Anda di halaman 1dari 16

PENGETIKAN NASKAH KAMUS

MAKALAH
Tugas ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Pengantar Leksikografi

Dosen pembina
Dr. Agus Nero Sofyan, Drs, M.Hum

Oleh
Alya Madani 180110170003
Tri Nanda K. 180110170047
Avivatul Azizah 180110170075

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pengetikan Naskah
Kamus”. Rasa terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata
kuliah Pengantar Leksikografi yaitu Bapak Dr. Drs. H. Agus Nero Sofyan M.hum.
Serta kepada pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penulisan makalah ini.
Makalah ini merupakan hasil pemikiran penulis dengan arahan dosen
pengampu disertai referensi-referensi terkait dengan materi pembahasan di dalam
makalah. Oleh karena itu, penulis bertanggung jawab atas isi dari makalah ini.
Penulis pun berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dalam studi bahasa
Indonesia khususnya dalam bidang Leksikografi. Penulis menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.

Jatinangor, 24 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. ii


BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………….... 1
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………….......... 1
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………….... 2
2.1 Definisi Naskah Kamus …………………………………………………….... 2
2.2 Unsur-unsur Kamus ………………………………………………………….. 3
2.2.1 Penggunaan Tanda Fonemis ……………………………………………... 3
2.2.2 Pemenggalan Suku Kata …………………………………………………. 3
2.2.3 Singkatan dan Label ……………………………………………………… 4
2.3 Kartu Induk dan Kartotek ……………………………………………………. 6
2.3.1 Kartu Induk ………………………………………………………………. 6
2.3.2 Kartotek ………………………………………………………………….. 8
2.4 Tahapan Pengetikan Naskah Kamus ………………………………………… 9
BAB III PROBLEMATIKA MASALAH ……………………………………….11
3.1 Kesalahan Tipografi atau Tik ……………………………………………….. 11
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………….. 12
4.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perhatian para peneliti bahasa terhadap masalah kebahasaan di Indonesia
semakin hari semakin menunjukkan perkembangan. Penelitian mengenai masalah
kebahasaan makin banyak dilakukan orang, termasuk juga dalam bidang
perkamusan. Penyusunan kamus-kamus tersebut sudah banyak dilakukan, termasuk
juga kamus-kamus bahasa daerah. Kamus-kamus yang sudah tersusun tersebut bukan
lah kamus standar, melainkan kamus yang sifatnya terbatas. Tradisi penyusunan
kamus-kamus semacam ini berbeda dengan tradisi penulisan kamus di negara-negara
yang sudah terkembang. Di Negara yang sudah terkembang tersebut, penyusunan
kamus dimulai dari penyususnan kamus standar, berbeda halnya dengan tradisi
perkamusan di Indonesia, sebelum kamus standar disusun, kamus-kamus lain yang
sifatnya lebih terbatas bermunculan terus. Misalnya kamus kecil, kamus saku, kamus
popular, kamus internasional, kamus sinonim, dan kamus mini. Kamus-kamus
tersebut disusun dengan pola yang berbeda. Ilmu yang membahas mengenai masalah
penyusunan kamus tersebut disebut dengan ilmu leksikografi. Dalam ilmu
leksikografi tersebut dijelaskan bagaimana teknik-teknik perihal penyusunan kamus.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan naskah kamus?
2. Apa saja unsur-unsur dalam naskah kamus?
3. Bagaimana bentuk kartu induk dan kartotek sebagai acuan pengetikan
kamus?
4. Bagaimana tahapan pengetikan naskah kamus?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi naskah kamus
2. Mengetahui unsur-unsur dalam naskah kamus
3. Mengetahui bentuk kartu induk dan kartotek sebagai acuan naskah kamus

1
4. Mengetahui tahapan-tahapan dalam pengetikan naskah kamus

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Naskah Kamus


Naskah kamus merupakan hasil pengetikan yang didasarkan atas kartotek.
Dengan demikian, dapat pula dikatakan bahwa naskah kamus itu adalah
perwujudan kartotek dalam bentuk naskah sebagai perwujudan awal sebuah
kamus. Namun, tugas penyusunan kamus tidak berhenti hingga di situ. Kegiatan
berikutnya masih ada, yaitu koreksi naskah sehingga itu betul-betul merupakan
naskah kamus yang sudah siap untuk dicetak atau direproduksi. Demi kejelasan
terhadap apa yang telah diutarakan terlebih dahulu, berikut ini disajikan beberapa
contoh penyajian untuk kamus dwibahasa:
(1) Bahasa Indonesia – Bahasa Jawa
asuh v, mengasuh v 1 njaga (ngamat lah ndidik) bocah cilik; ngemong;
siapa yang ~ anakku kalau aku sedang pergi;
mengasuhkan nitipake saperlu diemong (anak lsp); ngasuhake: orang itu
berusaha ~ anaknya kepada seseorang
pengasuh pamong; guru: adik saya jadi ~ di yayasan panti asuhan
(2) Bahasa Indonesia – Bahasa Minangkabau
ganggu v, mengganggu v 1 menggaduah (binatang dsb); menyusahkan
(untuak mukasuik sajo); marayu (padusi dsb): jangan ganggu adikmu
jangan gaduah jo adiak ang tu
terganggu v taganggu; taalang; mandapek alangan dsb; kesehatannya ~,
kesehatannya taganggu;
gangguan n 1 barang apo nan mangganggu; alangan; sesuatu nan
menyusahkan.
Pengetikan naskah kamus sepenuhnya didasarkan atas kartu induk, hanya
saja tanda titik koma (;) pada kartu induk terakhir dari sebuah entri pokok
dihilangkan. Apabila entri itu hanya sebuah entri pokok saja (tanpa bemuk
derivasinya), akhir deskripsi entri itu tidak dibubuhi tanda baca terminal. Akan

2
tetapi, apabila entri pokok itu berderivasi, akhir deskripsi derivasi (subentri)
terakhirlah y:mg tidak dibubuhi tanda terminal apa pun.

2.3 Unsur-unsur Kamus


2.3.1 Penggunaan Tanda Fonemis
Dalam kamus linguistik yang disusun oleh Harimurti Kridalaksana (2008:
62), Fonemis dijelaskan sebagai hal yang dipandang dari sudut fonologi suatu
bahasa (dikatakan tentang bunyi-bunyi yang berbeda karena mampu menyatakan
kontras makna); mis. /b/ dan /p/ dalam bak dan pak. Transkripsi fonemis ditandai
dengan /…/

No Kata Fonemis
1 Makanan /makanan/
2 Dahaga /dahaga/
3 Kompleksitas /kompleksitas/
4 Agresi /agresi/
5 Kredibilitas /kredibilitas/

2.3.2 Pemenggalan Suku Kata


Dalam pengetikan naskah kamus setiap kata yang tertera ditulis
dengan menyantumkan pemenggalan suku katanya. mis.

No Kata Pemenggalan suku kata


1 makanan ma.kan.an
2 dahaga da.ha.ga
3 Kompleksitas kom.plek.si.tas
4 agresi ag.re.si
5 kredibilitas kre.di.bi.li.tas

3
2.2.3 Singkatan dan Label
Singkatan
bd bandingkan dp daripada
dl dalam dr dari
dll dan lain-lain sbg sebagai
dsb dan sebagainya spt seperti
kpd kepada yg yang
krn karena thd terhadap
msl misalnya tsb tersebut
pd pada tt tentang
dng dengan

Catatan:
1. Lambang-lambang untuk label dan singkatan kata ini bersifat terbuka, artinya
dapat ditambah atau dikurangi atau diubah sesuai dengan keperluan dan
kesepakatan bersama.
2. Lambang singkatan kata dipakai di dalam deksripsi. Apabila di dalam deksripsi,
kata-kata yang disingkat itu dipakai bersama imbuhan, lambangg singkatan kata
itu tidak berlaku lagi dan kata berimbuhan itu ditulis penuh (tanpa disingkat).
Misalnya:
kepadanya tidak perlu ditulis kpdnya
di dalamnya tidak perlu ditulis di dlnya.

Label
a. Label Dialek Regional
Label Dialek Regional dipakai untuk menandai pemakaian atau variasi
pemakaian kata dalam suatu daerah dengan makna daerah. Misalnya:
Ab Ambon Bj Banjar
Ac Aceh Bl Bali
Bg Bugis Bt batak

4
b. Label Kelas Kata
Label kelas kata dipakai untuk menandai golongan kelas kata sesuai dengan
fungsinya dalam kalimat:
n nomina
v verba
a adjektiva
adv adverbia
num numeralia
p partikel

c. Label Pembidangan Kata


Label pembidangan kata dipakai untuk menandai pemakaian kata dalam
lingkungan bidang (ilmu) tertentu dengan makna khusus. Misalnya:
Adm Administrasi
Ag Agama
Bud Budha
Hin Hindu
Isl Islam
Kris Kristen
Kat Kristen Katolik
Prot Protestan

Anat Anatomi Metal Metalurgi


Biol Biologi Olr Olahraga
Dag Perdagangan El Elektronika
Ek Ekonomi Fils Filsafat
Lay Pelayaran
Ling Linguistik
Psi Psikolingi

5
d. Label Lain-lain
akr akronim
ki kiasan
pb peribahasa
hor hormat
int ragam intim
kas ragam kasar
khus ragam khusus
cak ragam percakapan

Urutan Label dalam Penerapan


Penerapan penulisan label-label secara berurutan adalah sebagai berikut:
1. dialek regional (atau pungutan kata),
2. kelas kata,
3. pembidangan kata,
4. lain-lain.

Contoh:
1. ab.rit-ab.rit.an Jk v berlari tunggang lunggang.
2. abor.si n 1 Dok hal terpancarnya embrio yang tak mungkin lagi hidup
(sebelum habis bulan keempat dari kehamilan); 2 Biol keadaan terhentinya
pertumbuhan yang normal (tt bagian tumbuh-tumbuhan atau binatang).

2.3 Kartu Induk dan Kartotek


2.3.1 Kartu Induk
Kartu induk adalah kartu entri yang akan digunakan sebagai dasar
penyusunan naskah. Kartu induk kamus itu merupakan hasil akhir dari
pelaksanaan pengolahan data. kartu, hasil penyuntingan pemberian definisi
ditik pada kartu karton manila agar tidak cepat rusak dan mudah disusun
sesuai dengan urutan abjad.
Bagan Pengetikan Kartu Induk dan Contoh Pengetikan Kartu Induk

6
1. Entri Pokok

2. Subentri

3. Gabungan Kata

7
4. Gabungan Kata Berimbuhan

5. Peribahasa

Tata Cara Pengetikan Kartu Induk


1. Jarak kait 1/2.
2. Entri pokok dan subentri—diberi garis bawah ganda—masing-masing diketik
pada satu kartu (lihat contoh).

8
3. Gabungan kata atau frase (frasa) berimbuhan—diberi garis bawah ganda—
masing-masing ditik pada satu kartu (lihat contoh).
4. Peribahasa—diberi garis bawah tunggal—masing-masing ditik pada satu
kartu (lihat contoh).

2.3.2 Kartotek
Kartu manila yang berupa kartu induk kamus disusun menurut abjad
dan diatur sesuai dengan urutan susunan entri yang telah ditetapkan
sebelumnya sesuai dengan tujuan penyusunan kamus. Kartu itulah yang
dinamakan kartotek yang menjadi dasar pengetikan naskah kamus. Dengan
demikian, atas dasar kartotek itulah, disusunlah naskah kamus yang siap
untuk dicetak. Oleh karena itu, setelah tahap kegiatan itu selesai
dilaksanakan, kegiatan berikutnya, yaitu pengetikan naskah, dapat dilakukan.

2.5 Tahapan pengetikan naskah kamus

1. Persiapan
Tahap awal yang dilakukan untuk pengetikan naskah kamus adalah
pengumpulan sumber referensi atau rujukan. Sumber-sumber ini dapat
berasal dari buku, media massa cetak, kamus sejenis serta ensiklopedi.
2. Pengumpulan dan pengolahan data
Tahap selanjutnya yakni pengumpulan data dari sumber referensi dan rujukan
tersebut. setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan data.
Pengolahan data dilakukan untuk mengecek keabsahan data. Pengolahan data
yang dilakukan seperti, pemeriksaan urutan abjad, penyeleksian data,
klasifikasi data, pemberian definisi, dan penyuntingan hasil pemberian
definisi.
3. Pengetikan kartu induk
Setelah data diolah maka tahap selanjutnya adalah dituangkan ke dalam kartu
induk.
4. Penyusunan kartotek

9
Kartu induk yang akan dibuat kartotek disusun berdasarkan abjad dan diatur
sesuai dengan urutan susunan entri yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai
dengan tujuan penyusunan kamus.
5. Pengetikan naskah kamus
Tahap berikutnya adalah mengetik naskah kamus berdasarkan data yang
bersumber dari kartotek.
6. Pengoreksian naskah
Setelah naskah kamus selesai diketik maka diperlukan koreksi naskah untuk
menghindari kesalahan ketik dan memastikan jika kamus sudah siap dicetak

10
BAB III
PROBLEMATIKA MASALAH

3.1 Kesalahan Tipografi atau Tik


Kesalahan tipografi, galat tipografi, atau saltik adalah kesalahan yang dibuat
pada saat proses mengetik. Kesalahan ini umum terjadi saat pengetikan naskah
kamus, karena kegagalan mekanis atau slip tangan atau jari. Namun kesalahan yang
timbul akibat ketidaktahuan pengetik seperti contoh, ejaan, bukanlah suatu kesalahan
tipografi. Kesalahan tipografi, pada umumnya disebabkan oleh jari yang tidak
sengaja menekan dua tombol papan ketik yang berdekatan. Kesalahan tipografi juga
dapat disebabkan oleh pembenaran otomatis dari aplikasi pengetik di komputer. Pada
beberapa kasus, Saltik (salah ketik) dapat mengubah arti kata bahkan kalimat, sebuah
kasus yang sering dijumpai dalam pengetikan bahasa Indonesia. Solusi dari masalah
ini adalah melakukan pengecekan dari awal naskah hingga akhir, dilakukan lebih
dari satu kali untuk memastikan tidak ada kesalahan tipografi atau tik.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Leksikografi merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas
mengenai teknik penyusunan kamus. Cabang ilmu bahasa tersebut membahas
mengenai cara-cara dan metode dalam penyusunan naskah kamus. Naskah
kamus itu sendiri merupakan hasil pengetikan yang didasarkan atas kartotek.
Dengan demikian, dapat pula dikatakan bahwa naskah kamus itu adalah
perwujudan kartotek dalam bentuk naskah sebagai perwujudan awal sebuah
kamus. Dalam makalah ini penulis membahas mengenai unsur-unsur yang
ada dalam naskah kamus hingga tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
penyusunan naskah kamus. Makalah yang penulis susun ini diharapkan dapat
memberikan tambahan pandangan dalam bidang bahasa, khususnya cabang
ilmu leksikografi

12
DAFTAR PUSTAKA

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Gramedia: Jakarta.


Sunaryo, Adi, Ahmad Patoni, dan Umi Basiroh. 1990. Pedoman Penyusunan Kamus
Dwibahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:Jakarta
Sunaryo, Adi dan Hermanu Mualana. 1994. Pedoman Penyuntingan Kamus Bahasa
Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai