Anda di halaman 1dari 10

Kata-kata Mubazir

Pemakaian kata-kata di sebuah kalimat harus diperhitungkan fungsinya. Apabila ada unsur kata
yang tidak berfungsi di dalam sebuah kalimat, akan menimbulkan kalimat yang tidak baku. Kata-
kata mubazir tersebut dapat ditanai, apabila unsur kalimat tersebut dihilangkan, tidak akan
mengubah makna kalimat. Menurut Sumowijoyo (1999:10) kata-kata mubazir ialah kata-kata
yang tidak berarti dan berfungsi. Karena kata-kata mubazir tidak berfungsi dan berarti, maka
kata-kata itu tidak diperluka.

Unsu mubazir dalam sebuah kalimat dapat disebabkan oleh pengaruh Bahasa asing. Misalnya
kata adalah dalam kalimat gadis itu adalah mahasiswa Undiksha. Kata adalah merupakan
pengaruh to be (is) dalam Bahasa inggris. The girl is Undiksha student. Kata kopula is dalam
Bahasa inggris merupakan sendi kalimat dan tidak boleh ditinggalkan (Badudu,1980:132).
Struktur Bahasa Indonesia berbeda dengan struktur Bahasa inggris. Pemakaian kata adalah
dalam konteks kalimat gadis itu adalah mahasiswa Undiksha tidak diperlukan dalam Bahasa
Indonesia.

Pemakaian dua kata yang bermakna sama dalam sebuah kalimat merupakan unsur yang mubazir,
seperti pemakaian kata demi untuk, agar supaya, amat sangat, mulai dari, sejak dari. Seharusnya
cukup salah satu saja yang dipakai, demi atau untuk, agat atau supaya, amat atau sangat, mulai
atau dari, sejak atau dari. Tidak perlu kedua-duanya dipakai.

Ringkasan

Dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap pengguna Bahasa Indonesia agar Bahasa yang
digunakannya itu baik dan benar, yaitu (1) memahami kaidah Bahasa Indonesia dan (2)
memahami situasi kebahasaan yang dihadapi. Beberapa kaidah dasar Bahasa Indonesia seperti
memakai susunan DM (diterangkan-menerangkan), tidak mengenal perubahan bentuk kata akibat
penjamakan, dan tidak mengenal tingkatan dalam pemakaiannya. Sementara itu, situasi
kebahasaan berkaitan dengan situasi resmi dan tidak resmi. Dalam situasi resmi, seorang
pengguna Bahasa dituntut mampu menggunakan Bahasa baku dan menggunakan kata secara
ekonomis.
Latihan

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Bahasa Indonesia yag baik dan benar?
2. Lafalkanlah kalimat-kalimat berikut ini dengan benar:
a. Dia tinggal di Banyuing Blok C.
b. AC di ruangan itu terlalu dingin.
c. Tolong kirimkan pulsa ke nomor 08180054201.
d. Sehabis olahraga tadi, kami minum Coca Cola di warung sebelah.
3. Tuliskanlah bentuk jadian dari kata-kata berikut setelah mendapat afiks MeN- : ubah,
pengaruh, peduli, perkosa, popular, pesona, kaji, lap, bom, bor, kritik, sosialisasi,
kampanye, terror, taat, konsumsi, traktir, perkecil.
4. Tunjukkanlah letak kesalahan kalimat-kalimat berikut, mengapa slaah, dan bagaimana
perbaikannya!
a. Hadirin sekalian diharapkan mentaati peraturan yang berlaku.
b. Apakah bapaknya ada di rumah malam ini?
c. Prosedur yang benar telah saya lalui.
d. Anak yang berdri disamping pintu itu sangat cantic sekali.
e. Orang itu lebih tinggi dari Gayus.
f. Ada tiga cara agar korupsi dapat diberantas di negeri ini yaitu Pendidikan anti krupsi
sejak dini, penegakan hokum tanpa pandang bulu dan pemberian hukuman sebanyak-
banyaknya,
g. Sudah sangat sering sekali dikatakan bahwa antara Dewi dengan Dwi tidak terjadi
apa-apa.
h. Baik yang merah ataupun yang putih, sama saja kwalitasnya.
i. Dan pengolahan data dalam penelitian ini adalah merupakan gabungan dari berbagai
metode-metode yang ada.
5. Tepat atau tidak tepatkah bentuk kata yang dicetak miring dalam kalimat-kalimat di
bawah ini. Jika menurut anda tepat, coba anda kemukakan alasannya. Begitu pula halnya
jika tidak tepat, coba anda kemukakan alasannya!
a. Mereka menterjemahkan buku berbahasa inggris ke dalam Bahasa Indonesia.
b. Kewajiban kita Bersama adalah mensukseskan program yang dicanangkan pemerintah
kalau memang kita merasa sebagai warga yang baik.
c. Betulkah kita sudah menyintai Bahasa Indonesia?
d. Kita harus mulai menterapkan Gerakan Disiplin Nasional pada diri kita masing-
masing.
e. Sebagai umat beragama kita patut selalu mensyukuri segala sesuatu yang kita peroleh
dan kita nikmati.

Bagian 8
Penataan kalimat
Pengantar
Apabila ingin berbahasa dengan meyakinkan dan mudah dipahami oleh lawan bicara,
kalima-kalimat yang dipergunakan haruslah ditata secara efektif, artinya, kalimat
yang digunakan itu tepat mengenai sasarannya. Pembahasan mengenai kalimat efektif
telah dibahas pada bab terdahulu, yang perlu diingat bahwa kalimat dikatakan efektif
apabila kalimat tersebut mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan pesan
berlangsung secara sempurna; artinya, informasi yang disampaikan tergambar
lengkap dalam pikiran si penerima, persis seperti yang disampaikan atau yang
dimaksudkan si penutur. Berikut ini dipaparkan beberapa ragam kesalahan penataan
kalimat dan kemungkinan perbaikannya.

8.1 kalimat kontaminasi


Istiah kontaminasi dipungut dari Bahasa inggris contamination (pencemaran). Dalam
ilmu Bahasa, kata itu diterjemahkan dengan ‘kerancuan’. Rancu artinya ‘kacau’ dan
kerancuan artinya ‘kekacauan’. Kontaminasi dapat terjad dalam tataran bentukan
kata, susunan kata, dan kalimat. Kekacauan terjadi karena dua pikiran yang masing-
masing berdiri sendiri (dan benar) dijadikan satu perserangkaian baru yang tidak
berpadanan. Oleh karena itu, bentukan Bahasa yang kacau ini dapat dikembalikan
menjadi dua bentukan yang benar.
gejala kontaminasi timbul kaena dua kemungkinan, yaitu:
1. Orang kurang menguasai penggunaan Bahasa yang tepat, baik dalam menyusun kalimat,
frase atau dalam mempergunakan beberapa imbuhan sekaligus untuk membentuk kata.
2. Kontaminasi terjadi tak dengan sengaja karena ketika sseorang akan menuliskan atau
mengucapkan sesuatu, dua pengertian atau dua bentukan yang sejajar timbul sekaligus
dalam pikirannya sehingga yang dilahirkannya itu sebagian diambilnya dari yang pertama
dan bagian yang lain diambilnya dari yang kedua. Gabungan ini melahirkan susunan
kacau (Badudu, 1981).

Pada contoh berikut ini segra dapat didentifikasi bahwa a merupakan bentukan yang rancu,
sedangkan butir b dan c adalah perbaikannya.

Contoh kontaminasi bentukan kata:

a. Mereka mengenyampingkan pendapat orang tuanya.


b. Mereka menyampingkan pendapat orang tuanya.
c. Mereka mengesampingkan pendapat orang tuanya.

(bentukan yang sama untuk memperlebarkan [yang benar: memperlebar dan melebarkan],
dipertinggikan [dipertinggi dan ditinggian].

Contoh kontaminasi susunan kata:

a. Dia seringkali membolos


b. Dia sering membolos
c. Dia berkali-kali membolos

(susunan kata yang sama untuk acapkali [acap dan berkali-kali], berulang kali [berulang-
ulang dan berkali-kali], dan lain sebagainya [dan lain-lain dan dan sebagainya])

Contoh kontaminasi kalimat:

a. Di sekolah murid-murid dilarang tidak boleh merokok.


b. Di sekolah murid-murid dilarang merokok.
c. Di sekolah mrid-murid tidak boleh merokok.

8.2 kalimat pleonastic

Suatu kalimat dikatakan pleonastic jika kalimat itu mengandung sifat berlebih-lebihan.
Setidaknya ada empat penyebab terjadinya kalimat pleonastic, yaitu:

a. Dalam satu frase terdapat dua atau lebih ungkapan kata yang bersinonim.
b. Bentuk jamak yang dinyatakan dua kali.
c. Pengertian suatu kata sudah terkandung dalam kata yang lain pembentuk frase itu,
dan
d. Kata penanda jamak diikuti oleh bentuk jamak.

Contoh:

a. Demi untuk kekasihnya, dia mau melakukan apa saja (tidak baku)
b. Demi kekasihnya, dia mau melakukan apa saja. (baku)
c. Untuk kekasihnya, dia mau melakukan apa saja (baku)
d. Para hadirin dimohon beridiri (tidak baku)
e. Hadirin dimohon berdiri (baku)
f. Para undangan dimohon berdiri (baku)
g. Mereka menabung di Bank BNI ( tidak baku)
h. Mereka menabung di BNI (baku)

8.3 Kalimat Ambigu

Ambiguitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu ambiguity yang berarti suatu konstruksi yang dapat
ditafsirkan lebih dari satu arti. Ambiguitas sering juga disebut ketaksaan. Ketaksaan dapat
diartikan atau ditafsirkan memiliki lebih dari satu makna akan sebuah konstruksi sintaksis. Tidak
dapat dipungkiri keambiguan yang mengakibatkan terjadinya lebih dari satu makna ini dapat
terjadi saat pembicaraan lisan ataupun dalam keadaan tertulis.

saat pembicaraan lisan mungkin dapat diantisipasi dengan pengucapan yang agak perlaha,
sedangkan untuk yang tertulis apabila kurang sedikit sja tanda baca maka kita akan menafsirkan
suatu kalimat atau kata menjadi berbeda dari makna yang diinginkan oleh penulis.

Contoh:

a. Mobil dekan yang baru itu sudah diganti


terhadap kalimat tersebut, bisa ditanyakan, apakah yang baru itu mobil atau dekan.
Apabila yang baru itu dekan, kalimat itu selayaknya disusun menjadi Mobil dekan-baru
itu sudah diganti. Pada sisi lain, jika yang baru adakah mobil, kalimat itu semestinya
disusun menjadi Mobil-baru dekan itu sudah diganti.
pada contoh-contoh berikut, bagaimanakah Anda menafsirkannya?
b. Rumah sang jutawan yang aneh itu akan dijual.
c. Istri kapten yang nakal itu mengalami kecelakaan.
d. Made bagus mencintai istrinya, saya juga.
e. Kucing makan tikus mati.
f. Mereka sangat menyukai lukisan Bung Karno

8.4 kalimat Paralel

Mengenai kalimat parallel sebenarnya telah dijelaskan dalam Bab IV. Kesejajaran satuan dalam
kalimat, menempatkan ide atau gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam
struktur atau bentuk gramatis. Jika sebuah gagasan (ide) dalam suatukalimat dinyarakan dengan
frase (kelompok kata), maka gagasan lainyang sederajat harus dinyatakan dengan frase. Jika
sebuah gagasan dalam suatu kalimat dinyatakan dengan kata menja (misalnya pe-an, ke-an),
maka gagasan dalam suatu kalimat dinyatakan dengan kata kerja (misalnya bentuk me-kan, di-
kab), maka gagasan lainnya yang sederajat harus dinyatakan dengan jenis kata yang sama.
Kesejajaran (paralelisme) membantu member kejelasan kalimat secar akeseluruhan.
Perhatikan contoh berikut ini

Penyakit aids adalah salah satu penyakit yang paling mengerikan dan berbahaya, sebab
pencegahan dan pengobatannya tidak ada yang tahu.

Dalam klaimat diatas penggunaan yang sederajat ialah kata mengerikan dengan berbahaya dan
kata pencegahan dengan pengobatannya. Oleh sebab itu, bentuk yang dipakai untuk kata-kata
yang sederajat dalam kalimat di atas harus sama (parallel) sehingga kalimat itu kita tata kembali
menjadi kalimat di bawah ini.

Penyakit aids adalah salah satu penyakit yang paling mengerikan dan membahayakan, sebab
pencegahan dan pengobatannya tak ada yang tahu.

Perhatikan kembali contoh berikut!

Sebuah persahaan jasa pernah mengeluh, bahwa sekali ia tampak bangkrut maka langganan
terbaiknya pun mulai menunda-nunda pembayaran hutang mengklaim kersakan-kerusakan pada
barang yang dikirim, mengeluh kelambatan pengiriman barang dan seribu satu keluhan lainnya.

Pada kalimat di atas, susunan serial untuk gagasan yang sederajat dinyatakan dalam bentuk frase
yang memakai kata kerja me – yaitu: menunda-nunda pembyaran hutang, mengklaim kerusakan-
kerusakan, mengeluh kelambatan pengiriman brang.

8.5 Kalimat Tidak Logis

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah ide kalimat itu dpat diterima oleh akal sesuai dengan
kaidah yang berlaku. Kelogisan berhubungan dengan penalaran, yaitu proses berfikir untuk
menghubung-hubungkan fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Dengan
perkataan lain, penalaran (reasoning) ialah proses mengambil simpulan (conclicusion,
interference) dan bahan bukti atu petunjuk (evidence) ataupun yang dianggap bahan bukti atau
petunjuk (Moeliono,1988:124-125).

Contoh:
(1) Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut.
Jika kita bertanya,”Siapa yang modar-mandir?”. Tantu jawabannya mayat wanita. Jelaslah
bahwa kalimat tersebut salah nalar. Kalimat itu bersal dari dua pernyataan, yaitu (1)Mayat
wanita ditemukan di kompleks itu dan (2) Sebelumm menjadi mayat, wanita itu sering mondar-
mandir. Penulis menggabungkan kedua kalimat tersebut tanpa mengindahkan pikiran yang jernih
sehingga lahirlah kalimat yang tidka lgis. Untuk memperjelas pemahaman kita mengenai kalimat
tidak logis dapat diperhatikan contoh berikut.
(2) Bapak pemakalah, waktu dan tempat kami persilahan.
(3) Untuk menyingkat waktu, kita lanjutkan acara ini.

Kalimat (2) tersebut tidak logis karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat
dipersilakan. Sementara itu. Pada kalimat (3), ketidaklogisannya terletak pada menyingkat
waktu. Waktu tidak dapat disingkat namun dapat dihemat. Oleh karena itu, kedua kalimat
tersebut akan menjadi logis jika diubah sebagai berikut.
(4) Bapak, kami persilakan untuk menyampaikan makalah.
(5) Untuk menghemat waktu, kita lanjutkan acara ini.

Ringkasan
Kalimat dikatakan tidak efektif apabila proses penyampaian dan penerimaan pesan tidak
berlangsung secara sempurna. Ada beberapa factor yang menyebabkan kalimat menjadi tidak
efektif, seperti (1) kalimat kontaminasi, (2) kalimat pleonastis, (3) kalimat ambigu, (4) kalimat
parallel, (5) kalimat tidak logis.

Latihan
1. Tepat atau tidak tepatkah bentuk-bentukan dibawah ini. Jika menurut anda tepat, coba
anda kemukakan alasannya. Begitu pula halnya jika tidak tepat, coba anda kemukakan
alasannya!
a. Mengenyampingkan
b. Dipertinggikan
c. Dipelajarkan
d. Jangan boleh
2. Tunjukkan letak kesalahan, alasan, dan berikan perbaikan terhadap kalimat-kalimat tidak
efektif berikut!
a. Ketidak berhasilan proses peleburan mungkin disebabkan karena berbagai langkah-
langkah Analisa bahan yang masih keliru.
b. Tantara dan gerilyawan saling tembak-menembak ditepi hutan. Sedangkan para
pesawat berisaga untuk melakukan pertolongan kepada para tantara demi untuk
meminimalisir korban jiwa.
c. Para siswa diharapkan memiliki buku tata Bahasa baru
d. Mereka tidak paham dan mengerti maslah politik.
e. Jalan-jalan di pagi hari menyehatkan badan.
f. Untuk itu, waktu dan tempat kami persilakan.
g. Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri.

Bagian 9

Paragraf

Pengantar

Ketika membaca sebuah tulisan, sering kita dihadapkan dengan paragraph-paragraf yang
terkadang hanya disusun oleh sebuah kalimat dan sebaliknya, paragraf-paragraf yang disusun
oleh banyak kalimat sehingga membentuk paragraph yang sangat panjang. Dua realita tersebut
memunculkan pertanyaan :Apa sebenarnya paragraph tersebut?”

Sebuah tulisan yang tersusun dalam bentuk paragraph sering mudah dimengerti dan sering juga
begitu sulit untuk dimengerti. Hal ini menunjukkan bahwa menuangkan buah pikiran secara
teratur dan terorganisasi ke dalam sebuah tulisan sehingga pembaca dapat mengikuti dan
memahami jalan pikiran seseorang, tidaklah mudah. Banyak orang fasih berbicara, namun
kurang mampu menuangkan gagasannya secara tertulis. Kalaupun ahli-ahli berbicara itu mampu
menuliskan gagasannya dengan baik, biasanya hal ini terjadi sesudah melalui latihan yang
intensif, baik secara formal maupun nonformal. Hal ini wajar karena kemampuan menulis
merupakan hasil proses belajar dan ketekunan.

Untuk dapat memahami dan menulis paragraph dengan baik dan benar, barikut ini dipaparkan
secara berturut-tur ut hal-hal yang berhubungan dengan paragraph, melingkupi (1) pengertian
paragraph, (2) syarat paragraph, (3) jenis-jenis paragraph, (4) pola pengembangan paragraph.

Anda mungkin juga menyukai