BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
CV. Widya Jati Furniture adalah sebuah badan usaha yang berdiri sejak tahun 1998 di
Jepara, dimana perusahaan ini melayani berbagai macam kebutuhan yang diperlukan oleh
masyarakat perumahan maupun perkantoran serta instansi lembaga-lembaga yang ada di
Indonesia. Produk yang ditawarkan tentunya memiliki kualitas yang tinggi dan berbahan
dasar yang berkualitas tinggi pula. Berbagai macam furniture yang dapat dipesan sesuai
dengan keinginan dan tentunya perusahaan menjamin barang tersebut hingga sampai tempat
tujuan.
CV. Widya Jati Furniture sudah mempunyai peralatan produksi yang cukup lengkap
dari yang manual sampai yang mengguanakan mesin. Tenaga kerja yang beroperasi pun
sudah mahir untuk memproduksi beberapa desain furniture. Produk furniture yang diwarkan
mempunyai mutu kualitas yang tinggi tentunya dengan harga yang kompetitif. Dikerjakan
dengan rajin dan teliti dari furniture Jepara yang sudah berpengalaman, produk furniture yang
diproduksi telah banyak digunakan di perumahan, perkantoran, dan hotel, caf di Pulau Jawa
dan sekitarnya.
Persaingan pasar telah semakin ketat, sebuah perusahaan
membaca kebutuhan para konsumen jika tidak suatu perusahaan akan mengalami kerugian.
CV. Widya Jati Furniture menggunakan sistem pemasaran segmentasi. Segmentasi pasar
sangatlah penting di dalam bisnis dan pemasaran. Segmentasi pasar suatu hal yang harus
dipelajari dalam membangun usaha. Segmentasi pasar sebagai suatu strategi perusahaan
tidaklah semata dilakukan dengan cara membedakan produk atau bahkan menciptakan
produk baru, tetapi didasarkan atas perbedaan minat dan kebutuhan konsumen.
Laporan Observasi
B. Tujuan Laporan
1.
2. Memberikan informasi tentang teknik membuat mebel dengan ukiran yang indah,
rapi, mempunyai nilai dan estetika.
3. Memberikan informasi alat yang digunakan dalam memproduksi mebel atau
furniture.
4. Memberikan pengetahuan tentang cara pegolahan furniture dari bahan baku
menjadi bahan pakai atau jadi.
5. Memberikan pengetahuan kendala apa saja yang dihadapi oleh produsen furniture.
C. Metode Penyusunan Laporan
Laporan ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik
Furnitur. Adapun metode yang digunakan, yaitu :
1. Metode Observasi
Penyusun melakukan observasi lapangan untuk mengambil dan mengumpulkan
data dari Narasumber.
2. Metode Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan pemilik produksi furniture.
D. Rumusan Masalah
1. Jenis kayu apakah yang sering digunakan dalam membuat furniture?
2. Bagaimanakah tahapan teknik atau cara pengolahan furniture?
3. Bagaimanakah cara pengawetan kayu untuk membuat furniture?
4. Apa sajakah alat yang digunakan dalam membuat mebel atau furniture?
5. Apa sajakah macam-macam sambungan kayu dalam pembuatan furniture?
6. Apa sajakah jenis-jenis teknik finishing dalam mendesain furniture?
7. Apa sajakah kendala dalam membuat atau mendesain furniture?
8. Hasil wawancara observasi di CV. Widya Jati Furniture.
Pend. Teknik Bangunan
Laporan Observasi
E. Manfaat Kunjungan
Diharapkan Mahasiswa dapat mengambil manfaat dalam kesempatan kunjungan
ke Widya Jati ini agar Mahasiswa dapat mengetahui cara memproduksi furniture, dari
bahan baku, cara proses pengolahan bahan hingga finishing.
F. Lokasi Kunjungan
Lokasi CV. Widya Jati Furniture bertempat di Jalan Raya Ngabul Km 24 Jepara,
Jawa Tengah.
Laporan Observasi
BAB 2
PEMBAHASAN
Laporan Observasi
Kayu kamper sering digunakan hanya untuk membuat kusen dan pintu rumah, dari
pada untuk membuat produk furniture.
Dalam memproduksi furniture CV. Widya Jati Furniture masih menggunakan
kayu jati sebagai bahan dasar produksi. Kayu jati masih digunakan sebagai kayu yang
menjadi ciri khas perusahaan. Selain kuat dan awet kayu jati terkesan mewah dan
elegan. Karena kayu jati memiliki serat dan tekstur dengan nilai dekoratif dan estetik.
Walaupun demikian jenis kayu lain pun juga dipakai seperti kayu mahoni dan
kayu akasia karena terbatasnya bahan baku kayu jati. Akan tetapi, walaupun
menggunakan kayu selain kayu jati, jenis kayu tersebut harus memenuhi persyaratan
untuk dibuat furniture.
Laporan Observasi
ke mesin cutting saw untuk dipotong dengan ukuran panjang 720mm. Balok-balok
kayu tersebut kemudian dikirim ke mesin serut (planner, thicknesser atau lainnya
yang sejenis) untuk mendapatkan ukuran jadi dengan permukaan yang halus tanpa
garis gergaji. Untuk membuat konstruksi komponen tersebut dipindahkan ke mesin
bor, atau mesin pen (tenoner & mortiser).
3. Pengerjaan konstruksi
Melingkupi pembentukan
komponen,
pengeboran
untuk
konstruksi
penyambungan kayu secara masinal atau manual. Untuk mendapatkan hasil yang
baik, minimum kayu harus melalui proses mesin 60%.
4. Perakitan
Proses perakitan merupakan salah satu proses yang penting karena
mempengaruhi kualitas kekuatan barang jadi. Apabila perakitan tidak berhasil,
sambungan-sambungan akan mudah terlepas dan furniture tidak akan bertahan lama.
5. Finishing
Sebagai proses paling akhir dan paling menentukan nilai estetika sebuah
furniture. Finishing berfungsi memberikan tampilan yang baru dan lain daripada
tampilan serat kayu atau warna kayu yang sebenarnya. Finishing menjadi salah satu
proses yang paling sering diulang. Beberapa alasan adalah karena pembeli ingin
memiliki warna yang lain daripada warna standard atau karena kondisi finishing
sudah mulai pudar akan tetapi kayu masih kuat dan masih berfungsi dengan baik.
Laporan Observasi
Kayu diselidiki keawetannya pada bagian kayu terasnya, sedangkan kayu gubalnya
kurang diperhatikan. Pemakaian kayu menentukan pula umur keawetannya. Kayu, yang awet
dipakai dalam konstruksi atap, belum pasti dapat bertahan lama bila digunakan di laut,
ataupun tempat lain yang berhubungan langsung dengan tanah.
Demikian pula kayu yang dianggap awet bila dipakai di Indonesia. Serangga perusak
kayu juga berpengaruh besar. Kayu yang mampu menahan serangga rayap tanah, belum tentu
mampu menahan serangan bubuk. Oleh karena itu, tiap-tiap jenis kayu mempunyai keawetan
yang berbeda pula. Misalnya keawetan kayu meranti tidak akan sama dengan keawetan kayu
jati. Ada kalanya pada satu jenis kayu terdapat keawetan yang berbeda, disebabkan oleh
perbedaan ekologi tumbuh dari pohon tersebut.
1. Prinsip-prinsip dalam pengawetan kayu
Untuk pengawetan yang baik perlu diperhatikan prinsip prinsip di bawah ini :
a) Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.
b) Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam dan sebanyak
mungkin di dalam kayu.
c) Dalam pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap pelunturan (faktor
bahan pengawetnya).
d) Faktor waktu yang digunakan.
e) Metode pengawetan yang digunakan.
f) Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu, zat ekstraktif
yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat lainnya.
g) Faktor perlatan yang dipakai serta manusia yang melaksanakannya.
Laporan Observasi
3. Macam-macam metode pengawetan kayu
a) Pengawetan metode sederhana
Metode Rendaman
Kayu direndam di dalam bak larutan baha pengawet yang telah
ditentukan konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya,
selama beberapa jam atau beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman)
kayu harus seluruhnya terendam, jangan sampai ada yang terapung.
Karena itu diberi beban pemberat dan sticker. Ada beberapa macam
pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin, rendaman panas, dan
rendaman panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin dapat
dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan
cara rendaman panas atau rendaman panas dan dingin lazim dilakukan
dalam bak dari logam.
Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk bangunan
di bawah atap dengan penyerang perusak kayunya tidak hebat.
Kelebihan :
1. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak
2. Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama
3. Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah
konsentrasi bila berkurang)
1.
2.
3.
4.
Kekurangan :
Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin
Peralatan mudah terkena karat
Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar
Kayu basah agak sulit diawetkan
Metode Pencelupan
Kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet dengan
konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit bahkan detik.
Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak memuaskan. Hanya
melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan cara penyemprotan dan
pelaburan (pemolesan).
Cara ini umumnya dilakukan di industri-industri penggergajian untuk
mencegah serangan jamur blue stain. Bahan pengawet yang dipakai Natrium
Laporan Observasi
Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih baik baila kayu yang akan
diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.
Kelebihan :
1. Proses sangat cepat
2. Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)
3. Peralatan cukup sederhana
Kekurangan :
1. Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah
2. Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan
kayu sangat tipis.
Metode Pemulasan
Cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yg sederhana. Bahan
pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu terdapat
retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam. Cara pengawetan ini
hanya dipakai untuk maksut tertentu, yaitu:
Pengawetan sementara di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian
untuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah.
Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan
belum merusak kayu (represif).
Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini
hanya dianjurkan bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai
tidak hebat (ganas).
Kelebihan :
1. Alat sederhana, mudah penggunaannya
2. Biaya relatif murah
Kekurangan :
1. Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil
2. Mudah luntur
Metode Pembalutan
Cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiang-tiang
dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang
dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. Selanjutnya dibalut
sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.
Kelebihan :
1. Peralatan sederhana
2. Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama
3. Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun basah
Kekurangan :
Pend. Teknik Bangunan
Laporan Observasi
1. Pemakaian bahan pengawet boros
2. Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama
3. Membahayakan mahluk hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)
selama kira-kira 90 menit, agar udara dapat keluar dari dalam kayu.
Sambil vakum dipertahankan, larutan pengawet kayu dimasukkan ke
10
Laporan Observasi
selama 10 20 menit.
Sementara tekanan udara dipertahankan, larutan bahan pengawet
jam
Tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan.
Dilakukan vakum 60 cm/Hg, selama 10 menit untuk membersihkan
permukaan kayu dari kelebihan bahan pengawet.
Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut :
Pada proses sel penuh bahan pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel,
sedangkan pada sel kosong hanya mengisi ruang antar sel.
11
Laporan Observasi
Menggunakan mesin
Contoh alat potong menggunakan mesin : circle saw, bor, jig saw, dan
saw planner. Parlatan potong yang bertenaga mesin membutuhkan
instalsi listrik karena biasanya menggunakan mesin (motor) listrik.
Ketika membuat instalasi listrik untuk peralatan maka harus dipikirkan
sistem proteksi listrik dan keamanan untuk karyawan, karena resiko
kerugian akibat hal ini akan menggangu kelancaran proses produksi.
Gambar d. bor
12
Laporan Observasi
2. Alat Penyambungan
Beberapa alat penyambungan yang dibutuhkan bor, screwdriver, stapler udara
yang umumnya digerakan dengan menggunakan tenaga dari kompressor atau
Listrik. Kompresor itu sendiri akan dibutuhkan juga untuk keperluan cat duco.
Peralatan lain untuk penyambungan dengan menggunakan lem maka dibutuhkan
spatula lem.
Gambar g. screwdriver
3. Alat Finishing
Peralatan Finishing akan dibutuhkan untuk proses penyelesaian dan
menghaluskan furniture, misalnya : kikir, router, amril poles, pemegang amplas,
peralatan untuk proses Cat Duco, dll. Permukaan furniture juga harus dibersihkan
dengan menggunakan lap halus dan bila perlu diberikan cairan cleaner terutama
untuk membersihkan bekas lem.
Gambar h. kikir
13
Laporan Observasi
Gambar i. router
4. Alat Bantu
Alat Bantu yang terlibat dalam proses pembuatan furniture modern bisa
bervariasi misalnya pada saat produk handling akan dibutuhkan alat transportasi,
pada saat delivery juga akan dibutuhkan sebuah mobil bak atau mungkin truk dan
perlatan bantu lainnya.
E. Jenis Sambungan Kayu dalam Memproduksi Furniture
Jenis sambungan kayu yang paling sering digunakan ialah Sambungan Purus &
Lubang Purus / Tenon & Mortise Joint merupakan teknik menyambung kayu yang paling
umum digunakan pada produk- produk Furniture, konstruksi bangunan dan produk
perabot kayu lainnya. Sambungan ini juga sangat kuat, selain karena saling berkait juga
bidang pertemuan sisi-sisi untuk pengeleman antar kayu saling bertemu. Tenon & Mortise
Joint telah digunakan selama ribuan tahun oleh para tukang kayu / woodworkers
diseluruh dunia dalam menyatukan potongan kayu terutama untuk menyambung kayu
dengan sudut 90 derajat.
Macam dan jenis sambungan Purus / Tenon & mortise sangat beragam, berikut ini
adalah dua diantaranya yang paling sering digunakan :
14
Laporan Observasi
Sambungan Purus dengan Pasak / Wedged Tenon & Mortise Joint :
Dalam membuat purus / tenon, banyak cara yang bisa digunakan, dari yang
sederhana yaitu menggunakan gergaji dan pahat sampai dengan yang menggunakan
alat khusus pembuat tenon seperti tenon & mortising machine atau bisa juga
menggunakan table saw yang dibuatkan slide dan jig khusus untuk membuat tenon.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat Purus/Tenon agar kekuatan
sambungan maksimal adalah sebagai berikut :
1. Panjang Purus/tenon minimal 1/2 dari lebar kayu yang akan dibuat lubang
purus/mortise nya. Pada produk-produk tertentu yang memerlukan
kekuatan lebih seperti pintu panel, Jendela dan Kusen sebaiknya sama
dengan lebarnya, dalam hal ini lubang purus/ mortise dibuat tembus.
2. Lebar Purus/tenon sama dengan lebar kayu sampai dengan minimal 1/2
dari lebar kayu.
3. Ketebalan Purus/tenon minimal 1/3 sampai dengan 1/2 dari ketebalan kayu
Cara membuat :
1. Buat pola tenon pada ujung kayu dengan pensil dan penggaris siku
2. Tandai dengan Perusut/ Marking Gauge
15
Laporan Observasi
- Membentuk Tenon :
a. Dengan Gergaji Tangan :
1. Buat sudut pertemuan dengan pahat atau gergaji, (bila sambungan memerlukan
pertemuan sudut 45 derajat).
2. Menggergaji membujur vertikal terhadap serat kayu dengan kedalaman mengikuti
garis pola yang telah dibuat.
3. Menggergaji searah dengan serat kayu mengikuti pola garis yang sudah dibuat
Perapihan Tenon
Bila menggunakan Gergaji Meja / Table Saw, pastikan ketinggian mata gergaji, bila
tidak cukup dengan panjang tenon, lanjutkan dengan gergaji tangan.
16
Laporan Observasi
Bila menggunakan Gergaji dan bantuan Pahat, Yang perlu diperhatikan adalah
lakukan
pemahatan
dengan
bertahap,
batasi
pemahatan
dengan
beberapa
penggergajian vertikal dari serat kayu karena ada beberapa jenis kayu yang seratnya
tidak beraturan.
Untuk membuat Mortise/ lubang purus, cara yang paling umum dan sederhana adalah
dengan menggunakan pahat dan bila menginginkan kecepatan dan tingkat presisi yang lebih
baik dapat menggunakan Mesin pembuat lubang purus / Mortising Machine.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat Lubang Purus/Mortise agar kekuatan
sambungan maksimal adalah sebagai berikut :
Lebar melintang dari serat kayu maksimal 1/3 dari ketebalan kayu, minimal 1/2 dari
ketebalan kayu.
Panjang searah dari serat kayu 1/2 dari lebar kayu sampai dengan seluruh lebar
kayu
Cara membuat :
a. Buat pola Mortise pada kayu dengan pensil dan penggaris siku
b. Tandai dengan Perusut/ Marking Gauge
17
Laporan Observasi
Tenon & Mortise disatukan dengan Lem kayu dan ditambah penguat pasak atau pin
dowel, bisa juga dengan paku atau sekrup.
Opaque finish
Wood finish golongan ini akan menyebabkan permukaan kayu menjadi
tertutup sama sekali sehingga tepat digunakan untuk kayu/material wood base
dengan nilai dekoratif yang rendah.
Pend. Teknik Bangunan
18
Laporan Observasi
Opaque finish dapat dilakukan dengan menggunakan cat minyak
(synthetic enamel), cat duco, atau pigmented-paint lainnya.
Clear finish
Clear finish sifatnya akan memunculkan keindahan alami dari kayu,
sehingga serat kayu akan terlihat menambah keindahan kayu tersebut.. Dengan
demikian pekerjaan clear finish akan lebih baik menggunakan bahan cat yang
non-pigmented seperti pernis (synthetic varnish), sirlak (shellac), politur,dan
lacquer, misalnya cat melamik, cat NC, dll.
2. Aplikasi finishing kayu
Bahan yang mahal tidak menjamin hasil finishing yang baik dan berkualitas.
Banyak faktor yang ikut menentukan kualitas hasil finishing. Cara aplikasi merupakan
salah satu faktor yang penting menentukan kualitas hasil. Ada beberapa cara aplikasi
finishing menyesuaikan dengan jenis bahan dan kualitas akhir yang diinginkan. Satu
jenis bahan finishing tidak menutup kemungkinan untuk memakai lebih dari satu cara
aplikasi. Berikut ini beberapa cara aplikasi finishing.
a) Dipping (celup) .Lebih dikenal juga dengan istilah perendaman. Bahan finishing
diletakkan dalam suatu bejana/tangki kemudian benda kerja dicelupkan ke dalam
tangki tersebut. Proses in bertujuan agar seluruh permukaan benda kerja, terutama
pada bagian sudut & tersembunyi bisa terlapisi bahan finishing..
b) Wiping (pemolesan dengan kain) Proses ini sebaiknya tidak dipakai sebagai proses
awal/dasar. Walaupun demikian beberapa bahan finishing tertentu hanya bisa
diaplikasikan dengan cara ini, misalnya politur. Kualitas permukaan lebih baik dari
proses celup tapi membutuhkan waktu lebih lama.
c) Brush (kuas).Merupakan cara paling murah dan mudah di antara yang lain. Hanya
saja harus hati-hati dalam memilih kuas yang berkualitas. Bahan finishing yang
cocok untuk cara ini termasuk cat, varnish dan pewarna. Sebagaimana ujung kuas,
hasil permukaan finishing tidak sehalus dan serata aplikasi spray atau poles.
d) Spray (semprot) Membutuhkan beberapa alat tambahan khusus tapi tidak terlalu
mahal. Alat utama yang diperlukan adalah kompressor untuk membuat tekanan udara
dan spray gun, suatu alat untuk menyemprotkan bahan finishing bersamaan dengan
udara bertekanan ke bidang kerja. Dengan pengaturan tertentu pada kekuatan
Pend. Teknik Bangunan
19
Laporan Observasi
tekanan, jumlah material yang disemprotkan, cara ini menghasilkan bidang
permukaan yang sangat baik, halus dan cepat. Saat ini metode spray menjadi dasar
dari hampir semua jenis bahan finishing lacquer dengan berbagai variasi jenis alat
semprot (sprayer), dari yang manual hingga otomatis.Proses yang bisa dilakukan
dengan cara spray meliputi lapisan dasar, pewarnaan (lapisan kedua) hingga lapisan
akhir.
e) Shower (curah) Metode ini diimplementasikan pada mesin finishing curtain (tirai),
bahan finishing dicurahkan ke permukaan benda kerja dengan volume dan kecepatan
tertentu sehingga membentuk lapisan tipis di atas permukaan benda kerja. Cara
pengeringannya tergantung bahan finishing yang digunakan. Kebanyakan digunakan
oleh pabrik flooring (parket) atau furniture indoor lainnya yang memakai papan
buatan.
f) Rolling. Prinsipnya sama dengan roller yang dipakai untuk mengecat tembok, tetapi
yang dimaksud disini adalah alat aplikasi sebuah mesin roller yang seluruh
permukaannya terbalut dengan bahan finishing cair dan benda kerja (papan) mengalir
di bawahnya. Hanya roller bagian atas yang terbalut dengan bahan finishing,
sedangkan roller bagian bawah hanya berfungsi untuk mengalirkan benda kerja ke
dalam mesin. Jenis bahan finishing yang digunakan adalah UV lacquer, melamine,
NC lacquer.
3. Jenis bahan finishing kayu
Sebelum menentukan jenis bahan finishing, perlu melihat dan menentukan
hasil seperti apakah diinginkan. Dengan kata lain alasan mana yang paling menjadi
prioritas menerapkan finishing pada sebuah produk kayu. Apakah (1) keawetan, (2)
estetika, (3) kemudahan aplikasi, (4) biaya atau (5) lingkungan.Bahan finishing
dikategorikan pada beberapa jenis sebagai berikut :
a) Oil
Merupakann jenis finishing paling sederhana dan mudah aplikasinya. Bahan
ini tidak membentuk lapisan 'film' pada permukaan kayu. Oil meresap ke
dalam pori-pori kayu dan tinggal di di dalamnya untuk mencegah air keluar
atau masuk dari pori-pori kayu. Cara aplikasinya mudah dengan cara
menyiram, merendam atau melumuri benda kerja dengan oil kemudian
Pend. Teknik Bangunan
20
Laporan Observasi
dibersihkan dengan kain kering.Bahan ini tidak memberikan keawetan pada
aspek benturan, goresan ataupun benturan fisik lainnya.
b) Politur
Bahan dasar finishing ini adalah shellac yang berwujud serpihan atau
batangan kemudian dicairkan dengan alkohol. Setelah diaplikasikan ke benda
kerja, alkohol akan menguap. Aplikasi dengan cara membasahai kain
(sebaiknya yg mengandung katun) dan memoleskannya secara berkala pada
permukaan layu hingga mendapatkan lapisan tipis finishing (film) pada
permukaan kayu. Semakin banyak polesan akan membuat lapisan semakin
tebal.
c) NCLacquer
Jenis yang saat ini populer dan mudah diaplikasikan adalah NC
(NitroCellulose)
lacquer.
Bahan
finishing
ini
terbuat
dari
resin
21
Laporan Observasi
Lebih awet dibandingkan dengan jenis finishing sebelumnya dan lebih
tebal lapisan filmnya. bahan finishing membentuk lapisan yang benar-benar
menutup permukaan kayu sehingga terbentuk lapisan seperti plastik. Memiliki
daya tahan terhadap air dan panas sangat tinggi. Sangat baik untuk finishing
produk outdoor, kusen dan pintu luar atau pagar.Proses pengeringannya juga
menggunakan bahan kimia cair yang cepat menguap.
e) UV Lacquer
Satu-satunya aplikasi yang paling efektif saat ini dengan 'curtain
method'. Suatu metode aplikasi seperti air curahan yang membentuk tirai.
Benda kerja diluncurkan melalui 'tirai' tersebut dengan kecepatan tertentu
sehingga membentuk lapisan yang cukup tipis pada permukaan kayu. Disebut
UV lacquer karena bahan finishing ini hanya bisa dikeringkan oleh sinar Ultra
Violet (UV).Paling tepat untuk benda kerja dengan permukaan lebar papan
atau plywood.
f) Waterbased
Lacquer
Jenis finishing yang paling populer akhir-akhir ini bagi para konsumen
di Eropa. Menggunakan bahan pencair air murni (yang paling baik) dan resin
akan tertinggal di permukaan kayu. Proses pengeringannya otomatis lebih
lama dari jenis bahan finishing yang lain karena penguapan air jauh lebih
lambat daripada penguapan alkohol ataupun thinner. Namun kualitas lapisan
film yang diciptakan tidak kalah baik dengan NC atau melamine. Tahan air
dan bahkan sekarang sudah ada jenis waterbased lacquer yang tahan goresan.
Keuntungan utama yang diperoleh dari bahan jenis ini adalah lingkungan dan
sosial. Di samping para karyawan ruang finishing lebih sehat, reaksi
penguapan bahan kimia juga lebih kecil di rumah konsumen.
22
Laporan Observasi
Namun demikian, ada beberapa kendala dalam memproduksi furniture. Secara
garis besar di beberapa perusahaan furniture mengalami kendala sebagai berikut,
diantaranya :
1. Kesulitan memperoleh bahan baku
Sulit mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang bagus dan harga terjangkau.
Penggunaan bahan baku yang spesifik dan unik untuk usaha furniture dan tidak
selalu terdapat di wilayah sekitar.
2. Keterbatasan teknologi
Minimnya pemanfaatan teknologi internet dalam desain, pemasaran, dan promosi
hasil produksi. Keterbatasan pengguasaan IT, sistem yang ada kurang mendukung,
dan kurang tersedianya SDM pendukung menjadi kendala dalam pengembangan
usaha.
3. Keterbatasan sumber daya manusia dengan kualitas yang baik
Sulitnya mendapat tenaga kerja yang memiliki keterampilan dalam bidang usaha
furniture seperti mengukir, mendesain, mengecat, dll
H. Hasil Wawancara Observasi di CV. Widya Jati Furniture
Kami mewawancarai salah satu Narasumber yaitu Bapak Sugiyono sebagai
pemilik Widya Jati Furniure. Beberapa pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa
: Jenis kayu apakah yang sering digunakan sebagai bahan baku mebel
23
Laporan Observasi
daripada dengan pengeringan secara alami, namun hasilnya tidak kalah jauh dengan
yang secara alami.
5. Mahasiswa : Apasajakah alat yang digunakan dalam pembuatan furniture di CV.
Widya Jati Furniture?
Narasumber : Untuk alat yang kami gunakan ada yang manual dan semimesin. Kita
belum menggunakan alat murni mesin. Namun dengan alat semimesin pun para
pekerja bias dibilang produktif.
6. Mahasiswa : Apakah jenis teknik finishing yang sering digunakan di CV. Widya
Jati Furniture?
Narasumber : Kalau mengenai finishing kita sesuaikan dengan pemesan. Jadi kita
memproduksi bahan jadi tetapi belum difinishing. Finishing nanti tergantung
pemesan.
7. Mahasiswa
24
Laporan Observasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam observasi ke CV. Widya Jati Furniture yang bertempat di Jalan Raya
Ngabul 24 Jepara, Jawa Tengah didapatkan kesimpulan bahwa dari observasi ini
25
Laporan Observasi
penulis mendapatkan pengetahuan tentang cara memproduksi furniture, dari bahan
baku, cara pengolahan bahan hingga proses finishing.
Informasi tentang teknik membuat mebel dengan ukiran yang indah, rapi,
mempunyai nilai dan estetika. Mengetahui alat yang digunakan dalam
memproduksi mebel atau furniture, dan mengerti kendala apa saja yang dihadapi
oleh produsen furniture. Sehingga dalam kedepannya kekurangan-kekurangan
yang ada
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sunaryo, (1995). Peningkatan Produktivitas Bagian Finishing Melalui Aspek Aplikasi.
Semarang: Pusat Pengembangan & Pelatihan Industri Kayu (PPPIK-PIKA).
Derrick, Crump (1993). The Complete Guide to Wood Finishes. Australia: Simon&
Shuster.
http://www.tentangkayu.com/2008/01/jenis-bahan-finishing-kayu.htm
Pend. Teknik Bangunan
26
Laporan Observasi
http://www.anneahira.com/kayu/kerajinan-kayu.htm
http://www.tentangkayu.com/2008/01/aplikasi-finishing-kayu-saat-ini.html
LAMPIRAN
1. Surat Observasi
27
Laporan Observasi
LAPORAN PRESENTASI
Pend. Teknik Bangunan
28
Laporan Observasi
TEKNIK FURNITURE
1. Slamet Surono
Finishing menggunakan teknik semprot dengan bahan melamin.
Pertanyaan :
a. Menggunakan melamin clear atau dop?
b. Berapakah campuran bahannya?
Jawaban :
a. Sesuai dengan pemesanan, akan tetapi mayoritas pemesan lebih memilih
menggunakan clear, karena serat yang indah dari kayu jati akan terlihat jelas.
b. Campuran melamin clear : hardener = 10 : 1
2. Arini Nikmah
Penerapan K3
Pertanyaan :
- Bagaimanakah upaya pemilik untuk menginstruksikan untuk menggunakan
atau menerapkan system K3?
Jawaban :
- Di CV. Widya Jati Furniture belum menerapkan system K3 yang optimal.
Karena kesadaran akan pentingnya K3 masih kurang. Pemilik pun hanya
menyediakan K3 di bagian finishing, untuk bagian yang lain (pemotongan dan
perakitan) belum tersedia K3 yang lengkap.
3. Bapak Haryadi
a. Teknik Finishing
Pertanyaan :
- Apabila di lapangan atau tempat kerja terdapat ketidaktepatan terhadap teori
apakah Anda memberi pengarahan?
Jawaban :
- Kami hanya mengamati dan mengobservasi, belum dan tidak melakukan
pengarahan tersebut, karena mumgkin bukan ranah dan wewenang kami.
b. Sambungan
- Pertanyaan :
Apabila di lapangan atau tempat kerja terdapat ketidaktepatan terhadap teori
apakah Anda memberikan sosialisasi sambungan tersebut?
Jawaban :
Belum memberikan sosialisasi materi sambungan kepada pekerja.
c. Bahan sisa produksi atau limbah
- Pertanyaan :
Apakah sama antara pekerja atau tukang yang mengolah di perusahaan dengan
-
29
Laporan Observasi
Sama, untuk pengolahan limbah tersebut di luar jam kerja. Jadi sebagai
tambahan penghasilan para pekerja.
d. Sistem K3 pada finishing
- Pertanyaan :
Apabila di lapangan atau tempat kerja terdapat ketidaktepatan terhadap teori
apakah Anda memberi pengarahan tentang bahayanya bahan finishing
-
semprot?
Jawaban :
Sudah membahas tentang bahayanya sisa penyemprotan finishing, akan tetapi
para pekerja masih acuh dengan itu.
30
Laporan Observasi
3. Dokumentasi
31
Laporan Observasi
32
Laporan Observasi
33
Laporan Observasi
Peralatan yang digunakan dalam proses perakitan
34
Laporan Observasi
35
Laporan Observasi
peralatan finishing
36
Laporan Observasi
37