Anda di halaman 1dari 48

Hukum Diplomatik dan Konsuler

Cynthia A Putri S.H., M.Kn


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya
Materi Pembelajaran
1.Pengertian Hukum
Diplomatik
2.Kekebalan dalam
Hukum Diplomatik
3.Fungsi Konsuler
SEJARAH HUKUM
DIPLOMATIK DAN
KONSELOR
Zaman
Negara Yunani
Hubungan Diplomatik Negara India
dan Cina
Negara Italia
Abad ke 16 dan 17
Benua Eropa
Kongres Wina
tahun 1815

Protocol “Aix La-


Chapelle” 1818
Kodifikasi terhadap Prinsip Diplomasi 1927
Periode Tahun 1949-1979

Komisi Hukum
Internasional
Topik Hukum Internasional:
1. Pergaulan dan kekebalan diplomatik
2. Pergaulan dan kekebalan konsuler
3. Misi-misi khusus
4. Hubungan antar negara dan Organisasi Internasional
5. Masalah perlindungan dan tidak diganggu-gugatnya para
pejabat diplomatik dan orang-orang lainnya yang berhak
memperoleh perlindungan khusus menurut hukum
internasional
6. Status kurir diplomatik dan kantong diplomatik yang tidak
diikutsertakan pada kurir diplomatik
Tujuan Komisi Hukum
Internasional
“Meningkatkan pengembangan
kemajuan hukum internasional
dan membuat kodifikasinya,
termasuk hukum diplomatik.”
Konferensi internasional
Yang bernama “the United Nations Conference on
Diplomatic Intercourse and Immunities”.

Instrumen dalam Konferensi Internasional


1. Vienna Convention on Diplomatic Relation,
2. Optional Protocol Concerning Acquisition of
Nationality,
3. Optional Protocol Concerning the Compulsory
Settlement of Disputes
Konvensi Wina 1961 mengenai Hubungan
Diplomatik
⮚ Pasal 1-19 menyangkut pembentukan misi-misi diplomatik, hak dan cara-
cara untuk pengangkatan serta penyerahan surat-surat kepercayaan dari
kepala perwakilan diplomatik (Duta Besar);
⮚ Pasal 20-28 mengenai kekebalan dan keistimewaan bagi misi-misi
diplomatik termasuk pembebasan berbagai pajak;
⮚ Pasal 29-36 mengenai kekebalan dan keistimewaan yang diberikan
kepada para diplomat dan staf lainnya;
⮚ Pasal 37-47 menyangkut kekebalan dan keistimewaan bagi anggota
keluarga para diplomat dan staf pelayanan yang bekerja pada mereka;
⮚ Pasal 48-53 berisi ketentuan mengenai penandatanganan, aksesi,
ratifikasi dan mulai berlakunya konvensi tersebut.
PENGERTIAN HUKUM
DIPLOMATIK
Diplomatik
Menurut Encyclopedia Britannica, Volume 2
Pengertian diplomatic berbeda dengan pengertian
diplomasi. Sampai saat ini belum ada definisi pasti
mengenai “diplomatic” diplomatik juga dapat
berarti sebagai pembinaan urusan-urusan luar
negeri (Diplomatic is the management of foreign
affairs)
Hukum Diplomatik
Ketentuan-ketentuan mengenai hak-hak istimewa dan kekebalan
diplomatik dalam hubungan diplomatik sebagai bagian dari hukum
internasional yang paling mapan dan sudah berkembang dalam
kehidupan masyarakat internasional. Konvensi Wina yang menjadi
sumber hukum yang mengatur hukum diplomatik telah menjadi
inspirasi bagi hampir tiap-tiap negara di seluruh dunia, dalam
melaksanakan hubungan diplomatik mereka. Sudah banyak kasus
– kasus dalam peradilan nasional mendasarkan keputusannya
pada Konvensi Wina ini, meskipun salah satu pihak yang terlibat
dalam sengketa belum menjadi pihak dalam Konvensi ini.
-Malahayati-
SUMBER HUKUM
DIPLOMATIK
Sumber hukum terdapat 2 jenis yakni:
a. Sumber hukum materiil merupakan bahan-
bahan aktual yang dipergunakan oleh seorang
ahli hukum internasional untuk menentukan
kaidah hukum yang berlaku terhadap suatu
peristiwa atau situasi tertentu.
b. Sumber hukum formal lebih merujuk kepada
bukti-bukti baik secara umum maupun khusus
yang menunjukkan bahwa hukum tertentu telah
diterapkan dalam suatu kasus tertentu.
Hukum Internasional Publik
"Keseluruhan kaidah dan asas hukum
yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas
negara (hubungan internasional) yang
bukan bersifat perdata.”
-Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes-
Bagi Mahkamah Internasional yang fungsinya
memutuskan perkara-perkara yang diajukan kepadanya
sesuai dengan hukum internasional, akan menerapkan:
1) Perjanjian-perjanjian internasional, baik yang umum maupun
khusus, yang secara tegas mengatur dan diakui oleh negara-
negara pihak;
2) Kebiasaan internasional yang terbukti merupakan praktik umum
yang diterima sebagai hukum;
3) Prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa
beradab;
4) Putusan-putusan pengadilan dan ajaran-ajaran ahli hukum
terkemuka dari berbagai negara di dunia, sebagai tambahan bagi
penetapan-penetapan kaidah hukum.
Sumber Formil dari Hukum Diplomatik

Konsensus dari negara yang


meratifikasi konvensi-konvensi yang
memuat hubungan diplomatik atau
konvensi lain yang terkait dengan
hukum diplomatik.
Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional diartikan sebagai suatu persetujuan
antara subjek-subjek hukum internasional yang menimbulkan
kewajiban-kewajiban yang mengikat dalam hukum
internasional, persetujuan tersebut dapat berbentuk bilateral
maupun multilateral. -Widodo dan Mochtar Kusumaatmadja-
Tujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu, perjanjian
itu harus diadakan oleh subjek hukum internasional yang
menjadi anggota masyarakat internasional.
Golongan Perjanjian
Internasional:
1. Treaty Contract
2. Law Making Treaties
Pemberlakuan Treaty Contract sebagai
sumber hukum internasional harus
memperhatikan 3 ketentuan yakni:
a. Treaty contract tersebut merupakan serangkaian perjanjian
yang menetapkan aturan yang sama secara berulang-ulang
dapat membentuk suatu prinsip hukum kebiasaan
internasional yang maksudnya sama.
b. Perjanjian tersebut pada mulanya dibentuk hanya diantara
sejumlah peserta terbatas kemudian kaidah yang dimuat
dalam perjanjian tersebut digeneralisasikan dengan adanya
penerimaan.
Pemberlakuan Treaty Contract sebagai
sumber hukum internasional harus
memperhatikan 3 ketentuan yakni:
c. Suatu perjanjian dapat dianggap
mempunyai nilai pembukti mengenai
adanya suatu kaedah yang
dikristalisasikan menjadi hukum melalui
proses perkembangan yang berdiri sendiri.
Perjanjian yang menciptakan hukum, khusus
dalam rangka diplomatik:
I. The Final Act of the Congress of Vienna (1815) in diplomatic ranks
II. Vienna Convention on diplomatic Relations and optional protocols
(1961), termasuk didalamnya:
III. Vienna Convention on Consular Relations and Optional Protocol
(1963)
IV. Convention on Special Mission and Optional Protocol (1969)
V. Convention on the Prevention and Punishment of Crimes against
Internationally Protected Person, including Diplomatic agents (1973)
VI. Vienna Convention on the Representation of States in their Relations
with International Organization of a Universal Character (1975)
Acuan untuk menjadikan kebiasaan
internasional sebagai sumber hukum, yaitu:
1. Harus ada suatu kebiasaan yang
bersifat umum.
2. Kebiasaan tersebut harus diterima
sebagai hukum.
KEKEBALAN DALAM HUKUM
DIPLOMATIK
Dasar teori pemberian hak-
hak istimewa:
a. Teori Eksteritorialitas;
b. Teori Representatif;
c. Teori Kebutuhan
Fungsional;
Konvensi Wina 1961
Tujuan hak-hak istimewa dan
kekebalan tersebut bukanlah untuk
keuntungan pribadi tetapi untuk
membantu pelaksanaan misi
diplomatik secara efisien.
Macam-macam Kekebalan dalam Hukum
Diplomatik:
1. Kekebalan Pribadi Pejabat Diplomatik
Pasal 29 Konvensi Wina
“Para pejabat diplomatik tidak boleh diganggu gugat, tidak boleh ditangkap
maupun ditahan. Para pejabat diplomatik harus diperlakukan dengan penuh
hormat.”
2. Kekebalan keluarga seorang pejabat diplomatik
Pasal 37 Ayat 1 Konvensi Wina 1961
“Anggota keluarga seorang pejabat diplomatik, yang merupakan bagian dari
rumah tangga pejabat diplomatik yang bersangkutan, menikmati
keistimewaan dan kekebalan yang diatur dalam Pasal 29 sampai dengan
36, sepanjang orang yang bersangkutan tidak berkewarganegaraan negara
penerima.”
Macam-macam Kekebalan dalam Hukum
Diplomatik:
3. Kekebalan dari yurisdiksi
a. Kekebalan dari yurisdiksi pidana / kriminal
Pasal 31 ayat 1 Konvensi Wina 1961
b. Kekebalan dari yurisdiksi sipil / perdata
Pasal 31 ayat 1 Konvensi Wina 1961, pengecualian terkait:
a) Tindakan nyata yang berhubungan dengan barang tidak bergerak milik pribadi
yang terletak di wilayah negara penerima, kecuali yang ia kuasai atas nama negara
pengirim dan untuk keperluan dinasnya.
b) Tindakan yang berhubungan dengan soal-soal pewarisan dimana pejabat
diplomatik yang bersangkutan tersangkut sebagai atau administrator atau sebagai
ahli waris.
c) Tindakan atau gugatan yang berhubungan dengan beberapa kegiatan profesional
dan perdagangan komersial yang dilakukan oleh wakil diplomatik itu di negara
penerima di luar fungsi resminya.
Macam-macam Kekebalan dalam Hukum
Diplomatik:
4. Kekebalan dari kewajiban menjadi saksi
Pasal 31 ayat 2 Konvensi Wina 1961
“seorang pejabat diplomatik tidak diwajibkan untuk menjadi saksi. Dalam ketentuan ini
termasuk pula adalah anggota keluarga pejabat diplomatik tersebut, sehingga mereka inipun
tidak diwajibkan untuk memberikan kesaksian di hadapan pengadilan negara penerima.”
5. Kekebalan kantor perwakilan negara asing dan tempat kediaman wakil diplomatik
6. Kekebalan korespondensi
Pasal 27 Konvensi Wina 1961
“Seorang pejabat diplomatik bebas untuk melakukan komunikasi yang dilakukan untuk tujuan-
tujuan resmi dan tidak boleh dihalang-halangi oleh negara penerima melalui tindakan
pemeriksaan atau penggeledahan. Kebebasan komunikasi ini bukan hanya berlaku dalam
hubungan dengan negara pengirim tetapi juga dengan negara penerima dan juga dengan
perwakilan diplomatik asing lainnya.”
7. Pencabutan Kekebalan
Hak-hak Istimewa Pejabat
Diplomatik
1. Pembebasan bea cukai
2. Pembebasan dari kewajiban
membayar pajak.
KEKEBALAN DALAM KONSULAT
DEFINISI KONSULER
Menurut KBBI
1) Orang yang memberikan nasihat dengan dibayar (khususnya
dalam bidang perpajakan); konsultan;
2) Berkenaan dengan konsul atau konsulat

Pasal 1 huruf 5 KEPPRES RI No. 108 Tahun 2003


tentang Organisasi Perwakilan RI di Luar Negeri
Perwakilan Konsuler adalah Konsulat Jenderal Republik Indonesia dan
Konsulat Republik Indonesia yang melakukan kegiatan konsuler di wilayah
kerja di dalam wilayah Negara Penerima untuk mewakili dan
memperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara, dan Pemerintah Republik
Indonesia.
Pasal 1 huruf 10 KEPPRES RI No. 108 Tahun
2003 tentang Organisasi Perwakilan RI di
Luar Negeri
Pejabat Diplomatik dan Konsuler, yang selanjutnya
disebut pejabat Diplomatik adalah Pejabat Dinas Luar
Negeri yang melaksanakan kegiatan diplomatik dan
konsuler untuk memperjuangkan kepentingan Bangsa,
Negara, dan Pemerintah Republik Indonesia di
Negara Penerima atau pada Organisasi
internasional.
Hak-hak istimewa dan kekebalan
Konsulat:
a. Kekebalan terhadap kantor konsuler. Kantor konsuler tidak boleh diganggu
gugat oleh siapapun dan para petugas negara setempat hanya boleh
masuk dengan izin dari kepala perwakilan;
b. Seorang konsulat memiliki kekebalan atas kebebasan alat komunikasi yang
digunakan dalam acara resmi konsuler;
c. Seorang konsulat diberi kebebasan untuk berkomunikasi dengan negara
penerimanya;
d. Seorang pejabat konsuler memiliki kekebalan pribadi, tetapi ada keadaan
tertentu yang dapat menyebabkan seorang pejabat konsuler tidak kebal
terhadap yurisdiksi kriminal;
Hak-hak istimewa dan kekebalan
Konsulat:
e. Kantor-kantor konsuler memiliki kekebalan fiskal yang
berarti terbebas dari pajak nasional dan lokal di negara
penerima;
f. Seorang pejabat konsuler memiliki keistimewaan yaitu
terbebas dari pajak pribadi;
g. Hak keistimewaan yang terakhir yaitu kebebasan bea
masuk terhadap barang yang diimpor oleh perwakilan
konsuler untuk keperluan resmi konsuler.
TUGAS
KONSULER
Pasal 6 KEPPRES RI No. 108 Tahun 2003
tentang Organisasi Perwakilan RI di Luar
Negeri
Mewakili dan memperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara, dan
Pemerintah Republik Indonesia serta melindungi kepentingan
Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia melalui
pelaksanaan hubungan kekonsuleran dengan Negara Penerima,
termasuk peningkatan hubungan ekonomi, sosial dan budaya
sesuai dengan kebijakan Politik dan Hubungan Luar Negeri
Pemerintah Republik Indonesia, peraturan perundang-undangan
nasional, hukum internasional dan kebiasaan internasional.
FUNGSI
KONSULER
Pasal 7 KEPPRES RI No. 108 Tahun 2003 tentang
Organisasi Perwakilan RI di Luar Negeri
a. Perlindungan terhadap kepentingan Warga Negara
Indonesia dan Badan Hukum Indonesia di wilayah
kerja dalam wilayah Negara Penerima;
b. Pemberian bimbingan dan pengayoman terhadap
Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum
Indonesia di wilayah Negara Penerima;
c. Konsuler dan protokol;
Pasal 7 KEPPRES RI No. 108 Tahun 2003 tentang
Organisasi Perwakilan RI di Luar Negeri
d. Peningkatan hubungan perekonomian, perdagangan,
perhubungan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan;
e. Pengamatan, penilaian, dan pelaporan mengenai kondisi dan
perkembangan di wilayah kerja dalam wilayah Negara
Penerima;
f. Kegiatan manajemen kepegawaian, keuangan, perlengkapan,
pengamanan internal Perwakilan, komunikasi dan persandian;
g. Fungsi-fungsi lain sesuai dengan hukum dan praktek
internasional.
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai