuan yaitu kesejahteraan bersama. Akan tetapi
berbeda dengan organisasi masyarakat lain, negara adalah suatu organisasi masyarakat yang
berdaulat. Berdasarkan kedaulatannya jadi negara dapat menentukan bahwa semua orang
yang mendiami wilayahnya, kecuali orang asing, adalah warganya dan harus tunduk
kepadanya. Orang-orang tidak ditanya lebih dahulu tetapi secara otomatis adalah warga
negara dengan berbagai hak dan kewajibannya. Begitu pula dengan anak-anak yang lahir dari
mereka. Berdasarkan kedaulatannya itu pula negara dapat menetapakan berbagai peraturan
perundangan yang bersifat memaksa mengenai tingkah laku warganya yang melanggar.
Selain hak untuk menuntut kepada para warganya agar menyerahkan sebagian kekayaan dan
pendapatan mereka antara lain sebagai pajak atau melakukan suatu seperti membela tanah air
terhadap serangan musuh dari luar.

D. Tujuan Negara Indonesia


Bagi bangsa indonesia kehidupan dalam berbangsa dan bernegara the general goal of
society or general acceptance of the same philosophy of government, yaitu tujuan negara
yang dirumuskan dalam filsafat negara, baik negara hukum formal maupun material
mendasarkan pada silankeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Secara formal dalam penyelenggaraan negara indonesia, dass sollen tujuan negara
dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 bahwa “negara melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah indonesia” sebagai ciri negara hukum formal dan “memajukan
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa”, sebagai ciri negara hukum material
atau walfare state, sedangkan secara umum “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

E. Hakikat Keadilan Sosial


Sebagaimana diketahui secara umum dalam kajian sosialpolitik, banyak digunakan istilah
keadilan sosial, dan kini kita lebih banyak menggunakannya daripada keadilan umum atau
legal. Ahli ' ekonomi Jerman, H. Pesch (1854-1926), berpendapat, keadilan sosial tak lain
ialah istilah umum untuk keadilan umum dan keadilan distributif. Kemudian banyak orang
menyetujuinya. Tetapi kemudian sementara orang berpendapat, keadilan sosial merupakan
bentuk keempat dan berlainan dari keadilan, yang Sejauh itu belum lengkap. Menurut
pendapat ini keadilan membunyai empat bentuk yaitu legal, komutatif, distributif, dan sosial.
Suatu pengertian tentang hakikat keadilan maka dipandang perlu untuk membahas teori
keadilan klasik, yaitu teori keadilan yang telah diberikan oleh para pemikir besar. Teori
tersebut adalah :
Teori keadilan moral yang dikemukakan oleh filsuf plato. Menurut plato keadilan adalah
sebagai kebajikan tertinngidari suatu neagar yang baik (the supreme virtune of the good
state).

F. Unsur-Unsur Keadilan Sosial


Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapatlah dipahami bahwa hakikat adil adalah:
dipenuhinya segala sesuatu yang merupakan sesuatu hak di dalam hubungan hidup
kemanusiaan sebagai suatu wajib. Sebagaimana kita ketahui bahwa hubungan hidup
kemanusiaan itu ada tiga yaitu terhadap diri sendiri terhadap Tuhan sebagai £ausa prima, dan
antara sesama manusia. Dalam kaitan hubungan sesama manusia inilah yang berkaitan
dengan keadilan sosial adalah hak dan wajib setiap manusia terhadap sesama manusia, serta
dari setiap pihak di dalam hidup bersama yaitu masyarakat, bangsa dan negara.
Agar dapat memahami makna unsur-unsur keadilan sosial maka dipandang sangat perlu
untuk memahami makna hak dan kewajiban :
Hak adalah kausa untuk menerima atau melakukan suatu yang seharusnya diterima atau
dilakukan, yang pada prinsipny hanya dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat
dilakukan oleh pihak lain siapapun juga yang dalam prinsipnya dapat dituntut dengan
paksaan olehnya.
Wajib adalah beban untuk memberikan atau membiarkan barang sesuat yang semestinya
diberikan atau dibiarkan yang hanya dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan
oleh siapapun juga dan yang pada prinsipnya dapat dituntut dengan paksaan daripadanya.

G. Cita-Cita Keadilan Sosial Yang Terkandung Dalam Proklamasi Kemerdekaann


Pembukaan UUD 1945 adalah merupakan suatu penjelmaan proklamsi kemerdekaan,
sehingga dapa juga dikatakan banhwa pembukaan UUD 1945 adalah merupakan naskah
proklamasi yang terinci. Sebagaimana diketahui bahwa pembukaan UUD 1945 memuat
pancasila dasar filsafat negara indonesia, yang termuat dalam alinea keempat, dan selain itu
pembukaan UUD 1945 juga memuat cita-cita kebangsaan indonesia.
BAB IX
ETIKA PANCASILA
A. Pengantar
Dalam filsafat Pancasila terkandung didalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat
kritis, mendasar, rasional, sitematis dan komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini
merupakan suatu nilai. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung
menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis
melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar.
Norma-norma tersebut meliputi:
 Norma moral berrkaitan dengan tingkah laku manusia, dapat diukur dari sudut baik
maupun buruk. Dalam kapasitas inilah nilai-nilai Pancasila telah terjabarkan dalam
suatu norma-norma moralitas atau norma-norma etika sehingga Pancasila merupakan
sistemetika dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara.
 Norma hukum Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum di
negara Indoensia. Nilai-nilai Pancasila sebenarnya berasal dari Bangsa Indonesia
sendiri atau dengan lain perkataan bangsa Indonesia sebagai asal mula materi
(kausamaterialis) nilai-nilai Pancasila.
B. Pengertian Etika
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika
umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran
dan pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan
mengapa kita mengikuti suatu suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus
mengambil sikap yang bertanggug jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.

C. Hubungan Nilai, Norma dan Fakta


Norma, moral dan etika tidak dapat dipisahkan dengan prinsip dasar nilai yang dianut
dalam masyarakat. Prinsip nilai yang merupakan dasar bagi pelaksanaan moral itu senantiasa
tercermin dalam kehidupan masyarakat atau dengan lain perkataan prinsip nilai tersebut
bersumber pada dasar filsafat yang dianut oleh masyarakat tersebut.

D. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis


 Nilai dasar
Walaupun nilai memiliki sifat abstrakartinya tidak dapat diamati melalui indera
manusia, namun dalam realisasinya nilai berkaitan dengan tingkah laku atau segala
aspek kehidupan manusia yang bersifat nyata.
 Nilai instrumental
Untuk dapat direalisasikan dalam suatu kehidupan praksis maka nilai dasar tersebut
diatas harus memiliki formulasi serta parameter atau hukuman yang jelas
 Nilai praksis
Nilai praksis pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai
instrumental dalam suatu kehidupan yang nyata.
E. Hubungan Nilai, Norma, Moral dan Hukum
Nilai dan norma berkaitan erat dengan moral dan etika. Istilah moral mengandung
integritas dan martabat pribadi manusia. Derajat kepribadian seseorang amat ditentukan oleh
moralitas yang dimilikinya. Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorangitu
tercermin dari sikap dan tingkah lakunya.

F. Nilai-Nilai Etika Yang Terkandung Dalam Pncasila


Etika dan moral bagi manusia dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan
kemasyarakatan, senantiasa bersifat relasional. Hal ini beraru bahwa etika serta moral yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila, tidak dimaksudkan untuk manusia secara pribadi,
namun secara relasional senantiasa dalam hubungannya dengan yang lain. Sebagaimana
dipahami bahwa secara ontologis, hakikat manusia meliputi susunan kodrat, yaitu meliput
unsur jasmani dan rokhani. Sifat kodrat manusia, merupakan makhluk individu dan makhluk
sosral, serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dansebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu etika Pancasila mendasarkan hakikat
manusia secara moralitas memiliki hubungan etis, antara manusia dengan dirinya sendiri
dalam pengertian jasmani dan rokhani, antara manusia dengan manusia lain secara individual,
antara manusia dengan masyarakat, bangsa dan negara, dan antara manusia terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Keseluruhan aspek oral tersebut harus terlaksana secara simultan, sistematik
dan komprehensif. |
BAB X
FILSAFAT HUKUM PANCASILA
A. Pengantar
Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut :
a) Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber
indonesia
b) Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945
c) Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara
d) Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan lain penyelenggara negara memegang teguh cita-cita moral rakyat
yang luhur
e) Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945, bagi penyelenggara negara, para
pelaksanaan pemerintahan

B. Pancasila Dasar Filsafat Hukum Indonesia


Aliran-aliran dalam filsafat hukum
Aliran hukum alam
Aliran hukum positif analitis
Aliran hukum murni

C. Pandangan Filsafat Hukum Pancasila


Dasar ontologis filsafat hukum pancasila
Dasar epistemologis filsafat hukum pancasila
Dasar aksiologis filsafat hukum pancasila

D. Hakikat Filsafat Hukum Pancasila


Pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya bersumber pada nilai-nilai pancasila yang
unsur-unsur sudah dimiliki oleh bangsa indonesia sebagai suatu pandangan hidup pancasila
direalisasikan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam bidang kehidupan hukum.

E. Pancasila Dalam Semiotika dan Hermeneutika Hukum Indonsia


Dalam proses penemuan hukum bahwa pancaila yang merupakan cita hukum, core values
hukum nasional yang terkandung dalam staatfundamentalnom meminjam istilah gustaf
radbruch seorang ahli filsafat hukum mazhab baden, memiliki fungsi regilatif dan fungsi
konstitutif. Cita hukum memiliki fungsi regulatif adalag berfungsi sebagai tolak ukur yaitu
menguji apakah suatu hukum podsitif itu adil atau tidak. Adapun fungsi konstitutif yaitu
menentukan bahwa tanpa suatu cita hukum maka hukum akan kehilangan maknanya sebagai
suatu hukum.
BAB XI
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KETATANEGARAAN INDONESIA
A. Pengantar
Sebagai dasar negara pancasila merupakan suatu asas kerokhanian yang dalam ilmu
kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara (philosofische gronslag). Dalam
kedudukan ini pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara indonesia.

B. Kajian Filsafat Hukum Tentang Pembukaan UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 dalam tertib hukum indonesia
Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat adanya tertib hukum indonesia
Pembukaan UUD 1945 sebagai staatsfundamentalnorm
Eksistensi pembukaan UUD 1945 bagi kelangsungan negara republik indonesia

C. Pengertian Isi Pembukaan UUD 1945


Alinea pertama
Dalam alinea pertama tersebut terkandung suatu pengakuan tentang niali hak kodrat yaitu
tersimpul dalam kalimat bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Hak kodrat adalah
hak yang merupakan karunia dari tuhan yang maha esa yang melekat pada makhluk individu
dan makhluk sosial.
Alinea kedua
Pengertian negara yang merdeka adalah negar yang benar-benar bebas dari kekuasan bangsa
lain. Bersatu mengandung pengertian sebagai kebulatan kesatuan karena unsur utama negara
adalah bangsa. Berdaulat diartikan dalam hubungannya dengan eksistensi negara yang
merdeka yang berdiri atas kemampuan sendiri. Pengertian negara indonesia yang adil yaitu
negara yang mewujudkan keadilan dalam kehidupan bersama. Cita-cita bnagsa dan negara
tentang kemakmuran diartikan sebagai pemenuhan kebutuhan manusia baik material maupun
spiritual jasmani dan rohani.
Alinea ketiga
Pengakuan nilai religius yaitu dalam pernyataan atas berkat rahmat allah yang maha kuasa.
Hak ini mengandung makna bahwa negara indonesia mengakui nilai religius, bahkan
merupakan suatu dasar megara.
Pengakuan nilai moral yang terkandung dalam pernyataan didorong oleh keinginan luhur
supaya kerkehidupan kebangsaan yang bebas. Hal ini mengandung makna bahwa negara dan
bangsa indonesia mengakui nilai moral dan hak kodrat untuk segala bangsa.
Alinea keempat
Tentang isi pokok yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat adalah
meliputi empat hal yang merupakan prinsip pokok kenegaraan yaitu :
Tentang tujuan negara
Tentang ketentuan diadakannya UUD 1945
Tentang bentuk negara
Tentang dasar filsafat negara
D. Nilai-NilaiHukum Tuhan, Hukum Kodrat, dan Hukum Etnis, Yang Terkandung
Dalam Pembukaan UUD 1945
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945
Hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan batang tubuh UUD 1945
Hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan pancasila
Hubungan anatar pembukaan UUD 1945 dengan proklamasi 17 agustus 1945
Bab XII
AKTUALISASI PANCASILA
A. PENGANTAR
Keharusan Moral Untuk Mengaktualisasikan Pancasila
perjuangan kemerdekaan indonesia dijiwai oleh hasrat sedalam-dalamnya untuk mendirikan
negara indonesia yanng berdasarkan pancasila
pancasila adalah landasan ideal dalam perjuangan melawan penjajah
dalam penyelenggaraan kehidupan kenegaraan indonesia, pada hakikatnya berdasarkan atas
suatu hukum dasar negara yang mengandung suasana kebatinan dan cita-cita hukum.
Bagi setipa warga negara indonesia seharusnya mendasarkan cipta, rasa, karsa dan karya atas
nilai pancasila.

B. Aktualisasi Pancasila Yang Subjektif


Aktualisasi subjektif dari pancasila meliputi pelaksanaan pancasila sebagai kepribadian
bangsa indonesia, pandangan hidup bangsa indonesia dan dalam pelaksanaan kongkritnya
tercermin dalam tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari,

C. Ketaatan Moral Untuk Melaksanakan Pancasila


Ketaatan hukum
Ketaatan moral
Ketaatan religius

D. Kesadaran Untuk Melaksanakan Pancasila


Ketaatan adalah berdasarkan atas kesadaran jadi ketaatan akan terwujud bilaman ada suatu
kesadaran. Oleh karena itu dalam pengamalan pancasila perlu diusahakan adanya suatu
lesadaran, agar terwujud adanya ketaatan. Kesadaran adalah hasil perbuatan akal yaitu
pengalaman tentang keadaan yang ada pada diri manusia sendiri.

E. Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila


Pengetahuan
Kesadaran
Ketaatan
Kemampuan kehendak
Watak dan ahti nurani
Strategi dan metode

F. Proses Pembentukan Kepribadian Pancasila


Proses penghayatn diawali dengan mimiliki tentang pengetahuan yang lengkap dan jelas
tentang kebaikan dan kebenaran pancasila.
Kemudian ditingkatkan ke dalam hati sanubari adanya suatu ketaatan, yaitu suatu kesediaan
yang harus senantiasa ada untuk merealisasikan pancasila.
Kemudian disusul dengan adanya kemampuan dan kebiasaan untuk melakukan perbuatan
mengaktualisasikan pancasila dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bidang kenegaraan
maupun dalam bidang kemasyarakatan.
Kemudian ditingkatkan menjadi mentalitas, yaitu selalu terselenggaranya kesatuan lahir
batin.
Kemudian mengadakan penilaian diri setelah melakukan suatu perbuatan yangbersangsi.
Bilamana kondisi peresapan dan aktualisasi pancasila sampai pada tingkat yang optimal
maka orang akan memiliki kepribadian pancasila.

G. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila


Pelaksanaan pancasila yang subjektif uni berbeda dengan pelaksanaan yang objektif yaitu
realisasi serta implementasi nilai pancasila dalam segala aspek penyelenggaraan negara,
terutama dalam kaitannya dengan penjabaran nilai pancasila sistem peraturan perundang-
undangan di indonesia. Dalam implementasi penjabaran pancasila yang bersifat objektif
adalah merupakan perwujudan nilai pancasila yang realisasi konkritnya merupakan sumber
dari segala sumber hukum inonesia. Oleh karena itu implementasi –ancasila yang objektif ini
berkaitan dengan norma hukum dan moral secara lebih luas dengan norma kenegaraan.

H. Aktualisasi Pancasila Yang Objektif


Pengertian aktualisasi pancasila yang objektif adalah pelaksanaan daam bentuk realisasi
dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif eksekusif maupun
yudikatif dan semua bidang kenegaraan dan terutama realisasinya dalam benuk peraturan
perundang-undangan indonesia.

I. Sosilisasi dan Pembudayaan Pancasila


Epistemologi realisasi nilai-nilai pancasila
Proses sosialisasi dan pembudayaan pancasila

Anda mungkin juga menyukai