Anda di halaman 1dari 23

DASAR-DASAR

HUBUNGAN
DIPLOMATIK

Dr. Nynda Fatmawati O. S.H.,M.H


Perjanjian Internasional antar Negara diatur berdasarkan (awal):

1. Kebiasaan internasional dari praktek Negara


2. Keputusan Mahkamah Internasional atau Mahkamah Permanen Internasional (tidak ada
lagi)
3. Pendapat ahli hukum internasional (sebagai perwujudan dari opinion juris)
Sebelum Vienna
Convention 1969:
Perjanjian antar negara hanya
berdasarkan asas-asas (;good
faith, pacta sunt servanda,dsb) dan
perjanjian terbentuk karena
persamaan tujuan dan latar
belakang masing-masing negara.

COVID-19
“Diplomasi merupakan seni
mengedepankan kepentingan suatu negara
melalui negoisasi dengan cara – cara damai
apabila mungkin dalam hubungan dengan
negara lain, jika cara damai gagal, cara
ancaman dengan kekuatan nyata
diperbolehkan”

(Roy,1991 : 510)
Pengertian Diplomatik

Diplomatik berasal dari bahasa latin diploma, atau bahasa inggris diplomacy yaitu piagam.

Diplomatik diartikan sebagai sarana-sarana yang sah dan legal yang digunakan suatu
Negara dalam melaksanakan politik luar negerinya. Untuk menjalin hubungan diantara negara-
negara itu, biasanya negara tersebut saling menempatkan perwakilannya (Kedutaan atau
Konsuler). 
1. Konvensi pertama yang mengatur perjanjian
VIENNA internasional

CONVENTION 2. Kumpulan dari kebiasaan internasional yang


berkaitan dengan perjanjian internasional
1969: 3. Dianggap sebagai kebiasaan internasional
yang mengikat tidak hanya negara anggota
saja
01. s/d 1815:
Ketentuan tentang hubungan diplomatik berasal dari
hukum kebiasaan.

02. “Kongres” wina 1815:


Raja-raja yang ikut dalam konferensi sepakat untuk
mengodifikasi hukum kebiasaan tersebut menjadi
hukum tertulis.

Sejarah
Hubungan Diplomatik

COVID-19
Kongres Wina 1815

Setelah Kodifikasi Hukum Diplomatik Dalam pergaulan masyarakat, negara sudah


mengenal semacam misi-misi konsuler dan diplomatik dalam arti yang sangat umum seperti
yang dikenal sekarang, penggolongan Kepala Perwakilan Diplomatik telah ditetapkan dalam
Kongres Wina 1815 sebagai berikut :

1. Duta-duta besar dan para utusan (ambassadors and legate)


2. Minister plenipoteniary dan envoys of extraordinary
3. charge d’ affaires
Penggolongan baru dalam kongres Aix-la-Chapelle 1818 sebagai berikut:

● a) Golongan pertama ini merupakan penggolongan pertama dalam wakil-wakil diplomatik dan mereka ini
adalah para wakil dari negara-negara yang sepenuhnya berdaulat. Mereka di angkat sebagai Duta Besar dari
negara masing-masing,sedangkan wakil yang diangkat oleh pope disebut legates.

● b) Minister plenipotentiary and Envoys Extaraordinary; Keduanya merupakan wakil diplomatik tingkat dua
dan jika dibandingkan dengan golongan pertama, mereka menikmati kekebalan dan keistimewaan
diplomatik yang agak berkurang.

● c) Minister Resident; Golongan ketiga ini yang ditambahkan dalam Kongres Aix-La-Chapelle 1818 dan
dalam Konvensi Wina 1961 golongan ini tidak lagi di masukkan.

● d) Charge d’Affaires; Wakil dalam golongan ini tidaklah diangkat oleh kepala Negara melainkan oleh
Menteri Luar Negeri dari negarany
3. Kemudian disepakati jadi hukum tertulis termasuk tentang hirarki diplomat

4. 1927: diupayakan kodifikasi yang sesungguhnya (hasil yang dicapai komisi ahli ditolak oleh dewan LBB:
belum waktunya untuk merumuskan kesepakatan global mengenai hak-hak istimewa dan kekebalan
diplomatik yang cukup komplek). Diputuskan untuk tidak memasukkan masalah tersebut dalam agenda
konferensi den haag yang diselenggarakan pada tahun 1930 untuk kodifikasi hukum internasional

5. Di havana pada tahun 1928 (konferensi ke-6 organisasi negara-negara amerika (OAS) menerima konvensi
dengan nama Convention of Diplomatic Officers). Diratifikasi oleh 12 negara amerika, kecuali amerika
serikat yang mendatangani saja dan tidak meratifikasi karena menolak ketentuan-ketentuan yang
menyetujui pemberian suaka politik. Mengingat sifatnya yang regional implementasi konvensi ini tidak
menyeluruh.
6. 1947: komisi hukum internasional yang dibentuk oleh majelis umum PBB menetapkan 14 topik
pembahasan yang didalamnya juga termasuk topik hubungan diplomatik dan kekebalan-kekebalan. namun
pembahasan mengenai hubungan diplomatik tidak mendapat prioritas( s d 1979 sdh ada .

7. 1954: komisi mulai membahas masalah-masalah hubungan dan kekebalan diplomatik dan sebelum akhir
1959 majelis umum melalui resolusi 1450 memutuskan untuk menyelenggarakan suatu konferensi
internasional untuk membahas masalah-masalah dan kekebalan-kekebalan diplomatik.
Setelah tiga puluh tahun (1949-1979), komisi telah menangani 27
topik dan subtopik hukum internasional, 7 diantaranya adakah
menyangkut hukum diplomatik, yaitu :

● Pergaulan dan kekebalan diplomatik


 Pergaulan dan kekebalan konsuler.
 Misi-misi khusus
 Hubungan antara negara bagian dan organisasi internasional
 Masalah perlindungan dan tidak diganggu gugatnya pejabat diplomatik dan orang lain
yang    memperoleh   perlindungan khusus menurut hukum internasional.
 Status kurir diplomatik dan kantong diplomatik yang diikutsertakan pada kurir diplomatik.
 Hubungan antara negara dengan organisasi internasional
8. United Nations Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunites (sidangnya di
Wina dari tanggal 2 maret sampai 14 april 1961 dengan pertimbangan historis karena
konvensi pertama mengenai hubungan diplomatik diselenggarakan di kota tersebut tahun
1815).

9. Konferensi menghasilkan instrumen-instrumen: vienna convention on diplomatic relation,


optional protocol concerning acquisition of nasionality, dan optional protocol concerning
the compulsory settlement of disputes. diantara ketiga instrumen tersebut konvensi wina
tentang hubungan diplomatik (Convention on Diplomatic Relations), 18 April 1961
merupakan yang terpenting.
1. Terdiri dari 53 pasal tentang hampir semua
aspek penting dari hubungan diplomatik
secara permanen antar negara.
2. Terdapat 2 protokol pilihan mengenai
masalah kewarganegaraan dan keharusan
untuk menyelesaikan sengketa yang masing-
masing terdiri dari 8-10 pasal.

Konvensi Wina 3. Berlaku sejak tanggal 24 april 1964 hingga


31 desember 1987. Ada total 151 negara

1961 yang menjadi para pihak dalam konvensi


tersebut dimana 42 di antaranya adalah pihak
dalam protokol pilihan mengenai perolehan
kewarganegaraan dan 52 negara telah
menjadi pihak dalam protokol pilihan
tentang keharusan untuk menyelesaikan
sengketa
● Pasal 1-19 Konvensi Wina 1961: pembentukan misi-misi diplomatik, hak dan cara-cara
untuk pengangkatan serta penyerahan surat-surat kepercayaan dari Kepala Perwakilan
Diplomatik (Dubes)
● pasal 20-28 : kekebalan dan keistimewaan bagi misi-misi diplomatik termasuk di
dalamnya pembebasan atas berbagai pajak
● Pasal 29-36 : kekebalan dan keistimewaan yang diberikan kepada para diplomat dan
keistimewaan bagi anggota keluarganya serta staf pelayanan yang bekerja pada mereka
● pasal 48-53: ketentuan mengenai penandatanganan, aksesi, ratifikasi dan mulai
berlakunya Konvensi itu.
Persona Non Grata : pihak yang tidak diterima sampai
batas teritorial suatu negara (ps 9)

Inviolable : Tidak dapat diganggu gugat


 ps 22: gedung misi seisinya
 Ps 24: arsip dan dokumen
(pengecualian pajak tempat misi di negara penerima)
 Ps 27 (2) : korespondensi resmi
 Ps 27 (3) : Tas diplomatik
 Ps 27 (4) : Paket yang ada dalam tas diplomatik
 Ps 29 : Orang agen diplomatik
 Ps 30 (1): Tempat kediaman pribadi agen
diplomatik
 Ps 30 (2): Kertasnya, korespondensinya Istilah dalam Konvensi
Wina:

COVID-19
Pasal 31
1. Seorang agen diplomatik kebal dari yurisdiksi
kriminil Negara penerima.
Dia juga kebal dari yurisdiksi sipil dan administratif
kecuali dalam hal :
(a) Suatu perkara yang berhubungan dengan barang-barang tetap
yang terletak di dalam wilayah Negara penerima, tanpa ia
memegangnya itu untuk pihak Negara pengirim untuk
tujuan-tujuan misi;
(b) Suatu perkara yang berhubungan dengan suksesi di mana
agen diplomatik termasuk sebagai eksekutor, administrator,
ahli waris atau legate sebagai orang privat dan tidak untuk
pihak Negara Pengirim;
(c) Suatu perkara yang berhubungan dengan setiap kegiatan
professional atau dagang yang dijalankan oleh agen Istilah dalam Konvensi
Wina:
diplomatik di dalam Negara penerima dan diluar fungsi
resminya.

COVID-19
Lanjutan pasal 30 ..

2. Seorang agen diplomatik tidak berkewajiban menjadi saksi untuk memberikan bukti.

3. Tiada tindakan eksekusi boleh diambil terhadap agen diplomatik kecuali di dalam hal-hal
yang masuk di dalam sub ayat (a), (b) dan (c) dari ayat 1 pasal ini, dan dengan syarat
bahwa tindakan itu dapat diambil tanpa melanggar inviolabilitas orangnya atau tempat
kediamannya.

4. Kekebalan agen diplomatik dari yurisdiksi Negara penerima tidak membebaskannya dari
yurisdiksi Negara pengirim.
Pasal 40

1. Jika seorang agen diplomatik melewati atau berada di dalam


teritorial suatu Negara ketiga, yang telah memberinya visa
paspor jika visa demikian ini perlu, untuk menuju ke posnya
atau kembali ke posnya, atau pada saat kembali ke
negaranya, Negara ketiga harus memberinya inviolabilitas
dan kekebalan lainnya yang diperlukan untuk menjamin
transitnya atau perjalanan pulangnya. Hal yang sama berlaku
pula dalam hal seorang anggota keluarganya yang mendapat
hak-hak istimewa dan kekebalan hukum menyertai agen
diplomatik tersebut, atau bepergian secara terpisah untuk
mengikutinya atau untuk kembali ke Negara mereka.

2. Dalam hal-hal yang sama dengan yang disebutkan di dalam


ayat 1 pasal ini, Negara ketiga tidak boleh mengganggu
lewatnya staf administratif dan teknik atau staf pelayan
daripada misi, dan anggota-anggota keluarganya, melalui
Istilah dalam Konvensi
wilayahnya.
Wina:

COVID-19
Lanjutan pasal 40..

3. Terhadap korespondensi resmi dan komunikasi resmi lainnya di dalam transit, termasuk pula
pesan-pesan dengan kode atau sandi, Negara ketiga harus memberikan kemerdekaan dan
perlindungan yang sama seperti yang diberikan oleh Negara penerima. Kepada kurir
diplomatik yang telah diberikan visa paspor jika visa demikian diperlukan, dan tas-tas
diplomatik di dalam transit itu, Negara ketiga memberikan inviolabilitas dan perlindungan
seperti yang Negara penerima misi itu terikat untuk memberikannya.

4. Kewajiban Negara ketiga di bawah ayat 1, 2 dan 3 pasal ini juga berlaku untuk orang-orang
yang disebutkan masing-masing di dalam ayat-ayat itu, dan untuk komunikasi resmi serta
tas-tas diplomatic yang keberadaannya di dalam wilayah Negara ketiga itu disebabkan
karena force majeure.
PEMUTUSAN HUBUNGAN DIPLOMATIK
Pasal 45

 Jika hubungan diplomatik terputus di antara dua Negara, atau jika suatu misi dipanggil kembali untuk
sementara atau seterusnya :

(a) Negara penerima harus, bahkan pada saat terjadinya konflik bersenjata, menghormati dan melindungi misi,
bersama-sama dengan barang-barangnya dan arsip-arsipnya;

(b) Negara pengirim boleh mempercayakan pemeliharaan gedung misi, bersama-sama dengan barang-barang dan
arsip-arsipnya, kepada suatu Negara ketiga yang dapat diterima oleh Negara penerima;

(c) Negara pengirim boleh mempercayakan perlindungan atas kepentingan-kepentingannya dan kepentingan-


kepentingan warganegara-warganegaranya kepada suatu Negara ketiga yang dapat diterima oleh Negara
pengirim.
Cuius est solum eius
est usque ad coelum et ad inferos:

“barang siapamemiliki tanah maka ia akan


memiliki segala apa yang ada diatasnya sampai
ke surga, dan apa yang ada di bawahnya sampai
ke pusat bumi”

Anda mungkin juga menyukai