Anda di halaman 1dari 19

Wismaningsih Bagian H.

Internasional

MISI KHUSUS
(SPECIAL MISSION)
diatur dalam Konvensi New York 1969
Diplomasi ad hoc

The Ad Hoc Diplomat : A Study in Municipal


and International Law – Maurice Waters.
Wismaningsih Bagian H. Internasional
Diplomatik ad hoc
 Dalam praktik, hubungan antarnegara di dunia tidak hanya
dilakukan melalui wakil-wakil diplomatik dari negara-negara
tersebut. Seringkali hubungan antara negara-negara tersebut
dilakukan dengan perantara pejabat-pejabat (negara) yang tidak
memiliki jabatan diplomatik (pejabat negara nondiplomatik).
 Pejabat-pejabat (negara) nondiplomatik tersebut dapat merupakan
kepala negara, kepala pemerintahan, ataupun pejabat negara
lainnya yang bertindak mewakili negara pengirim untuk
menjalankan kepentingan negara yang mereka wakili.
 Berbeda dengan para pejabat diplomatik, pejabat
non-diplomatik ini mengemban tugas yang sifatnya tidak
permanen dan khusus, disesuaikan dengan kapasitas
personal pejabat yang ditunjuk
Wismaningsih tersebut.
Bagian H. Internasional
Convention on Special Missions 1969
(Konvensi New York 1969), diterima oleh
MU-PBB pada 8 Desember 1969 termasuk
protokol pilihannya.
 
ILC 1961  3 pasal
 

ILC dan Komite VI, 1969  55 pasal

 
Mulai berlaku 21 Juni 1985
Wismaningsih Bagian H. Internasional
11 May 1964, 16-th Session of the ILC, Geneva, Switzerland.
1963 : The Commission appointed Milan Bartos as Special Rapporteur and
decided that he should prepare draft articles, based on the provisions of the
Vienna Convention on Diplomatic Relations of 1961 but that he should keep in
mind that special missions were, by virtue of both their functions and nature, an
institution distinct from permanent mission. Wismaningsih Bagian H. Internasional
Tim Ahli Pertanian Indonesia di Jenoi, Gambia dan Tim KBRI Dakar diwakili
oleh Sekretaris Pertama Ekonomi KBRI Dakar dalam rangka memberikan
pelatihan pertanian yang intensif dan terintegrasi (11 – 20 November 2011)
Wismaningsih Bagian H. Internasional
Misi Khusus (MK) :
suatu misi bersifat sementara yang mewakili
negara, yang dikirim oleh suatu negara ke
negara lain dengan persetujuan negara
terakhir untuk tujuan menyelesaikan
persoalan khusus (Pasal 1).

Pasal 2 : Pengiriman MK
suatu negara boleh mengirimkan MK ke
negara lain dengan persetujuan terlebih dulu
melalui saluran diplomatik atau ketentuan
Wismaningsih Bagian H. Internasional
lain yang disetujui.
TUGAS dan FUNGSI MISI
KHUSUS
Pasal 3 :
The functions of a special mission shall be determined by the
mutual consent of the sending and the receiving State.
Tugas-tugas misi khusus dimulai saat misi mengadakan
hubungan resmi dengan menteri luar negeri atau dengan
instansi lain negara penerima sebagaimana telah disetujui
Permulaan tugas misi khusus tidak tergantung pada
presentasi misi oleh misi diplomatik negara pengirim atau
pada penyerahan surat-surat kepercayaan atau kekuasaan
penuh.
Wismaningsih Bagian H. Internasional
Pasal 8 : Jumlah dan Komposisi
anggota MK
 Negara pengirim harus memberitahu jumlah dan
komposisi MK pada negara penerima.
 Negara penerima boleh menolak atau mengurangi
jumlah anggota MK sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 12 persona non grata

• Pasal 10, 11, 12 : Pengangkatan


anggota MK Wismaningsih Bagian H. Internasional
•Pasal 11 : Hal-hal yang diberitahukan pada
Kemenlu atau instansi lain yang disetujui

1. Jumlah dan komposisi MK serta perubahan-perubahannya.


2. Kedatangan dan keberangkatan terakhir anggota dan
berakhirnya tugas-tugas mereka dalam misi.
3. Pengangkatan dan pemberhentian orang yang bertempat
tinggal di negara penerima sebagai anggota misi atau
sebagai staf pribadi.
4. Pengangkatan Kepala MK atau jika tidak ada maka wakil
yang dimaksud Pasal 14 (1) dan setiap penggantinya.
5. Lokasi atau tempat kedudukan atau komplek yang
disetujui MK dan akomodasi mereka atau pribadi yang
menikmati hak, tidak dapat diganggu gugat menurut Pasal
30, 36, 39. Wismaningsih Bagian H. Internasional
•Anggota staf Misi Khusus (Pasal 9) :

 Kepala Misi Khusus


 Wakil
 Anggota staf :
- anggota staf diplomatik
- staf administrasi dan teknik
- staf pelayanan
- staf pribadi
Wismaningsih Bagian H. Internasional
Pasal 17 : Tempat Kedudukan Misi Khusus

1) Di suatu tempat yang disetujui oleh negara penerima


2) Di tempat Kementerian Luar Negeri negara penerima
itu berada jika tidak ada persetujuan No. 1
3) Di salah satu tempat yang disetujui oleh negara
penerima sebagai tempat kedudukan utama dalam hal
Misi Khusus ditugaskan di beberapa tempat di negara
penerima.

• Pasal 27 : Kebebasan untuk bergerak


Wismaningsih Bagian H. Internasional
•Pasal 31 : Kekebalan Hukum

(1)+(2) : Misi Khusus menikmati kekebalan


atas
Hukum Pidana, H Perdata dan
Administratif dari negara penerima
kecuali (d).
(3) : Tidak diwajibkan untuk menjadi saksi.

Wismaningsih Bagian H. Internasional


Contoh Kasus : Kasus Gub. DKI Sutiyoso di NSW,
Australia (Kasus pelanggaran kekebalan diplomatik pada
pejabat non-diplomatik)
 Gubernur Jakarta Sutiyoso, Selasa 29 Mei 2007, Sydney, New South Wales,
Australia.
 Pada saat itu Gub Sutiyoso berada di Sydney untuk memenuhi undangan
pemerintah negara bagian New South Wales (NSW) tiba-tiba didatangi polisi
setempat di kamarnya dan diminta untuk menghadap pengadian NSW
keesokan harinya untuk memberi keterangan tentang kasus terbunuhnya lima
wartawan asing (Australia) dalam di Balibo, Timor Timur, Indonesia pada
1975. (Kasus Balibo five).
 Gubernur Sutiyoso telah menjelaskan bahwa kunjungannya adalah atas
undangan pemerintah negara bagian NSW, oleh karena itu dia merasa tidak
ada kaitannya dengan perkara Balibo tersebut, dan menolak untuk
memberikan keterangan dimuka sidang pengadilan.
 Beberapa bulan sebelumnya, kasus terbunuhnya lima wartawan asing di
Balibo, Timor Timur ini kembali di buka di Pengadilan NSW.
Wismaningsih Bagian H. Internasional
Dasar hukum definisi pejabat negara
 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian-----> Sutiyoso adalah pejabat negara, artinya ia
berhak atas kekebalan dan hak istimewa yg ditentukan dalam
Pasal 31 Konvensi NY 1969.
 Pejabat diplomatik adalah pegawai negeri yang diberikan suatu
jabatan formal sebagai diplomat, serta menjalankan fungsi
diplomasi.
 Pejabat non-diplomatik adalah pejabat negara (Pegawai Negeri
yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu unsur
yang ditambahkan.
Wismaningsih Bagian H. Internasional
Perbedaan Fungsi Misi Diplomatik Tetap dan
Tidak Tetap

Fungsi Misi Diplomatik Tidak Tetap Fungsi Misi Diplomatik Tetap

 Fungsinya terbatas pada tugas  Ditentukan dalam Pasal 3


yang diserahkan kepada wakil (1) KW 1961 yang tidak
diplomatik itu untuk terbatas pada masalah dan
menangani masalah-masalah saat tertentu saja.
tertentu sesuai dengan bunyi
surat kepercayaan yang
diberikan kepada mereka
untuk hal-hal khusus.
Misal : perundingan untuk
masalah batas wilayah negara
Wismaningsih Bagian H. Internasional
Perbedaan Fungsi Misi Diplomatik dan
Perwakilan Konsuler

Fungsi Misi Diplomatik Fungsi Misi Konsuler


 Umumnya berurusan pada  Menjalankan hubungan
masalah politik dengan instansi pemerintah
sebagaimana ditentukan di bidang perdagangan,
pada Pasal 3(1) KW 1961. industri, pelayaran, instansi
pengadilan dan instansi
administratif untuk
kepentingan negara dan
warga negaranya di negara
penerima (Pasal 5 KW
1963 tentang Hubungan
Konsuler)
Wismaningsih Bagian H. Internasional
Bagaimana dengan Misi Perdamaian PBB

Indonesia's contribution to the UN MPP began in 1957, when Indonesia


sent 559 infantry personnel as part of the United Nations Emergency Force
(UNEF) in Sinai.
Wismaningsih Bagian H. Internasional
Women Peacekeepers

Ratih Pusparini (kanan depan) dalam forum United Nations Special


Committee for Peacekeeping Operations di New York. (Sumber:
Kementerian Luar Negeri)
Wismaningsih Bagian H. Internasional

Anda mungkin juga menyukai