Anda di halaman 1dari 19

EKONOMI MAKRO ISLAM

TEORI TABUNGAN DAN INVESTASI DALAM ISLAM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Makro Islam

Dosen Pengampu Mumad Nurjaman, M.H

Disusun Oleh

Ayu Sri Rahayu (18.4.006)


Dwi Jayanti (18.4.011)
Linda Nuraeni (18.4.021)
Muhamad Farhan (18.4.026)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
PERSATUAN ISLAM
GARUT
2019
Kata Pengantar

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat,taufiq,hidayah serta inayanya sehingga dapat menyelesaikan
penulisan makalah “Teori Tabungan dan Investasi dalam Islam”. Sholawat serta salam
tak lupa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,karena beliaulah suri tauladan bagi
kita dari zaman kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Penyusun sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan


maka dari itu penulis mohon kritik dan sarannya yang bersifat membangun dari semua
pihak. Akhir kata penyusun memohon kepada Alllah SWT agar penyusun
mendapatkan petunjuk menuju jalan yang benar yang di ridhoi oleh nya.semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada
khususnya.

Garut, 19 November 2019

Penyusun

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2
A. Teori Tabungan............................................................................................ 2
1. Landasan Hukum (Qs. Al-Baqarah : 283) ............................................... 2
2. Teori Tabungan dalam Konvensional...................................................... 2
3. Teori Tabungan dalam Islam ................................................................... 3
B. Teori Investasi .............................................................................................. 5
1. Landasan Hukum (Qs. Al-Hasyr : 18 ) .................................................... 5
2. Teori Investasi dalam konvensional ......................................................... 5
3. Teori Investasi dalam Islam ..................................................................... 7
C. Faktor yang Mempengaruhi Seseorang Menabung dan Berinvestasi ....... 9
1. Faktor yang mempengaruhi tabungan dalam konsep ekonomi
konvensional .................................................................................................... 9
2. Faktor Menabung dalam Konsep Ekonomi Islam ................................ 11
3. Faktor Investasi dalam Konsep Ekonomi Konvensional ...................... 11
4. Faktor Investasi dalam Islam ................................................................. 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 15
A. Kesimpulan ................................................................................................. 15
B. Saran ........................................................................................................... 15
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perbedaan Islam dengan materialisme adalah bahwa Islam tidak
pernah memisahkan ekonomi dengan etika, Islam juga tidak memisahkan
agama dengan negara, Islam juga berbeda dengan konsep kapitalisme yang
memisahkan akhlak dengan ekonomi.
Umat muslim, entah itu individu maupun kelompok dalam sektor
ekonomi atau bisnis, di satu sisi diberi kebebasan untuk mencari
keuntungan sebesar-besarnya. Namun di sisi lain ia terikat dengan iman dan
etika sehingga ia tidak bebas mutlak dalam menginvestasikan modalnya
atau membelanjakan hartanya. Maka kita sebagai muslim alangkah baiknya
jika kita mengobarkan citra ekonomi Islam sebagai suatu cita-cita ilmu
ekonomi. Kemudian di antara bidang yang terpenting dalam perekonomian
itu adalah tentang teori tabungan dan investasi baik itu dalam Islam maupun
konvensional.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori tabungan dalam ekonomi konvensional dan Islam?
2. Bagaimana teori investasi dalam ekonomi konvensional dan Islam?
3. Faktor apa yang mempengaruhi seseorang memilih berinvestasi dan
menabung?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana teori tabungan dalam ekonomi
konvensional dan Islam?
2. Untuk mengetahui bagaimana teori investasi dalam ekonomi
konvensional dan Islam?
3. Untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi seseorang memilih
berinvestasi dan menabung?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Tabungan
1. Landasan Hukum (Qs. Al-Baqarah : 283)

Artinya : “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara


tunai) sedang kamu tidak mendapatkan seorang penulis, maka
hendaklah ada barang jaminan yang dipegang, (oleh yang berpiutang).
Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya. Dan janganlah kamu
(parasaksi) menyembunyikan kesaksian, karena barang siapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdoa
hatinya dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
2. Teori Tabungan dalam Konvensional
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan
dengan itu. Nasabah jika hendak mengambil simpanannya dapat datang
langsung ke bank dengan membawa buku tabungan, slip penarikan, atau
melalui fasilitas ATM.1
Tabungan adalah bagian dari pendapatan yang disimpan atau tidak
dibelanjakan. Tabungan disimbolkan dengan (S). Atau bisa juga disebut

1 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta:Gadjah Mada University


Press, 2009, hlm.92

2
selisih langsung antara pendapatan nasional dengan konsumsi agregat
(S = Y – C).
Persamaan di atas telah menunjukkan bahwa, tabungan adalah sama
dengan pendapatan dikurangi konsumsi. Penghasilan yang diterima oleh
suatu keluarga tidak selalu habis dibelanjakan untuk membeli barang-
barangkebutuhan. Orang kaya dengan penghasilan yang tinggi akan
menghabiskan seluruh penghasilannya untuk konsumsi(kecuali kalau
kekayaannya itu diboroskan untuk cara hidup yang serba mewah). Akan
tetapi orang-orang sederhanapun berusaha untuk menyisihkan sekadar
uang agar kemudian hari bisa membeli barang-barang yang agak mahal.
Bagian penghasilan yang tidak habis dibelanjakan untuk konsumsi
disebut tabungan. Tabungan masyarakat ikut berpengaruh terhadap arus
uang beredar terhadap investasi, produksi, dan permintaan, dan berperan
dalam rangka stabilitas dan pembangunan ekonomi.
3. Teori Tabungan dalam Islam
Definisi tabungan menurut M. Nejatullah Siddiqi (Role of the State
in the Economy: An Islamic Perspective, The Islamic Foundation,
Leicester UK, 1996) bermakna dua; pertama tabungan yang ditujukan
untuk berjaga-jaga dan tabungan yang ditujukan untuk investasi. Tentu
saja investasi yang produktif, bukan investasi dalam makna luas yang
dilakukan oleh konvensional, dimana aktivitas spekulasi masuk dalam
definisi investasi ini.
Menurut Monzer Kahf dan Umar Chapra bahwa pengeluaran yang
berlebihan dilarang, penimbunan simpanan juga dikecam tegas oleh Al-
Quran dan As-Sunnah. Sumber-sumber daya yang telah disediakan
Allah harus dipergunakan untuk digunakan oleh pemiliknya (dalam
batasan-batasan yang ditetapkan Allah) atau diperuntukan bagi orang
lain sehingga memenuhi tujuan dasar penciptaannya. Membiarkannya
menganggur dan tidak memanfaatkannya bagi tujuan-tujuan konsumsi
yang benar dan bukan untuk pengembangan barang-barang umum lewat
kontribusi kesejahteraan (zakat, sedekah atau pembayaran
semacamnya) atau untuk investasi produktif telah dikecam oleh islam.

3
Lebih lanjut, Kahf dan Chapra menyatakan bahwa sangatlah perlu
mengorganisasikan serta meregulasi uang dan system perbankan dalam
suatu cara yang tidak saja akan mengurangi dorongan melakukan
pengeluaran yang berlebihan, tetapi juga memobilisasi simpanandan
menyalurkannya ke dalam pemanfatan-pemanfatan secara
sosialproduktif. Bagaimanapun, system itu tidak boleh menggalakkan
atau memfasilitasi produksi serta konsumsi barang dan jasa yang
memiliki prioritas yang rendah dalam system nilai islam. Deposito yang
dipakai oleh bank untuk memberikan pinjaman adalah milik masyarakat
dan keadilan sosioekonomi menuntut bahwa sumber-sumber daya yang
sudah dimobilisasi itu dialokasikan untuk membantu membiayai
produksi dan distribusi semua kebutuhan pokok masyarakat sebelum
dana-dana itu dipersiapkan untuk tujuan-tujuan lain.
Selain itu, dalam perekonomian Islam yang menerapkan sistem
pajak juga akan berdampak perbedaan pada jumlah tabungan umat
muslim dengan jumlah tabungan pada non-muslim. Zakat yang
dikenakan pada harta dan asset yang menganggur dan tidak
dimanfaatkan (namun berpotensi untuk berkembang), menyebabkan
umat muslim untuk lebih memilih melakukan investasi dibandingkan
membiarkan uangnya ditabung.

Dengan demikian, tabungan dalam Islam jelas merupakan sebuah


konsekuensi atau respon dari prinsip ekonomi Islam dan nilai moral
Islam, yang menyebutkan bahwa manusia haruslah hidup hemat dan
tidak bermewah-mewahan karena Allah SWT sangat mengutuk para
pelaku perbuatan israf (pemborosan) dan tabzir (menghambur-
hamburkan harta tanpa guna), serta mereka (diri sendiri dan
keturunannya) dianjurkan ada dalam kondisi yang tidak fakir. Jadi dapat

4
dikatakan bahwa motivasi utama orang menabung disini adalah nilai
moral hidup sederhana (hidup hemat) dan keutamaan tidak fakir. Serta
efek zakat terhadap tabungan akan mendorong umat muslim untuk lebih
sering melakukan investasi sehingga akan mengurangi kesenjangan
sosial yang ada.2

B. Teori Investasi
1. Landasan Hukum (Qs. Al-Hasyr : 18 )

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah


dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.”
2. Teori Investasi dalam konvensional
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran penanaman modal
atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Investasi berasal dari bahasa Inggris investment dari kata dasar
invest yang berarti menanam, atau istathmara dalam bahasa Arab, yang
berarti menjadikan berbuah, berkembang dan bertambah jumlahnya
(Antonio 2007). Secara istilah, investasi adalah barang tidak bergerak
atau barang milik perseorangan atau perusahaan yang dimiliki dengan
harapan untuk mendapatkan pendapatan periodik atau keuntungan atas
penjualan dan pada umumnya dikuasai untuk periode yang relatif
panjang (Rahmawan 2005).
Definisi yang sama diungkapkan Kasmir dan Jakfar, dimana
investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu
kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai

2
http://3.bp.blogspot.com/untitled.bmp

5
bidang usaha atau proyek yang membutuhkan dana dengan tujuan
memperoleh keuntungan (Kasmir dan Jakfar 2015); (Arifin 2009).3
Dalam perhitungan pendapatan nasional, pengertian investasi adalah
pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-
peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama
menambah barangbarang modal dalam perekonomian yang akan
digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa di masa depan
(Maharani 2016).
Tujuan pengeluaran untuk investasi adalah pembelian barang-
barang yang memberi harapan menghasilkan keutungan yang akan
datang. Artinya, pertimbangan yang diambil oleh pengusaha atau
perusahaan dalam memutuskan membeli atau tidak membeli barang dan
jasa tersebut adalah harapan dari pengusaha atau perusahaan akan
kemungkinan keuntungan yang dapat diperoleh. Harapan keuntungan
ini merupakan faktor utama dalam investasi (Sitompul 2007).
Menurut Sukirno (Sukirno 2003), kegiatan investasi memungkinkan
suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan
kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan
meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.
Ada 3 bentuk pengeluaran investasi:
a. Investasi tetap bisnis (business fixed investment)
Yaitu pengeluaran investasi untuk pembelian berbagai jenis barang
modal yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk
mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
b. Investasi residensial (residential investment)
Yaitu pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal,
bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan lainnya.

3
Muana Nanga, Makroekonomi: teori, masalah dan kebijakan. Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2001, p. 124.

6
c. Investasi persediaan (inventory investment)
Yaitu berupa pertambahan nilai stok barang-barang yang belum
terjual, bahan mentah, dan barang yang masih dalam proses produksi
pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional. 4
3. Teori Investasi dalam Islam
Investasi menurut Islam adalah penanaman dana atau penyertaan
modal untuk suatu bidang usaha tertentu yang kegiatan usahanya tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, baik objeknya maupun
prosesnya.
Teori investasi dengan pendekatan ekonomi Islam tentu berbeda
dengan teori investasi konvensional. Perbedaannya karena fungsi
investasi dalam ekonomi konvensional dipengaruhi tingkat suku bunga,
hal ini tentunya tidak berlaku dalam pendekatan ekonomi Islam.
Secara lebih spesifik, M. M Metwally (1993) mengembangkan suatu
fungsi investasi dalam perekonomian Islam akan sangat berbeda dari
perekonomian yang non Islam (konvensional). Metwally menyebutkan
bahwa investasi di negara penganut ekonomi islam dipengaruhi oleh tiga
faktor, yakni sebagai berikut:

a. Ada sanksi untuk pemegang asset kurang/tidak produktif (hoarding


idle assets).
b. Dilarang melakukan berbagai macam bentuk spekulasi dan segala
macam judi.
c. Tingkat bunga untuk berbagai macam pinjaman adalah nol dan
sebagai gantinnya dipakai system bagi hasil.
Dari ketiga kriteria di atas menunnjukkan bahwa dalam ekonomi Islam,
tingkat bunga tidak masuk dalam perhitungan investasi. Karena itu, ongkos
oportunitasnya (opportunity cost) dana untuk tujuan investasi adalah tingkat
zakat yang dibayarkan atas dana tersebut. Dengan kata lain, tabungan yang
tidak disalurkan ke investasi nyata, maka seseorang akan terbebani zakat
(seperti yang telah ditentukan). Asumsi lain yang digunakan adalah:

4
Nurul Huda, et al. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta: Kencana, 2009, p. 46.

7
a. Terdapat denda untuk penimbunan aset-aset yang tidak termanfaatkan
(iddle assets).
b. Dilarangnya segala bentuk spekulasi dan tindakan perjudian.
c. Tingkat suku bunga pada semua jenis dana pinjaman adalah nol.
Jadi, para investor atau penabung muslim dapat memilih di antara tiga
alternatif untuk memanfaatkan dananya:
a Memegang dananya dalam bentuk tunai
b Memegang dananya dalam bentuk aset-aset yang tidak menghasilkan
pendapatan (contoh: deposito bank, pinjaman, property, perhiasan)
c Menginvestasikan dananya (menjadi investor dalam proyek yang dapat
menambah persediaan modal negara)5
Kegiatan investasi sebagaimana dijelaskan di atas, memiliki manfaat
dan dampak yang luas bagi perekonomian suatu negara. Namun demikian,
secara prinsip, Islam memberikan panduan dan batasan yang jelas mengenai
sektor mana saja yang boleh dan tidak boleh dimasuki investasi. Tidak
semua investasi yang diakui hukum positif, diakui pula oleh syariat Islam.
Oleh sebab itu, agar investasi tersebut tidak bertentangan, maka harus
memperhatikan dan memperhitungkan berbagai aspek, sehingga hasil yang
didapat sesuai dengan prinsip syariah. Berikut ini adalah beberapa aspek
yang harus dimiliki dalam berinvestasi menurut perspektif Islam (Chair
2015):
a. Aspek material atau finansial. Artinya suatu bentuk investasi hendaknya
menghasilkan manfaat finansial yang kompetitif dibandingkan dengan
bentuk investasi lainnya.
b. Aspek kehalalan. Artinya suatu bentuk investasi harus terhindar dari
bidang maupun prosedur yang subhat atau haram. Suatu bentuk
investasi yang tidak halal hanya akan membawa pelakunya kepada
kesesatan serta sikap dan perilaku destruktif (ḍarūrah) secara individu
maupun sosial.

5
Adiwarman A Karim,Ekonomi Makro Islami. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007. p. 296-297.

8
c. Aspek sosial dan lingkungan. Artinya suatu bentuk investasi hendaknya
memberikan kontribusi positif bagi masyarakat banyak dan lingkungan
sekitar, baik untuk generasi saat ini maupun yang akan datang.
d. Aspek pengharapan kepada rida Allah. Artinya suatu bentuk investasi
tertentu dipilih adalah dalam rangka mencapai rida Allah.

C. Faktor yang Mempengaruhi Seseorang Menabung dan Berinvestasi


1. Faktor yang mempengaruhi tabungan dalam konsep ekonomi
konvensional
Dalam konsep ekonomi konvensional, terdapat beberapa faktor yang
menentukan seseorang memilih untuk menabung, diantaranya:
a. Kekayaan yang telah terkumpul
Sebagai akibat dari mendapat harta warisan atau tabungan
yang banyak sebagai akibat usaha di masa lalu, maka seseorang
berhasil mempunyai kekayaan yang mencukupi. Dalam keadaan
seperti itu ia sudah tidak terdorong lagi untuk menabung lebih
banyak. Maka lebih besar bagian dari pendapatan yang digunakan
untuk konsumsi dimasa sekarang. Sebaliknya, untuk orang yang
tidak memperoleh warisan atau kekayaan; mereka akan lebih
bertekad untuk menabung agar lebih memperoleh kekayaan yang
lebih banyak di masa yang akan datang atau untuk memenuhi
kebutuhan masa depan keluarganya seperti membeli rumah,
membiayai pendidikan anak atau membuat tabungan untuk
persiapan di hari tua.
b. Suku bunga
Suku bunga dapatlah dipandang sebagai pendapatan yang
diperoleh dari melakukan tabungan. Rumah tangga akan membuat
lebih banyak tabungan apabila suku bunga tinggi karena lebih
banyak pendapatan dr penabungan akan diperoleh. Pada suku bunga
yang rendah orang tidak begitu suka menabung karena mereka
merasa lebih baik melakukan pengeluaran konsumsi dari pada
menabung.

9
c. Sikap berhemat
Berbagai masyarakat mempunyai sikap yang berbeda dalam
menabung dan berbelanja. Ada masyarakat yang tidak suka belanja
berlebih-lebihan dan lebih mementingkan tabungan. Tetapi ada pula
masyarakat yang memiliki pola konsumsi yang tinggi, hal ini
menyebabkan tingkat tabungannya akan lebih rendah.
d. Keadaan perekonomian
Dalam perekonomian yang tumbuh dengan pesat dan tidak
banyak pengangguran, masyarakat berkecenderungan melakukan
pengeluaran yang lebih aktif. Mereka mempunyai kecenderungan
berbelanja lebih banyak pada masa kini dan kurang menabung.
Tetapi dalam keadaan kegiatan perekonomian yang lambat dan
pengangguran menunjukkan tendensi meningkat, maka sikap
masyarakat dalam mengunakan uang dan pendapatannya menjadi
makin berhati-hati.
e. Distribusi pendapatan
Dalam masyarakat yang distribusinya tidak merata, lebih
banyak tabungan akan dapat diperoleh. Dalam masyarakat demikian
(i) sebagian besar pendapatan nasional dinikmati oleh segolongan
kecil penduduk yang sangat kaya, dan (ii) golongan masyarakat ini
mempunyai kecenderungan menabung yang tinggi. Maka mereka
dapat menciptakan tabungan yang banyak. Segolongan besar
penduduk mempunyai pendapatn yang hanya cukup membiayai
konsumsinya dan tabungannya adalah kecil. Dalam masyarakat
yang distribusi pendapatannya lebih seimbang tingkat tabungannya
relative lebih sedikit karena mereka mempunyai kecondongan
mengkonsumsi yang tinggi.
f. Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi
Program dana pensiun dijalankan di berbagai Negara, Ada
Negara yang memberikan pensiun yang cukup tinggi kepada
golongan penduduknya yang telah tua. Apabila pendapatan dari
pensiun besar jumlahnya, para pekerja tidak terdorong untuk

10
melakukan tabungan yang banyak pada masa bekerja dan ini
menaikkan tingkat konsumsi. Sebaliknya, apabila pendapatan
pensiun.
2. Faktor Menabung dalam Konsep Ekonomi Islam
Alokasi anggaran konsumsi seorang muslim akan mempengaruhi
keputusannya dalam menabung dan investasi. Seseorang biasanya akan
menabung sebagian dari pendapatnya dengan beagam motif, antara lain
:
a untuk berjaga-jaga terhadap ketidakpastian masa depan,
b untuk persiapan pembelian suatu barang konsumsi dimasa depan,
serta
c untuk mengakumulasikan kekayaannya.
3. Faktor Investasi dalam Konsep Ekonomi Konvensional
Dalam konsep ekonomi konvensional, terdapat beberapa faktor yang
menentukan seseorang memilih untuk melakukan investasi,
diantaranya:
a Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh dan suku
bunga
Walaupun seorang pengusaha memiliki tabungan yang cukup dan
oleh karenanya tidak perlu meminjam dari suatu lembaga keuangan
untuk membiayai investasi yang ingin dilaksanakan, hal itu
belumlah merupakan syarat yang cukup bagi terciptanya kegiatan
investasi. Pengusaha tersebut memiliki dua pilihan dalam
menggunakan tabungannya, yaitu: (i) meminjamkan/membungakan
uang tersebut, atau (ii) menggunakannya untuk investasi. Dalam
keadaan di mana persentasi pengembalian modal yang akan
diperolehnya lebih kecil dari suku bunga, maka lebih baik bagi
pengusaha itu untuk membungakan uangnya dan membatalkan
maksudnya untuk melakukan investasi.
b Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
Ramalan yang menunjukkan bahwa keadaan perekonomian,
termaksud situasi politik dan keamanan, akan menjadi lebih baik

11
lagi pada masa depan, yaitu diramalkan bahwa harga-harga akan
tetap stabil dan pertumbuhan ekonomi maupun pertambahan
pendapatan masyarakat akan berkembang dengan cepat, merupakan
keadaan yang akan mendorong pertumbuhan investasi. Makin baik
keadaan masa depan, makin besar tingkat keuntungan yang akan
diperoleh pengusaha. Oleh sebab itu mereka akan lebih terdorong
untuk melaksanakan investasi yang telah atau yang sedang
dirumuskan.
c Kemajuan teknologi
Pada umumnya makin banyak perkembangan teknologi yang dibuat,
makin banyak pula kegiatan pembaruan yang akan dilakukan para
pengusaha. Untuk melakukan pembaruan-pembaruan, para
pengusaha harus membeli barang-barang modal baru atau bangunan
untuk pabrik baru. Maka makin banyak pembaruan yang dilakukan,
makin tinggi tingkat investasi yang tercapai. Di lain pihak,
pembaruan-pembaruan tersebut akan meningkatkan produktivitas
sehingga akan menaikkan jumlah pendapatan pekerja. Apabila
pendapatan terus menerus bertambah, permintaan atas berbagai jenis
barang akan terus menerus bertambah pula. Yang belakangan ini
akan mendorong lebih banyak investasi dan mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi.
d Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar
pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat
yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang
dan jasa. Maka keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan
ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi. Dengan
perkataan lain, dalam jangka panjang, apabila pendapatan nasional
bertambah tinggi, maka invests akan bertambah tinggi pula.
e Keuntungan yang diperoleh perusahaan
Dana Investasi diperoleh perusahaan dari meminjam atau dari
tabungannya sendiri. Tabungan perusahaan terutama diperoleh dari

12
keuntungan, semakin besar untungnya semakin besar pula
keuntungan yang tetap disimpan perusahaan. Keuntungan yang
semakn besar ini memungkinkan perusahan memperluas usahanya
dan mengembangkan usaha baru. Langkah seperti iniakan
menambah investasi dalam perekonomian.
4. Faktor Investasi dalam Islam
Demikian pula, seseorang akan mengalokasikan sebagian dari
anggarannya untuk investasi, yaitu menanamkannya pada sektor
produktif. Dengan investasi maka seseorang rela mengorbankan
konsumsinya sekarang dengan harapan akan mendapat hasil (return)
dimasa datang. Dengan adanya return dimasa datang berarti akan terjadi
akumulasi kekayaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
hidup. Bukti lain bahwa Islam sangat mendorong kegiatan menabung
dan investasi adalah bahwa dalam berbagai aturan Islam dalam
mengelola harta membawa implikasi positif pada tabungan dan investasi
ini, misalnya larangan terhadap penumpukan harta, pengenaan zakat
pada harta yang menganggur melebihi batas waktu tertentu dan
penghapusan bunga. Hal terakhir ini kemudian dijadikan alternatif
sistem bagi hasil yang diperoleh melalui kerjasama investasi
mudharabah dan musyarakah. (Fadhila, 2004).
Dari uraian diatas, jelas bahwa investasi dalam ekonomi Islam
adalah fungsi dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Tingkat
keuntungan yang diharapkan tergantung pada pangsa keuntungan relatif
antara investor dan penyedia dana sebagai mitra usaha. Tingkat zakat
dan biaya lain atas dana yang tidak/kurang produktif juga berpengaruh
nyata atas keputusan investasi.
Fungsi investasi dengan pendekatan ekonomi islam tentu berbeda
dengan fungsi investasi dengan pendekatan ekomoni konvensional.
Perbedaannya karena fungsi investasi dalam ekonomi konvensional
dipengaruhi tingkat suku bunga, hal ini tentunya tidak berlaku dalam
pendekatan ekonomi islam.

13
Menurut Metwally (1995), investasi di negara-negara penganut
ekonomi Islam dipengaruhi oleh 3 faktor:
a Ada sanksi terhadap pemegang aset ynag kurang atau idak produktif
(hoarding idle asset).
b Dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan segala macam
judi.
c Tingkat bunga untuk berbagai pinjaman sama dengan nol.
Sehingga orang Muslim dapat boleh memilih 3 alternatif atas
dananya, yaitu:
a. memegang kekayaannya dalam bentuk uang kas (iddle cash)
b. memegang tabungannya dalam bentuk aset tanpa berproduksi
seperti deposito, real estate, permata
c. menginvestasikan tabungannya (seperti memiliki proyek-proyek
yang menambah persediaan kapital nasional) 6

6
Nurul Huda, et al.Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta: Kencana, 2009, p.
49.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan tabungan (Saving) yang disimbolkan dengan (S) ialah
bagian dari pendapatan yang disimpan atau tidak
dibelanjakan.Sedangkan yang dimaksud investasi (investment) yang
disimbolkan dengan (I) ialah bagian dari pendapatan perusahaan yang
ditanam sebagai penambah modal.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menabung
diantaranya adalah: (a) Kekayaan yang telah terkumpul, (b) Suku bunga,
(c) Sikap berhemat, (d) Keadaan perekonomian, (e) Distribusi
pendapatan, (f) Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi.
Sedangkan faktor menabung bagi umat Muslimberagam motif, antara
lain : (a) untuk berjaga-jaga terhadap ketidakpastian masa depan, (b)
untuk persiapan pembelian suatu barang konsumsi dimasa depan, serta
(c) untuk mengakumulasikan kekayaannya.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
kami selanjutnya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
serta menambah pengetahuan dan wawasan kita semua. Aamiin

15
Daftar Pustaka

Abdul Ghofur Anshori. (2009). Perbankan Syariah di Indonesia,


Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Adiwarman A. Karim. (2007). Ekonomi Makro Islami. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, Edisi Ketiga.
Muana Nanga. (2001). Makroekonomi: teori, masalah dan
kebijakan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
M. Suparmoko. (1996). Pengantar Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE,
Edisi Ketiga.
Nurul Huda, et al. (2009). Ekonomi Makro Islam: Pendekatan
Teoritis. Jakarta: Kencana.
http://3.bp.blogspot.com/untitled.bmp.

16

Anda mungkin juga menyukai