Anda di halaman 1dari 4

WAHYU WIDURA

030860911
.

Tugas.2
Malaysia Usir Duta Besar Korea Utara, Kang Chol

Putrajaya - Kang Chol, Duta Besar Korea Utara untuk Malaysia, kini benar-benar diusir
oleh Malaysia. Soalnya, Kang Chol telah menuduh Malaysia bersekongkol dengan
kekuatan asing untuk menyudutkan Korea Utara. Pengusiran Kang Chol ini dinyatakan
oleh Menteri Luar Negeri Malaysia Sri Anifah Haji Aman dalam keterangan pers,
sebagaimana diakses detikcom, Minggu (5/3/2017). Istilah yang dipakai, Kang Chol
dianggap sebagai 'Persona Non Grata' alias 'Orang yang Tak Diinginkan'. "Yang
Terhormat Bapak Kang Chol, bahwa pemerintah Malaysia telah menyatakan untuknya
Persona Non Grata," kata Anifah dalam keterangan pers tertanggal 4 Maret 2017 itu.
Dia diharapkan meninggalkan Malaysia dalam jangka waktu 48 jam terhitung sejak 4
Maret 2017 pukul 18.00 waktu setempat. Sebelum sikap Malaysia ini dikeluarkan, Kang
Chol terlebih dahulu diundang menemui Deputi Sekretaris Jenderal untuk Hubungan
Bilateral Kementerian Luar Negeri, Raja Nushirwan bin Zainal Abidin, pada 4 Maret
pukul 18.00 kemarin. Namun Kang Chol tak kunjung tiba. Sebelumnya, Anifah juga
mengungkapkan, telah dijadwalkan pertemuan pada 28 Februari 2017 lampau.
Agendanya adalah pertemuan dengan Delegasi Tingkat Tinggi Republik Demokratik
Rakyat Korea yang dipimpin Kim Song. Malaysia menuntut permohonan maaf dari
Korea Utara terkait tuduhan Kang Chol, bahwa Malaysia bersekongkol dengan pihak
lain dalam investigasi kasus kematian kakak tiri pemimpin Korea Utara Kom Jong-Un,
yakni Kim Jong-Nam. Namun pada 28 Februari itu, tak ada orang Korea Utara yang
datang memenuhi undangan. Namun Malaysia masih menunggu sampai empat hari.
Permintaan maaf tak kunjung tiba dari Korea Utara. "Hampir empat hari telah berlalu
sejak tenggat waktu tempo itu. Tak ada permintaan maaf yang dibuat, juga tak ada
indikasi akan datangnya permintaan maaf. Maka dengan alasan ini, Duta Besar telah
dinyatakan Persona Non Grata," kata Anifah. "Ini harus diperjelas, Malaysia akan
menanggapi keras terhadap segala bentuk pelecehan melawan atau segala bentuk
usaha menodai reputasi," tuturnya.
"Langkah ini adalah bagian dari proses pemerintah Malaysia untuk meninjau kembali
hubungan dengan Republik Demokratik Rakyat Korea," kata Anifah

Sumber: https://news.detik.com/berita/d-3438430/malaysia-usir-duta-besar-korea-utara-
kang-chol

Gantian, Korut Usir Dubes Malaysia

Hubungan diplomatik Korea Utara dan Malaysia makin memburuk. Sebagai balasan
pengusiran duta besar Korea Utara untuk Malaysia, Korea Utara pada Senin (6/3/2017)
mengumumkan ultimatum kepada duta besar Malaysia untuk meninggalkan negeri itu
dalam waktu 48 jam. "Kementerian Luar Negeri Korea Utara memberitahukan bahwa
duta Besar Malaysia untuk Korea Utara dinyatakan sebagai persona non grata dan
menuntut duta besar itu meninggalkan Korea Utara," kata kantor berita Korea Utara
KCNA, seperti dilansir Antara dari AFP.
Sumber; https://tirto.id/gantian-korut-usir-dubes-malaysia-ckhP
Pertanyaan:

1. Jelaskan penerapan persona non grata berdasarkan ketentuan dalam


Konvensi Wina 1961! (Skor 10)

JAWABAN :

Berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (1) Konvensi Wina 1961, dapat ditegaskan bahwa
negara penerima setiap saat dan tanpa penjelasan dapat memberitahu negara pengirim
bahwa kepala perwakilan atau pun salah seorang anggota staf diplomatiknya adalah
persona nongrata, karena itu negara pengirim harus memanggil pulang atau mengakhiri
fungsinya di perwakilan. Sebagai wakil dari negaranya maka wajib bagi perwakilan
diplomatik untuk menjaga nama baiknya maupun negaranya dan tidak hanya
berlindung pada atribut yang memberikan kekebalan dan keistimewaan dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai seorang wakil diplomatik. Terlebih saat
melakukan kegiatan-kegiatan yang bertentangan dan melanggar ketentuan hukum
nasional di negara penerima. Apabila hal demikian terjadi, maka pemerintah negara
penerima dapat memberikan sanksi dan negara pengirim wajib bertanggung jawab
sepenuhnya.

2. Jelaskan menurut analisa saudara apakah Duta Besar Korea Utara untuk
Malaysia telah melakukan pelanggaran terhadap Konvensi Wina 1961?
(Skor 25)

JAWABAN :

Menurut pendapat saya, kasus pengusiran diplomat Korea Utara oleh Malaysia ini tidak


melanggar Hukum Diplomatik. Penolakan yang dilakukan oleh negara penerima
(Malaysia) telah mengikuti prosedur hukum Diplomatik itu sendiri Karena seperti dalam
Konvensi Wina bahwa “negara penerima setiap waktu dan tanpa penjelasan dapat
memberitahu negara pengirim bahwakepala perwakilan atau salah seorang anggotastaf
diplomatiknya dalam persona non grata’, Dan pengusiran seorang duta besardalam
Hukum Diplomatik dapat dilakukan oleh negara penerima tetapi tidak dapat ditangkap
atau di adili.

Karena HukumDiplomatik memiliki prinsip bahwa setiap perwakilan atau misi asing
diberikan kekebalan dan keistimewaan yang dapat menjalankan tugas misinya secara
bebas dan aman, yang mana Duta Besar Korea Utara, Kang Chol tampak
meninggalkan Malaysia dibandara Internasional Kuala Lumpur dengan aman.
3. Jelaskan menurut analisa saudara apakah prinsip resiprositas (timbal
balik) berlaku untuk dalam hal pemberian persona non grata? Jelaskan!
(Skor 15)

JAWABAN :

Deklarasi persona non grata atas dasar resiprositas ini merupakan suatu tindakan pembalasan yang
masuk dalam kategori retorsi. Retorsi merupakan suatu tindakan pembalasanyang sah dan
dibenarkan menurut Hukum Internasional. Dengan demikian, maka dapat ditentukan bahwa
tindakan pembalasan melalui pengenaan deklarasi persona non grata atas dasar resiprositas dapat
menjadi suatu cara penyelesaian masalah yang sah untuk ditempuh dalam pelaksanaan hubungan
diplomatik antar Negara.

4. Indonesia pernah memberikan status persona non grata kepada


diplomat/perwakilan negara lain. Jelaskan kapan, terhadap
diplomat/perwakilan negara mana dan mengapa Indonesia mempersona
non gratakan diplomat/perwakilan tersebut. Berikan analisa saudara (Skor
25)

JAWABAN :

Indonesia pernah memberi status persona non grata pada seorang atase militer Uni
Soviet di tahun 1982. Atase tersebut bernama Sergei P. Egorov. Ia dituduh telah
melakukan tindakan spionase terhadap pemerintah Indonesia. Ia bersama salah satu
anggota TNI AL bernama Letkol Susdaryanto bersekongkol untuk membocorkan
dokumen-dokumen kelautan Indonesia. Salah satu dokumen yang dibocorkan adalah
dokumen mengenai keadaan laut Natuna.

Menurut pengakuan Letkol Susdaryanto, ia terpaksa menjual dokumen rahasia


dikarenakan terdesak oleh kebutuhan ekonomi dan iri dengan kehidupan teman-
temannya yang terlihat berkecukupan. Sebab Susdaryanto sudah lama tidak naik
pangkat.

Untuk aksinya tersebut ia diberi imbalan besar, Dua tahun kemudian, Letkol
Susdaryanto akhirnya dijatuhi vonis sepuluh tahun penjara dan dicopot sebagai
anggota TNI AL.

Sedangkan Sergio dipulangkan dan statusnya sebagai diplomat dicopot oleh


pemerintah Uni Soviet. Namun uniknya, baik dari pihak Uni Soviet dan Indonesia sama-
sama diam dan tidak mengumumkannya ke publik untuk menjaga hubungan diplomatik
antar kedua negara.

Duta Besar kita pun pernah di-persona non grata-kan oleh negara lain. Contohnya di
tahun 2015, ketika Dubes Indonesia untuk Brazil yakni Toto Riyanto ditolak masuk
kesana.

Alasannya tidak pernah diungkapkan. Tetapi Toto tahu bahwa ini adalah serangan
balasan atas hukuman mati kepada WN Brazil bernama Marco Archer Cardoso
Moreira. Ia ditangkap di Bandara Soekarno-Hatta karena membawa narkoba jenis
kokain. Marco lalu dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah Indonesia.

Presiden Brazil kala itu, Dilma Rouseff meminta agar Marco tidak dijatuhi hukuman mati
dengan alasan kemanusiaan. Namun permintaannya ditolak mentah-mentah oleh
Presiden Joko Widodo.

Pemerintah Indonesia pada waktu itu sudah berencana ingin membekukan hubungan
diplomatik dengan Brazil. Namun entah kenapa pada akhirnya keinginan tersebut tidak
pernah direalisasikan. Syukurlah pada bulan Oktober 2015, hubungan keduanya
berangsur membaik.

5. Diplomat/perwakilan RI juga pernah diberikan status persona non grata.


Jelakan kapan, oleh negara mana, dan jelaskan mengapa
Diplomat/perwakilan Indonesia menerima persona non grata pada kasus
tersebut! . Berikan analisa saudara (Skor 25)

JAWABAN :

Pada tanggal 8 februari 1982 Asisten Atase Militer di Kedutaan Besar Uni Soviet
Kolonel Sergei Egarov tertangkap basah karena melakukan jual beli dokumen-dokumen
rahasia terutama mengenai kemaritiman. Ia ditangkap di Jalan Pemuda dan melibatkan
seorang perwira ABRI Letkol Soesdaryanto. Sehubungan dengan itu Kepala Perwakilan
Aeroflot di Jakarta ditahan oleh Kopkamtib.

Dalam prakteknya, tindakan persona non grata sering disalah gunakan oleh banyak


negara, karena Negara Penerima dengan semudah itu mem-persona non grata-kan
Wakil Diplomatik Negara Pengirim sepanjang wakil tersebut tidak disukainya tanpa
alasan yang jelas. Sebaliknya bagi Negara Pengirim dengan berlindung kepada atribut
kekebalan dan keistimewaan yang diberikan oleh Konvensi Wina 1961, telah pula
melakukan kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan fungsi dan tugasnya sebagai
seorang diplomat.

Minimnya kasus persona non grata di Indonesia memiliki sedikitnya dua indikasi.


Pertama, karena situasi hubungan diplomatik yang sedang kondusif. Kedua bisa karena
kita terlalu lunak atau kurang hati – hati terhadap ancaman negara luar.

Anda mungkin juga menyukai