Oleh:
Ardi Suryanto
16061022
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
TAHUN 2019
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Oleh :
Ardi Suryanto
16061022
Penguji,
1.
2.
KATA PENGANTAR
Dalam laporan Praktik Kerja Lapangan ini berisi beberapa hal yang
berkaitan dengan hasil pembelajaran dan pengamatan selama melakukan kegiatan.
Dan juga Laporan Praktik Kerja Lapangan ini ditulis dalam upaya melengkapi
kompetensi intrakulikuler wajib tempuh dalam perkuliahan di Universitas Mercu
Buana Yogyakarta.
(Ardi Suryanto )
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………………….….…1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………...
…..2
1.3 Batasan Masalah ……………………………………………………….….…
2
1.4 Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ……………………………………...3
1.5 Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL) ………………………………….....3
PENDAHULUAN
Dewasa ini pasar modal tidak hanya dimonopoli oleh institusi yang
bermodal besar, melainkan juga oleh investor individu/perorangan yang bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan atau cuan dari pasar modal. Dengan semakin
mudah akses ke pasar modal tentunys membuat perusahaan sekuritas untuk
memberikan fasilitas dan pelayanan yang mempermudah para nasabah untuk
melakukan transaksi jual beli saham,salah satunya dengan memberikan fasilitas
pinjaman dana untuk membeli efek, dalam hal ini saham.
BAB II
LANDASAN TEORI
a. Saham
Saham merupakan surat tanda bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan
dalam bentuk PT. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang paling
populer di pasar modal. Dengan memiliki saham, investor akan memperoleh
dividen dan dapat memanfaatkan fluktuasi harga saham dengan menjual saham
tersebut untuk memperoleh keuntungan yang dinamakan capital gain.
b. Obligasi
2.1.2.2. Obligasi
Obligasi adalah istilah dalam pasar modal untuk menyebut surat
pernyataan utang penerbit obligasi terhadap pemegang obligasi. Ringkasnya,
penerbit obligasi adalah pihak yang berutang dan pemegang obligasi adalah pihak
yang berpiutang. Dalam obligasi, dituliskan jatuh tempo pembayaran utang
beserta bunganya (kupon) yang menjadi kewajiban penerbit obligasi terhadap
pemegang obligasi. Jangka waktu obligasi yang berlaku di Indonesia umumnya 1
hingga 10 tahun.
Ada tiga jenis obligasi yang diniliai dari sisi penerbit, yaitu sebagai berikut:
1. Corporate Bonds
Jenis obligasi yang diterbitkan perusahaan, baik Pemerintah (BUMN) maupun
swasta. Sebagai contoh, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) menerbitkan
obligasi senilai Rp2 triliun pada tahun 2014 dengan tingkat bunga tetap (fixed
coupon) yang berjangka lima tahun.
2. Government Bonds
Jenis obligasi yang diterbitkan Pemerintah. Di Indonesia obligasi jenis ini pertama
kali diterbitkan pada Agustus 2006. Seperti yang sudah diterangkan sebelumnya,
peminat obligasi ini cenderung meningkat tiap tahunnya. Obligasi yang diberi
nama Obligasi Negara Ritel (ORI) diterbitkan satu seri setiap tahun, kecuali tahun
2007 dan 2008 yang diterbitkan dalam dua seri.
3. Municipal Bonds
Berikut adalah sejarah pasar modal di Indonesia yang harus anda ketahui.
Menurut catatan sejarah dari sebuah buku berjudul Effectengids yang diterbitkan
oleh Vereneging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, pasar modal di
Indonesia telah hadir sejak kurun 1880 an. Pasar modal waktu itu sudah ada dalam
bentuk perdagangan efek, namun tidak terbukukan dengan baik. Belum adanya
organisasi resmi menjadikan tidak adanya catatan yang lengkap.
Perusahaan sekuritas pertama yang terbentuk di nusantara kala itu adalah Dunlop
& Koff yang muncul pada seputaran 1878 an, awal mula PT Perdanas.
Perdagangan efek pertama yang dibukukan adalah saat dilakukannya penjualan
400 saham prospektus dengan harga 500 gulden persahamnya oleh sebuah
perusahaan di Batavia dengan nama Cultuur Maatschappij Goalpara. Selanjutnya
disusul dengan ditawarkan efek atau saham dari sebuah harian di Djoejacarta
untuk sebuah prospektus seharga 150 ribu gulden dengan harga 100 gulden
perlembar saham, harian ini bernama Het Centrum.
Dari dua catatan diatas maka dapat diketahui bahwa perputaran penjualan efek di
Indonesia adalah pada seputaran 1880 an. Tetapi dari catatan yang ada juga
diketahui bahwa perdagangan resmi terjadi di Amsterdam dengan pembeli berasal
dari kota-kota di Hindia Belanda kala itu seperti Jakarta, Surabaya serta
Semarang. Ini bermakna bahwa tradisi perdagangan efek di Indonesia yang kini
dikelola langsung oleh BEI (Bursa Efek Indonesia) secara resmi telah mengakar
sejak sekian lama.