Anda di halaman 1dari 79

DIKSI DSAN PILIHAN KATA

Universitas Muhammadiyah Kendari

Oleh
Darwan Sari, S.Pd.,M.Si.
DIKSI ATAU PILIHAN KATA
PENGERTIAN DIKSI
 Pilihan kata atau diksi pada dasarnya
adalah hasil dari upaya memilih kata
tertentu untuk dipakai dalam suatu
tuturan bahasa. Pemilihan kata dilakukan
apabila tersedia sejumlah kata yang artinya
hampir sama atau mirip. Dari beberapa
kata itu dipilih satu kata yang paling tepat
untuk mengungkapkan suatu pengertian.
Lanjut
 Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita
memilih kata yang tepat untuk menyatakan
sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur
yang sangat penting, baik dalam dunia karang-
mengarang maupun dalam dunia tutur setiap
hari. Dalam memilih kata yang setepat-
tepatnya untuk menyatakan suatu maksud
kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus
memeberikan suatu ketepatan kepada kita
tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini,
maka kata yang tepatlah yang diperlukan.
Lanjut
 Kata yang tepat akan membantu
seseorang mengungkap dengan tepat apa
yang ingin disampaikannya, baik lisan
maupun tulisan. Disamping itu, pemilihan
kata itu harus pula sesuai dengan situasi
dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Makna Denotatif dan Konotatif
 Makna denotatif adalah makna dalam alam
wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah
makna yang sesuai dengan apa adanya.
 Denotatif adalah suatu pengertian yang
dikandung sebuah kata secara objektif. Sering
juga makna denotatif disebut makna
konseptual.
 Kata makan, Misalnya bermakna memasukkan
sesuatu ke dalam mulut, dikunyah dan ditelan.
Makna kata makan seperti ini adalah makna
denotatif.
Makna Konotatif
 Makna konotatif adalah makna asosiatif,
makna yang timbul sebagai akibat dan
sikap sosial, sikap pribadi dan kriteria
tambahan yang dikenakan pada sebuah
makna konseptual.
 Misal: Kata makan dalam makna konotatif
dapat berarti untung atau pukul.
Lanjut
 Makna konotatif berbeda dari zaman ke
zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil
mengacu kepada kamar yang kecil
(denotatif), tetapi kamar kecil berarti juga
jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita
kadang-kadang lupa apakah suatu makna
kata itu adalah makna denotatif atau
konotatif.
Sinonim
 Sinonim adalah dua atau lebih yang pada
dasarnya mempunyai informasi yang sama,
tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata
tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau
kemiripan.
 Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-
alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu
sehingga kalimat itu tidak membosankan.
Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata
yang bersinonim akan menghidupkan bahasa
seseorang sehingga kejelasan komunikasi
(lewat bahasa itu akan terwujud).
Lanjut
 Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik.
Kedua kata ini bersinonim, tetapi kata ini
tidak persis sama benar.
 Kata-kata lain yang bersinonim ialah:
agung, besar, raya
mati, mangkat, wafat, meninggal
cahaya, sinar
ilmu, pengetahuan
penelitian, penyelidikan dan lain-lain.
Pembentukan Kata
 Dalam membentuk kata, ada dua cara
pembentukan, yaitu dari dalam dan luar
bahasa Indonesia.
 Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk
kosa kata baru dengan dasar kata dan
yang sudah ada, sedangkan
 Dari luar terbentuk kata baru melalui
unsur serapan.
Lanjut
 Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk
kata baru, misalnya:
tata daya serba
tata buku daya tahan serba putih
tata bahasa daya pukul serba plastic
tata rias daya tarik serba kuat
tata cara daya serap serba tahu
Lanjut
 Dari luar bahasa Indonesia terbentuk
kata-kata melalui pungutan kata.
bank wisata
kredit santai
valuta nyeri
televisi candak
Lanjut
 Kata-kata pungut adalah kata yang diambil
dari kata-kata asing.
 Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita
terhadap nama dan penamaan benda atau
situasi tertentu yang belum dimiliki oleh
bangsa Indonesia.
 Pemungutan kata-kata asing yang bersifat
internasional sangat kita perlukan karena kita
memerlukan suatu komunikasi dalam dunia
dan teknologi modern.
Kesalahan Pembentukan Kata

Penanggalan awalan me-


 Penanggalan awalan me- pada judul berita
dalam surat kabar diperbolehkan. Namun,
dalam teks beritanya, awalan me- harus
eksplisit.
 Di bawah ini diperlihatkan bentuk yang
salah dan bentuk yang benar.
Lanjut
1. (a) Amerika Serikat luncurkan pesawat
bolak-balik Columbia (salah)
(b) Amerika Serikat meluncurkan pesawat
bolak-balik Columbia (benar)
2. (a) Letkol Susdariyanto akui “menjual”
dokumen Negara (salah)
(b) Letkol Susdariyanto mengakui
“menjual” dokumen Negara (benar)
Penanggalan awalan ber-

 Kata-kata yang berawalan ber-sering


menanggalkan awalan ber-.
 Padahal, awalan ber- harus dieksplisitkan
secara jelas.
 Di bawah ini dapat dilihat bentuk salah
dan benar dalam pemakaiannya.
Lanjut
1. (a) Sampai jumpa lagi. (salah)
(b) sampai berjumpa lagi. (benar)
2. (a) pendapat saya beda dengan
pendapatnya. (salah)
(b) pendapat saya berbeda dengan
pendapatnya. (benar)
3. (a) kalau saudara tidak keberatan, saya akan
meminta saran saudara tentang
penyusunan proposal penelitian. (benar)
Peluluhan Bunyi /c/
 kata dasar yang diawali bunyi /c/ sering
menjadi luluh apabila mendapat awalan
me-. Padahal, sesungguhnya bunyi c tidak
luluh apabila mendapat awalan me-.
 Di bawah ini diperlihatkan bentuk salah
dan bentuk benar.
Lanjut
(a) Wakidi sedang menyuci mobil. (salah)
(b) Wakidi sedang mencuci mobil. (benar)

(a) Eka lebih menyintai Boby daripada


menyintai Roy. (salah)
(b) Eka lebih mencintai Boby daripada
mencintai Roy. (benar)
Penyengauan Kata Dasar
 Ada lagi gejala penyengauan bunyi awal kata dasar.
Penyengauan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam
lisan yang dipakai dalam ragam tulis.
 Akhirnya, pencampuradukan antara ragam lisan dan
ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang
salah dalam pemakaian.
 Kita sering menemukan penggunaan kata-kata,
nyopet, mandang, ngail, ngantuk, nabra’, nanam, nulis,
nyubit, ngepung, nolak, nyabit, nyuap, dan nyari.
 Dalam bahasa Indonesia buku tulis, harus
menggunakan kata-kata mencopet, memandang,
mengail, mengantuk, menabrak, menanam, menulis,
mencubit, mengepung, menolak, mencabit, menyuap,
dan mencari.
Lanjut
1. (a)Ekstensi Indonesia sebagai negara pensuplai
minyak sebaiknya di pertahankan. (salah)
(b)Ekstensi Indonesia sebagai negara penyuplai
minyak sebaiknya di pertahankan. (salah)
2. (a)Bangsa Indonesia mampu mengkikis habis
paham komunis sampai ke akar-akarnya. (salah)
(b)Bangsa Indonesia mampu mengikis habis paham
komunis sampai ke akar-akarnya. (benar)
3.(a) Semua warga negara harus mentaati peraturan
yang berlaku. (salah)
(b)Semua warga negara harus menaati peraturan
yang berlaku. (benar)
Awalan ke- yang keliru

 Pada kenyataannya sehari-hari, kata-kata


yang seharusnya berawalan ter- sering
diberi berawalan ke-.
 Hal itu disebabkan oleh
kekurangcermatan dalam memilih awalan
yang tepat.
 Umumnya, kesalahan itu dipengaruhi oleh
bahasa daerah (Jawa/Sunda), Di bawah ini
di paparkan bentuk salah dan bentuk
benar dalam pemakaian awalan.
Lanjut
1.(a)Pengendara motor itu meninggal karena
ketabrak oleh metro mini. (salah)
(b)Pengendara motor itu meninggal karena
tertabrak oleh metro mini. (benar)
2. (a)dompet saya tidak kebawa karena waktu
berangkat, saya tergesa-gesa. (salah)
(b)dompet saya tidak terbawa karena waktu
berangkat, saya tergesa-gesa. (benar)
3. (a) mengapa kamu ketawa terus ? (salah)
(b) mengapa kamu tertawa terus ? (benar)
Ungkapan Idiomatik

 Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada


suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat
dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah
kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak
terkena kaidah ekonomi bahasa.
 Ungkapan yang bersifat idiomatik terdiri atas dua atau
tiga kata yang dapat memperkuat diksi di dalam
tulisan.
 Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatik
adalah sbb.
Menteri Dalam Negeri bertemu Wakil Presiden.
(salah)
Menteri Dalam Negeri bertemu dengan Wakil
Presiden. (benar)
 Yang benar ialah bertemu dengan.
PENALARAN
 Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia
untuk menghubungkan data atau fakta yang ada
sehingga sampai pada suatu simpulan.
 Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar
dan boleh tidak benar.
 Orang akan menerima data dan fakta yang benar
dan tentu saja akan menolak fakta yang belum
jelas kebenarannya. Data yang dapat dipergunakan
dalam penalaran untuk mencapai suatu simpulan
ini harus berbentuk kalimat pernyataan.
 Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan
sebagai data itu disebut proposisi.
Proposisi Term
 Term adalah kata atau kelompok kata yang
dapat dijadikan subjek atau predikata
dalam sebuah kalimat proposisi.
Contoh:
 Semua tebu manis.
 Semua tebu term.
Manis term
Lanjutan
 Term dan proposisi mempunyai hubungan
yang erat.
 Proposisi adalah pernyataan tentang
hubungan yang terdapat diantar subjek
dan predikat. Dengan kata lain,
 proposisi adalah pernyataan yang lengkap
dalam bentuk subjek-predikat atau term-
term yang membentuk kalimat.
Lanjutan
 Suatu proposisi mempunyai subjek dan
predikat.
 proposisi pasti berbentuk kalimat, tetapi
tidak setiap kalimat dapat digolongkan ke
dalam proposisi.
 Hanya kalimat berita yang netral yang
dapat disebut proposisi.
 Kalimat Tanya, kalimat perintah, kalimat
harapan, tidak dapat disebut proposisi.
Lanjutan
Kalimat berikut ini bukan proposisi.
 Bangsa burungkah ayam?
 Mudah-mudahan bangsa Indonesia menjadi
Negara makmur.
 Berdirilah kamu di pinggir pantai.
Kalimat-kalimat ini dapat diubah menjadi
proposisi, yaitu sebagai berikut.
 Ayam adalah burung.
 Indonesia menjadi Negara makmur.
 Kamu berdiri di pinggir pantai.
Lanjutan
 Maka Proposisi dapat dikatakan harus
terdiri atas subjek dan predikat yang
masing-masing dapat diwujudkan dalam
kelompoknya sehingga dapat dilihat
hubungan kelompok subjek dan kelompok
predikat.
Jenis-Jenis Proposisi
Proposisi dapat dipandang dari empat
kriteria,
 berdasarkan bentuknya
 berdasarkan sifatnya
 berdasarkan kualitasnya
 berdasarkan kuantitasnya
Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, proposisi dapat
dibagi dua:
 proposisi tunggal
 proposisi majemuk
Lanjutan
Proposisi Tunggal
 Proposisi tunggal hanya mengandung satu
pernyataan.
Contoh
 Semua petani harus bekerja keras.
 Setiap pemuda adalah calon pemimpin.
Lanjutan
Proposisi Majemuk
 Proposisi majemuk mengandung lebih dari
satu pernyataan.
Contoh
 Semua petani harus bekerja keras dan hemat
Proposisi majemuk ini sebenarnya terdiri atas
dua proposisi, yaitu:
 Semua petani harus bekerja keras
Dan
 Semua petani harus hemat
Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, proposisi dapat dibagi
 Proposisi kategorial dan
 Proposisi kondisional.
Lanjutan
Proposisi Kategori
 Dalam proposisi kategori, hubungan
antara subjek dan predikat terjadi dengan
tanpa syarat.
Contoh:
 Semua bemo beroda tiga.
 Sebagian binatang tidak berekor.
Lanjutan
Proposisi Kondisional
 Dalam proposisi kondisional, hubungan
antara subjek dan predikat terjadi dengan
suatu syarat tertentu.
 Syarat itu harus dipenuhi atau diingat
sebelum peristiwa dapat berlangsung.
Contoh
Jika air tidak ada, manusia akan kehausan.
Berdasarkan Kualitasnya
Berdasarkan kualitas, proposisi dapat dibagi:
 Proposisi positif (afirmatif)
 Proposisi yang membenarkan adanya
persesuaian hubungan antara subjek dan
predikat.
Lanjutan
Proposisi positif (afirmatif)
Contoh:
 Semua dokter adalah orang pintar
 Sebagian manusia adalah bersifat sosial.
Lanjutan
Proposisi Negatif
 Proposisi negatif adalah proposisi yang
menyatakan bahwa antara subjek dan predikat
tidak mempunyai hubungan.
 Dengan kata lain, proposisi negatif meniadakan
hubungan antara subjek dan predikat.
Contoh:
 Jika hari panas, petani tidaklah bekerja (negatif)
 Jika hari tidak panas, petani menjadi senang
(alternatif)
Berdasarkan Kuantitasnya
Berdasarkan kuantitasnya, proposisi dpt dibagi:
 Proposisi universal (umum)
 proposisi khusus.
Lanjutan
Proposisi Universal
 Pada proposisi universal (umum), predikat
proposisi membenarkan atau mengingkari
seluruh subjeknya.
Contoh:
 Semua dokter adalah orang pintar
 Tidak seorang dokter pun adalah orang yang
tak pintar.
 Semua gajah bukanlah kera
 Tidak seekor gajah pun adalah kera.
Lanjutan
Kata-kata yang dapat membantu
menciptakan proposisi universal ini ialah:
 Universal afirmatif : semua, setiap, tiap,
masing-masing, apapun
 Universal negative : tidak satu pun, tak
seorang pun
Lanjutan
Contoh:
 Sebagian mahasiswa gemar olah raga
 Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi
 Sebagian pulau Jawa adalah Jawa Barat
 Tidak semua Pulau Jawa adalah Jawa Barat.
Kata-kata yang dapat membantu menciptakan
proposisi khusus ialah kata sebagian,
sebahagian, banyak, beberapa, sering, kadang-
kadang, dalam keadaan tertentu.
Bentuk-Bentuk Proposisi
Berdasarkan dua jenis proposisi, yaitu
berdasarkan kualitas (positif dan negatif) dan
berdasarkan kuantitas (umum dan khusus)
ditemukan empat macam proposisi, yaitu:
 Proposisi umum-positif
 Proposisi umum-negatif
 Proposisi khusus-positif
 Proposisi khusus-negatif
Lanjutan
1. Proposisi umum-positif
Proposisi umum-positif adalah proposisi
yang predikatnya membenarkan
keseluruhan subjek
Contoh:
 Semua mahasiswa adalah lulusan SMTA
 Semua karya ilmiah mempunyai daftar
pustaka
Lanjutan
2. Proposisi umum-negatif
Proposisi umum-negatif adalah proposisi
yang predikatnya mengingkari keseluruhan
subjek.
Contoh:
 Tidak seorang mahasiswa pun lulusan
SMPT.
 Tidak seekor gajah pun berekor enam.
Lanjutan
3. Proposisi khusus-positif
Proposisi khusus-positif adalah proposisi
yang predikatnya membenarkan sebagian
subjek.
Contoh:
 Sebagian mahasiswa adalah anak pejabat.
 Sebagian perguruan tinggi dikelolah oleh
yayasan.
Lanjutan
4 Proposisi khusus-negatif
Proposisi khusus-negatif adalah proposisi
yang predikatnya mengingkari sebagian
subjek.
Contoh:
 Sebagian mahasiswa tidak mempunyai
mobil.
 Sebagian perguruan tinggi tidak dikelolah
oleh yayasan.
Berbahasa dan Benalar
A. Proses Berbahasa dan Berpikir
• Bahasa pada hakikatnya adalah sistem simbol
yang manasuka yang digunakan manusia untuk
berkomunikasi.
• Bahasa dikatakan sebuah sistem karena ia
memiliki seperangkat aturan.
• Struktur atau gramatika bahasa adalah bagian
dari perangkat aturan bahasa itu.
• Seperimitif apapun suatu penutur bahasa,
bahasanya tetap bekerja menurut perangkat
aturan yang mereka sepakati.
Lanjutan
• Bahasa dikatakan sebagai sistem simbol
karena bahasa terdiri atas rentetan simbol
yang manasuka yang memiliki arti.
• Chaedar berpendapat (1985) faktor simbol
inilah yang memungkinkan manusia memiliki
penalaran.
• Kita bisa membicarakan sesuatu yang telah terjadi,
sedang terjadi atau akan terjadi karena bahasa
memiliki daya simbolik.
• Jadi ketika berbahasa, antara simbol dan yang
disimbolkan tidak mesti hadir secara fisik, dan tentu
saja antara simbol dan yang disimbolkan berbeda
antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya.
Lanjutan
Kita merujuk pada seorang bapak sebagai
kepala keluarga misalnya disimbolkan dalam
bahasa Indonesia oleh orang Indonesia
dengan sebutan ayah, sementara dalam
bahasa Arab oleh orang Arab disimbolkan
dengan sebutan Abi dan oleh orang Inggris
disimbolkan dengan sebutan Father.
• Bahasa dikatakan manasuka karena lahir
secara kebetulan berdasarkan kesepakatan
penutur atau komunitas bahasa itu sendiri.
Lanjutan
• Orang Sunda Priangan misalnya menyebut
gadis dengan kata Nyai, sementara kata Nyai
bagi Sunda Banten adalah seorang nenek.
• Inilah contoh yang nyata bahwa bahasa itu
manasuka.
• satu benda atau konsep yang dirujuk
memiliki istilah atau kata yang berbeda
antar bahasa yang satu dengan bahasa yang
lainnya.
Lanjutan
Bahasa dikatakan berfungsi sebagai alat komunikasi
karena bahasa adalah cara utama untuk
mengkomunikasikan isi pikiran manusia.
• bahasa adalah cara universal; setiap masyarakat
manusia memiliki bahasa, dan setiap manusia yang
memiliki kecerdasan normal memperoleh bahasa
aslinya, dan menggunakannya tanpa kesulitan.
• dalam kaitannya dengan proses berpikir atau
bernalar, mengingat bahasa ditujukan untuk
mengekspresikan pikiran, maka ada yang berasumsi
bahwa struktur bahasa sesungguhnya
mencerminkan struktur pikiran itu sendiri.
Lanjutan
• asumsi ini mengalami perdebatan dari
Benyamin Whorf (1956 dalam Atkinson,
et.al,) asumsinya justru bahasalah yang
sesungguhnya menentukan pikran
seseorang.
• Jadi, yang jelas berbahasa sesungguhnya
erat kaitannya dengan berpikir dan
bernalar. Masuk akal manakal dikatakan
bahasa seseorang yang rancu identik
dengan pikiran yang rancu.
B. Berbahasa Teratur dan Berpikir Teratur
• Berbahasa erat kaitannya dengan bentuk
pikiran seseorang maka jika seseorang
terbiasa berpikir teratur dia pasti akan
berbahasa secara teratur.
• Pemakaian bahasa yang tidak teratur
atau rancu
1.Pengacara Amrozi yang divonis
hukuman mati mengajukan banding
pada mejelis hakim.
hakim.
Kalimat yang benar-benar rancu, karena
yang dihukum mati sesungguhnya
bukan pengacara Amrozi tetapi Amrozi.
penyusun kalimat itu tidak menyadari
hal ini.
Dia bermaksud mengatakan Amrozi
yang divonis mati, pengacaranya
mengajukan banding pada majelis
Lanjutan
2. Selamat Ulang Tahun RI Ke-63 atau
Dirgahayu RI ke-63.
• Sering kita temui di gedung-gedung
perkantoran baik swasta maupun
pemerintah.
Lanjutan
 Kalimat ini adalah kalimat yang tidak
benar, karena sesungguhnya tidak ada
Republik Indonesia (RI) ke-63, yang ada
adalah ulang tahun yang ke-63 RI. Jadi
kalimat yang logis dan benar adalah Ulang
Tahun ke-63 RI.
SILOGISME
Bentuk-Bentuk Standar Silogisme
Prinsip-Prinsip Silogisme
Hukum Silogisme
Uji Validitas Dalam Silogisme
Bentuk-Bentuk Standar
Silogisme
• dlm kehiduan sehari-hari, kita
mmpergunakan penalaran yg tdk
langsung yg dlm ilmu logika dikenal
dgn silogisme.
• Silogisme dikembangkan oleh
Aristoteles.
• Silogisme adalah suatu bentuk formal
dedukasi yg terdiri dari proposisi-
proposisi kategori.
Lanjutan
• Konklusi dlm silogisme ditarik dari
proposisi I dgn bantuan proposisi II.
• Tanpa adanya proposisi II tdk dpt ditarik
sebuah konklusi.
• Jadi kedua proposisi itu merupakan dasar
bagi sebuah penarikan sebuah konklusi.
• dlam logika proposisi yg menjadi dasar
penarikan konklusi disebut premis (Ihromi,
1987; Gie, dkk, 1980).
Contoh:
Lanjutan
Contoh:
Proposisi I : Semua anak pak Budi
adalah anak yang rajin.
Proposisi II : Tono adalah anak bungsu
pak Budi.
Konklusi : Tono adalah anak yang rajin.
Lanjutan
• Proposisi I dan II berfungsi sebagai
premis, sedangkan proposisi III
merupakan kesimpulan yg ditarik dari
kedua premis tersebut.
Lanjutan
• Dalam sebuah silogisme selalu kita jumpai tiga term.
• Term merupakan kesatuan kata-kata yg menjadi
subyek atau predikat dlm sebuah proposisi.
• Adapun ketiga buah term dari contoh di atas ialah
“anak pak Budi”, “anak yg rajin”, dan “Tono”. Term itu
masing-masing muncul dua kali.
• Term “anak Pak Budi” muncul dua kali, sekali
berfungsi sebagai subyek dlm proposisi I, dan sekali
berfungsi sebagai predikat dlm proposisi II.
• Term “anak yang rajin” muncul sebagai predikat baik
dlm proposisi I maupun dlm konklusi. Sedangkan
term “Tono” muncul sebagai subyek dlm proposisi II
dan dalam konklusi.
Lanjutan
• Proposisi premis yg pertama yg mengandung
term predikat disebut term mayor. Sedangkan
term yg pertama yg mengandung term
subyek disebut term minor.
• Term yg muncul dua kali dlm kedua proposisi
premis, tetapi tdk muncul dlm konklusi
disebut term tengah (terminus medium). Term
tengah dalam contoh adalah “anak pak Budi”
• Term mayor merupakan predikat dlm konklusi
yg harus terdapat dlm salah satu premis.
Biasanya term mayor terletak pada premis
pertama. Term minor merupakan subyek dlm
konklusi biasanya terdapat dlm kedua
premis, tetapi tdk terdapat dlm konklusi.
Lanjutan
Jadi, dalam silogisme pd hakikatnya kita jumpai 6
buah term, krn ke-3 term masing-masing muncul
dua kali.
• Dalam logika term minor yg mengandung subyek
ditulis dgn huruf S,
• Term minor yg mengandung predikat ditulis dgn
huruf P,
• Term tengah ditulis dgn huruf M
• Term tengah memiliki peranan penting dlm
silogisme, sebab term term tengah yg akan
menentukan apakah sebuah subyek dipersatukan
atau dipisahan dari predikatnya dalam konklusi.

• Berdasarkan letak term tengah ini, silogisme


dibagi dalam empat bentuk standar yaitu:
Lanjutan
a. Bentuk standar I= M-P
S-M
Maka S-P
Contoh:
- Semua warga negara adalah orang yg wajib
membayar pajak.
- Kita semua adalah warga negara.
- Maka, kita semua adalah wajib pajak.
• Bentuk silogisme standar I ini merupakan bentuk
standar yg paling sempurna dan tepat untuk
memaparkan proposisi afirmatif. Dalam bentuk ini
harus diberi dua syarat, yaitu premis minor harus
afirmatif dan premis mayor harus universal.
Lanjutan
b. Bentuk standar II = P-M
S-M
Maka S-P
Contoh:
- Semua Menteri adalah pembantu presiden.
- Ketua MPR bukan pembantu presiden
- Maka, ketua MPR adalah bukan pembantu Menteri.
• Bentuk ini sangat tepat dipakai untuk menyusun sebuah
sanggahan.
• Sebenarnya bentuk II ini dpt dijabarkan seperti bentuk I.
• Untuk menyusun bentuk II ini diperhatikan bahwa salah
satu premisnya harus negatif, dan premis mayornya harus
universal.
Lanjutan
c. Bentuk standar III= M-P
M-S
maka S-P
Contoh:
- Petani adalah pekerja keras
- Ada petani yang memakai bajak
- Maka sebagian orang yang memakai bajak adalah
pekerja keras.
• dlm bentuk III susunannya agak rumit, tidak sederhana
sperti silogisme I dan II.
• Oleh sebab itu, bentuk ini jarang dgunakan .
• Bentuk ini dpt dijabarkan ke dlm bentuk I.
• Dalam bentuk III ini harus diperhatikan bahwa premis
mayor harus diafirmatif dan konklusi harus bersifat
partikular.
Lanjutan
d. Bentuk Standar IV = P-M
M-S
maka S-P
Contoh:
- Sebagian bir adalah minuman yg mengandung alkohol.
- Semua minuman yg mengandung alkohol merusak hati
- Maka sebagian yg merusak hati adalah bir
• Seperti halnya bentuk III, bentuk IV ini bentuk yg paling
jarang dipakai. Tetapi bentuk inipun dapat dijabarkan ke
dalam bentuk I. dalam bentuk IV harus dipenuhi tiga
syarat.
1. kalau premisnya mayor afirmatif partikular, premis minor
harus universal.
2. apabila premis mayor afirmatif universal, maka konklusi
harus afirmatif partikular.
Silogisme Hipotesis Dan
Silogisme Alternatif

• Silogisme Hipotesis
• Silogisme Alternatif
Lanjutan
• Silogisme Hipotesis
• Silogisme Hipotesis atau silogisme pengendalian
adalah semacam pola penalaran deduktif yang
mengandung hipotesis.
• Silogisme hipotesis bertolak dari suatu pendirian,
bahwa ada kemungkinan apa yg disebut dalam
proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi.
• Premis mayornya mengandung pernyataan yang
bersifat hipotesis, dan premis minornya
mengandung pernyataan apakah kondisi pertama
terjadi atau tidak
• Singkatan rumus proposisi mayor dari silogisme
adalah jika P maka Q
Lanjutan
• Bentuk Silogisme Hipotesis:
Premis Mayor: Jika tdk turun hujan, maka panen
akan gagal.
Premis Minor : Hujan tidak turun.
Konklusi : Sebab itu panen akan gagal.

Atau
Premis Mayor : Jika tdk turun hujan, maka panen
akan gagal.
Premis Minor : Hujan Turun.
Konklusi : Sebab itu panen tidak gagal.
Lanjutan
• Berdasarkan contoh sebelumnya bahwa dalam
silogisme hipotesis mempunyai premis mayor,
premis minor, dan kesimpulan.
• Tetapi, premis mayor seperti yg telah
dikatakan bersifat hipotesis atau pengandaian
yakni jika kondisi tertentu terjadi, maka
kondisi yg lain akan menyusul atau terjadi
pula.
• Premis minor menyatakan kondisi pertama
terjadi atau tidak terjadi dan kesimpulan pun
akan menyatakan apakah kondisi kedua terjadi
atau tidak terjadi.
Lanjutan
• Untuk menguji kesalahan silogisme hipotesis ini premis
minor hanya mempunyai dua kemungkinan:
- Premis minor menyatakan ‘ya’ kepada salah satu kondisi
premis mayor atau
- Premis minor menyatakan ‘tidak’ kepada salah satu
kondisi premis mayor.
Contoh:
- Jika sebuah buku memenangkan hadiah nobel, buku itu
pasti baik.
- buku itu memenangkan hadiah nobel
- jadi, buku itu pasti baik
Contoh di atas dalam penalaran mengandung kesimpulan
syah. Premis minor menyatakan ‘ya’ kepada kondisi
premis mayor.
Lanjutan
• Contoh dalam penalarannya syah, yang menyatakan premis minor
menyatakan ‘tidak’ kepada salah satu kondisi premis mayor.
- Jika anak-anak dilalaikan, mereka akan menderita problem
sosial.
- Anak-anak tidak menderita problem sosial.
- Jadi, anak-anak tidak dilalaikan.
• Dalam silogisme hipotesis, walaupun premis mayor bersifat
hipotesis, premis minor dan konklusinya tetap bersifat kategorial.
• Bagian pertama disebut anteseden (kalimat terdahulu), dan bagian
kedua disebut konsekuen.
• Dalam silogisme hipotesis terkandung sebuah asumsi yaitu
kebenaran anteseden (terdahulu) akan mempengaruhi kebenaran
akibat (konsekuen). Dan juga,
• Kesalahan anteseden akan berpengaruh pada kesalahan konsekuen
atau akibatnya.
Lanjutan
Silogisme Alternatif
• Silogisme ini dinamakan silogisme alternatif karena
proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi
alternatif, yaitu proposisi yg mengandung
kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan.
Sebaliknya proposisi minornya adalah proposisi
kategorial yang menerima atau menolak salah satu
alternatifnya
konklusi silogisme alternatif bergantung pada
premis minornya. Kalau premis minor menerima
satu alternatif, maka alternatif lainnya ditolak. dan
kalau premis minornya menolak satu alternatif,
maka alternatif lainnya diterima dalam konklusi.
Lanjutan
Contoh:
Premis mayor : Ayah ada di kantor atau di rumah.
Premis minor : Ayah ada di kantor.
Konklusi : Sebab itu Ayah tidak ada dirumah.

Dalam bentuk lain misalnya kita katakan sebagai


berikut ini:

Premis mayor : Ayah ada di kantor atau di rumah.


Premis minor : Ayah tidak ada di kantor.
Konklusi : Sebab itu Ayah ada di rumah.

Anda mungkin juga menyukai