Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Lembaga Keuangan
Konvensional Program Studi Ekonomi Syariah Kelompok 3
Semester III pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone
Oleh :
KELOMPOK 9
AYU ARISKA
NIM. 01.18.3066
SERLIANA
NIM. 01.18.3078
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Modal Ventura dan Dana Pensiun” ini dengan baik dan
tepat waktu.
Dalam pembuatan makalah ini mulai dari perancangan, pencarian bahan,
sampai penulisan, penulis mendapat bantuan, saran, petunjuk, dan bimbingan dari
banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengajar yang telah memberikan
banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses pembuatan
makalah ini.
Rasa terimakasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini sehingga
dapat selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Modal Ventura
B. Dana Pensiun
A. Kesimpulan 19
B. Saran 20
DAFTAR RUJUKAN 21
iii
BAB I
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
A. Modal Ventura
Istilah ventura berasal dari kata venture yang secara bahasa bisa berarti
sesuatu yang mengadung risiko atau dapat juga diartikan sebagai usaha. Dengan
demikian, secara bahasa modal ventura adalah modal yang ditanamkan pada usaha
yang mengandung risiko.1
Menurut Handowo, modal ventura merupakan suatu dana usaha atau
pinjaman yang bisa dialihkan menjadi saham. Sumber dana tersebut adalah
perusahaan modal ventura yang mengharapkan keuntungan dari investasinva
tersebut. Adapun menurut Dr. Neil Cross modal ventura adalah suatu pembiayaan
yang mengandung risiko, biasanya dilakukan dalam bentuk partisipasi equity,
terhadap perusahaan-perusahaan yang mempunyai potensi berkembang yang
tinggi.
Menurut Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988, modal ventura
adalah "Badan usaha yang melakukan suatu pembiayaan dalam bentuk penyertaan
modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan". Definisi
perusahaan modal ventura menurut Keppres No. 61 dan Menkeu No. 1251/
KMK.013/1988 perusahaan modal ventura (venture capital company) adalah
sebuah badan usaha yang melakukan aktivitas pembiayaan dalam bentuk
penyertaan modal ke perusahaan pasangan usaha (investment company).
Pembiayaan ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu, paling lama 10 tahun dan
umumnya perusahaan modal ventura adalah perusahaan yang memiliki keuangan
1
Y. Sri Susilo, Bank dan Lembaga Keuangan Lain. (Cet. I, Jakarta: Salemba, 2000), h.
138.
3
4
yang stabil dan kuat, yang kemudian memberikan bantuan keuangan kepada
perusahaan yang lebih kecil atau perusahaan yang baru berkembang.2
2. Filosofi Keberadaannya, Tujuan dan Manfaat Modal Ventura
2
Bustari Muchtar, dkk., Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Cet. I; Jakarta: Kencana,
2016), h. 248.
3
Wakhid Andika, “Pembiayaan Modal Ventura”, dalam https://slideplayer.info/slide/
4066656/, 24 Desember 2019.
5) Alih teknologi yang dilakukan ke perusahaan yang masih menggunakan
teknologi lama, sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi dan
mutu produknya.
6) Membantu perusahaan yang sedang kekurangan likuiditas.
7) Membantu pendirian perusahaan baru, di mana tingkat risiko
kerugiannya sangat besar.4
c. Manfaat Modal Ventura
Manfaat modal ventura dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu dari
perusahaan modal ventura dan dari perusahaan pasangan usaha.
Manfaat bagi perusahaan modal ventura: Perusahaan modal ventura
umumnya adalah perusahaan besar yang telah memiliki kondisi keuangan
yang kuat dan stabil.
Manfaat bagi perusahaan pasangan usaha di antaranya adalah
sebagai berikut:
1) Peningkatan Modal Usaha
Karena adanya aliran dana dari perusahaan modal ventura, perusahaan
pasangan tidak akan kekurangan modal lagi untuk meningkatkan
usahanya. Modal umumnya menjadi kendala utama yang umum
terdapat pada perusahaan kecil sementara di satu sisi mereka belum
mampu mengakses perbankan dalam mewujudkan keinginannya untuk
berkembang.
2) Peningkatan Manajemen Usaha
Perusahaan kecil tidak hanya kekurangan modal, tetapi juga belum
mampu melakukan pengelolaan terhadap usahanya baik pengelolaan
keuangan maupun pengelolaan operasional perusahaan. Adanya
hubungan dengan perusahaan modal ventura akan membuka wawasan
mereka sekaligus juga memperoleh bimbingan dari perusahaan modal
ventura dalam pengembangan usahanya.
3) Akses ke Perbankan
4
Marfuatun Uliya, Mengenal OJK dan Lembaga Keuangan (Cet. I; Yogyakarta: Relasi
Inti Media, 2017), h. 103.
Dengan adanya peningkatan usaha, perusahaan kecil akan mempunyai
banyak informasi dan ilmu pengetahuan sehingga memudahkan mereka
melakukan akses ke perbankan apabila usahanya terus menunjukkan
pertumbuhan.5
3. Sumber Dana dan Pola Pembiayaan Modal Ventura
a. Sumber Dana Modal Ventura
Sumber-sumber dana yang dapat dipilih, sebagai berikut:
Dari dalam perusahaan sendiri :
1) Setoran modal dari pemegang saham.
2) Cadangan laba yang belum terpakai.
3) Laba yang ditahan.
Dari luar perusahaan :
1) Investor baik perorangan atau industri.
2) Pinjaman dari Lembaga Perbankan.
3) Pinjaman dari Lembaga Asuransi.
4) Pinjaman dari Dana Pensiun.6
b. Pola Pembiayaan Modal Ventura
1) Pembiayaan Langsung
PMV dapat membiayai langsung perusahaan pasangan usaha (PPU)
yang sudah berbentuk badan hukum. Pola pembiayaan ini dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu mendirikan perusahaan baru dengan pemegang
saham PMV dan penemu atau penggagas ide atau PMV ikut menjadi
pemegang saham PPU yang sudah ada dengan mengambil porsi modal yang
masih portepel. Komposisi jumlah modal yang disetor oleh masing-masing
pihak biasanya sudah ditentukan sejak awal kontrak modal ventura
dilakukan, dapat saja PMV sebagai mayoritas ataupun sebaliknya.,
Pembiayaan langsung harus di dukung dengan SDM yang handal sehingga
PMV biasanya bekerja sama dengan jasa profesional dan lembaga atau
institusi tertentu untuk melakukan pengawasan.
5
Bustari Muchtar, dkk., Bank dan Lembaga Keuangan Lain h. 253.
6
Harnida Gigih Aryanti, dkk., Bank dan Lembaga Keuangan (Cet. I; Klaten: Cempaka
Putih, 2015), h. 70.
a) Pola kerja sama ini adalah pola pembiayaan langsung dari PMV
terhadap satu perusahaan atau individu.
b) Calon PPU dapat berbentuk firma, CV, UD, usaha perseorangan,
atau sebuah perseroan terbatas.
c) PMV bekerja sama dengan pihak ketiga untuk membantu
memberikan jasanya (audit, hukum, konsultan, magang kerja, job
training).
2) Pembiayaan Langsung dengan Franchise
Pola ini hampir sama dengan pola pembiaayaan langsung. Bedanya
adalah dalam hal pengawasan yang dilakukan oleh PMV ataupun jasa
profesional dapat dialihkan kepada franchisor. Dalam pola ini, PMV lebih
berfungsi sebagai penyedia dana atau modal kepada PPU. System franchise
akan membantu PMV, terutama dalam melakukan Pembuatan standard
operating procedure, bantuan teknis, manajemen dan akuntansi, bantuan
pemasaran, bantuan konsultasi, bantuan hukum, bantuan akses ke
perbankan, pengawasan mutu, pelatihan, magang kerja, atau job training.
Untuk itu, biasanya franchisor akan mendapatkan fee dari PPU.
Contoh pola yang saat ini telah banyak dilakukan dengan adanya
standardisasi dan kesamaan pola pada seluruh outlet-nya, antara lain
McDonnald, Rumah Makan Padang Sederhana, Bakmi Margonda, dan lain-
lain.
a) Pola kerja sama ini adalah pola pembiayaan langsung dari PMV
terhadap franchise dari suatu produk atau jasa.
b) Franchise memperoleh bantuan teknis dan manajemen dari
franchisor, dan untuk itu franchisor memperoleh fee.
c) PMV bekerja sama dengan pihak ketiga untuk membantu
memberikan jasanya (audit, pelatihan, hukum, magang).
3) Inti Plasma
Cara kerja pola ini adalah perusahaan inti membina beberapa
perusahaan plasma dalam suatu wadah usaha. Setiap perusahaan plasma
harus mendukung usaha perusahaan inti. Dengan cara ini diharapkan terjadi
kesinambungan yang saling menguntungkan antara inti dan plasma.
Pola inti plasma sangat cocok dengan usaha yang bergerak di bidang
perkebunan (kelapa sawit, cokelat, pala), kehutanan (rotan, tengkawang),
peternakan (penggemukkan sapi dan hewan lainnya), pertanian,
pertambangan kecil rakyat, jasa angkutan, ataupun warung sembilan bahan
pokok.
a) Pola kerja sama ini adalah pola pembiayaan kepada plasma yang
melibatkan perusahaan inti.
b) Kerja sama antara PMV dengan inti dimaksud untuk membantu
dan membina secara bersama sama kemajuan plasma, keterlibatan
PMV dari segi kualitas, manajemen, produksi, dan lain-lain.
c) Bantuan yang diberikan kepada plasma untuk membiayai proyek
tertentu dan menciptakan usaha baru.
4) Pola Payung
Pola ini merupakan bentuk pembiayaan yang diberikan kepada suatu
perusahaan yang dimiliki oleh beberapa orang. Masing-masing pemilik
mempunyai usaha yang saling menunjang satu sama lainnya sehingga nilai
lebih yang didapat menjadi lebih baik.
Perusahaan dengan pola ini berfungsi sebagai trading haouse bagi
perusahaan para pemiliknya dan biasanya dikelola oleh tenaga profesional
yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan pemilik perusahaan
sehingga independensi dapat terjaga dengan baik.
B. Dana Pensiun
1. Pengertian dan Tujuan Dana Pensiun
a. Pengertian Dana Pensiun
Dana Pensiun (Pension Funds) adalah sekumpulan aset yang dikelola
dan dijalankan oleh suatu lembaga untuk menghasilkan suatu manfaat
pensiun yaitu suatu pembayaran berkala yang dibayarkan kepeda peserta
pada saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam ketentuan yang menjadi
dasar penyelenggaraan program pensiun dimana pembayaran manfaat
tersebut dikaitkan dengan pencapaian usia tertentu.
Dana pensiun menurut dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
1992 adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya. Berdasarkan definisi tersebut
dana pensiun merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola
program pensiun yang dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan
kepada karyawan suatu perusahaan terutama yang telah pensiun.
7
Bustari Muchtar, dkk., Bank dan Lembaga Keuangan Lain h. 260-264.
Penyelenggaraan pensiun tersebut dapat dikelola oleh pemberi kerja atau
dengan menyerahkan kepada lembaga-lembaga keuangan yang menawarkan
jasa pengelolaan program pensiun.8
b. Tujuan Penyelenggaraan Dana Pensiun
1) Bagi Pemberi Kerja
Jika dipandang dari sisi pemberi kerja, tujuan penyelenggaraan dana
pensiun adalah sebagai berikut:
a) Kewajiban Moral
Perusahaan mempunyai kewajiban moral untuk memberikan rasa
aman kepada karyawan pada saat mencapai usia pensiun. Tenaga
kerja tidak dapat dipandang sebelah mata sebagai faktor produksi.
Kewajiban moral tersebut diwujudkan dengan memberikan
jaminan keterangan atas masa depan para karyawannya.
Karyawan yang sudah memasuki masa pensiun tidak dapat
dilepas begitu saja. Perusahaan masih memiliki tanggung jawab
moral terhadap mereka. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban
perusahaan untuk mengikutkan atau membentuk sendiri dana
pensiun untuk para karyawannya.
b) Loyalitas
Jaminan yang diberikan untuk karyawan akan memberikan
dampak positif pada perusahaan. Karyawan akan termotivasi
untuk bekerja lebih baik dengan loyalitas dan dedikasi yang
tinggi. Loyalitas tersebut akan semakin besar dengan jaminan
keamanan yang diterima oleh karyawan.
c) Kompetisi Pasar Tenaga Kerja
Dengan memasukan program pensiun sebagai suatu bagian dari
total kompensasi yang diberikan kepada karyawan diharapkan
perusahaan akan memiliki daya saing dan nilai lebih dalam usaha
mendapatkan karyawan yang berkualitas dan profesional di
pasaran tenaga kerja. Dengan tawaran manfaat yang berkompetitif
8
Marfuatun Uliya, Mengenal OJK dan Lembaga Keuangan h. 64.
bagi para karyawan, perusahaan akan dapat mempertahankan
karyawan yang berkualitas. Di era yang semakin ketat,
perusahaan-perusahaan bersaing untuk memdapatkan tenaga yang
profesional. Salah satu alat pengikat bagi karyawan yang
berkualitas adalah tawaran manfaat pensiun pada karyawan
tersebut.
2) Bagi Karyawan
Jika dipandang dari sisi karyawan, tujuan penyelenggaraan dana
pensiun adalah sebagai berikut :
a) Rasa aman terhadap masa yang akan datang
Karyawan mengharapkan mendapatkan jaminan ekonomis karena
penghasilan yang ia terima memasuki masa pensiun. Harapan ini
akan memengaruhi kinerja saat ini, pada saat ia masih produktif.
b) Kompensasi yang lebih baik
Karyawan mempunyai tambahan kompensasi meskipun baru bisa
ia nikmati pada saat mencapai usia pensiun atau berhenti bekerja.
3) Bagi Lembaga Pengelola Dana Pensiun
a) Mengelola dana pensiun untuk memperoleh keuntungan dengan
melakukan berbagai kegiatan investasi.
b) Turut membantu dan mendukung program pemerintah.9
2. Program dan Jenis-jenis Dana Pensiun
a. Program Dana Pensiun
1) Program Pensiun Manfaat Pasti (Defined Benefit)
Program Pensiun Manfaat Pasti adalah suatu program pensiun yang
menggunakan formula tertentu atas manfaat pensiun yang diterima
peserta yang sudah ditetapkan peraturan dana pensiun. Sedangkan
besarnya iuran pensiun ditetapkan berdasarkan perhitungan
aktuaria, kecuali iuran peserta yang ditetapkan dalam peraturan
dana pensiun. Besarnya iuran merupakan perkiraan kebutuhan dana
9
Marfuatun Uliya, Mengenal OJK dan Lembaga Keuangan h. 65-67.
yang harus disisihkan sekarang untuk merealisasikan pembayaran
manfaat pensiun.
Kelebihan Program Pensiun Manfaat Pasti
a) Besarnya manfaat pensiun mudah dihitung.
b) Lebih memberikan kepastian kepada peserta.
c) Lebih mudah memberikan penghargaan untuk masa kerja
tertentu.
Kekurangan Program Pensiun Manfaat Pasti
a) Beban biaya mudah berfluktuasi.
b) Nilai hak peserta sebelum pensiun tidak mudah ditentukan.
2) Program Pensiun Iuran Pasti (Defined Contribution)
Program pensiun iuran pasti yaitu program pensiun yang besarnya
iuran baik dari pemberi kerja maupun peserta ditetapkan dalam
peraturan dana pensiun. Besarnya manfaat pensiun yang diterima
peserta tergantung pada akumulasi iuran dan hasil pengembangan.
Kelebihan Program Pensiun Iuran Pasti
a) Beban biaya stabil dan mudah diperkirakan.
b) Nilai hak peserta setiap saat mudah ditetapkan.
c) Risiko investasi dan mortalitas ditanggung oleh peserta.
Kekurangan Program Pensiun Iuran Pasti
a) Besarnya manfaat pensiun tidak mudah ditentukan.
b) Lebih sulit memperkirakan besar penghargaan untuk masa
kerja lampau.10
10
Amir Kusnanto, “Jenis Program Pensiun (Bagian 4)”, dalam http://blog.stie-mce.
ac.id/amirkusnanto/2014/03/11/jenis-program-pensiun-bagian-4/, 24 Desember 2019.
b) Pensiun Dipercepat Pensiun yang diberikan untuk kondisi
tertentu (pengurangan pegawai)
c) Pensiun Ditunda Diberikan kepada karyawan yang meminta
pensiun sendiri saat usia pensiun belum mencukupi.
d) Pensiun Cacat Pensiun yang diberikan kepada karyawan yang
mengalami kecelakaan sehingga dianggap tidak mampu lagi
untuk bekerja. 11
2) Jenis Dana Pensiun
Berdasarkan UU No 11 tahun 1992, di Indonesia mengenal 2
jenis Dana Pensiun yaitu:
a) Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
b) Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)12
Dana Pensiun Pemberi Kerja adalah suatu lembaga yang didirikan oleh
perorangan atau badan hukum yang mempekerjakan karyawan dengan
menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti bagi kepentingan karyawan
sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja.
Bagi perusahaan yang mempekerjakan banyak karyawan bisa
mendirikan DPPK sendiri, atau bekerjasama dengan perusahaan lain. Jika hal
ini tidak memungkinkan, perusahaan dapat mengikutkan karyawannya sebagai
peserta DPLK. DPPK dapat menjalankan PPMP atau PPIP.13
11
Nazril Juanda, “Dana Pensiun (Pension Fund)”, dalam https://slideplayer.info/sli
de/2978368/, 24 Desember 2019.
12
Malini Yussiadinda, “Pengertian Dana Pensiun dan Manfaatnya”, dalam
https://jojonomic.com/blog/dana-pensiun/, 24 Desember 2019.
13
Mikha Anitaria, “Dana Pensiun”, dalam http://mikhaanitaria.blogspot.com/2010/04
/dana-pensiun.html, 24 Desember 2019.
b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan
11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, tetapi sampai saat ini kehadirannya
belum begitu menarik perhatian masyarakat khususnya pekerja mandiri.
Minimnya jumlah pekerja mandiri sebagai peserta DPLK bisa disebabkan
kurangnya promosi, kurangnya kesadaran terhadap program DPLK, atau
kurangnya pemahaman terhadap peraturan perundangan d bidang dana pensiun
khususnya mengenai DPLK. Untuk menarik minat para karyawan mengenal
DPLK beserta produk-produknya perlu adanya promosi, misalnya dengan
melakukan seminar, workshop, iklan, atau direct selling. Tetapi hampir semua
badan usaha milik Negara (BUMN) dan perusahaan-perusahaan swasta besar
memiliki DPLK. Jika perusahaan besar tersebut tidak mengelola sendiri dana
pensiun, maka umumnya pengelolaan dana pensiun diikutkan pada DPLK dari
lembaga lain. DPLK hanya dapat menyelenggarakan PPIP. 14
4. Kelebihan dan Kekurangan Dana Pensiun
14
Amir Kusnanto, “Jenis Dana Pensiun (Bagian 5)”, dalam http://blog.stie-
mce.ac.id/amirkusnanto/2 014/03/11/jenis-dana-pensiun-bagian-5/, 24 Desember 2019.
4) Arahan administrasi keuangan, sebagai pedoman penatausahaan
kekayaan dana pensiun kurang dipersiapkan dengan baik.
5) Banyak pengelola merasa bangga dan terlena dengan kenaikan laba
dan aset yayasan dana pensiun, tetapi kurang memerhatikan
perbaikan manfaat pensiun sebagai tujuan pokok.15
5. Peran Dana Pensiun dalam Perekonomian
Peran dana pensiun dalam perekonomian Indonesia yakni sebagai berikut:
a. Sejalan dengan hakikat pembangunan nasional, diperlukan
penghimpunan dan pengelolaan danaguna memelihara kesinambungan
penghasilan pada hari tua dalam rangka mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Dana pensiun merupakan sarana penghimpun dana guna
meningkatkan peran serta masyarakat dalam melestarikan
pembangunan nasional yang terus bertumbuh dan berkelanjutan.
c. Dana pensiun dapat pula menambah motivasi dan ketenangan kerja
sehingga meningkatkan produktivitas.
d. Sarana penghimpunan dana guna meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pembangunan nasional.16
15
Marfuatun Uliya, Mengenal OJK dan Lembaga Keuangan h. 76-78
16
Sudomo Tanuwidjaya, “Peranan Dana Pensiun dalam Menunjang Pembangunan
Ekonomi Indonesia” dalam https://docplayer.info/31616391-Bab-ii-peranan-dana-pensiun-dalam-
menunjang-pembangunan-ekonomi-indonesia-a-pengaturan-dana-pensiun-didalam-undang-und
ang-dana-pensiun.html, 24 Desember 2019.
BAB III
PENUTU
P
A. Kesimpulan
19
20
Gigih Aryanti, Harnida, dkk., Bank dan Lembaga Keuangan . Cet. I; Klaten:
Cempaka Putih, 2015.
Muchtar, Bustari, dkk., Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Cet. I; Jakarta:
Kencana, 2016
Sri Susilo, Y. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Cet. I, Jakarta: Salemba, 2000.
21