Kemiskinan adalah soal rasa, soal martabat sebagai manusia yang berkait erat dengan berbagai dimensi
lain manusia, misalnya kesehatan, pendidikan, jaminan masa depan, dan peranan sosial. Perkembangan
selanjutnya, realitas kemiskinan mengharuskan dipahami dengan adanya keterkaitan dan keberadaan
kondisi kerentanan, ketidakberdayaan dan ketidakmampuan menyampaikan aspirasi (voicelessness),
serta ketersisihan (exclusion). Pengalaman saya berkeliling desa-desa miskin di daerah tertingal untuk
pemenuhan hak sehat pada seluruh anak Negeri yang kurang beruntung melalui program perdesaaan
sehat, menunjukkan Kemiskinan tidak lah berdiri sendiri sebagai realitas yang sepi dan tanpa sebab.
Kemiskinan ada karena akibat dari sesuatu yang kemudian disebut pemiskinan. Segala bentuk cara
berfikir, sikap dan perilaku yang menyebabkan orang menjadi miskin dan hidup tidak bermartabat yang
memilki struktur bila dianilisa secara jujur. Persoalannya kemudian, intervensi yang salah justru
berakibat fatal. Programprogram penanggulangan kemiskinan justru dibiayai oleh utang luar negeri. Lalu
di mana negara ini hadir untuk golongan miskin? Potret lain menunjukkan, program-program tersebut
mereproduksi kemiskinan. Secara pelan-pelan, masyarakat didorong hidup dalam pasar, membangun
infrastruktur yang perujung pada penghisapan aset-aset yang dimiliki masyarakat. Saudara-saudara
sekalian Bagaimana kebijakan penanggulangan kemiskinan Jokowi – JK? Jika sang Presiden tidak kritis,
maka tidak akan ada bedanya dengan pemerintahan sebelumnya. Kebijakan hanya sekedar pemanis,
untuk dikatakan sang presiden peduli dan negara hadir di tengah si miskin. Yang kita butuhkan tidak
hanya sekedar revolusi mental, tapi juga revolusi substansial untuk membangun kemartabatan rakyat
Indonesia layaknya pemikiran Soekarno "Surga berada di gubuk-gubuk si miskin". Karenanya menjadi
penting untuk: Pertama, memastikan hak-hak dasar kaum miskin diakui. Tidak cukup hanya dengan
dinyatakan secara politis, tapi ia harus dipastikan dalam setiap kebijakan dan tindakan bahwa hak-hak
dasar kaum miskin tidak akan dikhianati. Pengkhianatan terhadap hak-hak dasar kaum miskin itu
biasanya terjadi dalam akvitas yang menolak ekspresi kaum miskin dalam menyusrkan kepentingan dan
kebutuhan mereka sendiri, para kaum miskin. Kedua, hak-hak dasar kaum miskin itu tidak dapat
diberikan atau dicabut karena merupakan "Hak" sebagai makna "End Title". Maka peran Negara di sini
menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak dasar kaum miskin itu. Aktualisasi hak-hak dasar
kaum miskin itu tidak perlu menunggu atau tergantung pada kemampuan atau kemauan politik Negara
untuk berpihak pada kaum miskin. Masalah dalam kemampuan atau kemauan politik Negara tidak boleh
membuat kaum miskin kehilangan hak-hak dasarnya. Ketiga, dalam kerangka Negara melaksanakan
tanggung jawab dan kewajibannya dalam menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak kaum
miskin, maka Negara harus peka dan aktif untuk melakukan tindakan politik tanpa diskriminasi. Apa yang
sudah dinyatakan dalam konstitusi, misalnya hak kaum miskin berkenaan dengan jaminan sosial, seperti
hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan, harus dapat direalisasi secepatnya dan sepenuhnya,
dalam langkah-langkah terencana, konkrit dan dengan sasaran yang jelas. Dalam hal pembiayaan,
penggunaan sumber daya negeri secara maksimal harus dilakukan sebelum diputuskan penggunaan
dana bantuan dan pinjaman luar negeri Keempat, wilayah strategis dalam penanggulangan kemiskinan
sangat bergantung pada konteks wilayah dan sector tidak dapat digeneralisasi, harus memiliki makna
"keberterimaan". Kenyatan kemiskinan di perdesaan adalah karena ketiadaan akses terhadap sumber
daya pembangunan yang memberi keamanan bagi keberlanjutan hidup. Artinya, kebijakan
penanggulangan kemiskinan tidaklah tunggal dan seragam, ia sangat tergantung pada kepentingan dan
kebutuhan kaum miskin di mana ia tinggal dan bekerja.
Assalamu’alaikum. wr. wb
Alhamdulillahirobbil’alamiin wassolatu wassalamu ‘ala asrofil anbiyai warmursalin wa’ala alihi wasihbihi ajma’in
amma ba’du.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji beserta syukur kepada allah swt. Atas rahmat dan hidayahnya kita dapat
berkumpul di tempat yang mulia ini, sholawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada baginda tercinta
yakni habibana wanabiyana muhammad saw. Tidak lupa kepada para keluarganya, para sahabatnya, dan kita selaku
umatnya.
Ibu guru bahasa indonesia yang saya hormati, dan teman-teman yang saya banggakan, dalam kesempatan ini saya
akan menyampaikan pidato yang berjudul “Banyaknya Kemiskinan di Indonesia”
Pada saat ini tingkat kemiskinan di indonesia sangat besar. Salah satu penyebab dari kemiskinan ini yaitu,
rendahnya tingkat pendidikan seseorang, kurangnya lowongan pekerjaan dan pola pikir masyarkat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan laporan yang menyatakan bahwa pada bulan Maret 2017 jumlah
penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,77 juta jiwa. Jumlah tersebut naik sebesar 10,64% atau dengan kata lain
bertambah sebanyak 6.900 orang dibandingkan dengan kondisi per bulan September 2016, yakni sebesar 27,76 juta
orang atau sebanyak 10,70% dari total penduduk Indonesia.
Berbagai lembaga salah satunya Oxfam Indonesiadan International NGO Forum on Indonesia Development
membuat slogan “menuju Indonesia yang lebih setara”. Upaya tersebut adalah dengan meluncurkan laporan berbagai
ketimpangan yang ada di Indonesia. Tujuannya adalah mendorong pemerintah untuk mengurangi segala
ketimpangan yang ada. Dalam laporan tersebut, Oxfam dan INFID mencatat bahwa Indonesia berada di peringkat
ke-6 terbawah dalam perihal ketimpangan. Dengan kata lain, harta 100 juta orang miskin setara dengan harta 4
orang terkaya di Indonesia.
Eks Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, mengatakan bahwa walaupun pemerintah menaikkan hutang
negara hingga ribuan triliun, sayangnya hal tersebut masih belum bisa menurunkan angka kemiskinan di Indonesia.
Hal itu disebakan utang tersebut difokuskan untuk pembangunan infrastruktur. Sebenarnya, infrastruktur memang
memiliki manfaat jangka panjang. Ketika pembangunan infrastruktur selesai, maka diprediksi bahwa perekonomian
Indonesia akan melesat.
World Health Organization (WHO) pernah merilis sebuah data yang menarik pada tahun 2105. Hal ini tentu saja
mengenai korelasi antara rokok dan kemiskinan. Organisasi kesehatan di bawah naungan PBB ini mencatat bahwa
kebanyakan perokok di seluruh dunia, khususnya Indonesia berasal dari masyarakat menengah ke bawah. Sementara
di Indonesia sendiri, posisi rokok memang hampir sederajat dengan beras sebagai kebutuhan primer. Bahkan, rokok
merupakan komoditas kedua penyumbang kemiskinan setelah beras.
Garis kemiskinan ditetapkan untuk mematok kelompok penduduk yang masuk dalam kategori miskin dan
tidaknya. Orang-orang yang tergolong miskin adalah yang rata-rata pengeluarannya hanya sebesar Rp 374.478 per
kapita tiap bulannya. Sementara itu, BPS sendiri pernah menyatakan bahwa jumlah tersebut sebanyak Rp 274.544
dialokasikan untuk makanan, sedangkan sisanya untuk keperluan lainnya.
Tingkat kemiskinan yang besar, menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat. Bila hal
ini terus berlanjut, maka Indonesia akan tetap menjadi negara berkembang.
Jadi, kita harus mencari solusi agar dapat mencegah dan mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia. Contohnya,
seperti mengadakan sekolah yang dibiayai ileh pemerintah, karena dengan begitu, tingkat pendidikan seseorang akan
meningkat. Selain itu pemerintah dapat membuka lowongan pekerkjaam bagi para pengangguran di Indonesia.