Anda di halaman 1dari 37

Laporan Observasi

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
CV. Widya Jati Furniture adalah sebuah badan usaha yang berdiri sejak tahun 1998 di
Jepara, dimana perusahaan ini melayani berbagai macam kebutuhan yang diperlukan oleh
masyarakat perumahan maupun perkantoran serta instansi lembaga-lembaga yang ada di
Indonesia. Produk yang ditawarkan tentunya memiliki kualitas yang tinggi dan berbahan
dasar yang berkualitas tinggi pula. Berbagai macam furniture yang dapat dipesan sesuai
dengan keinginan dan tentunya perusahaan menjamin barang tersebut hingga sampai tempat
tujuan.
CV. Widya Jati Furniture sudah mempunyai peralatan produksi yang cukup lengkap
dari yang manual sampai yang mengguanakan mesin. Tenaga kerja yang beroperasi pun
sudah mahir untuk memproduksi beberapa desain furniture. Produk furniture yang diwarkan
mempunyai mutu kualitas yang tinggi tentunya dengan harga yang kompetitif. Dikerjakan
dengan rajin dan teliti dari furniture Jepara yang sudah berpengalaman, produk furniture yang
diproduksi telah banyak digunakan di perumahan, perkantoran, dan hotel, caf di Pulau Jawa
dan sekitarnya.
Persaingan pasar telah semakin ketat, sebuah perusahaan

produksi harus pandai

membaca kebutuhan para konsumen jika tidak suatu perusahaan akan mengalami kerugian.
CV. Widya Jati Furniture menggunakan sistem pemasaran segmentasi. Segmentasi pasar
sangatlah penting di dalam bisnis dan pemasaran. Segmentasi pasar suatu hal yang harus
dipelajari dalam membangun usaha. Segmentasi pasar sebagai suatu strategi perusahaan
tidaklah semata dilakukan dengan cara membedakan produk atau bahkan menciptakan
produk baru, tetapi didasarkan atas perbedaan minat dan kebutuhan konsumen.

Pend. Teknik Bangunan

Laporan Observasi
B. Tujuan Laporan
1.

Memperluas pengetahuan Mahasiswa tentang cara memproduksi furniture, dari


cara pengolahan bahan baku sampai finishing.

2. Memberikan informasi tentang teknik membuat mebel dengan ukiran yang indah,
rapi, mempunyai nilai dan estetika.
3. Memberikan informasi alat yang digunakan dalam memproduksi mebel atau
furniture.
4. Memberikan pengetahuan tentang cara pegolahan furniture dari bahan baku
menjadi bahan pakai atau jadi.
5. Memberikan pengetahuan kendala apa saja yang dihadapi oleh produsen furniture.
C. Metode Penyusunan Laporan
Laporan ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik
Furnitur. Adapun metode yang digunakan, yaitu :
1. Metode Observasi
Penyusun melakukan observasi lapangan untuk mengambil dan mengumpulkan
data dari Narasumber.
2. Metode Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan pemilik produksi furniture.
D. Rumusan Masalah
1. Jenis kayu apakah yang sering digunakan dalam membuat furniture?
2. Bagaimanakah tahapan teknik atau cara pengolahan furniture?
3. Bagaimanakah cara pengawetan kayu untuk membuat furniture?
4. Apa sajakah alat yang digunakan dalam membuat mebel atau furniture?
5. Apa sajakah macam-macam sambungan kayu dalam pembuatan furniture?
6. Apa sajakah jenis-jenis teknik finishing dalam mendesain furniture?
7. Apa sajakah kendala dalam membuat atau mendesain furniture?
8. Hasil wawancara observasi di CV. Widya Jati Furniture.
Pend. Teknik Bangunan

Laporan Observasi

E. Manfaat Kunjungan
Diharapkan Mahasiswa dapat mengambil manfaat dalam kesempatan kunjungan
ke Widya Jati ini agar Mahasiswa dapat mengetahui cara memproduksi furniture, dari
bahan baku, cara proses pengolahan bahan hingga finishing.
F. Lokasi Kunjungan
Lokasi CV. Widya Jati Furniture bertempat di Jalan Raya Ngabul Km 24 Jepara,
Jawa Tengah.

Pend. Teknik Bangunan

Laporan Observasi

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Jenis Kayu yang Digunakan dalam Pembuatan Furniture


Dalam pembuatan furniture tidak semua jenis kayu bisa dipakai dalam produksi
furniture karena terdapat beberapa syarat yang harus ada dalam pembuatan furniture.
Beberapa kayu yang dapat dijadiakan furniture adalah sebagai berikut :
1. Kayu Jati
Kayu jati merupakan jenis kayu yang sering dipakai untuk membuat produk
mebel, kayu jati primadona dalam membuat dunia furniture. Membuat produk
mebel menggunakan kayu jati dikenal kuat dan awet selain itu akan terkesan
mewah dan elegan. Karena kayu jati memiliki serat dan tekstur dengan nilai
dekoratif. Kayu jati banyak peminatnya, mulai dari dalam negeri sampai luar
negeri untuk bahan pembuat furniture.
2. Kayu Mahoni
Selain kayu jati yang sering digunakan untuk membuat furniture yaitu kayu
mahoni. Kayu mahoni sering digunakan karena selain kualitas yang juga baik
harganya pun lebih murah dibanding kayu jati, dan pengrajin juga bisa
menghemat biaya produksi.
3. Kayu Sonokeling
Kayu sonokeling sering digunakan karena keunikan kayu, yang memiliki warna
gelap yang alami (tanpa pewarna). Kayu sonokeling hampir sama dengan kayu jati
dengan keawetannya dan elegan, sebab kayu sono keling memiliki serat kayu
yang indah dan dekoratif.
4. Kayu Akasia
Dengan kasat mata, kayu akasia memiliki warna dan serat hampir mirip seperti
dengan kayu jati. Kayu akasia juga memiliki bobot yang cukup berat, awet dan
kuat. Karena itu banyak yang memakainya untuk pembuatan furniture mebel.
5. Kayu Trembesi
Kayu trembesi juga banyak yang meminatinya, dari luar negeri maupun dalam
negeri. Kayu trembesi sering digunakan karena stok kayu trembesi di alam masih
banyak. Ukuran kayu trembesi umumnya besar-besar karena itu kayu trembesi
lebih menonjol ketebalan kayu.
6. Kayu Kamper
Pend. Teknik Bangunan

Laporan Observasi
Kayu kamper sering digunakan hanya untuk membuat kusen dan pintu rumah, dari
pada untuk membuat produk furniture.
Dalam memproduksi furniture CV. Widya Jati Furniture masih menggunakan
kayu jati sebagai bahan dasar produksi. Kayu jati masih digunakan sebagai kayu yang
menjadi ciri khas perusahaan. Selain kuat dan awet kayu jati terkesan mewah dan
elegan. Karena kayu jati memiliki serat dan tekstur dengan nilai dekoratif dan estetik.
Walaupun demikian jenis kayu lain pun juga dipakai seperti kayu mahoni dan
kayu akasia karena terbatasnya bahan baku kayu jati. Akan tetapi, walaupun
menggunakan kayu selain kayu jati, jenis kayu tersebut harus memenuhi persyaratan
untuk dibuat furniture.

B. Tahapan Teknik Pengolahan Furniture


1. Pengeringan (kiln dry)
Kayu jenis apapun harus melalui proses pengeringan. Ukuran, ketebalan, cara
penumpukkan dan metode pengeringan mempengaruhi keringnya kayu. apabila
proses pengeringan terlalu cepat kayu yang lunak cenderung mudah pecah.
Pengeringan kayu membutuhkan waktu antara 2 hingga 4 minggu. Cara
pengeringan yang baik adalah dengan menggunakan peralatan yang benar. Pada
beberapa industri kayu kecil biasanya untuk mengeringkan kayu cukup dengan
disandarkan pada dinding atau tiang dan mengandalkan sinar matahari. Namun
cara ini tidak bisa menghasilkan level MC yang ideal untuk kayu. Metode
pengeringan pun ada bermacam-macam dan masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangan.
2. Proses Komponen (potong, belah, serut, bor dll)
Pada bagian ini kayu dipotong dan dibelah sesuai dengan ukuran produk yang
dikerjakan. Apabila misalnya ukuran jadi sebuah kaki meja adalah 700 x 40 x 40
mm, maka komponen yang harus disiapkan adalah 720 x 45 x 45mm sehingga
terdapat toleransi untuk proses serut dan amplas. tukang kayu akan mengambil
lembaran-lembaran papan kering dengan ketebalan 45mm untuk dibelah di mesin
gergaji atau ripsaw menjadi ukuran lebar 45mm. Hasil dari proses tersebut akan
diperoleh batangan/balok kayu ukuran 45x45mm. Kemudian balok tersebut dibawa
Pend. Teknik Bangunan

Laporan Observasi
ke mesin cutting saw untuk dipotong dengan ukuran panjang 720mm. Balok-balok
kayu tersebut kemudian dikirim ke mesin serut (planner, thicknesser atau lainnya
yang sejenis) untuk mendapatkan ukuran jadi dengan permukaan yang halus tanpa
garis gergaji. Untuk membuat konstruksi komponen tersebut dipindahkan ke mesin
bor, atau mesin pen (tenoner & mortiser).
3. Pengerjaan konstruksi
Melingkupi pembentukan

komponen,

pengeboran

untuk

konstruksi

penyambungan kayu secara masinal atau manual. Untuk mendapatkan hasil yang
baik, minimum kayu harus melalui proses mesin 60%.
4. Perakitan
Proses perakitan merupakan salah satu proses yang penting karena
mempengaruhi kualitas kekuatan barang jadi. Apabila perakitan tidak berhasil,
sambungan-sambungan akan mudah terlepas dan furniture tidak akan bertahan lama.
5. Finishing
Sebagai proses paling akhir dan paling menentukan nilai estetika sebuah
furniture. Finishing berfungsi memberikan tampilan yang baru dan lain daripada
tampilan serat kayu atau warna kayu yang sebenarnya. Finishing menjadi salah satu
proses yang paling sering diulang. Beberapa alasan adalah karena pembeli ingin
memiliki warna yang lain daripada warna standard atau karena kondisi finishing
sudah mulai pudar akan tetapi kayu masih kuat dan masih berfungsi dengan baik.

C. Teknik Pengawetan Kayu


Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan awet bila
mempunyai umur pakai lama. Kayu berumur pakai lama bila mampu menahan bermacammacam faktor perusak kayu. Dengan kata lain keawetan kayu ialah daya tahan suatu jenis
kayu terhadap faktor-faktor perusak yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri.

Pend. Teknik Bangunan

Laporan Observasi
Kayu diselidiki keawetannya pada bagian kayu terasnya, sedangkan kayu gubalnya
kurang diperhatikan. Pemakaian kayu menentukan pula umur keawetannya. Kayu, yang awet
dipakai dalam konstruksi atap, belum pasti dapat bertahan lama bila digunakan di laut,
ataupun tempat lain yang berhubungan langsung dengan tanah.
Demikian pula kayu yang dianggap awet bila dipakai di Indonesia. Serangga perusak
kayu juga berpengaruh besar. Kayu yang mampu menahan serangga rayap tanah, belum tentu
mampu menahan serangan bubuk. Oleh karena itu, tiap-tiap jenis kayu mempunyai keawetan
yang berbeda pula. Misalnya keawetan kayu meranti tidak akan sama dengan keawetan kayu
jati. Ada kalanya pada satu jenis kayu terdapat keawetan yang berbeda, disebabkan oleh
perbedaan ekologi tumbuh dari pohon tersebut.
1. Prinsip-prinsip dalam pengawetan kayu
Untuk pengawetan yang baik perlu diperhatikan prinsip prinsip di bawah ini :
a) Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.
b) Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam dan sebanyak
mungkin di dalam kayu.
c) Dalam pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap pelunturan (faktor
bahan pengawetnya).
d) Faktor waktu yang digunakan.
e) Metode pengawetan yang digunakan.
f) Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu, zat ekstraktif
yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat lainnya.
g) Faktor perlatan yang dipakai serta manusia yang melaksanakannya.

2. Jenis pengawetan kayu


a) Pengawetan remanen atau sementara (prophylactis treatment) bertujuan
menghindari serangan perusak kayu pada kayu basah (baru ditebang) antara lain
blue stain, bubuk kayu basah dan serangga lainnya. Bahan pengawet yang dipakai
antara lain NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol), Gammexane, Borax, baik untuk
dolok maupun kayu gergajian basah.
b) Pengawetan permanent bertujuan menahan semua faktor perusak kayu dalam
waktu selama mungkin, yang perlu diperhatikan dalam pengawetan, kayu tidak
boleh diproses lagi (diketam ataupun digergaji, dibor, dan lain-lain), sehingga
terbukanya permukaan kayu yang sudah diawetkan.
Pend. Teknik Bangunan

Laporan Observasi
3. Macam-macam metode pengawetan kayu
a) Pengawetan metode sederhana
Metode Rendaman
Kayu direndam di dalam bak larutan baha pengawet yang telah
ditentukan konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya,
selama beberapa jam atau beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman)
kayu harus seluruhnya terendam, jangan sampai ada yang terapung.
Karena itu diberi beban pemberat dan sticker. Ada beberapa macam
pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin, rendaman panas, dan
rendaman panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin dapat
dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan
cara rendaman panas atau rendaman panas dan dingin lazim dilakukan
dalam bak dari logam.
Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk bangunan
di bawah atap dengan penyerang perusak kayunya tidak hebat.
Kelebihan :
1. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak
2. Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama
3. Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah
konsentrasi bila berkurang)

1.
2.
3.
4.

Kekurangan :
Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin
Peralatan mudah terkena karat
Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar
Kayu basah agak sulit diawetkan

Metode Pencelupan
Kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet dengan
konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit bahkan detik.
Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak memuaskan. Hanya
melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan cara penyemprotan dan
pelaburan (pemolesan).
Cara ini umumnya dilakukan di industri-industri penggergajian untuk
mencegah serangan jamur blue stain. Bahan pengawet yang dipakai Natrium

Pend. Teknik Bangunan

Laporan Observasi
Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih baik baila kayu yang akan
diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.
Kelebihan :
1. Proses sangat cepat
2. Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)
3. Peralatan cukup sederhana
Kekurangan :
1. Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah
2. Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan
kayu sangat tipis.

Metode Pemulasan
Cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yg sederhana. Bahan
pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu terdapat
retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam. Cara pengawetan ini
hanya dipakai untuk maksut tertentu, yaitu:
Pengawetan sementara di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian
untuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah.
Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan
belum merusak kayu (represif).
Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini
hanya dianjurkan bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai
tidak hebat (ganas).
Kelebihan :
1. Alat sederhana, mudah penggunaannya
2. Biaya relatif murah
Kekurangan :
1. Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil
2. Mudah luntur

Metode Pembalutan
Cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiang-tiang
dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang
dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. Selanjutnya dibalut
sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.
Kelebihan :
1. Peralatan sederhana
2. Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama
3. Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun basah
Kekurangan :
Pend. Teknik Bangunan

Laporan Observasi
1. Pemakaian bahan pengawet boros
2. Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama
3. Membahayakan mahluk hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)

b) Pengawetan metode khusus :


Proses sel penuh antara lain :
Proses bethel
Proses burnett
Proses sel kosong antara lain :
Proses Rueping
Proses Lowry
Keduanya berbeda pada pelaksanaan permulaan. Proses rueping langsung
memasukkan bahan pengawet dengan tekanan sampai 4 atmosfer, kemudian
dinaikkan sampai sekitar 7-8 atmosfer. Sedangkan pada proses lowry tidak
digunakan tekanan awal, tapi tekanan langsung sampai 7 atmosfer. Beberapa jam
kemudian tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan dan dilakukan
vakum selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari larutan bahan
pengawet.

4. Urutan kerja dalam pengawetan kayu


- Ada dua macam urutan kerja pada proses pengawetan kayu :
a) Urutan kerja pada proses pengawetan sel penuh :
Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat agar

jangan terjadi kebocoran.


Dilakukan pengisapan udara (vakum) dalam tangki sampai 60 cm/Hg,

selama kira-kira 90 menit, agar udara dapat keluar dari dalam kayu.
Sambil vakum dipertahankan, larutan pengawet kayu dimasukkan ke

dalam tangki pengawet hingga penuh.


Setelah penuh, proses vakum dihentikan kemudian diganti dengan proses

tekanan sampai sekitar 8 15 atmosfer selama kurang lebih 2 jam.


Proses penekanan dihentikan dan bahan pengawet kayu dikeluarkan dari
tangki kembali ke tangki persediaan.

Pend. Teknik Bangunan

10

Laporan Observasi

Dilakukan vakum terakhir sampai 40 cm/Hg, selama 10 15 menit,


dengan maksud untuk membersihkan permukaan kayu dari bahan
pengawet.

b) Urutan kerja pada proses pengawetan sel kosong :


Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat.
Tanpa vakum, langsung pemberian tekanan udara sampai 4 atmosfer,

selama 10 20 menit.
Sementara tekanan udara dipertahankan, larutan bahan pengawet

dimasukkan ke dalam tangki pengawet hingga penuh.


Kemudian tekanan ditingkatkan sampai 7 8 atmosfer selama beberapa

jam
Tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan.
Dilakukan vakum 60 cm/Hg, selama 10 menit untuk membersihkan
permukaan kayu dari kelebihan bahan pengawet.

Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut :
Pada proses sel penuh bahan pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel,
sedangkan pada sel kosong hanya mengisi ruang antar sel.

D. Peralatan yang Digunakan dalam Memproduksi Furniture


1. Alat Potong
Alat Potong digunakan untuk melakukan pemotongan bahan baku, dan bahan
pelapis dan sebaiknya tersedia dalam 2 jenis, yaitu :
Manual
Contoh alat potong manual : gergaji tangan, gergaji multiplek, gergaji
kecil untuk membentuk triplek.

Gambar a. gergaji tangan

Pend. Teknik Bangunan

11

Laporan Observasi

Gambar b. gergaji multiplek

Menggunakan mesin
Contoh alat potong menggunakan mesin : circle saw, bor, jig saw, dan
saw planner. Parlatan potong yang bertenaga mesin membutuhkan
instalsi listrik karena biasanya menggunakan mesin (motor) listrik.
Ketika membuat instalasi listrik untuk peralatan maka harus dipikirkan
sistem proteksi listrik dan keamanan untuk karyawan, karena resiko
kerugian akibat hal ini akan menggangu kelancaran proses produksi.

Gambar c. circle saw

Gambar d. bor

Gambar e. jig saw

Pend. Teknik Bangunan

12

Laporan Observasi

Gambar f. saw planner

2. Alat Penyambungan
Beberapa alat penyambungan yang dibutuhkan bor, screwdriver, stapler udara
yang umumnya digerakan dengan menggunakan tenaga dari kompressor atau
Listrik. Kompresor itu sendiri akan dibutuhkan juga untuk keperluan cat duco.
Peralatan lain untuk penyambungan dengan menggunakan lem maka dibutuhkan
spatula lem.

Gambar g. screwdriver
3. Alat Finishing
Peralatan Finishing akan dibutuhkan untuk proses penyelesaian dan
menghaluskan furniture, misalnya : kikir, router, amril poles, pemegang amplas,
peralatan untuk proses Cat Duco, dll. Permukaan furniture juga harus dibersihkan
dengan menggunakan lap halus dan bila perlu diberikan cairan cleaner terutama
untuk membersihkan bekas lem.
Gambar h. kikir

Pend. Teknik Bangunan

13

Laporan Observasi

Gambar i. router

4. Alat Bantu
Alat Bantu yang terlibat dalam proses pembuatan furniture modern bisa
bervariasi misalnya pada saat produk handling akan dibutuhkan alat transportasi,
pada saat delivery juga akan dibutuhkan sebuah mobil bak atau mungkin truk dan
perlatan bantu lainnya.
E. Jenis Sambungan Kayu dalam Memproduksi Furniture
Jenis sambungan kayu yang paling sering digunakan ialah Sambungan Purus &
Lubang Purus / Tenon & Mortise Joint merupakan teknik menyambung kayu yang paling
umum digunakan pada produk- produk Furniture, konstruksi bangunan dan produk
perabot kayu lainnya. Sambungan ini juga sangat kuat, selain karena saling berkait juga
bidang pertemuan sisi-sisi untuk pengeleman antar kayu saling bertemu. Tenon & Mortise
Joint telah digunakan selama ribuan tahun oleh para tukang kayu / woodworkers
diseluruh dunia dalam menyatukan potongan kayu terutama untuk menyambung kayu
dengan sudut 90 derajat.

Macam dan jenis sambungan Purus / Tenon & mortise sangat beragam, berikut ini
adalah dua diantaranya yang paling sering digunakan :

Pend. Teknik Bangunan

14

Laporan Observasi
Sambungan Purus dengan Pasak / Wedged Tenon & Mortise Joint :

Sambungan Purus dengan Pin / Pinned Tenon & Mortise Joint

Dalam membuat purus / tenon, banyak cara yang bisa digunakan, dari yang
sederhana yaitu menggunakan gergaji dan pahat sampai dengan yang menggunakan
alat khusus pembuat tenon seperti tenon & mortising machine atau bisa juga
menggunakan table saw yang dibuatkan slide dan jig khusus untuk membuat tenon.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat Purus/Tenon agar kekuatan
sambungan maksimal adalah sebagai berikut :
1. Panjang Purus/tenon minimal 1/2 dari lebar kayu yang akan dibuat lubang
purus/mortise nya. Pada produk-produk tertentu yang memerlukan
kekuatan lebih seperti pintu panel, Jendela dan Kusen sebaiknya sama
dengan lebarnya, dalam hal ini lubang purus/ mortise dibuat tembus.
2. Lebar Purus/tenon sama dengan lebar kayu sampai dengan minimal 1/2
dari lebar kayu.
3. Ketebalan Purus/tenon minimal 1/3 sampai dengan 1/2 dari ketebalan kayu
Cara membuat :
1. Buat pola tenon pada ujung kayu dengan pensil dan penggaris siku
2. Tandai dengan Perusut/ Marking Gauge

Pend. Teknik Bangunan

15

Laporan Observasi

- Membentuk Tenon :
a. Dengan Gergaji Tangan :
1. Buat sudut pertemuan dengan pahat atau gergaji, (bila sambungan memerlukan
pertemuan sudut 45 derajat).
2. Menggergaji membujur vertikal terhadap serat kayu dengan kedalaman mengikuti
garis pola yang telah dibuat.
3. Menggergaji searah dengan serat kayu mengikuti pola garis yang sudah dibuat

Perapihan Tenon

Bila menggunakan Gergaji Meja / Table Saw, pastikan ketinggian mata gergaji, bila
tidak cukup dengan panjang tenon, lanjutkan dengan gergaji tangan.

Pend. Teknik Bangunan

16

Laporan Observasi

Bila menggunakan Gergaji dan bantuan Pahat, Yang perlu diperhatikan adalah
lakukan

pemahatan

dengan

bertahap,

batasi

pemahatan

dengan

beberapa

penggergajian vertikal dari serat kayu karena ada beberapa jenis kayu yang seratnya
tidak beraturan.

Untuk membuat Mortise/ lubang purus, cara yang paling umum dan sederhana adalah
dengan menggunakan pahat dan bila menginginkan kecepatan dan tingkat presisi yang lebih
baik dapat menggunakan Mesin pembuat lubang purus / Mortising Machine.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat Lubang Purus/Mortise agar kekuatan
sambungan maksimal adalah sebagai berikut :
Lebar melintang dari serat kayu maksimal 1/3 dari ketebalan kayu, minimal 1/2 dari
ketebalan kayu.

Panjang searah dari serat kayu 1/2 dari lebar kayu sampai dengan seluruh lebar
kayu

Kedalaman 1/2 sampai dengan seluruh ketebalan kayu (tembus)

Cara membuat :
a. Buat pola Mortise pada kayu dengan pensil dan penggaris siku
b. Tandai dengan Perusut/ Marking Gauge

Pend. Teknik Bangunan

17

Laporan Observasi

Membentuk Mortise dengan Pahat atau Mortising Machine

Tenon & Mortise disatukan dengan Lem kayu dan ditambah penguat pasak atau pin
dowel, bisa juga dengan paku atau sekrup.

F. Teknik Finishing dalam Mendesain Furniture


1. Pengertian finishing
Finishing untuk kayu (wood finish) adalah suatu proses pelapisan akhir pada
permukaan kayu atau material lain yang berbahan dasar kayu dengan tujuan
untuk:
a) Meningkatkan nilai estetika.
b) Melindungi permukaan kayu dari kerusakan.
c) Memberi lapisan yang mudah untuk pemeliharaan/perawatan.
Wood finish dapat dibedakan dalam 2 golongan besar, yaitu :

Opaque finish
Wood finish golongan ini akan menyebabkan permukaan kayu menjadi
tertutup sama sekali sehingga tepat digunakan untuk kayu/material wood base
dengan nilai dekoratif yang rendah.
Pend. Teknik Bangunan

18

Laporan Observasi
Opaque finish dapat dilakukan dengan menggunakan cat minyak
(synthetic enamel), cat duco, atau pigmented-paint lainnya.

Clear finish
Clear finish sifatnya akan memunculkan keindahan alami dari kayu,
sehingga serat kayu akan terlihat menambah keindahan kayu tersebut.. Dengan
demikian pekerjaan clear finish akan lebih baik menggunakan bahan cat yang
non-pigmented seperti pernis (synthetic varnish), sirlak (shellac), politur,dan
lacquer, misalnya cat melamik, cat NC, dll.
2. Aplikasi finishing kayu
Bahan yang mahal tidak menjamin hasil finishing yang baik dan berkualitas.
Banyak faktor yang ikut menentukan kualitas hasil finishing. Cara aplikasi merupakan
salah satu faktor yang penting menentukan kualitas hasil. Ada beberapa cara aplikasi
finishing menyesuaikan dengan jenis bahan dan kualitas akhir yang diinginkan. Satu
jenis bahan finishing tidak menutup kemungkinan untuk memakai lebih dari satu cara
aplikasi. Berikut ini beberapa cara aplikasi finishing.
a) Dipping (celup) .Lebih dikenal juga dengan istilah perendaman. Bahan finishing
diletakkan dalam suatu bejana/tangki kemudian benda kerja dicelupkan ke dalam
tangki tersebut. Proses in bertujuan agar seluruh permukaan benda kerja, terutama
pada bagian sudut & tersembunyi bisa terlapisi bahan finishing..
b) Wiping (pemolesan dengan kain) Proses ini sebaiknya tidak dipakai sebagai proses
awal/dasar. Walaupun demikian beberapa bahan finishing tertentu hanya bisa
diaplikasikan dengan cara ini, misalnya politur. Kualitas permukaan lebih baik dari
proses celup tapi membutuhkan waktu lebih lama.
c) Brush (kuas).Merupakan cara paling murah dan mudah di antara yang lain. Hanya
saja harus hati-hati dalam memilih kuas yang berkualitas. Bahan finishing yang
cocok untuk cara ini termasuk cat, varnish dan pewarna. Sebagaimana ujung kuas,
hasil permukaan finishing tidak sehalus dan serata aplikasi spray atau poles.
d) Spray (semprot) Membutuhkan beberapa alat tambahan khusus tapi tidak terlalu
mahal. Alat utama yang diperlukan adalah kompressor untuk membuat tekanan udara
dan spray gun, suatu alat untuk menyemprotkan bahan finishing bersamaan dengan
udara bertekanan ke bidang kerja. Dengan pengaturan tertentu pada kekuatan
Pend. Teknik Bangunan

19

Laporan Observasi
tekanan, jumlah material yang disemprotkan, cara ini menghasilkan bidang
permukaan yang sangat baik, halus dan cepat. Saat ini metode spray menjadi dasar
dari hampir semua jenis bahan finishing lacquer dengan berbagai variasi jenis alat
semprot (sprayer), dari yang manual hingga otomatis.Proses yang bisa dilakukan
dengan cara spray meliputi lapisan dasar, pewarnaan (lapisan kedua) hingga lapisan
akhir.
e) Shower (curah) Metode ini diimplementasikan pada mesin finishing curtain (tirai),
bahan finishing dicurahkan ke permukaan benda kerja dengan volume dan kecepatan
tertentu sehingga membentuk lapisan tipis di atas permukaan benda kerja. Cara
pengeringannya tergantung bahan finishing yang digunakan. Kebanyakan digunakan
oleh pabrik flooring (parket) atau furniture indoor lainnya yang memakai papan
buatan.
f) Rolling. Prinsipnya sama dengan roller yang dipakai untuk mengecat tembok, tetapi
yang dimaksud disini adalah alat aplikasi sebuah mesin roller yang seluruh
permukaannya terbalut dengan bahan finishing cair dan benda kerja (papan) mengalir
di bawahnya. Hanya roller bagian atas yang terbalut dengan bahan finishing,
sedangkan roller bagian bawah hanya berfungsi untuk mengalirkan benda kerja ke
dalam mesin. Jenis bahan finishing yang digunakan adalah UV lacquer, melamine,
NC lacquer.
3. Jenis bahan finishing kayu
Sebelum menentukan jenis bahan finishing, perlu melihat dan menentukan
hasil seperti apakah diinginkan. Dengan kata lain alasan mana yang paling menjadi
prioritas menerapkan finishing pada sebuah produk kayu. Apakah (1) keawetan, (2)
estetika, (3) kemudahan aplikasi, (4) biaya atau (5) lingkungan.Bahan finishing
dikategorikan pada beberapa jenis sebagai berikut :
a) Oil
Merupakann jenis finishing paling sederhana dan mudah aplikasinya. Bahan
ini tidak membentuk lapisan 'film' pada permukaan kayu. Oil meresap ke
dalam pori-pori kayu dan tinggal di di dalamnya untuk mencegah air keluar
atau masuk dari pori-pori kayu. Cara aplikasinya mudah dengan cara
menyiram, merendam atau melumuri benda kerja dengan oil kemudian
Pend. Teknik Bangunan

20

Laporan Observasi
dibersihkan dengan kain kering.Bahan ini tidak memberikan keawetan pada
aspek benturan, goresan ataupun benturan fisik lainnya.
b) Politur
Bahan dasar finishing ini adalah shellac yang berwujud serpihan atau
batangan kemudian dicairkan dengan alkohol. Setelah diaplikasikan ke benda
kerja, alkohol akan menguap. Aplikasi dengan cara membasahai kain
(sebaiknya yg mengandung katun) dan memoleskannya secara berkala pada
permukaan layu hingga mendapatkan lapisan tipis finishing (film) pada
permukaan kayu. Semakin banyak polesan akan membuat lapisan semakin
tebal.
c) NCLacquer
Jenis yang saat ini populer dan mudah diaplikasikan adalah NC
(NitroCellulose)

lacquer.

Bahan

finishing

ini

terbuat

dari

resin

Nitrocellulose/alkyd yang dicampur dengan bahan 'solvent' yang cepat kering,


yang kita kenal dengan sebutan thinner. Bahan ini tahan air (tidak rusak
apabila terkena air) tapi masih belum kuat menahan goresan. Kekerasan
lapisan film NC tidak cukup keras untuk menahan benturan fisik. Bahkan
walaupun sudah kering, NC bisa 'dikupas' menggunakan bahan pencairnya
(solvent/thinner). Cara aplikasinya dengan system spray (semprot) dengan
tekanan udara.
d) Melamine
Sifatnya hampir sama dengan bahan lacquer. Memiliki tingkat
kekerasan lapisan film lebih tinggi dari lacquer akan tetapi bahan kimia yang
digunakan akhir-akhir ini menjadi sorotan para konsumen karena berbahaya
bagi lingkungan. Melamine mengandung bahan Formaldehyde paling tinggi di
antara bahan finishing yang lain. Formaldehyde ini digunakan untuk
menambah daya ikat molekul bahan finishing.
e) PU (Poly Urethane)
Pend. Teknik Bangunan

21

Laporan Observasi
Lebih awet dibandingkan dengan jenis finishing sebelumnya dan lebih
tebal lapisan filmnya. bahan finishing membentuk lapisan yang benar-benar
menutup permukaan kayu sehingga terbentuk lapisan seperti plastik. Memiliki
daya tahan terhadap air dan panas sangat tinggi. Sangat baik untuk finishing
produk outdoor, kusen dan pintu luar atau pagar.Proses pengeringannya juga
menggunakan bahan kimia cair yang cepat menguap.
e) UV Lacquer
Satu-satunya aplikasi yang paling efektif saat ini dengan 'curtain
method'. Suatu metode aplikasi seperti air curahan yang membentuk tirai.
Benda kerja diluncurkan melalui 'tirai' tersebut dengan kecepatan tertentu
sehingga membentuk lapisan yang cukup tipis pada permukaan kayu. Disebut
UV lacquer karena bahan finishing ini hanya bisa dikeringkan oleh sinar Ultra
Violet (UV).Paling tepat untuk benda kerja dengan permukaan lebar papan
atau plywood.
f) Waterbased

Lacquer

Jenis finishing yang paling populer akhir-akhir ini bagi para konsumen
di Eropa. Menggunakan bahan pencair air murni (yang paling baik) dan resin
akan tertinggal di permukaan kayu. Proses pengeringannya otomatis lebih
lama dari jenis bahan finishing yang lain karena penguapan air jauh lebih
lambat daripada penguapan alkohol ataupun thinner. Namun kualitas lapisan
film yang diciptakan tidak kalah baik dengan NC atau melamine. Tahan air
dan bahkan sekarang sudah ada jenis waterbased lacquer yang tahan goresan.
Keuntungan utama yang diperoleh dari bahan jenis ini adalah lingkungan dan
sosial. Di samping para karyawan ruang finishing lebih sehat, reaksi
penguapan bahan kimia juga lebih kecil di rumah konsumen.

G. Kendala dalam Memproduksi Furniture


Pend. Teknik Bangunan

22

Laporan Observasi
Namun demikian, ada beberapa kendala dalam memproduksi furniture. Secara
garis besar di beberapa perusahaan furniture mengalami kendala sebagai berikut,
diantaranya :
1. Kesulitan memperoleh bahan baku
Sulit mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang bagus dan harga terjangkau.
Penggunaan bahan baku yang spesifik dan unik untuk usaha furniture dan tidak
selalu terdapat di wilayah sekitar.
2. Keterbatasan teknologi
Minimnya pemanfaatan teknologi internet dalam desain, pemasaran, dan promosi
hasil produksi. Keterbatasan pengguasaan IT, sistem yang ada kurang mendukung,
dan kurang tersedianya SDM pendukung menjadi kendala dalam pengembangan
usaha.
3. Keterbatasan sumber daya manusia dengan kualitas yang baik
Sulitnya mendapat tenaga kerja yang memiliki keterampilan dalam bidang usaha
furniture seperti mengukir, mendesain, mengecat, dll
H. Hasil Wawancara Observasi di CV. Widya Jati Furniture
Kami mewawancarai salah satu Narasumber yaitu Bapak Sugiyono sebagai
pemilik Widya Jati Furniure. Beberapa pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa

: Jenis kayu apakah yang sering digunakan sebagai bahan baku mebel

di Widya Jati Furniure?


Narasumber : Untuk jenis kayu yang kita gunakan adalah kayu jati, selain kayu jati
kami tidak menerimanya, sesuai dengan pemesan tapi prioritas kami adalah kayu jati.
2. Mahasiswa : Syarat-syarat kayu yang digunakan dalam pembuatan furniture seperti
apa?
Narasumber : Tentunya kayu yang akan diolah harus memenuhi syarat-syarat
tertentu, seperti umur kayu, keadaan badab kayu, dll.
3. Mahasiswa : Bagaimana cara pengolahan bahan baku menjadi produk yang siap
dijual di CV. Widya Jati Furniture?
Narasumber : Ada 3 tahap dalam pemrosesan bahan baku menjadi produk yang siap
di pasarkan. Diantaranya : a) pemilihan dan pemotongan awal, b) perakitan bahan dan
pengolahannya, c) finishing dan pemasaran.
4. Mahasiswa : Bagaimana teknik pengawetan kayu yang sering digunakan dan
paling efektif?
Narasumber : Kami disini menggunakan pengawetan oven atau pengeringan. Kita
menggunakan oven/pemanas karena faktor efektif dan efisiensinya lebih baik

Pend. Teknik Bangunan

23

Laporan Observasi
daripada dengan pengeringan secara alami, namun hasilnya tidak kalah jauh dengan
yang secara alami.
5. Mahasiswa : Apasajakah alat yang digunakan dalam pembuatan furniture di CV.
Widya Jati Furniture?
Narasumber : Untuk alat yang kami gunakan ada yang manual dan semimesin. Kita
belum menggunakan alat murni mesin. Namun dengan alat semimesin pun para
pekerja bias dibilang produktif.
6. Mahasiswa : Apakah jenis teknik finishing yang sering digunakan di CV. Widya
Jati Furniture?
Narasumber : Kalau mengenai finishing kita sesuaikan dengan pemesan. Jadi kita
memproduksi bahan jadi tetapi belum difinishing. Finishing nanti tergantung
pemesan.
7. Mahasiswa

: Jenis teknik finishing manakah yang paling sering digunakan di CV.

Widya Jati Furniture?


Narasumber : yang paling sering kita gunakan dalam finishing yaitu dengan bahan
politer. Dengan bahan kayu jati, maka tekstur yang akan di tampilkan adalah serat
alami dari kayu tersebut. Maka pemesan lebih sering atau menyukai finishing hanya
menggunakan politur.
8. Mahasiswa : Bagaimanakah cara pemasaran di CV. Widya Jati Furniture?
Narasumber : Pemasaran kami menggunakan system pemesanan terlebih dahulu.
Hal ini menghindari produk yang di olah pasti terjual dan tidak sia-sia. Pemasaran kita
sudah sampai luar negeri atau ekspor. Jadi setiap bulan pasti ada pesanan yang masuk
karena pasar kita tidak terbatas. Sebagai contoh Negara yang sudah pernah memesan
di sini yaitu : Belanda, Korea, Arab dll.
9. Mahasiswa : Untuk apakah limbah yang dihasilkan dalm pembuatan mebel
tersebut?
Narasumber : Limbah yang kita hasilkan berupa potongan-potongan kayu kecil
masih kita jadikan mebel dengan kreatifitas pekerja, mungkin juga bias dibuat asbak,
hiasan dinding, dan kerajinan lainnya.

Pend. Teknik Bangunan

24

Laporan Observasi

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam observasi ke CV. Widya Jati Furniture yang bertempat di Jalan Raya
Ngabul 24 Jepara, Jawa Tengah didapatkan kesimpulan bahwa dari observasi ini

Pend. Teknik Bangunan

25

Laporan Observasi
penulis mendapatkan pengetahuan tentang cara memproduksi furniture, dari bahan
baku, cara pengolahan bahan hingga proses finishing.
Informasi tentang teknik membuat mebel dengan ukiran yang indah, rapi,
mempunyai nilai dan estetika. Mengetahui alat yang digunakan dalam
memproduksi mebel atau furniture, dan mengerti kendala apa saja yang dihadapi
oleh produsen furniture. Sehingga dalam kedepannya kekurangan-kekurangan
yang ada

dapat diperbaiki dan lebih ditingkatkan lagi tingkat kulitas dan

tekniknya agar lebih efisien dan ekonomis.


B. Saran
Setelah kami melakukan observasi di CV. Widya Jati Furniture dan
perusahaan-perusahaan lainnya terdapat kesamaan, yaitu para pengrajin atau
perakit mebel tebilang sudah berumur. Tidak nampak perajin muda atau tidak ada
generasi yang melanjutkan budaya furniture atau ukir di Jepara. Mereka lebih
memilih bekerja di hotel atau malah ke luar daerah.
Saran kami menyikapi hal tersebut yaitu perlu adanya wadah pendidikan
formal atau non-formal di Jepara mengenai furniture atau ukiran. SMK Jurusan
Furniture mungkin dapat menjadi solusi masalah generasi pengrajin furniture di
daerah Jepara.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sunaryo, (1995). Peningkatan Produktivitas Bagian Finishing Melalui Aspek Aplikasi.
Semarang: Pusat Pengembangan & Pelatihan Industri Kayu (PPPIK-PIKA).
Derrick, Crump (1993). The Complete Guide to Wood Finishes. Australia: Simon&
Shuster.
http://www.tentangkayu.com/2008/01/jenis-bahan-finishing-kayu.htm
Pend. Teknik Bangunan

26

Laporan Observasi
http://www.anneahira.com/kayu/kerajinan-kayu.htm
http://www.tentangkayu.com/2008/01/aplikasi-finishing-kayu-saat-ini.html

LAMPIRAN
1. Surat Observasi

Pend. Teknik Bangunan

27

Laporan Observasi

2. Laporan Presentasi Observasi

LAPORAN PRESENTASI
Pend. Teknik Bangunan

28

Laporan Observasi

TEKNIK FURNITURE

1. Slamet Surono
Finishing menggunakan teknik semprot dengan bahan melamin.
Pertanyaan :
a. Menggunakan melamin clear atau dop?
b. Berapakah campuran bahannya?
Jawaban :
a. Sesuai dengan pemesanan, akan tetapi mayoritas pemesan lebih memilih
menggunakan clear, karena serat yang indah dari kayu jati akan terlihat jelas.
b. Campuran melamin clear : hardener = 10 : 1
2. Arini Nikmah
Penerapan K3
Pertanyaan :
- Bagaimanakah upaya pemilik untuk menginstruksikan untuk menggunakan
atau menerapkan system K3?
Jawaban :
- Di CV. Widya Jati Furniture belum menerapkan system K3 yang optimal.
Karena kesadaran akan pentingnya K3 masih kurang. Pemilik pun hanya
menyediakan K3 di bagian finishing, untuk bagian yang lain (pemotongan dan
perakitan) belum tersedia K3 yang lengkap.
3. Bapak Haryadi
a. Teknik Finishing
Pertanyaan :
- Apabila di lapangan atau tempat kerja terdapat ketidaktepatan terhadap teori
apakah Anda memberi pengarahan?
Jawaban :
- Kami hanya mengamati dan mengobservasi, belum dan tidak melakukan
pengarahan tersebut, karena mumgkin bukan ranah dan wewenang kami.
b. Sambungan
- Pertanyaan :
Apabila di lapangan atau tempat kerja terdapat ketidaktepatan terhadap teori
apakah Anda memberikan sosialisasi sambungan tersebut?
Jawaban :
Belum memberikan sosialisasi materi sambungan kepada pekerja.
c. Bahan sisa produksi atau limbah
- Pertanyaan :
Apakah sama antara pekerja atau tukang yang mengolah di perusahaan dengan
-

perakit limbah kayu?


Jawaban :

Pend. Teknik Bangunan

29

Laporan Observasi
Sama, untuk pengolahan limbah tersebut di luar jam kerja. Jadi sebagai
tambahan penghasilan para pekerja.
d. Sistem K3 pada finishing
- Pertanyaan :
Apabila di lapangan atau tempat kerja terdapat ketidaktepatan terhadap teori
apakah Anda memberi pengarahan tentang bahayanya bahan finishing
-

semprot?
Jawaban :
Sudah membahas tentang bahayanya sisa penyemprotan finishing, akan tetapi
para pekerja masih acuh dengan itu.

4. Ibu Sri Handayani


a. Saran :
- Lebih baik jika yang tidak sesuai dengan teori yang ada supaya didiskusikan
pada pemilik perusahaan.
b. Pengawetan kayu :
- Menggunakan oven pada produk yang sudah jadi.
- Menggunakan pengeringan manual pada kayu setelah ditebang
5. Bapak Eko. N
a. Saran :
- Pola dari bahan baku sampai bahan siap produksi.
- Desain gambar untuk sebuah produk dilengkapi.
- Gambar sambungan kurang lengkap.

Pend. Teknik Bangunan

30

Laporan Observasi

3. Dokumentasi

Depan Bengkel produksi

Bahan baku sebelum diolah

Bahan baku setelah dipotong

Pend. Teknik Bangunan

31

Laporan Observasi

Proses pemotongan dari bahan baku

Proses pembentukan sambungan pada kaki kursi

Pend. Teknik Bangunan

32

Laporan Observasi

Proses perakitan kursi

Peralatan yang digunakan dalam proses perakitan

Pend. Teknik Bangunan

33

Laporan Observasi
Peralatan yang digunakan dalam proses perakitan

Proses pengeringan kayu melalui oven

Oven untuk mengeringkan kayu

Pend. Teknik Bangunan

34

Laporan Observasi

Proses finishing furniture

Pend. Teknik Bangunan

35

Laporan Observasi

Proses finishing furniture

peralatan finishing

Pend. Teknik Bangunan

36

Laporan Observasi

Contoh hasil furniture yang siap dipasarkan

Pend. Teknik Bangunan

37

Anda mungkin juga menyukai