Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dahlia

Nim : 041036471

Tugas II

Hukum Internasional
Pertanyaan:

1. Jelaskan penerapan persona non grata berdasarkan ketentuan dalam Konvensi Wina
1961! 
Jawab :
Berdasarkan Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik dikatakan bahwa
seseorang bisa dipersona non gratakan oleh Negara penerima tanpa harus memberikan
alasan. Jadi apabila seseorang memasuki suatu Negara dengan tujuan tertentu oleh
negara penerima dianggap dapat merugikan negaranya, maka orang tersebut dapat di
persona non gratakan dan tidak boleh melaksanakan aktifitas di Negara tersebut dan
harus meninggalkan Negara tersebut dalam jangka waktu yang ditentukan. dan untuk
pengaruh hubungan kedua negara penerima dan pengirim ketika seorang perwakilan
diplomatik mengalami persona non grata oleh Negara penerima maka akan terjadi
kesenjangan atau konflik dalam hubungan diplomatik antar kedua negara. Apabila kedua
Negara tidak mencapai kesepakatan bersama untuk melakukan perdamaian maka
hubungan diplomatiknya bisa putus sehingga tidak ada lagi perwakilan diplomatik
Negara pengirim di Negara penerima.

2. Jelaskan menurut analisa saudara apakah Duta Besar Korea Utara untuk Malaysia telah
melakukan pelanggaran terhadap Konvensi Wina 1961? 
Jawab :

Kang Choi, Duta Besar Korea Utara untuk Malaysia, menuduh Malaysia bersekongkol
dengan kekuatan asing untuk menyudutkan Korea Utara terkait dengan kasus kematian
Kim Jong Nam. Sebelum keputusan Malaysia untuk mengusir Kang Choi ini
dikeluarkan, Kang Choi terlebih dahulu diundang menemui Deputi Sekretaris Jenderal
untuk Hubungan Bilateral Kementerian Luar Negeri Malaysia namun Kang Choi tidak
menghadirinya. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Malaysia juga mengungkapkan bahwa
telah dijadwalkan pertemuan pada 28 Februari 2017. Malaysia menuntut permohonan
maaf dari Korea Utara terkait tuduhan Kang Choi. Namun pada 28 Februari itu, tak ada
orang Korea Utara yang datang memenuhi undangan. Namun Malaysia masih menunggu
sampai 4 hari. Permintaan maaf tak kunjung tiba dari Korea Utara. Akhirnya Malaysia
mengenakan status Persona Non Grata kepada Kang Choi. Langkah tersebut dibalas
Korea Utara dengan pertama, mengusir Dubes Malaysia di Korea Utara. Kedua, segera
setelah Korea Utara mengusir Dubes Malaysia, diikuti dengan langkah melarang seluruh
warga negara Malaysia yang berada di Korea Utara untuk keluar dari wilayah Korea
Utara. Tindakan Korea Utara tersebut dibalas Malaysia dengan menyegel Kedutaan
Besar Korea Utara dan memeriksa setiap pegawai dan warga Korea Utara yang keluar
masuk kedutaan. Dengan aksi nya ini, Korea Utara telah melanggar Pasal 3 ayat (1),
Pasal 41 ayat (1), dan Pasal 44 Konvensi Wina 1961 dan Pasal 12 ayat (2) Konvensi
tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.

3. Jelaskan menurut analisa saudara apakah prinsip resiprositas (timbal balik) berlaku untuk
dalam hal pemberian persona non grata? Jelaskan! 
Jawab :
Asas resiprositas adalah asas yang fundamental dalam Hukum Diplomatik. Dalam
kerangka Hukum Diplomatik, asas resiprositas diakui dan diterima sebagai asas hukum
umum yang melandasi ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian internasional dan
hukum kebiasaan internasional. Khusus dalam kaitannya dengan Konvensi Wina tahun
1961 tentang Hubungan Diplomatik, asas resiprositas bermakna sebagai asas hukum
yang melandasi pelaksanaan hak dan kewajiban negara yang diatur dalam ketentuan-
ketentuan Konvensi tersebut. Berdasarkan makna asas resiprositas yang terkandung
dalam Pasal 9 Konvensi dan dengan mencermati kecenderungan-kecenderungan yang
terjadi dalam praktik, maka dapat ditentukan bahwa asas resiprositas dapat menjadi
landasan yang sah dalam deklarasi persona non grata terhadap pejabat diplomatik.
Deklarasi persona non grata atas dasar asas resiprositas ini merupakan suatu tindakan
pembalasan yang masuk dalam kategori retorsi. Retorsi merupakan suatu tindakan
pembalasan yang sah dan dibenarkan menurut Hukum Internasional. Dengan demikian,
maka dapat ditentukan bahwa tindakan pembalasan melalui pengenaan deklarasi persona
non grata atas dasar asas resiprositas dapat menjadi suatu cara penyelesaian sengketa
yang sah untuk ditempuh dalam pelaksanaan hubungan diplomatik antar negara.

4. Indonesia pernah memberikan status persona non grata kepada diplomat/perwakilan


negara lain. Jelaskan kapan, terhadap diplomat/perwakilan negara mana dan mengapa
Indonesia mempersona non gratakan diplomat/perwakilan tersebut. Berikan analisa
saudara
Jawab :

Indonesia pernah memberi status persona non grata pada seorang atase militer Uni
Soviet di tahun 1982. Atase tersebut bernama Sergei P. Egorov. Ia dituduh telah
melakukan tindakan spionase terhadap pemerintah Indonesia. Ia bersama salah satu
anggota TNI AL bernama Letkol Susdaryanto bersekongkol untuk membocorkan
dokumen-dokumen kelautan Indonesia. Salah satu dokumen yang dibocorkan adalah
dokumen mengenai keadaan laut Natuna.  Menurut pengakuan Letkol Susdaryanto, ia
terpaksa menjual dokumen rahasia dikarenakan terdesak oleh kebutuhan ekonomi dan iri
dengan kehidupan teman-temannya yang terlihat berkecukupan. Sebab Susdaryanto
sudah lama tidak naik pangkat. Untuk aksinya ia diberi imbalan sebesar 600.000 rupiah.
Dua tahun kemudian, Letkol Susdaryanto akhirnya dijatuhi vonis sepuluh tahun penjara
dan dicopot sebagai anggota TNI AL.

Sedangkan Sergio dipulangkan dan statusnya sebagai diplomat dicopot oleh pemerintah
Uni Soviet. Namun uniknya, baik dari pihak Uni Soviet dan Indonesia sama-sama diam
dan tidak mengumumkannya ke publik untuk menjaga hubungan diplomatik antar kedua
negara.

5. Diplomat/perwakilan RI juga pernah diberikan status persona non grata. Jelakan kapan,
oleh negara mana, dan jelaskan mengapa Diplomat/perwakilan Indonesia menerima
persona non grata pada kasus tersebut! . Berikan analisa saudara 
Jawab :

Duta Besar RI Toto Riyanto Juga pernah diberikan status persona non grata oleh Negara
Brazil pada Tahun 2015. Pada 19 Februari 2015, Toto Riyanto sebagai Dubes Indonesia
mendapat undangan berupa nota diplomatik dari Kementerian Luar Negri untuk
mengikuti kegiatan penyerahan surat kepercayaan pada 20 Februari Pukul 09.00 Pagi
waktu setempat. Namun secara sepihak Dilma menolak penerimaan surat kepercayaan
dari Pemerintah Indonesia yang menugaskan Toto untuk menjadi Duta Besar di negara
itu, sedangkan Duta besar dari negara lainnya diterima oleh Dilma. Sangat kuat
indikasinya bahwa penolakan dari Dilma itu terkait dengan eksekusi hukuman mati atas
warga negara Brazil Marcho archer pada 18 Januari lalu, setelah divonis bersalah
melakukan perdangan Narkoba di Indonesia, lalu diikuti pemanggilan pulang Dubes
Brazil untuk Indonesia.

Pemerintah Indonesia pada waktu itu sudah berencana ingin membekukan hubungan
diplomatik dengan Brazil. Namun entah kenapa pada akhirnya keinginan tersebut tidak
pernah direalisasikan. Pada bulan Oktober 2015, hubungan keduanya berangsur
membaik.

Anda mungkin juga menyukai