Anda di halaman 1dari 18

PERILAKU MAHASISWA DALAM MENGELOLA

KEUANGAN PRIBADI

DI SUSUN OLEH :

Nama : Shelvani Chaniaho

NIM : 18.53.02.0103

Kelas : ACC 181022

Jurusan : Accounting

Mata Kuliah : Manajemen Keuangan

Dosen Mata Kuliah : Wie Shi Wudjud, S.E., S.Si., M.Si.

STIE PROFESSIONAL MANAGEMENT COLLEGE INDONESIA

(STIE PMCI)

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “Perilaku
Mahasiswa dalam Mengelola Keuangan Pribadi” ini dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen saya yang telah memberikan kesempatan dan memberikan
fasilitas sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saya menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu saya mohon
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan ke arah yang lebih sempurna.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Medan, April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH..................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH...................................................................................2
1.3. TUJUAN MAKALAH......................................................................................2
1.4. MANFAAT MAKALAH..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4
2.1. LITERASI KEUANGAN.................................................................................4
2.1.1. PENGERTIAN LITERASI KEUANGAN..........................................4
2.1.2. TINGKAT LITERASI KEUANGAN..................................................5
2.1.3. ASPEK-ASPEK LITERASI KEUANGAN.........................................5
2.1.4. INDIKATOR PENGUKURAN LITERASI KEUANGAN...............6
2.2. LANDASAN TEORI.........................................................................................7
2.2.1. PERILAKU KEUANGAN....................................................................7
2.2.2. PENGETAHUAN KEUANGAN..........................................................8
2.2.3. SIKAP KEUANGAN.............................................................................9
2.2.4. LOCUS OF CONTROL..........................................................................9
2.2.5. HUBUNGAN ANTAR VARIABEL..................................................11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................14
3.1. KESIMPULAN................................................................................................14
3.2. SARAN.............................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Mengelola keuangan pribadi bagi sebagian orang adalah kegiatan yang


tidak perlu dipelajari lagi, karena dianggap sebagai kegiatan umum yang hampir
setiap hari kita lakukan. Namun kita tidak menyadari bahwa masih banyak yang
tidak kita ketahui dalam hal pengelolaan keuangan yang baik dan benar, terutama
bagi mahasiswa/i yang masih dalam tahap awal pendewasaan, dimana harus
memulai mempelajari dan melakukan pengelolaan keuangannya sendiri.
Ilmu keuangan memanglah hal mendasar yang diperlukan oleh manusia
terutama mahasiswa/i, yang mana telah dibekali dalam pendidikan untuk
mengelola keuangan pribadi. Namun diperlukan juga kecerdasan finansial yang
dapat meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan mahasiwa, agar
memperoleh kesejahteraan di masa depan,. Kesejahteraan seseorang dapat diukur
dengan berbagai macam bentuk, salah satunya ialah harta yang melimpah dan
keuangan yang memadai. Maka dalam mencapai kesejahteraan tersebut,
diperlukanlah kecerdasan finansial dalam pengelolaan keuangan masing-masing
individu.
Pengetahuan keuangan dan sikap keuangan seseorang juga memiliki
hubungan dengan perilaku pengelolaan keuangan orang tersebut, yang mana
ketiganya akan saya bahas dalam makalah ini. Selain itu, dalam mengelola
keuangan, khususnya bagi para mahasiswa/i, pengontrolan diri juga sangat
penting dilakukan, dimana para mahasiswa/i harus mampu menentukan sekaligus
memenuhi kebutuhan prioritas mereka dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
mereka dapat terhindar dari sikap konsumtif yang sangat wajar sekali terjadi
dalam kehidupan mahasiswa/i. Disamping itu, para mahasiswa/i juga harus
memiliki pola pikir yang berorientasi pada masa depan, misalnya seperti
melakukan investasi, atau seminimal mungkin ialah menabung.
Tidak ada satu orangpun yang ingin mengalami kondisi keuangan yang
buruk atau dihadapkan dengan masalah keuangan, terutama bagi mahasiswa/i
yang harus membiayai kebutuhannya sendiri. Tapi, masih banyak juga orang yang

1
tidak menyadari pentingnya pengelolaan keuangan dalam kehidupan
keuangannya. Melalui hal ini, dapat kita simpulkan bahwa literasi keuangan
dalam masyarakat masih sangat rendah, dimana literasi keuangan merupakan
suatu aktivitas yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan pengetahuan,
keyakinan, serta keterampilan dalam pengelolaan keuangan yang baik, sehingga
dapat meminimalisir kemungkinan seseorang dalam mengalami masalah
keuangan (defisit keuangan).

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka


rumusan masalah pada makalah ini adalah :

1. Apakah literasi keuangan itu dalam hal pengelolaan keuangan ?

2. Apakah hubungan yang ada diantara pengetahuan, sikap, dan perilaku


keuangan dalam pengelolaan keuangan pribadi bagi para mahasiswa ?

3. Bagaimanakah perilaku yang dimiliki mahasiswa/i dalam mengelola keuangan


pribadinya ?

1.3. TUJUAN MAKALAH

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,


adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah :

1. Mengetahui dan memahami literasi keuangan dalam pengelolaan keuangan.

2. Mengetahui dan memahami hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku


keuangan dalam pengelolaan pribadi bagi para mahasiswa.

3. Mengetahui perilaku-perilaku yang ada pada mahasiswa/i dalam mengelola


keuangan pribadinya.

1.4. MANFAAT MAKALAH

Adapun manfaat yang diharapkan dalam pembuatan makalah ini yaitu :

1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat, terutama mahasiswa/i mengenai


pentingnya pengelolaan keuangan pribadi demi mencapai kesejahteraan di
masa depan.

2
2. Menambah pengetahuan mahasiswa/i dalam hal pengelolaan keuangan melalui
perilaku-perilaku yang ada dalam mahasiswa/i pada umumnya.

3. Meningkatkan kesadaran mahasiswa/i untuk memiliki pola pikir yang


berorientasi ke masa depan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. LITERASI KEUANGAN


2.1.1. PENGERTIAN LITERASI KEUANGAN
Literasi Keuangan atau yang disebut Financial Literacy yaitu
tingkatan pengetahuan, keterampilan, keyakinan masyarakat berkaitan
dengan lembanga keuangan dan juga produk dan jasanya yang dikeluarkan
dalam parameter ukuran indeks.
Literasi keuangan bermanfaat dalam mendorong pemberian
pemahaman mengenai pengelolaan uang dan peluang untuk meraih
kehidupan yang lebih sejahtera di masa yang akan datang. Selain itu,
literasi keuangan juga dapat membantu seseorang untuk membuat
keputusan utamanya yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari
misalnya pengambilan keputusan untuk menabung (saving) atau investasi
(investment) untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Adapun beberapa pengertian literasi keuangan menurut para ahli,
diantaranya sebagai berikut :
1. Manurung
Literasi keuangan menurut Manurung adalah seperangkat
keterampilan dan pengetahuan yang memungkinkan seorang individu
untuk membuat keputusan dan efektif dengan semua sumber daya
keuangan mereka.
2. Mitchell
Literasi keuangan menurut Mitchell adalah bagaimana kemampuan
seseorang untuk memproses informasi ekonomi yang diperoleh dan
membuat keputusan untuk membuat perencanaan keuangan,
akumulasi keuangan, pensiun dan hutang.
3. Kaly, Hudson dan Vush
Literasi keuangan menurut Kaly, Hudson dan Vush adalah
kemampuan untuk memahami kondisi keuangan serta konsep
keuangan dan untuk mengubah pengetahuan itu secara tepat ke dalam
perilaku.

4
4. OJK (Otoritas Jasa Keuangan)
Literasi keuangan menurut OJK adalah pengetahuan, keterampilan,
dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan
keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan.

2.1.2. TINGKAT LITERASI KEUANGAN


OJK mengklasifikasikan tingkatan literasi keuangan seseorang
menjadi beberapa jenis tingkat, yakni sebagai berikut :
1. Well Literate
Dalam tahap ini, seseorang yang mempunyai pengetahuan dan
keyakinan tentang lembaga jasa keuangan dan juga produk atau jasa
keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait
produk dan jasa keuangan serta juga mempunyai keterampilan dalam
memakai produk dan jasa keuangan.
2. Suff Literate
Dalam tahap ini, seseorang mempunyai pengetahuan dan
keyakinan tentang lembaga jasa keuangan dan juga produk dan jasa
keuangan termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait
produk dan jasa keuangan.
3. Less Literate
Dalam tahap ini, seseorang hanya mempunyai pengetahuan
tentang lembaga jasa keuangan, produk dan jasa keuangan.
4. Not Literate
Dalam tahap ini, seseorang tidak mempunyai pengetahuan dan
keyakinan tentang lembaga jasa keuangan dan juga produk serta jasa
keuangan, serta tidak mempunyai keterampilan dalam memakai produk
dan jasa keuangan.

2.1.3. ASPEK-ASPEK LITERASI KEUANGAN


Menurut Nababan dan Sadalian, ada lima aspek dari literasi
keuangan, yaitu :
1. Basic Personal Finance

5
Aspek ini meliputi berbagai pemahaman dasar seseorang dalam
sebuah sistem keuangan seperti perhitungan bunga sederhana, bunga
majemuk, inflasi, opportunity cost, nilai waktu, likuiditas aset dan lain
sebagainya.
2. Money Management
Aspek ini mempelajari tentang seseorang individu dalam
pengelolaan uang pribadi mereka. Semakin banyak pemahaman tentang
financial literacy, maka semakin baik pula individu tersebut dalam
pengelolaan uang pribadi mereka.
3. Credit and Debt Management
Aspek ini merupakan serangkaian aktivitas dan komponen yang
saling berkaitan satu sama lain secara sistematis dalam proses
pengumpulan dan penyajian informasi perkreditan suatu bank.
4. Saving and Investment
Tabungan (saving) adalah bagian pendapatan masyarakat yang tidak
dipakai untuk aktivitas konsumsi, sedangkan bagian tabungan yang
dipakai untuk kegiatan ekonomi (menghasilkan barang dan jasa) yang
menguntungkan disebut dengan investasi (investment).
5. Risk management
Risiko adalah sesuatu yang timbul karena adanya suatu ketidakpastian.
Tujuan manajemen risiko ini adalah untuk melakukan pengelolaan
risiko, menjadikan kerugian yang dialami dapat diminimalisir atau
keuntungan yang akan didapat bisa dimaksimalkan.

2.1.4. INDIKATOR PENGUKURAN LITERASI KEUANGAN

Secara luas, variabel literasi keuangan mengukur kemampuan


seseorang berhubungan dengan pemahaman tentang nilai tukar uang, fitur
jasa layanan, pencatatan keuangan, sikap dalam mengeluarkan keuangan.
Australian Securities and Investment Commission menyatakan,
untuk mengetahui berapa besar tingkat literasi keuangan seseoarang bisa
digunakan suatu tolak ukur atau indikator pengetahuan, antara lain:
 Pengetahuan seseorang terhadap nilai barang dan skala prioritas dalam
hidupnya.

6
 Penganggaran, tabungan dan bagaimana mengelola uang.
 Pengelolaan kredit.
 Pentingnya asuransi dan perlindungan terhadap risiko.
 Dasar Investasi.
 Perencanaan pensiun.
 Penggunaan dari belanja dan membandingkan produk yang mana harus
pergi mencari saran dan informasi bimbingan, dan dukungan tambahan.
 Bagaimana mengenali potensi konflik atas kegunaan (prioritas).

2.2. LANDASAN TEORI


2.2.1. PERILAKU KEUANGAN
Perilaku keuangan awalnya muncul pada tahun 1990-an yang
sejalan dengan perkembangan bisnis dan akademik. Perilaku keuangan
didefinisikan oleh Fuller kedalam 3 poin, diantaranya :
a) Perilaku keuangan adalah penggabungan antara ekonomi klasik dan
keuangan dengan psikologi dan ilmu pengambilan keputusan, dan
perlu diketahui bahwa ilmu pengambilan keputusan juga berkembang
mengikuti perkembangan zaman, sehingga penerapan teori ekonomi
klasik yang relatif bersifat baku, berbeda-beda seiring dengan
perkembangan zaman.
b) Perilaku keuangan adalah suatu percobaan untuk menjelaskan apa
penyebab beberapa anomali-anomali keuangan yang sudah terlihat
dan dibukukan dalam literasi keuangan. Banyaknya studi kasus dan
observasi dari kejadian sebelumnya diharapkan dapat menjadi dasar
pengembangan teori perilaku keuangan dimasa depan. Diharapkan
animali-anomali keuangan tersebut dapat dijelaskan melalui teori-teori
baru.
c) Perilaku keuangan adalah suatu biang studi yang menjelaskan
bagaimana investor secara sistematis membuat judgement yang salah
atau ‘mental mistakes’.
Selain itu, Gitman mengemukakaan bahwa perilaku keuangan
merupakan cara seorang individu dalam mengambil keputusan untuk

7
mengelola sumber dananya (uang). Sementara, Hilgert et al. mengatakan
bahwa perilaku keuangan berkaitan dengan cara seseorang untuk dapat
mengelola dan menggunakan sumber daya keuangan yang dimiliki.
Berdasarkan beberapa definisi perilaku keuangan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa perilaku keuangan adalah bagaimana cara
seseorang dalam mengelola dan menggunakan sumber daya keuangan
yang dimiliki. Seseorang yang mempunyai tanggung jawab dalam
mengelola keuangannya dengan tepat dengan cara melakukan
penganggaran, menyimpan uangnya, dan dapat berinvestasi untuk masa
depannya.

2.2.2. PENGETAHUAN KEUANGAN


Menurut Marsh, pengetahuan keuangan mengacu pada apa yang
diketahui individu tentang masalah keuangan pribadi, yang diukur dengan
tingkat pengetahuan mereka tentang berbagai konsep keuangan pribadi.
Pada perkembangannya, pengetahuan mengenai keuangan mulai
diperkenalkan di berbagai jenjang pendidikan. Terdapat berbagai sumber
pengetahuan yang dapat diperoleh, termasuk pendidikan formal, seperti
program sekolah tinggi atau kuliah, seminar dan kelas pelatihan di luar
sekolah, serta sumber-sumber informal, seperti dari orang tua, teman, dan
lingkungan pekerjaan.
Cude, Lawrence, Lyons, Metzger, LeJeune, Marks, dan Machtmes,
menyatakan bahwa pengetahuan sangat diperlukan dalam mengelola
keuangan. Hal inilah yang nantinya akan membuat seseorang dapat
berpikir untuk mencoba berinvestasi dan tidak lagi dengan mudahnya
mengabaikan hal tersebut seperti waktu yang sebelumnya.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan keuangan ini sangat diperlukan bagi setiap orang dalam
pengambilan keputusan keuangannya. Seorang individu yang memiliki
pengetahuan keuangan lebih banyak, akan dapat lebih mudah memiliki
tanggung jawab yang tinggi, dan akan lebih mudah dalam menyimpan
uangnya.

8
2.2.3. SIKAP KEUANGAN
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu pasti memiliki sikap
masing-masing dalam menjalani kehidupannya. Sikap merupakan suatu
cara seseorang dalam bereaksi terhadap suatu rangsangan yang akan
timbul dari seseorang atau dapat juga dari situasi. Dengan adanya sikap,
akan memudahkan seseorang untuk mengerti bagaimana hubungan dirinya
dengan yang lain. Hal ini juga termasuk dalam aspek keuangan yang biasa
disebut sikap keuangan.
Sikap keuangan yang dimiliki setiap individu akan membantu
individu untuk mengerti bagaimana sikap dan perilaku yang dimiliki
dalam keputusan keuangannya. Menurut Pankow, sikap keuangan adalah
suatu keadaan yang ada dalam pikiran, pendapat, dan suatu penilaian yang
menyangkut dalam hal keuangan.
Setiap individu harus memiliki sikap dalam mengelola keuangan.
Dengan adanya sikap keuangan, seseorang akan lebih mudah dalam
menilai bagaimana sikap mereka terhadap keuangannya. Sikap secara
tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku, jika sikap keuangannya
baik, maka perilaku keuangannya akan baik pula seiring dengan sikap
yang dimiliki.

2.2.4. LOCUS OF CONTROL


Rotter (1966) mengemukakan bahwa locus of control ialah cara
pandang seseorang terhadap sesuatu peristiwa apakah dia merasa dapat
atau tidak mengendalikan perilaku yang terjadi padanya. Sedangkan
Larsen dan Buss (2002) mendefinisikan locus of control sebagai suatu
konsep yang menunjuk pada keyakinan individu mengenai peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.
Locus of control menggambarkan pula seberapa jauh seseorang
memandang hubungan antara perbuatan yang dilakukan (action) dengan
akibat/hasilnya (outcome). Locus of control dapat diartikan sebagai
persepsi seseorang tentang sebab-sebab keberhasilan atau kegagalan dalam
melaksanakan pekerjaannya.

9
Reiss dan Mitra (1998) membagi locus of control menjadi 2, yaitu
internal locus of control dan external locus of control.
- Internal locus of control : cara pandang bahwa segala hasil yang
didapat baik atau buruk adalah karena tindakan kapasitas dan faktor-
faktor dalam diri mereka sendiri.
- External locus of control : cara pandang dimana segala hasil yang
didapat, baik atau buruk berada di luar control diri mereka tetapi karena
faktor luar seperti keberuntungan, kesempatan, dan takdir individu yang
termasuk dalam kategori ini meletakkan tanggung jawab diluar
kendalinya.
Adapun karakteristik internal dan external locus of control yang
diungkapkan oleh Crider (1983), antara lain :
1. Internal locus of control
a. Suka bekerja keras.
b. Memiliki inisiatif yang tinggi.
c. Selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah.
d. Selalu mencoba untuk berfikir seefektif mungkin.
e. Selalu mempunyai persepi bahwa usaha harus dilakukan jika ingin
berhasil.
2. External locus of control
a. Kurang memiliki inisiatif.
b. Mudah menyerah, kurang suka berusaha karena mereka percaya
bahwa faktor luarlah yang mengontrol.
c. Kurang mencari informasi.
d. Mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dan
kesuksesan.

e. Lebih mudah dipengaruhi dan tergantung pada petunjuk orang lain.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa


locus of control merupakan sifat yang dimiliki setiap individu untuk
mengetahui kesuksesan dan kegagalan yang dialami, baik melalui faktor
internal diri ataupun faktor eksternal diri.

10
2.2.5. HUBUNGAN ANTAR VARIABEL
a. Hubungan Pengetahuan Keuangan terhadap Perilaku Keuangan
Pengetahuan keuangan berpengaruh positif terhadap perilaku
keuangan. Seseorang yang mempunyai kekurangan pada pengetahuan
keuangannya diakibatkan dari pendidikannya. Pendidikan akan dapat
meningkatkan pengetahuan keuangan seseorang yang akan
memudahkan dalam pengambilan keputusan. Semakin banyak
seseorang memiliki pengetahuan keuangan, maka semakin baik pula
orang tersebut dalam menggunakan uangnya dengan bijak, sehingga
perilaku orang tersebut dalam pengelolaan keuangan pribadinya juga
menjadi baik.
b. Hubungan Sikap Keuangan terhadap Perilaku Keuangan
Tak jauh beda dengan pengetahuan keuangan, sikap keuangan
juga memiliki pengaruh yang positif terhadap perilaku keuangan. Jadi,
semakin baik sikap keuangan seseorang, maka akan semakin baik pula
perilaku seseorang dalam mengelola keuangannya dan membuat
seseorang cenderung lebih bijak pada perilaku pengelolaan keuangan
pribadinya. Adanya sikap keuangan yang baik dalam pribadi seseorang,
menandakan bahwa orang tersebut mampu menilai baik buruknya
pendapat, pemikiran dan keputusan yang dimiliki dengan tepat. Oleh
karena itu, melalui penilaian yang dimiliki, orang tersebut pastinya akan
mengambil keputusan, dan melalui keputusan inilah kita dapat melihat
perilaku keuangan yang dimiliki oleh orang tersebut.
c. Hubungan Locus of control terhadap Perilaku Keuangan
Sama seperti variabel lainnya, locus of control juga memiliki
pengaruh positif terhadap perilaku keuangan. Dimana, apabila
seseorang memiliki locus of control, maka orang tersebut akan lebih
mudah untuk mengontrol dirinya. Dengan adanya pengontrolan diri
dalam pribadi masing-masing individu, maka akan tercipta juga
keseimbangan dalam pengelolaan keuangannya, dikarenakan orang
tersebut telah mengetahui secara jelas apa yang menjadi prioritas dalam

11
keputusannya, dimana hal itu akan mempengaruhi keuangan
pribadinya.
2.3. PERILAKU PENGELOLAAN KEUANGAN MAHASISWA
Bagi sebagian mahasiswa, hal keuangan bisa menjadi hal yang masih
sangat asing untuk dilakukan, khususnya bagi mahasiswa yang baru memulai
mengatur keuangannya, dari pendapatan hingga pengeluaran pribadinya. Hal ini
dikarenakan menjadi mahasiswa artinya sudah berada di tahap awal dalam
pendewasaan, yang mana segala sesuatunya harus mulai diatur dan dikelola oleh
diri sendiri.
Sebagai mahasiswa yang bekerja untuk membiayai segala kebutuhannya
sendiri, pengelolaan keuangan merupakan suatu hal yang wajib dan penting untuk
dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya kebutuhan-kebutuhan
prioritas yang tidak terpenuhi atau bahkan kebutuhan tidak berprioritas yang
malahan dipenuhi. Atau dengan kata lain kita katakan menjadi pemenuhan
keinginan, bukan pemenuhan kebutuhan.
Penting bagi mahasiswa untuk mengetahui secara pasti perbedaan antara
kebutuhan dan keinginan, dimana kebutuhan merupakan suatu hal yang harus
dipenuhi untuk menunjang keberlangsungan hidup, sedangkan keingiinan
merupakan hal-hal yang ingin dipenuhi hanya karena dianggap kurang, atau dapat
juga dikatakan untuk memuaskan nafsu semata. Dari kebutuhan dan keinginan
tersebut, mahasiswa harus mengetahui bahwa lebih penting bagi mereka untuk
memenuhi kebutuhan mereka yang menunjang keberlangsungan hidup mereka
dibandingkan keinginan mereka yang hanya sekedar memuaskan nafsu semata.
Dalam mengelola keuangan pribadinya, ada hal yang juga perlu
dilakukan oleh mahasiswa selain memahami secara benar kebutuhan dan
keinginan mereka, yaitu pengontrolan diri. Bagi sebagian mahasiswa,
pengontrolan diri sangatlah susah dilakukan, dikarenakan sebagai mahasiswa yang
ada dalam tahap awal pendewasaan, yang mana merupakan tahap yang baru bagi
mereka, tentunya banyak sekali hal yang ingin dilakukan dan diketahui oleh
mereka. Melalui hal inilah, sebagian mahasiswa terkadang tak mampu mengontrol
dirinya dalam hal konsumsi, dan bahkan menimbulkan perilaku konsumtif, atau
dalam bahasa kesehariannya, menjadi boros.

12
Perilaku konsumtif adalah perilaku yang sering ditemukan dalam
perilaku mahasiswa dalam mengelola keuangannya. Perilaku yang mana dimiliki
oleh mahasiswa bisa saja muncul tanpa kesadaran mereka sendiri. Perilaku ini
pula yang dapat menyebabkan pengelolaan keuangan mahasiswa menjadi buruk.
Hal ini dikarenakan mahasiswa cenderung akan mengonsumsi hal-hal yang berada
di luar kemampuan mereka, yang dapat menyebabkan tidak adanya dana yang
tersisa dari pendapatan mereka untuk ditabung, atau bahkan menimbulkan defisit
dalam keuangan mereka (dalam bentuk utang). Terutama bagi mahasiswa yang
memiliki kartu kredit, yang cenderung segala sesuatunya akan dibayar dalam
bentuk cicilan.
Penggunaan kartu kredit yang berlebihan dapat menimbulkan
ketergantungan dan cenderung akan menimbulkan rasa cemas berlebih terutama
ketika tagihan kartu kredit diterima. Melalui penggunaan kartu kredit ini juga
dapat membuat mahasiswa menjadi lebih boros dan membuatnya menjalani gaya
hidup yang diinginkan tanpa banyak memikirkan kesanggupan keuangannya.
Perilaku-perilaku inilah yang banyak timbul dalam diri mahasiswa dalam
mengelola keuangan pribadinya.

13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULAN
Dalam pengelolaan keuangan, ada hal-hal yang perlu dimiliki terlebih
dahulu dalam diri masing-masing individu, diantaranya yaitu pengetahuan
keuangan, sikap keuangan, perilaku keuangan, hingga locus of control. Dengan
adanya hal-hal tersebut, maka pengelolaan keuangan seseorang juga akan
memiliki perubahan yang baik pula.
Melalui pengetahuan keuangan, kita akan mengetahui lebih banyak
mengenai cara-cara pengelolaan keuangan yang efektif dan juga poin-poin penting
dalam mengelola keuangan pribadi, terutama bagi mahasiswa yang mempelajari
manajemen keuangan. Selain pengetahuan keuangan, juga dibutuhkan
penerapannya yaitu melalui sikap sekaligus perilaku keuangan masing-masing
individu, yang menunjukkan kemampuan orang tersebut dalam memikirkan,
merencanakan, menilai hingga mengambil keputusan dalam pengelolaan
keuangan pribadinya. Setelah itu, dibutuhkannya locus of control yang merupakan
cara setiap individu memandang baik/buruknya pengelolaan keuangan yang ia
lakukan sendiri.

Bagi mahasiswa, pengelolaan keuangan mungkin masih menjadi hal baru


untuk dilakukan, namun tak mustahil bagi mahasiswa untuk melakukan
pengelolaan keuangan yang baik, apabila memiliki keempat variabel penting yang
disebutkan diatas. Perilaku yang kemungkinan besar akan muncul dalam diri
mahasiswa dalam melakukan pengelolaan keuangan adalah perilaku konsumtif
atau boros, yang mana hal tersebut terjadi hanya untuk memenuhi rasa puas yang
ada dalam diri mahasiswa itu sendiri. Namun hal itu dapat diatasi dengan
peningkatan pengetahuan keuangan serta pengontrolan diri mahasiswa itu sendiri.

3.2. SARAN
Salah satu perilaku mahasiswa dalam mengelola keuangan pribadinya
adalah perilaku konsumtif yang sangat wajar muncul dalam diri mahasiswa.
Dimana mahasiswa yang berada di tahap awal pendewasaan, yang merupakan

14
tahap baru bagi mereka, cenderung akan memiliki rasa penasaran dan keinginan
yang berlebih. Namun hal itu bukan tak mungkin untuk dihindari oleh mahasiswa.
Para mahasiswa/i dapat menghindarinya dengan meningkatkan
pengetahuan keuangan dan pengontrolan diri yang baik, dimana dengan
meningkatnya pengetahuan keuangan mahasiswa, maka mereka akan mengerti
mengenai hal keuangan seperti tabungan atau bahkan investasi yang memiliki
orientasi ke masa depan. Dan untuk mendukung hal tersebut, juga diperlukan
pengontrolan diri bagi mahasiswa itu sendiri, dimana mahasiswa tersebut harus
mampu dan tegas dalam membedakan kebutuhan dan keinginan yang dimiliki
oleh dirinya sendiri. Dengan begitu, akan terdapat keseimbangan dalam
pengelolaan keuangan yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut.

15

Anda mungkin juga menyukai